Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS TRADISI ADAT DAERAH MAJALENGKA SERTA PENGARUHNYA

TERHADAP HUKUM ISLAM


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Cirebonologi

Disusun Oleh (HKI D/ Semester 6):


Nunuy Maulanisa (2008201121)

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
2023
ANALISIS TRADISI ADAT DAERAH MAJALENGKA SERTA PENGARUHNYA
TERHADAP HUKUM ISLAM
Nunuy Maulanisa
Email: Nunuymaula@gmail.com

Abstrak
Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana adat istiadat di daerah Majalengka dilihat
dari perspektif hukum Islam. Dengan menggunakan metode deskriptif dengan menerapkan
pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian library research (penelitian kepustakaan),
makalah ini menyimpulkan pertama, ada banyak adat istiadat yang ada di Majalengka yang
mungkin sama dengan daerah lain namun dengan nama yang berbeda. Adata yang dibahas
dalam jurnal kali ini adalah guar bumi dan mapag sri. Guar bumi adalah adat yang
diadakan ketika musim tanam tiba, sedangkan mapag sri adalah adat yang diadakan ketika
panen tiba. Keduanya merupakan ungkapan yukur masyarakat dan meminta perlindungan
kepada Allah SWT. Kedua, adata tersebut merupakan warisan leluhur yang dilestarikan
hingga sekarang namun dengan sedikit modifikasi dalam system kepercayaannya. Jika
dahulu adat istiadat ini diperuntukan untuk roh para leluhur, sekarang merupakan adat
dengan percaya sepenuhnya kepada kehendak Allah SWT. Ketiga, kulturasis ini disambut
baik oleh masyarakat, karena adat tidak dihilangkan namun di reformasi kearah yang lebih
baik dari sebelumnya. Tidak menyimpang dari syariah agama dan tetap membawa hasil yang
positif terhadap masyarakat setempat.

Kata Kunci: Adat Istiadat, Majalengka, Hukum Islam.

Latar Belakang
Indonesia adalah Negara dengan beribu kepulauan yang berpengaruh juga pada
keberagaman bahasa, budaya, agama, suku dan adat.1 Keberagaman tersebut tidak
menjadikan Indonesia bercerai berai, namun sebaliknya keberagaman menjadi sumber
kekuatan bagi Negara ini. Keberagaman suku dan budaya menjadikan setiap sistem hukum
adat yang berkembang didaerahnya bervariasi pula. Banyak hukum adat yang dijaga
kelestariannya hingga masih bertahan hingga saat ini. Termasuk tradisi adat masyarakatnya.
Tradisi adat zaman dulu dengan setelah Islam datang tentu saja sedikit ada perubahan. Hal itu
1
Asri Soraya Afsari, Ayu Septiani dan Risma Rismelati, “Pemertahanan Kepercayaan pada Masyarakat
Talaga, Majalengka dan Masyarakat Nagoya, Jepang”, Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah, Vol.
3, No. 2 (2019): 2.

1
karena sebelum Islam datang warga pribumi menganut sistem kepercayaan kepada leluhur
mereka. Setelah Islam datang tentu kepercayaan tersebut dihilangkan karena bersebrangan
dengan ajaran Islam. Meskipun demikian, tradisi adatnya masih dipertahankan namun
ditambah sentuhan Islam di dalamnya. Ini disebut kulturasi agama Islam terhadat adat istiadat
yang ada di Indonesia.
Majalengka, salah satu kabupaten yang ada di Jawa barat. Bahasa yang digunakan
sehari-harinya adalah bahasa sunda. Salah satu bahasa daerah di Indonesia. Daerah yang
jarang tersentuh oleh media namun terus berjalan dalam pembangunannya. Termasuk BIJB
(Bandara Internasional Jawa Barat) terletak di Majalengka. Hal ini menarik perhatian saya
selaku warga Majalengka. Dengan perkembangan pembangunan yang semakin maju, apakah
menjadikan tradisi adat di Majalengka semakin maju pula? Atau sebaliknya. Namun setelah
meneliti dan membaca beberapa kajian jurnal yang membahas tentang tradisi adat
Majalengka, masih banyak adat istiadat yang dipertahankan dan bahkan dikembangkan lebih.
Hal tersebut menjadi menjadi bahan pertimbangan dalam pembahasan jurnal saya. Dengan
beberapa pokok masalah pertama, apa saja adat istiadat yang ada di Majalengka? Kedua,
bagaimana Islam mempengaruhi adat istiadat tersebut? Ketiga, bagaimana respon masyarakat
terhadap kulturasi antara adat dan agama.

Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penyusunan karya ilmiah ini ialah menggunakan metode
deskriptif dengan menerapkan pendekatan kualitatif. Sedangkan jenis penelitian yang
digunakan adalah library research (penelitian kepustakaan) yang merupakan penelitian yang
dilakukan dengan menggunakan literature baik berupa buku, jurnal, dan makalah.
Library research akan digunakan sebagai langkah peneliti dalam menetapkan topik
penelitian, melakukan kajian terhadap teori yang berkaitan dengan topik yang diteliti dengan
cara mengumpulkan bahan yang akan diteliti dan dianalisis lebih lanjut sehingga diperoleh
hasil penelitian.

Pembahasan dan Diskusi


Ada beberapa adat istiadat di daerah Majalengka yang mungkin akan sama dengan
beberapa daerah jawa pada umumnya. Masyarakat Jawa Barat di daerah pedesaan dikenal
sebagai masyarakat agraris. Padi merupakan tanaman yang nanti hasilnya menjadi bahan
pangan pokok untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Oleh karena itu pengetahuan masyarakat
mengenai padi memengaruhi setiap tindakan, sikap dan praktik yang dilakukan terhadap padi

2
tersebut.2 Dan kali ini saya akan membahas dua adat yang sering dilakukan oleh masyarakat
daerah majalengka yang berkaitan dengan bercocok tanam.
1. Sedekah bumi
Pada masyarakat Jawa ada adat yang dikenal dengan nama sedekah bumi.
Sedekah bumi merupakan adat yang melambangkan rasa syukur masyarakat atas
nikmat yang telah diterima dan pengharapan dari masyarakat agar senantiasa pada
masa depan diberi hal yang sama pada masa sekarang ataupun lebih baik dari
sebelumnya.3 Di Kertajati, tepatnya di Dusun Sukamelang Desa Babakan, Majalengka
sedekah bumi biasa disebut dengan guar bumi. Dalam prosesi tradisi guar bumi,
biasanya tidak terlepas dari unsurunsur islami. Seperti, adanya tawassulan, istighosah
bersama, bahkan sampai membawa hasil bumi tersebut ke makam para leluhur di
wilayah sekitar.
Menurut tokoh ulama setempat, guar bumi yang ada di Sukamelang ini
dimaksudkan untuk mempererat tali silaturahmi dan rasa kebersamaan. Juga diadakan
setiap awal musim tanam, baik padi maupun palawija. Yang diharapkan dengan
berdoa bersama ini dapat menjadi suatu kebarakahan tanaman yang ditanam dan hasil
panen yang di dapat serta perlindungan akan tanamannya dari segala kemalangan dan
musibah. Jadi bisa dikatakan bahwa guar bumi ini adalah salah satu bentuk
permohonan atau suatu bentuk penghambaan seseorang kepada Penciptanya yang
mengatur dan memberi segala rahmat.
Filosofi dari nama guar bumi sendiri yaitu guar, memiliki arti menggali. Dan
bumi dimaksudkan kepada tanah tempat daerah tersebut melakukan tradisi ini. Jadi
bisa dikatakan bahwa guar bumi bermakna menggali potensi yang ada di daerah
Sukamelang, Majalengka. Dulu guar bumi hanya sebatas menggali hasil bumi.
Sekarang namanya guar bumi bukan hanya menggali hasil bumi, tetapi potensi
masyarakat ikut digali juga.4
2. Mapag Sri

2
Faza Fauzan Azhima, Aquarini Priyatna dan Teddi Muhtadin, “Mitos dan Representasi Dewi Sri
dalam Ritualsinoman Upacara Adat Mapag Sri di Desa Slangit Kabupaten Cirebon: Kajian Semiotika”,
Metahumaniora, Vol. 10, No. 2 (September 2020): 218.
3
Fauzan Hilmi Gunawan , Siti Fatimah dan Theguh Saumantri, "Makna Ontologi Dalam Tradisi
Sedekah Bumi Di Indonesia (Studi Analisis di Desa Weragati Kecamatan Palasah Kabupaten Majalengka, Jawa
Barat, Indonesia)", 2.
4
Fauzan Hilmi Gunawan , Siti Fatimah dan Theguh Saumantri, "Makna Ontologi Dalam Tradisi
Sedekah Bumi Di Indonesia (Studi Analisis di Desa Weragati Kecamatan Palasah Kabupaten Majalengka, Jawa
Barat, Indonesia)", 10.

3
Menurut Rosyadi yang dikutip oleh Faza Fauzan dkk dalam jurnalnya
mengatakan, bermula dari sistem pandangan metaforis dan sakral terhadap padi,
lahirlah berbagai tradisi yang pada dasarnya bertujuan untuk memuliakan padi dan
sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas padi sebagai makanan pokok dan
sumber kehidupan.5 Secara etimologi, dalam bahasa Indonesia mapag berarti
menjemput. Sedangkan kata Sri merupakan representasi dari Dewi Sri yang
merupakan simbol dari tanaman padi sehingga Mapag Sri berarti menjemput padi,
atau menjemput masa panen tanaman padi. Mapag Sri juga bermakna sebagai ritual
atau usaha untuk memohon berkah pada masa hasil panen.6
Mapag sri di daerah Sukamelang dan sekitarnya diadakan setiap setelah musim panen,
dengan pola yang hampir sama dengan sedekah bumi, mapag sri juga sebagai
ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan perlindungannya
sehingga masyarakat dapat hasil yang didapat. Sedikit dan banyaknya tentu patut
disyukuri ucap tokoh ulama setempat. Kegiatan mapag sri di daerah Sukamelang ini
tergolong cukup sederhana. Beberapa orang akan membuat sajian nasi tumpeng
dengan lauk berupa ayam bakakak atau telur. Dan sebagain akan membawa makanan
lain sehingga makanannya beragam. Kemudian masyarakat akan berkumpul pada satu
tempat yang lapang dan luas sehingga seluruh lapisan elemen masyarakat akan
bersatu pau berdoa bersama dan mengucap syukur. Kegiatan ini juga menjadi ajang
bersilaturahmi dengan berdoa dan makan bersama hasil panen yang mereka dapat.
3. Guar Bumi dan Mapag Sri dilihat dari Perspektif Hukum Islam
Guar bumi atau sedekah bumi dan mapag sri sudah ada sejak dulu, adat ini
sudah sering dilakukan. Karena dari dulu masyarakat Sukamelang umumnya
masyarakat Majalengka hidup dari hasil bertani dan bercocok tanam. Namun dahulu
masih berkaitan erat dengan leluhur dan nenek moyang. Yang rasa syukur dan
permohonan perlindungan dan keberkahan ditunjukkan kepda nenek moyang. Pada
awalnya adat ini diperuntukan untuk roh-roh leluhur yang dalam pandangan
masyarakat telah membantu masyarakat dalam bercocok tanam.
Namun karena pemahaman tersebut bertentangan dengan syariah agama, maka
tradisi tersebut diserapi oleh syariat Islam. Melihat dari dampak positif yang

5
Faza Fauzan Azhima, Aquarini Priyatna dan Teddi Muhtadin, “Mitos dan Representasi Dewi Sri
dalam Ritualsinoman Upacara Adat Mapag Sri di Desa Slangit Kabupaten Cirebon: Kajian Semiotika”, 220.
6
Faza Fauzan Azhima, Aquarini Priyatna dan Teddi Muhtadin, “Mitos dan Representasi Dewi Sri
dalam Ritualsinoman Upacara Adat Mapag Sri di Desa Slangit Kabupaten Cirebon: Kajian Semiotika”, 221-
222.

4
dihasilkan dari adat tersebut berupa eratnya rasa kekeluargaan, gotong royong,
kebersamaan dan keharmonisan dalam bermasyarakat, menjadikan dua adat tersebut
terus dilestarikan hingga sekarang, tentu saja dengan sentuhan Islam di dalamnya. Hal
itu terlihat dari tidak dihilangkannya berziarah kubur. Maksudnya dua adat ini
dahulunya memohon kepada leluhur dengan mendatangi kuburan dan memberikan
sesajen. Namun setelah ada sentuhan Islam tentu ziarah masih diadakan namun
dengan mendoakan orang yang di dalam kubur supaya diberi ketenangan dan
kelapangan kubur dengan bermunajat kepada Allah SWT.
Juga dapat dilihat dengan tidak adanya sesajen-sesajen sesembahan kepada
leluhur ditempat masyarakat berkumpul untuk memulai tradisi adat, namun diganti
menjadi seserahan berupa hasil panen dan rezeki yang didapat untuk kemudian diberi
doa besama kepada Allah SWT yang pada akhirnya makanan tersebut di bagikan
kepada masyarakt yang datang dan dimakan besama dan dibawa pulang sebagian
sebagai simbol pembawa keberuntungan dan keberkahan. Dengan adanya kulturasi
antara adat dan agama ini menjadikan budaya leluhur yang dermawan dan
sukadengan kebersamaan dan jauh dari rasa permusuhan tetap terjga kelestariannya
hingga sekarang.

Penutup
Dari pembahasan diatas penulisan dapat mengambil beberapa kesimpulan yaitu pertama, ada
banyak adat istiadat yang ada di Majalengka yang mungkin sama dengan daerah lain namun
dengan nama yang berbeda. Adata yang dibahas dalam jurnal kali ini adalah guar bumi dan
mapag sri. Guar bumi adalah adat yang diadakan ketika musim tanam tiba, sedangkan mapag
sri adalah adat yang diadakan ketika panen tiba. Keduanya merupakan ungkapan yukur
masyarakat dan meminta perlindungan kepada Allah SWT. Kedua, adata tersebut merupakan
warisan leluhur yang dilestarikan hingga sekarang namun dengan sedikit modifikasi dalam
system kepercayaannya. Jika dahulu adat istiadat ini diperuntukan untuk roh para leluhur,
sekarang merupakan adat dengan percaya sepenuhnya kepada kehendak Allah SWT. Ketiga,
kulturasis ini disambut baik oleh masyarakat, karena adat tidak dihilangkan namun di
reformasi kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Tidak menyimpang dari syariah agama
dan tetap membawa hasil yang positif terhadap masyarakat setempat.

5
Daftar Putaka
Soraya Afsari, Asri, Ayu Septiani dan Risma Rismelati. “Pemertahanan Kepercayaan pada
Masyarakat Talaga, Majalengka dan Masyarakat Nagoya, Jepang”, Candrasangkala:
Jurnal Pendidikan dan Sejarah, Vol. 3, No. 2 (2019).
Fauzan Azhima, Faza, Aquarini Priyatna dan Teddi Muhtadin. “Mitos dan Representasi Dewi
Sri dalam Ritual sinoman Upacara Adat Mapag Sri di Desa Slangit Kabupaten
Cirebon: Kajian Semiotika”, Metahumaniora, Vol. 10, No. 2 (September 2020).
Hilmi Gunawan , Fauzan, Siti Fatimah dan Theguh Saumantri. "Makna Ontologi Dalam
Tradisi Sedekah Bumi Di Indonesia (Studi Analisis di Desa Weragati Kecamatan
Palasah Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Indonesia)",

Anda mungkin juga menyukai