Oleh :
NUR KASIROTUL MU’AMALAH ( 20105020025 )
STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2021
Tradisi Ritual Mantra Sesajen di Keraton Yogyakarta
a. Latar Belakang
Di dalam persoalan agama sering menjadi topik penting yang selalu hangat untuk
dikaji dimana agama selalu mengalami perkembangan , perubahan, akulturasi, dan juga
agama bahkan hilang dan muncul begitu saja. Pada umumnya bersifat asimetri, merefleksikan
eksistensi manusia dengan Tuhan yang transenden dan adikodrati sehingga hubungan
manusia dengan Tuhan direalisasikan dengan ungkapan keagamaan melalui tindakan-
tindakan seperti doa, upacara-upacara , serta konsep religius yang termuat dalam mitos dan
simbol kepercayaan yang suci.1
Dalam tradisi masyarakat Jawa tercatat dalam sejarah, bahwa masyarakat Jawa sejak
masa pra-sejarah memiliki kepercayaan animisme. Kepercayaan seperti itu merupakan agama
mereka pertama kepercayaan yang menganggap yang bergerak memilki kekuatan ghaib dan
2
semua itu mengandung baik dan juga buruk. Masyarakat Jawa percaya bahwa kekuatan
alam dari mereka beradaptasi dengan ala mini menjadi sebuah oenentu bagi kehidupan
masyarakat. Dengan keyakinan atas kepercayaan tersebut masyarakat Jawa memiliki
keyakinan bahwa gaib mempunyai kekuatan tersendiri dimana kekuatan tersebut lebih kuat
daripada kekuatan manusia.
Islam yang telah cepat masuk kedalam kebudayaan Jawa dimana islam datang dengan
membawa persamaaan dan juga islam memasukkan ajarannya kedalam dunia mistik dimana
masyarakat sudah terbiasa akan hal itu. Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang ada di
Indonesia yang masih menggunakan sistem kerajaan di dalam pemerintahannya yang
berpusat di Keraton Yogyakarta. Dimana Keraton Yogyakarta masih menjaga akan tradisi
dan juga nilai-nilai luhur yang diwariskan nenek moyangnya. Sampai sekarang tradisi-tradisi
dan juga ritual tersebut masih dilakukan. Salah satu tradisi ritual yang masih dilakukan hingg
saat ini adalah tradisi mantra sesajen yang ada di Keraton Yogyakarta. Tradisi mantra sesajen
di Keraton Yogyakarta dianggap memiliki kekuatan ghaib dan juga dijadikan doa yang
1
Ni’matul Khoiriyah, “ Kontruksi Identitas Islam Kejawen”, hlm.1
2
ibid
didalamnya menggunkan Bahasa lokal dengan didasari keyakinan yang telah diwariskan oleh
para leluhur.
Keraton Yogyakarta menjadi salah satu sistem simbol identitas masyarakat Jawa pada
umumnya dan masyarakat Yogyakarta khususnya. Sebagaimana telah diketahui bahwa
masyarakat dan keraton Yogyakarta merupakan sistem politik pemerintahan dan kehidupan di
Jawa yang menggunkan perpaduan Islam dan budaya Jawa. Islam dalam penyebrannya
banyak dikembangkan dengan jalan dakwah kultural, sehingga nilai-nilai islam secara laten
masuk ke dalam sistem budaya Jawa.3 Adanya mantra dan juga penggunaanya ini sangat
berkaitan dengan pola hidup masyarakat yang tradisional dan masih sangat dekat dengan
alam serta berfungsi sebagai pintu masuk kita untuk memahami unsur-unsur budaya. Dan
mantra yang ada di Keraton Yogyakarta ini merupakan sebuah tradisi islam Jawa dimana
dengan mudah membaur dengan tradisi yang ada di Jawa dengan memasukkan unsur-unsur
islam kedalam tradisi Jawa sehingga Isalam dengan mudah diterima oleh masyarakat
khususnya Jawa.
b. Rumusan Masalah
1. Bagaimana transformasi mantra sesajen di Keraton Yogyakarta yang
mengontruksi tradisi islam Jawa ?
2. Bagaimana dampak dari pengaruh transformasi mantra sesajen di kalangan
masyarakat khususnya Yogyakarta ?
3. Apa yang menjadi alasan mantra sesajen di Keraton Yogyakarta ini tetap
dipergunakan ?
c. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan mantra sesajen yang dilakukan di
Keraton Yogyakarta dan juga transfromasinya.
b. Untuk mengetahui identitas dan juga tradisi mantra sesajen yang ada di Keraton
Yogyakarta.
c. Untuk mengetahui bagaiamana masyarakat keraton dalam tradisi mantra sesajen
tersebut.
3
Ni’matul Khoiriyah, “ Kontruksi Identitas Islam Kejawen”, hlm. 8
d. Kajian Pustaka
Dari beberapa jurnal yang mengkaji tentang masalah mantra jarang ditemukan, dan
ada beberapa peneliti terdahulu yang melakukan pengkajian tentang mantra sesajen
ini dan dapat dijadikan sebagai bahan pendukung. Berikut beberapa referensi jurnal
tentang mantra, diantaranya :
1. Skripsi yang ditulis Ni’matul Khoiriyah, Kontruksi Identitas Islam Kejawen. Hasil
penelitiannya menjelaskan bahwa studi transformasi mantra di Keraton
Yogyakarta secara universal dan kontruksi islam jawa.
2. Skrispi yang ditulis Arief , meneneliti tentang bagaiamana dinamika kerukunan
umat beragama dalam kepemimpinan lokal yang berpengaruh terhadap dinamika
kehidupan beragama masyarakat Yogyakarta.
3. Jurnal yang ditulis oleh Dr. Ayatulloh Humaeni,M.A dkk, Menelusuri Makna dan
Akar Tradisi Sesajen Masyarakat Muslim Banten dan Masyarakat Hindu Bali.
Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa sesajen mempunyai nilai yang sangat
sakral bagi masyarakat yang masih percaya akan sesajen itu. Yang mana proses
sesajen tersebut telah ada sejak lama yang biasa dikatakan berasal dari nenek
moyang kita yang mempunyai pemikiran yang mistis. Tradisi sesajen seperti ini
dipersembahkan dalam sebuah ritual adat dan juga ritus kegamaan lainnya yang
terjadi di masyarakat sekitar.
e. Pembahasan
Kota Yogyakarta selain mendapatkan julukan sebagai kota budaya dan juga
pelajar di kota ini mempunyai tempat bersejarah beserta tradisinya. Salah satunya
Keraton Yogyakarta dimana tempat tersebut telah berdiri sejak tahun 1755 yang
masih kental dengan budaya dan juga tradisi nya hingga sekarang. Salah satunya
tradisi mantra sesajen yang ada di Keraton Yogyakarta.
Mantra merupakan kata yang hamper sama dengan doa , karena mantra
hamper smaa dengan ilham. Untuk memperoleh mantra harus melalui puasa-puasa
berhari-hari dan bertapa. Sehingga mantra-mantra yang dihasilkan bersifat abadi dan
tidak tergerus zaman, contohnya seperti Kidung Rumekso Ing Wengi ( mantra yang
diucapkan ketika pergantian siang menjelang malam ).4 Sedangkan sesajen merupakan
warisan budaya tradisional yang biasa dilakukan untuk memuja para dewa, roh
tertentu atau penunggu tempat ( pohon, batu, persimpangan, dan lain-lain) yang
mereka yakini dapat mendatangkan keberuntungan dan menolak kesialan seperti
upacara menjelang panen yang mereka persembahkan kepada Dewi Sri ( dewi padi
dan kesuburan ) yang masih banyak dilakukan oleh mereka yang tinggal di pesisir
pantai selatan pulau Jawa.5
4
Ibid
5
Dr. Ayatullah Humaeni, ‘ Menelusuri makna dan akar tradisi sesajen masyarakat muslim di Banten”, hlm 1
6
Ni’matul Khoiriyah, “ Kontruksi Identitas Islam Kejawen”, hlm. 8
7
Wawancara abdi ndalem keraton, Dipodimulyo.
Adapun kembnag yang terdapat di sesajen tersebut merupakan sebuah simbol untuk
kita berdoa kepada yang diatas yakni Tuhan Yang Maha Kuasa.
Disisi lain mantra dapat dimaknai untuk memperoleh suatu kekuatan gaib di
sekitarnya dan dijadikan sebgai keuntungan orang yang mengucapkannya.8 Mantra-
mantra yang berkembang saat ini merupakan produk budaya yang sifatnya sinkretis
anatra kebudayaan lokal dan tradisi agama. Sehingga mantra-mantra disisni
merupakan mantra dengan pengertian yang bersifat positif yaitu mantra yang
digunkan untuk kepentingan asih atau pengasihan dengan tujuan kebaikan. Kebaikan
pening sekali, untuk antar makhluk, sosial, individu, lingkungan dan Tuhan.9
Mantra sesajen ini sangat berpengaruh terhadap masyarakat sekitar khususnya
daerah Keraton Yogyakarta dimana mereka mengfungsikan ritual mantra sesajen ini
untuk memahami unsur-unsur budaya tertentu.
Menurut Edmund Leach, ia mendefinisikan ritual sebagai perilaku yang
membentuk sebagian sistem tanda dan yang bertugas untuk mengkomunikasikan
informasi.10 Maka dari itu ritual mantra sesajen ini snagat berpengaruh terhadap
masyarakat sekitar khususnya masyarakat di sekitar Keraton Yogyakarta.
f. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa di dalam persoalan agama sering menjadi topik penting
yang selalu hangat untuk di kaji dimana agama selalu mengalami perkembangan, perubahan,
akulturasi, dan juga agama bahkan hilang dan muncul begitu saja. Dan pada umumnya
bersifat asimetri , merefleksikan eksistensi manusia dengan Tuhan yang transenden dan
adikodrati sehingga hubungan manusia dengan Tuhan direalisasikan dengan ungkapan
keagamaan melalui tindakan-tindakan seperti doa, upacara, serta religius yang termuat dalam
mitos dan juga simbol kepercayaan. Keraton Yogyakarta yang sistem politiknya masih
menggunakan perpaduan islam dan Jawa mereka masih melaksanakan ritual mantra sesajen
yang dilakukan setiap malam selasa kliwon dan jumat kliwon terutama warga keraton yang
masih kental akan hal itu. Hal seperti itu dilakukan guan utnuk menghormati para arwah
leluhur dan puji syukur kepada Tuhan yanga Maha Kuasa.
8
Abdurahman ismail, Fungsi mantra dalam masyarakat Banjar. Hlm.7
9
Ibid
10
ibid
Daftar Pustaka
Patricia Jessy Angelina, dkk. Makna ruang ritual dan upacara pada
interior Keraton Surakarta, jurnal intra Vol.2, No.2, Program Studi Interior
UKP, Surabaya. 2014.
Dr. ayatollah, dkk. Sesajen: menelusuri makna dan akar tradisi sesajen
masyarakat muslim Bnaten dan Masyarakat Hindu Bali.Jurnal LP2M UIN
Sultan Hasanuddin Banten, 2021.
http://jurnal.unsil.ac.id/index.php/mbsi/article/view/2490
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi/article/view/29852
http://eprints.uny.ac.id/47232/1/TAKS%20M%20HABIB%20MUHTAROZI.PDF