NIM : 2105521006
Luas lahan yang terbatas dan bertambahnya jumlah penduduk (jumlah rumah
tangga) menciptakan "rumah" di "umah", bukan "bale" di "umah". Untuk mengetahui
konflik-konflik dalam perkembangan model arsitektur permukiman (desa) di Bali,
dipandang perlu untuk melakukan kegiatan observasi dan menyelidiki permasalahan
pembangunan yang muncul dalam kerangka studi sastra bandingan. Memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai adaptif dengan masa kini. Untuk mengetahui konflik-konflik
dalam perkembangan model arsitektur permukiman (desa) di Bali, dipandang perlu untuk
melakukan kegiatan observasi dan menyelidiki masalah-masalah pembangunan yang
muncul dalam kerangka studi sastra bandingan.
Pada rupa, terdapat langgam yang menunjukkan suatu ekspresi yang sesuai
dengan tata ruang dan orientasi, tata letak atau setting masa, dan tata bangunan (sosok
atau wujud, bentuk, proporsi, penggunaan struktur dan bahan, serta dekorasi berupa
ornamen (ragam hias). Sedangkan pada nilai nirupa, terdapat penggunaan langgam
berupa ide atau filosofis yang menghadirkan norma, konsep, dan juga prinsip. Nilai-nilai
konsep tata ruang Arsitektur tradisional bali berada pada tingkat agama, yaitu nilai
hulu( Utama atau atas), tengah ( madya), teben (Nista atau bawah) baik secara arah
horizontal maupun vertikal dengan kesetaraan tri loka dan tri angga. Penyengker,
Paduraksa, dan juga angkul merupakan identitas umah, sehingga bale yang terdapat pada
penyengker disetarakan dengan ruangan ( bilik) bukan karena fungsinya, melainkan tata
letak dan nilai guna pada bale. Skala dan proporsi ruang dan bangunan tradisional bali
menggunakan dimensi dari manusia, dikenal dengan sikut dewek yang menggunakan
modul dasar (rai) dari penghuni rumah ( anangga ayah).
Struktur dan bahan yang digunakan pada arsitektur tradisional bali memiliki sifat
yang ekologis dan natural untuk menunjukkan rasa menghormati alam dan lingkungan.
Hal ini dikarenakan memberikan keamanan bangunan pada penghuni, dan tetap berlaku
sebuah prinsip tektonika untuk penyelesaian konstruksi sehingga menambah nilai
estetika. Penggunaan sistem konstruksi ini jauh lebih mudah untuk dibongkar pasang,
memiliki umur yang terbatas karena berasal dari bahan yang organis. Ornamen dan
dekorasi pada arsitektur tradisional bali merupakan ekspresi yang dibuat untuk
menunjukan sebuah rasa terima kasih kepada alam dan sang pencipta atas keindahan
yang telah diberikan.
Struktur dan material saat ini sangat mendukung bentuk dan bentuk arsitektur
tradisional Bali
Pola perempatan agung yang diterapkan pada arsitektur masa kini berupa pola
menyilang