TUGAS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR NUSANTARA DIJAMAN MODERN
BERDASARKAN NILAI SAKRAL DAN PROFAN
Di susun oleh: Muhammad Andry Wibowo 201745500027 Dosen : RATU ARUM, S.T, M. Ars
FAKULTAS TEKNIK ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI TEKNIK ARSITEKTUR PENGERTIAN SAKRAL DAN PROFAN Sakral menurut etimologi adalah sesuatu yang dianggap “suci; kramat” (KBBI, kemendikbud). Sedangkan Profan adalah kebalikannya yakni tidak dikuduskan, sementara, sederhananya yang ada di luar aspek religius. (Dhavamony, 1995:87). Arsitektur hadir untuk memenuhi kebutuhan manusia, kita telah berkenalan dengan banyak fungsi bangunan. Arsitektur ternyata juga membangun garis hubungan vertikal dan horizontal yang terkait dengan sakral dan profan.
CONTOH BANGUNAN BERNILAI SAKRAL
Pundan Berundak Pundak berundak merupakan bangunan yang mewakili nilai sakral yang ditemukan di Indonesia. Pundak berundak diperkirakan sudah ada sejak ratusan tahun sebelum masehi. Bangunan ini mengasilkan kebudayaan masyarakat yang menganut keyakinan di dunia yang terdiri dari Tuhan, alam, manusia. Keyakinan tersebut kemudian terefleksikan di arsitektur mereka pada jaman nya terutama ketika mereka mengatur ruang untuk mereka tinggal. Permukiman Adat di Kesepuhan Banten Kidul Mereka masih menempati kampung yang diatur mengikuti aturan nenek moyang mereka. Punden sebagai bagian paling sakral menjadi pusat kehidupan dimana semua aktivitas mulai diawali. Secara khusus mereka memilih area berbukit. Punden terletak di pusat dan mengarah ke Timur, permukiman di bagian Barat, sawah dan makam di Utara. Bukit tempat punden dibangun dan diapit oleh dua sungai dan titik pertemuan sungai tersebut menjadi tempat pengambilan air suci untuk upacara. Permukiman di Nias Mereka mengandaikan tempat kampong mereka tinggal tersebut menyerupai pohon. Di bagian paling bawah, pintu masuk desa adalah bagian paling profan dimana terdapat makam, dan makin keatas semakin sakral. Di puncak biasanya diletakkan rumah kepala suku, tempat mereka menyimpan benda-benda pusaka. Candi Borobudur dan Prambanan Candi Borobudur mengalami perubahan geometri dasar dari kotak menjadi bulat sempurna. Kotak menggambarkan nafsu aksara manusia, yang ketika manusia mampu mengalahkan itu semua kemudian berangsur-angsur menjadi bentuk lingkaran yang melambangkan kesucian. Prambanan merupakan Candi Hindu, semakin berada dipusat, maka semakin suci. Demikian juga dengan pola kota massa itu, semakin berada di pusat maka semakin sakral. Sedangkan semakin jauh dari pusat maka semakin profan. Bagaimana dengan Arsitektur yang kita alami sekarang? Apakah masih tersusun berdasarkan pertimbangan sakral dan prafon? Menurut saya, seiring berkembangnya waktu maka semakin berubah. Tentu saja hal ini terjadi mengingat peradaban budaya masyarakatnya yang juga berubah. Peradaban masa lalu diketahui lebih memberikan kaidah-kaidah “pamali” (tabu) jika diduga akan menyimpang dari nilai-nilai sakral, mitos, maupun religi masyarakatnya. Keterjagaan tradisi secara turun-menurun dapat bertahan dalam kurun waktu yang lama, juga dalam kaitannya dengan bangunan tradisional. Kini ke sakralan dan “pamali” sudah tidak lagi menjadi fakor utama dalam mempertimbangkan penyajiannya baik budaya maupun tradisi “pakem” yang ada. Faktor ekonomi, fungsi, dan asumsi saja yang sangat dominan, jelas tercermin dalam pemanfaatan desain arsitektur tradisional yang hanya mengambil kulit ataupun langgam saja tanpa sedikit pun terasa memiliki konsepsi dan filosofi dasarnya yang kuat. Dengan demikian, memahami arsitektur tradisional ini menjadi sebuah tantangan yang besar bagi para arsitek yang hidup pada zaman modern. Mempertahankan sebuah eksistensi tradisi dan budaya perlu keteguhan erat dari masyarakatnya itu sendiri. Dengan kata lain, akan sangat mustahil bagi seorang arsitek zaman ini untuk menciptakan sebuah arsitektur tradisional yang bersifat sakral, sementara penggunaan atau lingkungannya memiliki karakter yang berbeda dengan tradisi tersebut. Perpaduan gaya tradisional di jaman modern ini bisa didapatkan namun tidak dapat dirasakan seperti jaman dulu. Kesesuaian konteks dalam pencapaian hasil karya tersebut sangat erat kaitannya dengan kondisi dan eksistensi masyarakatnya.