Anda di halaman 1dari 10

“PENGARUH PERKEMBANGAN BUDAYA TERHADAP PERKEMBANGAN ARSITEKTUR DI DAERAH

JAWA”

NAMA : MARIO FARISNED BELARMINO (023220008)


A. Perkembangan budaya
Kebudayaan adalah perpaduan antara hasil dari budi dan daya sehingga menjadi ideas. Idea adalah wujud dari
kebudayaan yang sebagian besar terjadi dari berbagai sebagai kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-
norma, peraturan dan sebagai, yang banyak hidup bersama dalam suatu masyarakat, memberi jiwa masyarakat itu.
Yang semuanya berkaitan dalam satu sistem, wujud pertama oleh para ahli antropologi dan sosiologi disebut sebagai
sistem budaya (Cultural System), dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai adat atau adat-istiadat/tradisi salah
satunya di daerah jawa.

Salah satu dari sekian banyak kebudayaan Jawa adalah perkawinan adat masyarakat Jawa. Perkawinan adat Jawa
terkenal dengan kerumitan acaranya mulai dari praperkawinan sampai acara prosesi kegiatan seremoni digelar, dan
diteruskan pascaperkawinan, mereka mengadakan perilaku tertentu menurut kebiasaan setempat.
Keanekaragaman tradisi dan budaya bangsa Indonesia, terutama tradisi dan budaya Jawa bila ditelusuri dari
perkembangan sejarah yang ada, merupakan sumber inspirasi yang tak ternilai harganya karena mengandung nilai-
nilai filosofi yang tinggi, dan berisi pranata sosial bermasyarakat
Di antara tradisi dan kebudayaan bangsa Indonesia yang sampai saat ini masih dipertahankan oleh sebagian
masyarakat, terutama masyarakat Jawa di Kabupaten Mojokerto yaitu tradisi perkawinan loro pangkon di dalam
pesta perkawinan.
Keanekaragaman upacara tradisi perkawinan loro pangkon, di dalamnya terdapat keyakinan tertentu yang
menunjukkan adanya daya serap yang berbeda dari kekuatan tradisi setempat di dalam penganutan agama.

Kebudayaan tradisi perkawinan loro pangkon (sumber, merdeka.com/jatim )


Pada perkembangannya kebudayaan tradisional jawa ada beberapa salah satunya adalah kejawen dan slametan.
slametan adalah suatu upacara makan bersama makanan yang telah diberi doa sebelum dibagi-bagikan. Slametan
itu tidak terpisahkan dari pandangan alam pikiran partisipasi tersebut di atas, dan erat hubungannya dengan
kepercayaan kepada unsur-unsur kekuatan sakti maupun makhlukmakhluk halus.
Kejawen merupakan suatu kepercayaan yang sudah mendarah daging dalam pribadi masyarakat Indonesia,
khususnya masyarakat tradisional di pulau Jawa. Menurut Suyono, ajaran kejawen merupakan keyakinan dan
ritual campuran dari agama-agama formal dengan pemujaan terhadap kekuatan alam. Sebagai contoh, orang Jawa
banyak yang menganut agama Islam, namun pengetahuan mereka tentang agamanya boleh dikatakan masih
kurang mendalam.

Kebudayaan slametan atau makan bersama (sumber, BABAD.ID/budaya) kebudayaan kejawen kepercayaan doa bersama (sumber, bombastis.com/kebudayaan )
B. STUDI PERKEMBANGAN ARSITEKTUR
Pengertian Arsitektur Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas,
arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu
perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain
perabot dan desain produk Ragam Arsitektur - Dibangun oleh manusia sejak zaman primitif di pohon, di gua sd
zaman moderen sekarang.
Sejarah perkembangan arsitektur mencakup dimensi ruang dan waktu yang sukar ditentukan batasnya. Dan untuk
mempermudah di dalam mempelajarinya, suatu karya arsitektur dibedakan menurut ciri-ciri, bentuk dan
karakter.Arsitektural dalam kurun waktu tertentu.
Pengelompokan-pengelompokan perkembangan arsitektur antara lain adalah
 Primitive
 Tradisional
 klasik barat dan
 modern.
Kebudayaan sangat mempengaruhi perkembangan arsitektur,mencakup interaksi antar kebudayaan manusia dengan
alam,dalam hal ini termasuk iklim, topografi, dan Factor lingkungan lainnya. Oleh karena itu dalam mempelajarinya,
dibagi ke dalam periode, tempat, siapa, atau masyarakat mana yang membangun.
Bangunan sebagai salah satu karya dari sekelompok manusia, tidak lepas dari budaya yang berkembang di daerah
tempat kelompok tersebut berada. Adanya perbedaan budaya, membuat orang kesulitan dalam memberi batasan
pengertian tentang arsitektur yang dipakai pada bangunan tradisional (termasuk Jawa),dengan bangunan yang
digolongkan nontradisional.
Pada bangunan tradisional Jawa penekanan tidak semata-mata pada aspek fisik, tetapi justru menuntut keabsahan
terhadap alam nyata maupun alam yang lebih tinggi. Dalam penentuan arah menghadapnya bangunan tidak
memperhatikan keserasian terhadap jalan maupun sinar matahari atau kondisi/situasi lingkungan yang lain, melainkan
lebih ditentukan oleh keyakinan individu atau masyarakat setempat. Kaitannya dengan pengklasifikasian bagian
bangunan tradisional, maupun tata kota/ruang, umumnya diatur menurut susunan tubuh manusia, yakni kepala, badan
dan kaki. Contohnya pada gambar berikut

Rumah adat jawa (sumber, nyerah.ID )


Konsep bangunan tradisional jawa (sumber, digilib isi ac.id)
Semakin jelas babwa perkembangan arsitektur pada suatu daerah sangat erat kaitannya dengan budaya yang tumbuh dan
mengakar di suatu masyarakat. Tidak ketinggalan bagi suku Jawa yang mempunyai adat-istiadat dan budaya yang
berbedadengan etnis lain.
Ciri – Ciri Arsitektur Tradisional Jawa
a) Menyelaraskan atau tanggap terhadap alam fisiko
b) Bangunan merupakan tempat perlindungan terhadap kekuatan gaib/metafisik
c) Bangunan dianggap sebagaibadan manusia/personifikasi
d) Rumah tinggal cenderung solider tapi ramah

Ciri khas rumah adat jawa (sumber, katadata.co.id.)


Ada beberapa macam bentuk bangunan tradisional Jawa yang kita kenaI. Bentuk-bentuk tersebut adalah

 limasan

Bentuk rumah adat limasan (sumber, www.dekoruma.com)

 joglo,

Bentuk rumah adat joglo (sumber, kata data.co.id)


 Kampung  Tajug  panggang-pe.

Bentuk rumah adat kampung (sumber,ruparupa.com )


Bentuk rumah adat tajug (sumber, ruparupa.com)
bentuk rumah adat panggang-pe (sumber, ruparupa.com)

Ciri khas untuk membedakan bentuk bangunan satu dengan yang lain adalah pada bentuk atap. Berikutnya bentuk atap ini
akan mempengaruhi bentuk dan luasan lantai, serta pengaturan tata letak ruangan yang ada di dalamnya. Bila dilihat dari
perkembanganya bentuk atap bangunan Jawa yang paling elementer dan mungkin pula yang tertua adalah Panggang-pe
Panggang-pe adalah bangunan yang hanya memiliki satu bidang atap dan dipasang posisi miring satu arah. Selanjutnya
bentuk kampung tidak lain adalah panggang-pe bolak-balik. Bentuk-bentuk yang lain adalah merupakan lanjut dari bentuk
kampung. Satu unit bangunan biasanya tidak hanya terdiri dari satu bentuk saja, melainkan gabungan dari beberapa bentuk.

Anda mungkin juga menyukai