Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
(C0921007)
22 DESEMBER 2022
PENDAHULUAN
Pada essay ini, saya akan menyandingkan antara estetika Arsitektur Barok
dengan Arsitektur Bali yang terlihat serupa. Ada persamaan dalam pembahasan
keindahan dan estetika antara Arsitektur Klasik Barat dan Arsitektur Bali. Namun
pastinya diantara keduanya akan memiliki perbedaan yang signifikan.
PEMBAHASAN
Budaya Nusantara ada yang bersifat tangible atau budaya material yang
berwujudkan seperti kesenian, artefak, peralatan yang digubakan untuk berkarya,
dan segala peralatan hidup yang diimbuhkan ragam hias. Selain itu, ada juga budaya
intangible yang meliputi pemikiran, tingkah laku, mitos, legenda, kepercayaandan
lainnya. Budaya di Indonesia sendiri sangat beragam dan budaya kita ini lebih
beragam lagi karena akulturasi dari Hindhu-Budha, Konghucu, Islam, budaya barat
dan lain sebagainya. (Lyra A. Utami, “Materi kuliah tentang Aesthetics and
Application”)
Sebagian besar karya seni di zaman klasik yang diproduksi dalam objek-
objek fungsionalpun kebanyakan untuk alasan memuaskan indera lewat keindahan
yang dapat dilihat dan dirasakan yang menghasilkan rasa kepuasan, keagungan, dan
kebesaran. Penilaiannya estetis hanya sebatas dari visusal yang akhirnya ada
kecenderungan estetika dianggap sesuatu yang hanya fokus pada detail dan visual
bukan pada pemaknaan. (Lyra A. Utami, “Materi kuliah tentang Aesthetics and
Application”)
Pada Arsitektur Bali terdapat konsep tri angga (tiga bagian/wilayah) yang
maksudnya, tubuh manusia terbagi menjadi tiga: kepala sebagai angga utama
(untuk bagian yang paling suci), badan atau batang tubuh (dari dada sampai
pinggul) sebagai madya angga. (untuk bagian tengah), dan kaki sebagai nista angga
(yang dianggap paling najis). Jika terjadi pelanggaran terhadap batas-batas ruang,
maka dianggap telah melampaui etika.
PENUTUP
Selain itu, kualitas ukiran Baroque dalam kategori masif berisi takik
dekorasi besar yang dijejalkan dan ditekan menjadi satu sedangkan elemen-elemen
Pura Bali memiliki kualitas ragam hias yang lebih ringan, yang sesuai dengan
kaidah komposisi dan proporsi Dimensi-2 (Dimensi 2) dan Dimensi-3 (Dimensi 3)
Melati R.A., Josef P., & Murni R. (2015). Balinese ‘Baroque’: Aesthetic Of
Balinese Pura Based On Wolfflin’s Theory. Manifestation of Architectur In
Indonesia International Converence.
Jakob S., Matius A., Mudji Sutrisno, S.J., G.R. Lono L.S., Dharsono, Rahmanu W.,
Pujiyanto., Marwati. (2010). Seminar Nasional Estetika Nusantara. Penerbit ISI
Press Surakarta.
Sri Sunarti , Ikaputra. (2021). Semiotika untuk Memahami Makna Arsitektur Ragam
Hias. ATRIUM: Jurnal Arsitektur. (Vol. 7, No.1)