LATAR BELAKANG
Berada di jantung kota Tondano yang bermayoritas Kristen, Kampung Jawa Tondano
yang berpenduduk 100% muslim menjadi sebuah identitas budaya yang membuktikan bahwa
perpaduan sosial adalah sebuah kreasi humaniora yang unik. Terhimpunlah mereka yang dari
Jawa, Sunda, Arab, Banjar, Minang, Aceh, serta Saparua dengan Minahasa menjadi adonan
asimilasi budaya yang terpuji dan teladan, ikhwal, kokohnya Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Secara geografis Kampung Jawa Tondano terletak di sebelah Utara Danau Tondano
dengan ketinggian 600 meter di atas permukaan laut. Desa ini di kelilingi oleh pegunungan
Lembean di sebelah Utara dan Sungai Tondano di sebelah Barat serta Sungai Sumesempot di
sebelah Selatan.
Asal usul leluhur Kampung Jawa Tondano tidak lepas dari kisah perang Jawa yang
dipimpin oleh Pangeran Diponegoro yang berlangsung tahun 1825 – 1830. Belanda terlebih
dahulu memperdaya Kiai Modjo beserta 62 pengikutnya dan mengasingkan mereka ke Tondano
pada tahun 1829. Posisi mereka yang minoritas dan terasing dari tanah leluhur mereka, menjadi
pemicu dan daya pendorong untuk menjadikan hidup mereka lebih baik di pengasingan, pada
saat itu juga mereka menikah dengan putri minahasa sehingga terbentuklah kebudayaan yang
baru.
Kehidupan di Jawa Tondano adalah inspirasi, adalah cerminan Indonesia yang taat dalam
beribadah tetapi turut andil dalam membangun persaudaraan segenap umat manusia. Kekayaan
yang sangat luar biasa baik tradisi, kebudayaan, warisan para leluhur tetap dilanjutkan dan
dilestarikan oleh para generasi penerus hingga saat ini. Oleh karena itu dengan adanya Museum
Budaya Jawa Tondano diharapkan dapat menunjang kegiatan edukatif dan rekreatif yang
memberikan manfaat bagi para pengunjung serta menjadikannya sebagai media perkenalan
budaya.
A. PEMAHAMAN OBJEK
Secara harafiah pemahaman objek dapat diartikan sebagai berikut :
1. Museum adalah (dari bahasa Yunani yaitu Mouseion , yang sebenarnya merujuk
kepada nama kuil untuk Sembilan Dewi Muses, anak-anak Dewa Zeus yang
melambangkan ilmu dan kesenian. Museum adalah institusi permanen, melayani
kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha
pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengominikasikan, dan memamerkan
benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan
kesenangan. Karena itu ia bias menjadu bahan studi oleh kalangan akademis,
dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran
imajinatif pada masa depan. (sumber : wikipedia)
2. Budaya / Kebudayaan adalah ( dari bahasa Sansakerta yaitu Buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budia atau akal) diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata
culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.
(sumber/wikipedia)
Maka secara umum pengertian ‘Museum Budaya’ adalah suatu objek yang dapat menjadi
media perkenalan budaya dimana museum tersebut berada.
Museum Batak
(id.wikipedia.org)
Kecenderungan arsitektur museum dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu menggunakan
bangunan berbentuk seperti kuil klasik Eropa, menggunakan bangunan historis atau cagar
budaya, serta menggunakan bangunan baru yang atraktif.
Pengertian secara harafiah dari Arsitektur Neo - Vernakular bila diartikan ke dalam
bentuk asal adalah sebagai berikut :
Arsitektur : Ilmu pengetahuan mengenai bangunan
Neo/new : Baru
Vernakular : Asli
Arsitektur Vernakular : Suatu paham dari aliran Arsitektur Post Modern yang lahir sebagai
respon dan kritik atas modernisme yang mengutamakan nilai rasionalisme dan fungsionalisme
yang dipengaruhi perkembangan teknologi industri. Arsitektur Neo - Vernakular merupakan
arsitektur yang konsepnya pada prinsipnya mempertimbangkan kaidah-kaidah normative,
kosmologis, peran serta budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara
bangunan, alam, dan lingkungan.