Anda di halaman 1dari 18

Tema :

Arsitektur kontemporer(local cultural relations for the future)

Judul :
PENERAPAN ARSITEKTUR KONTEMPORER PADA
PERENCANAAN BANGUNAN MICE DENGAN PENDEKATAN
ARSITEKTUR SUNDA DAN MODERN DI KOTA BANDUNG

Penyusun
Dian Hermawan (21.2019.086)

Pembimbing
Dr. Juarni Anita, S.T., M.Eng.

ARB 500 – TUGAS AKHIR


Semester Genap – Tahun Akademik 2023/2024

Program Studi Arsitektur


Fakultas Arsitektur dan Desain
Intitut Teknologi Nasional
2024

1
1. JUDUL
Judul yang di usulkan :
“Penerapan Arsitektur kontemporer pada perencanaan banguunan MICE dengan
pendekatan arsitektur sunda dan modern di kota Bandung”
2. PENGERTIAN JUDUL
2.1. MICE
Konvensi berhubungan erat dengan istilah MICE. Kepanjangan MICE sebagai
meeting, incentive, conference and exhibition adalah salahsatu jenis pariwisata
dimana suatu kelompok besar, biasanya direncanakan dengan matang, MICE
itusendiri telah dikenal secara Iuas di dunia dan menjadi istilah umum dalam
industri pariwisata. Industri MICE merupakan industri yang masih muda, di kenal
di Eropa dan Amerika Utara sekitar 50 tahun yang lalu, dan konsep ini masih
cenderung baru dan belum tereksplorasi di negara-negara dunia ,industri ini sangat
diminati di negara-negara berkembang, karena sangat efektif memberikandampak
ekonomi surplus.
meeteng/ pertemuan bisinis
merupakan aspek penting MICE. Pertemuan bisnis memungkinkan para
professional dari berbagai bidang untuk bertukar pengetahuan ekonomi local di
sektor perhotelan, transportasi, dan makanan dan minuman.
Konvensi
Adalah kegiatan yang melibatkan pertemuan besar dengan peserta dari berbagai
negara atau daerah. Konvensi menciptakan peluang dan mendukung pertumbuhan
ekonomi melalui pengeluaran peserta konvensi di sektor pariwisata. Konvensi juga
memungkinkan transfer pengetahuan dan inovasi dalam bidang tertentu, seperti
iptek atau industri tertentu.
Pameran
Adalah platform untuk memamerkan produk atau layanan kepada khalayak yang
lebih luas. Pameran menciptakan peluang untuk meningkatkan branding, menjalin
hubungan dengan pelanggan potensial, dan menjajaki peluang bisnis baru.

2
Arsitektur kontemporer
Arsitektur Kontemporer merupakan gaya arsitektur yang mengutamakan kemajuan
teknologi dan juga kebebasan dalam mengekspresikan gaya arsitektur serta
menciptakan suatu keadaan berbeda dari lingkungan sekitarnya.
(Hilberseimer,1964). Arsitektur kontemporer berkembang sekitar awal 1920-an
oleh sekumpulan arsitek Bauhaus School of Design di Jerman yang merupakan
respon terhadap kemajuan teknologi dan berubahnya keadan sosial masyarakat
akibat perang dunia. (Illustrated Dictionary of Architecture, Ernest Burden, 1988).
Beberapa cara dalam menerepan arsitektur kontemporer pada bangunan
diantaranya ialah dengan konsep ruang yang terbuka, bentuk gubahan variatif serta
harmonisasi ruang. (Egon Schirmbeck, 1987). Dalam buku Indonesian Architecture
Now, arsitektur kontemporer di Indonesia saat ini selalu terkait dengan sejarah,
tradisi dan iklim (Akmal, 2005).
Arsitektur Tradisional
Menurut Amos Rapoport (1960), Arsitektur tradisional merupakan bentukan
arsitektur yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Mempelajari
bangunan tradisional berarti mempelajari tradisi masyarakat yang lebih dari sekadar
tradisi membangun secara fisik. Masyarakat tradisional terikat dengan adat yang
menjadi konsesi dalam hidup bersama.
Arsitektur Modern
Arsitektur Modern dapat diartikan sebagai pernyataan jiwa dari suatu massa, yang
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan ekonomi yang ditimbulkan
pada zamannya, yaitu dengan mencari keharmonisan dari elemen modern serta
mengembalikan arsitektur pada bidang yang sebenarnya (ekonomis, sosiologis, dan
kemasyarakatan) (CIAM, 1928).

3. TEMA PERANCANGAN
Tema : Arsitektur kontemporer (local cultural relations for the future)
Kearifan lokal
Kearifan lokal mengacu pada berbagai kekayaan budaya yang tumbuh dan
berkembang dalam sebuah masyarakat yang dikenal, dipercayai, dan diakui sebagai
elemen-elemen penting yang mampu mempertebal kohesi sosial di tengah masyarakat
(Haba, 2007:11; Abdullah, 2008:7). Quaritch Wales merumuskan kearifan lokal atau

3
local genius sebagai “the sum of the cultural characteristic which the vast majority of a
people have in common as a result of their experiences in early life”. Pokok pikiran yang
terkandung dalam definisi tersebut adalah (1) karakter budaya, (2) kelompok pemilik
budaya, serta (3) pengalaman hidup yang lahir dari karakter budaya. Kearifan lokal
bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan dan menciptakan kedamaian (Sibarani,
2013:22). Kearifan lokal digali dari produk kultural yang menyangkut hidup dan
kehidupan komunitas pemiliknya, misalnya sistem nilai, kepercayaan dan agama, etos
kerja, bahkan bagaimana dinamika itu berlangsung (Pudentia, 2003:1; Sibarani,
2013:21-22).
Arsitektur, yang biasa dikenal sebagai wujud fisik, tidak boleh dilupakan bahwa ia
memiliki suatu entitas kehidupan didalamnya. Arsitektur menaungi manusia dengan
ragam sikap hidupnya. Hal ini tentu terkait dengan bagaimana lingkungan (alam)
membentuknya dan bagaimana budaya (adat kebiasaan) mereka berlaku di dalamnya.
Oleh karena itu, perlu dimengerti bagaimana keterkaitan antara manusia, budaya dan
alam terutama di Nusantara. Kearifan lokal membawa arsitektur nusantara dan budaya
negara itu sendiri tidak hilang.

3.1 Integrasi lokal terhadap perubahan budaya


Kemajuan teknologi dan mobilitas fisik, misalnya, telah dilengkapi dengan mobilitas
sosial dan intelektual yang jauh lebih padat dan intensif. Media komunikasi yang
semakin canggih telah menyebabkan masyarakat terintegrasi ke dalam suatu tatanan
yang lebih luas, dari yang bersifat lokal menjadi global (Featherstone, 1991; Miller,
1995; Strathern, 1995 melalui Abdullah, 2010: 3). Kondisi ini justru melahirkan
kegamangan karena teknologi secara radikal mengubah cara hidup, cara pikir, dan pola
relasi antarsesama.
Perubahan kebudayaan menunjukkan adanya suatu periode transisional polapola
ekonomi, sosial, dan kultural yang terus berubah dan membentuk kontur masa depan,
mengindikasikan „struktur perasaan‟ yang gamang dari serangkaian praktek kultural
(Barker, 2010:160). Barker menyebutkan contoh penampilan dan status budaya pop
yang dipercepat oleh media elektronik mempertegas terbukanya sekatsekat yang
menambah kegamangan.
Untuk menghadapi derasnya arus globalisasi yang mengaburkan batas budaya serta
sebagai tantangan perubahan kebudayaan, kerja sama berdasarkan keberagaman dan
kebhinekaan Indonesia perlu diupayakan. Di tingkat lokal keberagaman itu mewujud

4
pada peran budaya lokal sebagai soko guru kehidupan masyarakat (lokal). Pada tataran
ini senantiasa berlangsung gejala budaya dua arah, yakni gejala budaya glokal (dari
global menjadi lokal) dan gejala budaya lobal (dari lokal menjadi global) (Mulyana,
2005: v). Apa peran kearifan lokal menghadapi sistem nilai tradisional (lokal) yang
mulai digantikan sistem nilai modern (global).

4. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah bangsa yang ragam akan budaya yang beragam. Keberagaman
budaya tidak lepas dari masalah seperti isu pelestarian budaya, dan suatu budaya
akan luntur dan terganti oleh budaya luar karena kurangnya penerapan atau pelestarian
budaya bangsa sendiri.
Kebudayaan asli suatu bangsa sendiri merupakan hal yang penting untuk dijaga
kelestariannya karena kebudayaan merupakan identitas bangsa. Lunturnya kebudayaan
asli suatu bangsa tidak hanya menyebabkan kerugian secara materi namun lebih
menimbulkan kerugian dari segi nilai di mana suatu bangsa tidak dapat menjaga
kebudayaan aslinya yang berujung pada hilangnya identitas bangsa. Salah satu cara
untuk menjaga kelestarian budaya adalah menyediakan suatu wadah yang berfungsi
sebagai pusat konservasi mulai dari musieum,dan pameran yang bersifat universal, peran
arstiktur sangat penting untuk menjaga kelestarian budaya , mulai dilihat dari cara
seorang arsitektur mengimplementasikan suatu budaya lokal kedalam suatu desain.
Jawa Barat merupakan provinsi di Indonesia dengan sejarah kebudayaan yang
panjang. Jawa Barat juga memiliki potensi wisata yang besar dengan pengembangan
wisata yang berbasis pada wisata budaya sebagai daya tarik utama. Adanya fasilitas
kebudayaan yang informatif, menarik, serta terintegrasi dapat membantu dalam
pelestarian kebudayaan, pendidikan, serta pengembangan pariwisata berbasis budaya
di Jawa Barat. Kota Bandung sebagai Ibu Kota Jawa Barat belum memiliki
pusatmkonvensi yang dapat merepresentasikan kota seperti Jakarta Convention dan
Exhibition (venue) pertemuan, Perjalanan Insentif, Konvensi dan Pameran (Meeting,
Incentive, Convention and Exhibition) dalam hal ini selanjutnya disebut Venue MICE
merupakan aspek penting dan menjadi salah satu barometer dalam perkembangan
industri MICE, baik pada taraf regional maupun global menunjukkan adanya tren
standarisasi dengan menerapkan kriteria-kriteria tertentu dalam industri MICE,
khususnya dalam standarisasi sebuah venue yang menjadipusat tempat penyelenggaraan

5
kegiatan MICE tersebut. Bandung salahsatu kota ragam akan budaya lokal , peran
arsitektur sangat penting, maka dari itu dengan memasukan suatu kultur atau budaya
kedalam suatu desain adalah cara agar budaya tersebut tetap hidup.

5. PERMASALAHAN PROYEK
a. Masih kurangnya wadah untuk suatu pertemuan seperti bisnis,konvensi,insentif, dan
pameran khususnya untuk di wilayah kota bandung.
b. Kurang sadarnya masyarakat akan pentingnya suatu budaya atau karya seni hasil
peninggalan budaya Indonesia.
c. Bagaimana memfasilitasi atau mengingatkan akan suatu budaya atau kultur suatu
daerah tidak hilang dengan menyediakan wadah atau menerapkan beberapa karya
desain kedalam sebuah objek atau desain agar karya seni budaya tetap ada dan
diketahui oleh masyarakat umum baik dalam negeri maupun luar negeri.

6. TUJUAN PROYEK
a. Menghasilkan rancangan suatu desain modern dengan memasukan unsur budaya
lokal dan budaya guna untuk menjaga karya seni dan budaya agar tidak hilang dan
dilupakan .
b. Menciptakan wadah unutk kalangan bisnis atau pertemuan ,pertunjukan seni dan
budaya baik secara tradisional maupun kontemporer yang dapat dipentaskan secara
in door dan out door

7. DESKIRPSI PROYEK
Nama Proyek : MICE
Luas Lahan : ± 2 Ha
Luas Bangunan : ± 6000 m2
Fungsi Tambahan :-
Sifat Proyek : Semi nyata, Fiktif
Owner/Pemberi Tugas : coordinator Tugas akhir
Sumber Dana :-
Lokasi : Jl. Soekarno Hatta No.526, Cijaura, Kec. Buahbatu, Kota
Bandung, Jawa Barat 4026

6
8.1 Mice
MICE, akronim bahasa Inggris dari "Meeting, Incentive, Convention, and
Exhibition" (Indonesia: Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran), dalam industri
pariwisata atau pameran, adalah suatu jenis kegiatan pariwisata di mana suatu
kelompok besar, biasanya direncanakan dengan matang, berangkat bersama untuk
suatu tujuan tertentu. Akhir-akhir ini telah suatu kecenderungan pada para pelaku
pasar pariwisata untuk mengganti istilah ini menjadi " The Meetings Industry". Dunia
MICE adalah dunia yang belum terjamah dengan baik di Indonesia. Padahal dunia
MICE merupakan salah satu andalan pariwisata di beberapa negara maju. Dunia
MICE merupakan salah satu dunia bisnis yang menjanjikan. Namun baru sedikit
sekali pihak Indonesia yang mau bermain di dunia MICE. Mungkin salah satu
penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan tentang MICE di Indonesia. Namun di
Indonesia sudah mulai ada lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan
tentang MICE.

8.2 Bentuk bentuk MICE


Ada empat bentuk utama dari kegiatan MICE ini, yaitu meeting, incentive,
convention, dan exhibition
Meeting
Adalah pertemuan orang-orang yang berkumpul untuk berbicara tentang
bagaimana membuat bisnis yang dilakukan lebih baik. Pokok-pokok
perdebatan utama berpusat pada peningkatan sumber daya manusia, kerja
sama, pertumbuhan profesional, hubungan masyarakat, dan perluasan
publikasi.
Incentive
Adalah inisiatif yang disponsori perusahaan yang berusaha untuk
menginspirasi anggota untuk mengambil peran aktif dalam pekerjaan mereka
dan berusaha untuk meningkatkan kinerja mereka di dalam organisasi.

7
Convention

Adalah Kumpulan orang-orang yang mau mendengarkan satu sama lain dan
belajar dari mereka, berbagi pemikiran, pengalaman, dan pengetahuan mereka
dengan cara yang tidak terbatas, dan kemudian mendiskusikan dan sampai pada
kesimpulan tentang topik yang dibahas dalam pertemuan tersebut.Berdasakan
penyelenggaraannya museum terbagi menjadi 2 (dua) jenis, diantaranya yaitu:

Exhibition
Adalah kegiatan promosi di mana produsen, kelompok, organisasi, dan
beberapa asosiasi menampilkan produk kepada pelanggan atau calon relasi.

8.3 Konsep Bangunan MICE


MICE akan didesain dengan konsep tradisional dan modern yang menggunakan
unsur-unsur budaya lokal berasal dari Jawa Barat yaitu budaya Sunda. Perancangan
ini menggunakan metode transformasi dengan menjadikan budaya Sunda sebagai
preseden, seperti mengadopsi beberapa ornament budaya sunda kedalam suatu
desain.
8.3 Integrasi Arsitektur Tradisional dengan modern
Salahsatu hal yang akan dilakukan oleh seorang arsitek dalam upaya memaknai
kearifan lokal dengan menerapkan pada era modern. Dalam proses perancangan
desain tidak harus selalu menerapkan tipologi lama (tradisional) hal ini dapat kita
ambil mulai dari esensi ruang, material, ataupun mengambil salahsatu tradisi
budaya dalam bentuk ruang atau hirarki ruang.
a. Arsitektur Tradisional Jawa Barat
Arsitektur tradisional Jawa Barat dapat kita temukan di beberapa tempat antara lain
desa Kenekes (Baduy) Lebak Banten, Kampung Pulo Garut, dan Kampung Naga
Tasikmalaya. Ciri dasar fisik bangunan tradisional adalah rumah panggung yang
dibuat dari material alam seperti kayu, bambu, dll. Tapi, lebih dari visual fisik yang
ada, terdapat hal-hal lain yang menjadi patokan/ panutan masyarakat Sunda dalam
memperlihatkan identitas jatidirinya.

8
B. Perpaduan Arsitektur Tradisional dengan Arsitektur Modern
Arsitektur pada dasarnya adalah sebuah karya ciptaan manusia yang merupakan suatu
artefak budaya karya manusia,Interpretasi desain dilakukan dengan memasukkan unsur
tradisional kedalam modernitas bangunan, seperti eksplorasi bahan-bahan lokal sekitar
pada pembuatan struktur bangunan untuk menekankan tapak tradisional dan beberapa
ornamen.

Implementasi sistem konstruksi yang ada merupakan kajian sistem konstruksi pada
bangunan tradisional setempat dengan disesuaikan dengan nilai-nilai teknologi modern.
Dan beberapa fungsi yang dikembangankan pada bangunan baru seperti menerapkan unsur
unsur kombinasi bangunan tradisional (dekonstruksi dan konstruksi). Hal tersebut menjadi
media penerjemahan yang saling berkesinambungan dari bangunan tradisional ke
bangunan di masa sekarang.

8.5 Konsep Kesenian


MICE ini bertujuan bertujuan menampilkan ragam perwujudan seni khas Jawa Barat
melalui eksibisi yang bersifat edukatif serta informatif. Bentuk seni yang akan
diwadahi pada bangunan pamerean dan ampiteater guna untuk menampilkan
beragam seni yang akan ditunjukan untuk pengunjung atau kelompok yang
berkunjung, adapun yang meliputi sejumlah kategori seni budaya yang mudah
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari seperti :

a. Seni Musik
- Karawitan
Adalah bentuk tetabeuhan (bunyi-bunyian), kakawihan, dan tetembangan.
Karawitan yang dipadukan disebut karesmen.
- Kliningan
Adalah jenis musik dengan laras slendro tetapi kadang kadang lepas dari
laras slendro, misalnya laras pelog. Perangkat musik kliningan terdiri atas
rebab kendang, bonang, gambang, saron rincik, peking, penerus, dan gong.
- Tarling
Seni musik khas Cirebon dengan alat musik utama berupa gitar dan suling.
Alat musik pendukungnya adalah kendang, gong, kecrek, tamborin, dan
organ.

9
- Angklung
Adalah jenis alat musik yang terbuat dari bambu yang biasa dimainkan
beregu atau perorangan.
- Dog-dog
Semacam alat musik perkusi untuk mengiringi pergelaran reog. Alat
musiknya terdiri atas tilingtit, tempas, dan brang-brang.

b. Seni Tari
Adapun beberapa seni tari yang dapat ditampilakan atau dipentaskan di antaranya
terbagi menjadi dua yaitu tarian kreasi dan klasik.
- Tarian kreasi meliputi tari jaipong.
- Tarian klasik : Tari Tayuban/Nayuban, Ketuk Tilu, Ronggeng Gunung,
Bangreng, Doger Kontrak, Baniet, Longser, Kemprongan, Bedaya Tara-
wangsa, Sekar Putri, Kandagan, Gawil, Lenyepan, Ponggawa, Topeng
Betawi, Merak, Kupu-Kupu, Kijang, Topeng, Sulintang, Ratu Graeni,
Anjasmara, Kendang Penca, Reog, lbing Keurseus, Gotong Singa.

c. Seni Kerajinan
Adapun beberapa kerajinan khas jawa barat yang dapat di pamerkan diantaranya
berupa :
- Batik tradisional Trusmi, rotan, kedok, lukisan kaca, dan kulit.
(Kab.Cirebon)
- Topeng, tembikar, tas kulit ular, batik tulis, tikar pandan dan bulu
domba.(Kab.indramayu)
- Anyaman, payung, batik tulis, kelom geulis, bordir, sepatu kulit, anyaman
mendong, dan topi. (Kab.Tasik malaya)
- Keramik (Kab.Purwakarta)
- Sepatu (Kota Bandung)
- Anyaman bambu dan pahat patung.(Kota Bekasi)

10
8. STUDI PRESEDEN
a. Museum Sri Baduga, Bandung

Gambar 1. International Conference Exhibition (ICE) BSD, Tangerang

International Conference Exhibition (ICE) BSD, Tangerang adalah salah satu karya
Arsitektur Mice yang ada di kota Jl. BSD Grand Boulevard, Tangerang dengan luasan 22
hektar, ICE dibangun tahun 2014. Venue ini dirancang untuk menjadi salahsatu pusat
pameran dan konvensi terluas di Indonesia,ICE juga mampu untuk memfasilitasi MICE
(pertemuan, insentif, konvensi dan pameran), serta acara bisnis dengan cakupan yang luas
secara bersamaan.

Gambar 2. Site plan International Conference Exhibition (ICE) BSD


(sumber: ice company profile)

Pada bangunan ICE BSD mengacu pada prinsip arsitektur bioklimatik yang dimana
menurut ken yeang yang harus memiliki cukup banyak area hijau unutk memaksimalkan

11
penghawaan alami, hal itu bisa dilihat dari gambar site plan di gambar no 2 ,bisa dilihat
bangunan hamper di semua di kelilingi area hijau, adapun letak area vegetasi tidak hanya
dibagian luar saja, melainkan sampai masuk kebagian selasar.

b. Sands Expo and Convention Center (SECC), Singapura

Gambar 3. Siteplan SECC


(sumber: : http://www.marinabaysands.com/MICE)

Sands Expo and Convention Center (SECC), adalah salah satu bangunan MI|CE yang
berletak di Singapura dengan luas bangunan 120.000 m2 yang dibangun pada tahun 2010.
Dan untuk tampilan bangunan secara keseluruhan hampir sama dengan ICE Jakarta, yaitu
mengusung tema kontemporer. Fasad bangunan dipenuhi oleh material kaca sehingga
pencahayaan alami diharapkan dapat masuk secara maksimal. Penggunaan dinding minim
karena pembagi 57 ruang-ruang utama dengan penyekat/portable walls. Struktur atap

12
bentang lebar dengan bentuk lengkung. Kanopi ditambahkan di sepanjang area drop off
sebagai area transisi bangunan dan jalan

Gambar 4. Sands Expo and Convention Center


(sumber: : http://www.marinabaysands.com/MICE)

Gambar 5. Denah L1 dan B2 SECC


(sumber: : http://www.marinabaysands.com/MICE)

13
Gambar 6. Denah L3 SECC
(sumber: : http://www.marinabaysands.com/MICE)

Gambar 7. Denah L4 SECC


(sumber: : http://www.marinabaysands.com/MICE)

14
Gambar 8. Denah L5 SECC
(sumber: : http://www.marinabaysands.com/MICE)

c. Bali Nusa Dua Convention Centre (BNDCC), Bali

Gambar 9. Bali Nusa Dua Convention Centre (BNDCC), Bali


(Sumber : http://www.baliconventioncenter.com/)

Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali, Indonesia adalah salahsatu karya
arsitektur yang berada di Kawasan Pariwisata Nusa Dua Lot NW/1, Kabupaten Badung,
Bali, dengan luas lahan 50.000 m2 dan dibangun pada tahun 2006. Konsep bangunan
secara keseluruhan mengambil karakter arsitektur Bali. Ornamen-ornamen khas Bali
ditampilkan pada fasad bangunan. Corak dan tekstur bangunan dipadukan dengan konsep
modern, di mana pemilihan warna dominan adalah putih. Lobby menjadi ruang utama,

15
menggabungkan 2 massa bangunan, yaitu BNDCC 1 dan BNDCC 2. Kombinasi atap
tumpuk dan atap limasan dipilih sebagai cerminan arsitektur lokal.

Gambar 10. Lantai dasar BNDCC


(Sumber : http://www.baliconventioncenter.com/)

Lantai dasar BNDCC terdiri atas Nusa Dua Hall yang dapat dibagi menjadi 5 ruang, 5
lobby, 7 kantor, 7 ruang multifungsi (Uluwatu), lavatori, business center, Jimbaran
restaurant, VVIP room, dan Taman Sari meeting room.

Gambar 11. Lantai Mezzanine BNDCC


(Sumber : http://www.baliconventioncenter.com/)

16
Lantai mezzanine BNDCC terdiri atas lobby, 8 ruang multifungsi (Kintamani), musholla,
lavatori, dan Seminyak lounge.

Gambar 12. Lantai Mezzanine BNDCC


(Sumber : http://www.baliconventioncenter.com/)
Lantai 1 BNDCC terdiri atas Singaraja Hall yang dapat dibagi menjadi 2 ruang, lobby,
lavatory, pantry, gudang, dan Singaraja Terrace.

17
DAFTAR PUSTAKA

[1] Tiaratanto, Excya. "Bangunan Konvensi dan Eksibisi Bandung “Tema Arsitektur
Kontemporer”." Jurnal Arsitektur Archicentre 4.1 (2021): 1-13.; diakses melalui:
https://www.scholar.com/ pada 08 februari 2024.
[2] Singal, David, and Esli D. Takumansang. "MEETING INCENTIVE
CONFERENCE EXHIBITION (MICE) BUILDING DI MANADO: Metafora
Kombinasi." Jurnal Arsitektur DASENG 12.1 (2023): 32-40.diakses melalui:
https://www.scholar.com/ pada 08 februari 2024.
[3] Almira, A., & Ekomadyo, A. S. (2016). Penerapan Budaya Sunda dalam
Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung. Prosiding Temu
Ilmiah IPLBI, 500, 081.; diakses melalui: https://www.scholar.com/ pada 08
februari 2024.
[4] Suharjanto, Gatot. "Konsep Arsitektur Tradisional Sunda Masa Lalu dan Masa
Kini." ComTech: Computer, Mathematics and Engineering Applications 5.1
(2014): 505-521. ; diakses melalui: https://www.scholar.com/ pada 09 februari
2024.
[5] Inestasya, N., Riany, M., & Muhsin, A. (2022). Penerapan Integrasi Arsitektur
Tradisional dan Arsitektur Modern pada Rancangan Islamic Center di Kabupaten
Sambas. FAD, 2(2). diakses melalui: https://www.scholar.com/ pada 09 februari
2024.
[6] Indri, S. E., Gandarum, D. N., & Lahji, K. (2022). STUDI KOMPARATIF
PENERAPAN ARSITEKTUR KONTEMPORER PADA BANGUNAN
BERKONSEP MICE (Meeting, Incentive, Convention, dan Exhibition).
In Prosiding Seminar Intelektual Muda (Vol. 4, No. 1, pp. 129-138).
[7] Adhi Nugraha; 2012; Transforming Tradition: A Method for Maintaining Tradition
in a Craft and Design Contex, Aalto University publication series, doctoral
dissertations, Helsinki; pada 18 April 2020.: https://www.scholar.com/ pada 10
februari 2024.

18

Anda mungkin juga menyukai