Anda di halaman 1dari 7

RESUME REFLEKSI PENGHARGAAN PADA BUDAYA

VISUAL NUSANTARA

Seminar Artivac FSRD ISBI Bandung, 14 Desember 2020

disusun oleh :

Fanhani Aina Hermawan 192131003

PROGRAM STUDI KEAHLIAN SENI MURNI

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

INSTITUT SENI BUDAYA INDONESIA

BANDUNG
2020

Pemateri : Dr. Ira Adriati, M.Sn

Judul : Refleksi Penghargaan Pada Budaya Visual Nusantara

Sebelum membahas lebih dalam tentang Refleksi Penghargaan Pada Budaya


Visual Nusantara, mari kita cari tahu terlebih dahulu tentang apa itu budaya
visual.

Budaya visual adalah tautan wujud kebudayaan konsep/nilai dan


kebudayaan materi/benda yang dapat segera ditangkap oleh indera visual/mata,
dan dapat dipahami sebagai model pikiran manusia untuk meningkatkan
kualitas hidupnya. Budaya visual tidak hanya terdiri dari sebuah sosok
kebudayaan yang dinilai kurang bermartabat, hanya karena bentuk yang teraga
sebagai implementasi ‘terluar’ kerap dinilai sebagai wajah imitasi. Karena pilar
tersebutlah merupakan kreativitas nilai, inovasi dalam kebudayaan itu sendiri
sehinggu membentuk suata peradaban.

Dalam peradaban fisik, gaya visual selalu menjadi fenomena yang


menarik untuk diamati, hal itu disebabkan oleh factor dinamika dan ekspresi
terluar sebuah objek yang mudah dicerna indera mata. Salah satu bentuk gaya
visual yang dianggap mendunia adalah modernisme dan modernisme selalu tak
bisa dipisahkan dari pengaruh budaya barat.

-  Desain sebagai Wujud Budaya Visual

Sosok atau wujud desain dianggap sebagai representasi kompleks dari


sub-sub social budaya yang mengiringi proses penciptaannya, termasuk di
dalamnya antara lain pola pikir, ideologi politik, kebijakan pemerintah, system
pendidikan visual, wacana estetik yang berkembang, hingga orientasi
masyarakat terhadap pandangan dunia.
Hal yang terpenting pada Wujud Budaya Visual adalah:

1.      Mendudukan pergeseran gaya visual dan nilai estetik dalam karya desain
sebagai bagian dari proses transformasi budaya nasional secara keseluruhan

2.      Menempatkan desain dalam wacana budaya visual Indonesia secara


proporsional

3.      Mengamati peran gaya visual pada karya desain yang telah memperkaya
peradaban bangsa diamati sebagai fenomena pemberdayaan masyarakat
Indonesia yang bermakna.

Dan dalam konteks budaya visual, istilah desain dapat dipahami sebagai
suatu aktivitas dan karya budaya yang teraga dan memiliki makna bagi
perkembangan peradaban masyarakatnya. Dengan demikian, desain melingkupi
semua hal yang berkaitan dengan budaya benda, nilai-nilai dan substansi
filosofis yang melatar belakanginya

A. Wujud Kebudayaan

Kebudayaan merupakan tindakan sebagai wujud gagasan yang diturunkan


sejak zaman nenek moyang. Kebudayaan berakar pada kata sansekerta yakni
"buddhayah" dan bahasa latin "colere". Buddhayah memiliki pengertian kata
kebaikan atau budi. Colore memiliki pengertian proses atau mengolah atau
mengerjakan.
Definisi Kebudayaan Menurut Para Ahli

- Menurut Koentjaraningrat, budaya adalah sebuah sistem gagasan dan rasa,


sebuah tindakan serta karya yang dihasilkan oleh manusia dalam kehidupan
bermasyarakat, yang dijadikan kepunyaannya dengan belajar.
- Menurut E.B. Taylor, budaya ialah suatu keseluruhan yang kompleks meliputi
kepercayaan, kesusilaan, seni, adat istiadat, hukum, kesanggupan, dan kebiasaan
lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai bagian dari masyarakat.
- Menurut Linton, budaya meru[akan keseluruhan dari sikap dan pola perilaku
serta pengetahuan yang merupakan suatuy kebiasaan yang diwariskan dan
dimiliki oleh suatu anggota masyarakat

Wujud kebudayaan memiliki beberapa aspek, diantaranya :

1. Spiritual
Berkaitan dengan cara pandang tentang kekuatan diluar kekuasaan
manusia. Kesenian dapat berwujud gagasan-gagasan, ciptaan-
ciptaan, pikiran, ceeita-cerita dan syair yang indah.
2. Relasi Sosial
Berkaitan dengan struktur sosial dalam masyarakat tertentu.
Kesenian juga dapat berupa tindakan-tindakan interaksi berpola
antara seniman, pencipta, penonton, sponsor, dan konsumen
kesenian.
3. Artefak
Objek visual yang dibuat berkaitan erat dengan spiritual dan relasi
sosial. Semua kesenian juga berupa benda-benda indah seperti :
tenunan, candi, lukisan, dll.

B. Fungsi Seni

Seni dalam tradisi budaya modern & tradisi budaya etnik memiliki tujuan yang
sama dalam spiritualisme yakni menangkap yang illahi dalam bentuk-bentuk
imaji.
1. Masyarakat suku/tradisi/lama memfungsikan seni tradisi dan
menuangkan 'yang lain' itu benar benar hadir dalam bentuk seninya
(supernatural).
2. Masyarakat Modern/Kontemporer/Baru Seni Modern merupakan
hadirnya ‘yang lain’ itu dalam pemikiran dan penghayatan
(antroposentris).

Antroposentrisme adalah konsep utama di bidang etika lingkungan


dan filsafat lingkungan, karena sering dianggap sebagai akar masalah
yang tercipta akibat interaksi manusia dengan lingkungan. Meski
begitu, antroposentrisme tertanam kuat dalam berbagai budaya
manusia modern dan tindakan-tindakan sadarnya. Istilah ini dapat
ditukar dengan humanosentrisme dan supremasi manusia.

C. Transformasi Tradisi-Modern Saat ini

Pada Tradisi lebih mementingkan Makna sedangkan pada Modern


lebih mementingkan Konsep. Pemahaman makna pada point ini yaitu pada
seni tradisi lebih mementingkan visual dan pada seni modern lebih
mementingkan visualisasi.

Namun, saat ini juga banyak karya seni modern yang diangkat atau di
adaptasi dari seni tradisional yang sudah ada sejak ribuan tahun lalu, dengan
sedikit modifikasi dan sentuhan modern sesuai kebutuhan karya seni ini
menjadi suatu inovasi yang banyak dibuat.

D. Potensi Budaya Visual Nusantara

Di dunia modern ini, banyak sekali hasil karya yang diadaptasi dari
seni tradisi. Contohnya seperti pengaplikasian motif nusantara pada beberapa
produk modern atau furniture. Benda pakai saat ini banyak mengangkat
motif atau budaya tradisi dari nusantara sehingga memiliki nilai jual tinggi
apabila dikelola dengan baik.
Namun, pada topik ini juga mengundang berbagai pro dan kontra terkait
ke originalitasannya. Banyak seniman atau creator di industry ini yang hanya
mengaplikasikan budaya tradisi tanpa tahu makna, atau filosofi yang terkandung
didalamnya, mereka kebanyakan hanya melakukan pengaplikasian karena
visualnaya yang bagus atau menarik dan bisa menarik daya beli konsumen.

Hal ini pun berdampak pada pengrajin original nya yang ada di suatu
daerah penghasil budaya tradisi yang asli. Contohnya Kain tenun, kain tenun di
daerah asli pembuatnya dengan motif yang sangat rumit dan pengerjaan yang
lama hanya dihargai 50.000 karena mereka tidak mengetahui bagaimana teknik
berbisnis. Dan akhirnya, banyak creator/seniman di kota kota besar yang
mengadaptasi motif tenun dan membuat ulang dalam jumlah yang banyak
dengan harga diatas +50.000 dan berhasil terjual banyak. Hal ini tidak
disalahkan, namun, kebudayaan menenun itu menjadi hilang karena tergerus
dengan kebudayaan modern yang bisa menghasilkan banyak kain tenun dalam
waktu singkat.

Hal ini berkaitan dengan persaingan pasar global, jika dilihat dari segi
ekonomi dan bisnis, memperbanyak suatu budaya tradisi lebih baik dilakukan
dengan mesin atau alat lain yang bisa mencetak banyak produk dibandingkan
dengan manual yang pengerjaannya sangat lama namun harganya sangat murah,
hal ini membuat rugi para pengrajin aslinya. Tetapi disisi lain, ranah konsumen
yang semakin meningkat dan permintaan produksi yang membludak tidak bisa
terpenuhi jika hanya mengandalkan metode original dengan menenun dengan
cara tradisional.

Hal ini masih menjadi pro kontra sampai sekarang. Namun, yang
terpenting ialah, meskipun kita mempunyai teknik modern untuk membuat
budaya tradisi seperti tenun, kita tidak boleh melupakan tradisi aslinya, jangan
sampai budaya tersebut hilang dan tidak memiliki jejak. Bagaimanapun kita
harus melestarikannya.
E. Inspirasi Visual

Banyak seniman indonesia atau luar yang mengangkat budaya tradisi


menjadi karya seni modern. Karya masyarakat suku telah menginspirasi
perubahan besar dalam dunia seni modern.

1. Ukiyo-e membuat perubahan besar dalam lukisan untuk untuk


membuatnya menjadi lebih datar.
2. Patung-patung Afrika mempengaruhi karya kubisme Pablo
Piccaso.
3. Arca yang ada di candi mempengaruhi illustrasi modern saat ini,
dalam segi aneka tampak, mementingkan tokoh, beragam
adegan/peristiwa dalam satu bidang.
4. Tradisi digunakan sebagai konsep visual.

Banyak juga seniman kontemporer Indonesia yang berhasil eksis di medan


seni International karena mengambil konsep/tema nusantara. Contohnya yaitu
Joko Avianto yang mengambil konsep bambu pada setiap karyanya.

F. Potensi Budaya Visual Nusantara

Banyak sekali potensi budaya visual nusantara yang bisa sukses di medan
seni lokal maupun international. Namun ada beberapa faktor yang bisa
menjadikan budaya visual nusantara ini hilang, yaitu :

1. Pengembangan design seringkali tidak memikirkan makna tradisi


2. Penggunaan teknik baru bertujuan ekonomis, tetapi dapat
menghilangkan ke-khasan masyarakat tradisi.

Anda mungkin juga menyukai