Anda di halaman 1dari 15

Harmoni: Jurnal Pendidikan Seni Rupa

https://journal.unismuh.ac.id/index.php/harmoni Jurnal Harmoni 28

DISIPLIN KREATIF DALAM SENI RUPA TERAPAN

MEISAR ASHARI
Dosen Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar

Abstrak: Penelusuran disiplin kreatif adalah suatu proses kontenplasi penemuan ide atau
gagasan dalam konteks penciptaan seni. Kendati tidak dengan istilah yang sama,
kehadiran seni terapan telah berlangsung dengan waktu yang panjang, yaitu sejak masa
kehidupan berburu dan meramu, disusul kehidupan menetap dan tradisional, sampai pada
zaman modern dan era global.
Kehadiran seni terapan terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
jasmani dan rohani. Hasilnya diperlukan masyarakat secara terus menerus, sehingga
pembuatnya berlangsung turun-temurun menjadi tradisi. Sudah tentu disertai
penyempurnaan, perubahan, dan perkembangan. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa
eksistensi seni tradisional Indonesia, khususnya di Sulawesi selatan, mengandung tiga
muatan penting, yaitu: (1) mitologi; (2) ritual; dan(3) symbol (Fichser, 1994). Ketiga
muatan itu saling bergayut, mencerminkan kandungan spirit, ruh, dan jiwa budaya
bangsa, menyiratkan pencapaian kualitas astetik seni tradisional Indonesia berkualitas
tinggi, monumental dan menyejarah, sekaligus bukti kualitas seniman atau perupa seni
terapan masa lampau dalam berkreasi.

Kata Kunci: Disiplin kreatif, seni rupa terapan.

A. Pendahuluan menonjol diantara kerajinan yang lain,


Setiap mahluk yang namanya seorang pengunjung bergumam, “wah … ini
manusia pasti memiliki nilai-nilai estetika kerajinan yang paling kreatif dan
sehingga kreatifitas selalu hadir artistik.” Apa maksudnya ia menyebut
mendampingi untuk menjadi barometer kerajinan itu kreatif dan artistik? Itu artinya
dalam memilah dan memilih, mana baik dan bahwa orang itu sedang menunjukkan
mana yang buruk, apakah itu sikap atupun aktualisasi dirinya kalau sebenarnya dia
tindakan (action). Ada satu contoh kasus mampu menilai dan menunjukkannya kepada
yang menarik untuk kita telaah, ketika khalayak kalau dia bisa. Walau sebenarnya
melihat kerajinan yang indah, unik dan maksud kreatif, artistik itu menunjukkan

Harmoni, Volume 1 (1) Januari 2011, 28-42 ISSN 2087-9865


Harmoni: Jurnal Pendidikan Seni Rupa
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/harmoni Jurnal Harmoni 29

bahwa kerajinan itu memiliki kandungan d. Apa yang dapat kita rasakan ketika
nilai-nilai yang membuat karya itu indah, manemukan keindahan dalam seni.
bagus, menarik, enak dipandang, atau
Dari beberapa pertanyaan diatas
dikhayati, sesuai sifat-sifat dari medium itu
menunjukkan bahwa potensi seni rupa
sendiri.
terapan yang kita miliki perlu digali dan
Uraian diatas dapat disimpulkan
ditekuni untuk terus diamalkan. Jika terus
bahwa, setiap karya seni, khususnya seni
ditekuni kelak akan menjadi suatu disiplin
terapan selalu memiliki sifat-sifat kreatif.
yang disegani, yaitu disiplin kreatifitas nan
Diketahui, karya seni rupa terapan di
artistik.
Indonesia sangat beragam dan tersebar
Dewasa ini dalam membangun
diberbagai daerah di Indonesia. Tanpa
disiplin kreatif terhadap seni rupa terapan, itu
mengabaikan kosa etnik disetiap daerah
erat kaitannya dengan penciptaan dan
ditetapkan bahwa seni kriya dipandang cukup
terkadang kita enggan melakukan eksplorasi,
representatif guna memberikan ide dasar
pengkajian, dan perumusan ide dasar dan
penciptaan seni terapan yang mencakup
metodologi penciptaan sendiri sebagai
konsep filosofi dan metodologi
landasan penciptaan untuk menghasilka
penciptaan. Keyakinan mengenai adanya
karya kreatif, yang mampu menunjukkan
sifat-sifat itu, memungkinkan kita bertanya
paradigma baru yang komprehensif, utuh,
tentang banyak hal, terutama terkait dengan
dan padu.
sifat-sifat yang melekat pada seni terkhusus
Dalam disiplin kreatif atau sebuah
pada terapan, yaitu kreatifitas?
penciptaan bentuk pastilah berkenaan dengan
nilai-nilai estetika yaitu mempelajari sistim
a. Dari mana asalnya kreatifitas, apa
tanda yang digunakan oleh para seniman dan
sumbernya?
para pengguna seni lainnya untuk
b. Bagaimana seniman membentuk dan
menyatakan ekspresi, sehingga dengan sistim
menghasilkan karya seni rupa terapan
tanda itu dimungkinkan sesama seniman dan
sehingga memiliki sifat-sifat artistik
para pengguna dapat saling bekerja sama,
kreatif, yang bagus, dan indah.
mengkomunikasikan pesan-pesan nilai dan
c. Apa itu keindahan menurut perspektif
menyatakan eksistensi diri baik secara
seniman.
kolektif maupun dengan cara sendiri-

Harmoni, Volume 1 (1) Januari 2011, 28-42 ISSN 2087-9865


Harmoni: Jurnal Pendidikan Seni Rupa
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/harmoni Jurnal Harmoni 30

sendiri. Sistim tanda itu pada dasarnya kehadiran seni terapan telah berlangsung
adalah alat atau sarana bagi seniman dan dengan waktu yang panjang, yaitu sejak masa
pengguna seni, baik secara kolektif maupun kehidupan berburu dan meramu, disusul
secara personal untuk menyatakan eksistensi kehidupan menetap dan tradisional, sampai
diri dan pesan-pesan nilai sehingga dapat pada zaman modern dan era global.
diapresiasi dan digunakan untuk
Kehadiran seni terapan terkait dengan
kepentingan-kepentingan tertentu oleh pihak
kehidupan sehari-hari untuk memenuhi
lain yang melihat, mendengar, menyaksikan,
kebutuhan jasmani dan rohani. Hasilnya
dan menghayati pesan-pesan nilai dan
diperlukan masyarakat secara terus menerus,
eksistensi diri itu melalui sistim tanda yang
sehingga pembuatnya berlangsung turun-
digunakan.
temurun menjadi tradisi. Sudah tentu disertai
Fenomena sosial kultural itu
penyempurnaan, perubahan, dan
mendorong perlunya ditelusuri ide dasar
perkembangan. Fakta dilapangan
penciptaan karya seni terapan masa lampau
menunjukkan bahwa eksistensi seni
di Indonesia, khususnya di Sulawesi selatan,
tradisional Indonesia, khususnya di Sulawesi
sebagai titik tolak perumusan konsep filosofi
selatan, mengandung tiga muatan penting,
dan metodologi baru yang berguna bagi
yaitu: (1) mitologi; (2) ritual; dan(3) symbol
penciptaan seni terapan masa kini.
(Fichser, 1994). Ketiga muatan itu saling
Pengalaman dalam berpikir kreatif untuk
bergayut, mencerminkan kandungan spirit,
meramu pengaruh budaya tampaknya
ruh, dan jiwa budaya bangsa, menyiratkan
menorehkan model kreasi yang layak diacu
pencapaian kualitas astetik seni tradisional
dan diteladani, karena melalui model analisis
Indonesia berkualitas tinggi, monumental
mereka terbukti melahirkan karya seni yang
dan menyejarah, sekaligus bukti kualitas
berkualitas tinggi dan monumental.
seniman atau perupa seni terapan masa
B. Penelusuran Disiplin dan Gagasan lampau dalam berkreasi.
Kreatif. Pengembaraan jiwa itu sangat unik,
bersifat pribadi akan tetapi universal, sampai
Penelusuran disiplin kreatif adalah
pada titik simpul bahwa kehidupan di alam
suatu proses kontenplasi penemuan ide atau
semesta adalah sebuah misteri. Batas antara
gagasan dalam konteks penciptaan seni.
nyata dan tidak, tipis; berbagai peristiwa
Kendati tidak dengan istilah yang sama,

Harmoni, Volume 1 (1) Januari 2011, 28-42 ISSN 2087-9865


Harmoni: Jurnal Pendidikan Seni Rupa
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/harmoni Jurnal Harmoni 31

unik, aneh dan misterius sering sulit Ide dasar penciptaan seni terapan saat ini
dipahami akal sehat. Pemahaman peristiwa jelas dipengarui penciptaan karya masa
unik, aneh, dan misterius, baik menyangkut lampau, sejak masa akhir zaman madya
kondisi alam maupun sosial, memerlukan penting untuk ditelusuri, diungkap, dan
perangkat analisis tersendiri, terkait dirumuskan kembali, sesuai tahap-tahap
lingkungan alam dan kondisi sosial perkembangannya, sesuai spirit, ruh, dan
penyertanya. Sejak kelahiran dan kematian, jiwa budaya yang bergerak dinamis. Ide dasar
sebagai pribadi atau kelompok sosial, dalam penciptaan seni terapan Indonesia khususnya
masyarakat atau dialam semesta, di Sulawesi selatan, dapat ditelusuri melalui
sebagai microcosmos sekaligus macrososmo tersedianya fakta fisik, fakta social, dan fakta
s, kehidupan manusia selalu diselimuti mental, yakni data yang menjadi fakta
berbagai misteri. Kelahiran-kematian terjadi sejarah. Fakta itu sejalan dengan pergeseran
silih berganti; kegunaan-kenistaan, kearifan- kekuasaan fisik dari masa animisme ke masa
kebebalan, kebajikan-kebatilan, bergulir hinduis, dari hinduis sampai turunnya
susul-menyusul; keberhasilan-kegagalan, tomanurung dan terbentuknya kerajaan, dari
kebahagiaan-kepedihan, melingkar berselang hinduis kerajaan-ke kerajaan Islam yang
seling, semuanya berakhir sia-sia. Pula, alam menempatkan raja sebagai sosok penerima
semesta dalam batas cakrawala tak berujung; wahyu (keberuntungan) untuk
auman binatang liar-buas-meraung menyampaikan kebajikan kepada umat
melengking menakutkan; hutan belantara- manusia dimuka bumi. Pergeseran pusat
semak berduri-terjatuh lusuh mengerikan; kekuasaan itu diyakini menyertakan konsep
semuanya nyata dipelupuk mata. Semua itu filosofi dan metodologi penciptaan seni
menjadi suapan orang seorang tiada henti, terapan tersendiri, yang pada saatnya menjadi
menyertai sekaligus merisaukan perjalanan landasan dasar penciptaan karya seni, terlihat
panjang peradaban umat manusia, menjadi melalui perbedaan-persamaan visualisasi
bukti bahwa dunia sana ada kekuatan estetik pada setiap babak sejarahnya. Dapat
pengatur lalu lintas hidup, ditambah dinyatakan, bahwa setiap periode zaman
ekosistem mengkondisikan lingkungan, selalu hadir karya seni terapan yang unik dan
termasuk spirit, ruh dan jiwa budaya zaman karakteristik, sehingga konsep filosofi dan
serta dinamika perubahan perilaku sosial. metodologi penciptaannya seharusnya

Harmoni, Volume 1 (1) Januari 2011, 28-42 ISSN 2087-9865


Harmoni: Jurnal Pendidikan Seni Rupa
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/harmoni Jurnal Harmoni 32

menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap Disiplin dan gagasan kreatif
pembahasan yang dilakukan. menghasilkankan cipta seni yaitu sebuah
Kenyataan itu membangkitkan spirit sistem, bukan sejumlah unsur yang
pengembaraan jiwa dan penjelajahan sukma terkumpul secara tidak beraturan. Seperti
yang merintis jalan lahirnya konsep filosofi halnya system-sistem lain, disiplin kreatif,
estetik dalam disiplin kreatif terhadap sebuah unsur-unsur seni “teratur/diatur” seperti pola-
penciptaan seni rupa terapan. Luapan emosi pola yang berulang, sehingga kalau satu
yang bergelora membenamkan diri pribadi bagian saja yang ditampilkan, seorang
yang memicu penghayatan moral spiritual seniman dapat memberikan interpretasi dan
seseorang, bahkan merabuk masuk bagi dapat melengkapi keseluruhan “maksud”
tumbuh suburnya kepekaan rasa. Pemahaman dengan melakukan treatment tertentu.
misteri kehidupan di alam semesta Dengan keteraturan itu dapat dijabarkan lebih
menghasilkan pengalaman eksklusif- lanjut dengan menyatakan bahwa seni itu
spekulatif, suatu cara pandang yang dibangun sistematis. Artinya, dapat diurai menjadi
diatas sentuhan penghayatan metafisika. Cara satuan-satuan terbatas yang terkombinasi
pandang ini membentuk keyakinan menurut kaidah-kaidah yang dapat
kepercayaan, mempengaruhi perilaku hidup diinterpretasi dan dipahami. Kemudian,
pribadi dan komunitas sosial. Temuan berdasarkan pemahaman dan interpretasi itu
penghayatan tersebut memiliki keunggulan dapat digarap lebih lanjut sehingga menjadi
komparatif, sebagai wujud panggilan jiwa satu kesatuan ekspresi yang utuh, lengkap.
spiritual budi luhur bangsa timur. Catatan Disamping itu juga dapat dikatakan bahwa
naratif ini melukiskan ciri khusus pekatnya seni juga bersifat sitemik. Artinya, seni bukan
etika dan estetika bangsa Indonesia, merupakan sebuah system yang tunggal,
khususnya suku-suku yang berada di melainkan terdiri dari beberapa macam
Sulawesi selatan sebagai cerminan hingar subsistem yang sekurang-kurangnya dapat
bingar penghayatan mendalam spirit, ruh, dibedakan menjadi subsistem medium,
dan jiwa budaya Timur sekaligus merupakan subsistem vokabulari dan subsistem
parade dimensi kehidupan, yang lebih lanjut gramatik.
menjadi landasan setiap kegiatan hidup dan Itulah bentuk analisis metafisika
cipta seni. tentang disiplin kreatif. Manusia dan alam

Harmoni, Volume 1 (1) Januari 2011, 28-42 ISSN 2087-9865


Harmoni: Jurnal Pendidikan Seni Rupa
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/harmoni Jurnal Harmoni 33

bergayut hikmat, tetapi usaha penciptaan seni merupakan esensi makna kehidupan yang
rupa terapan yang mempengaruhi pola pikir merepresentasikan jagad cilik, sekaligus
dan prilaku hidup dalam memahami misteri potret jagad yang melukiskan keterkaitan
kehidupan dan kondisi alam semesta itu biasa kondisi pribadi, kelompok sosial, dan alam
dihubungkan dengan kekuatan gaib, landasan semesta. Suatu realitas hidup masa lampau
dasar kehangatan sistem kepercayaan dan dibawah langit, terekam dibalik bentuk karya
mekanisme ritual magis. Moral spiritual seni. Sebab itu, hasil karya merupakan
berkembang subur, menjelma menjadi personifikasi diri pribadi yang kompleks,
konsep nilai dan pranata sosial. juga gambaran sifat dan karakter masyarakat
yang komunal dan heterogin.
Hikmat kesadaran moral spiritual
Diatas telah dijelaskan bahwa seni
menuntun pertumbuhan cipta, rasa, karsa,
adalah ‘suatu sistem’. Sebagai suatu sistem,
pemicu pengembangan dan perwujudan seni
seni memadukan dunia gagasan atau dunia
terapan, seperti terekam dibalik bentuk
essensi dengan dunia empirik atau dunia
fisiknya. Visualisasi konsep nilai, idealisasi
medium. Medium itu bersifat universal sebab
(cita-cita) dan gagasan kreatif dibangun
dapat berupa gerak, bunyi, bentuk-bentuk
diatas landasan keyakinan-kepercayaan,
visual ataupun gabungan dari dua atau
didirikan berdasarkan
ketiganya. Jika dikatakan seni merupakan
keseimbangan microcosmos dan macrocosm
suatu sistem, berarti setiap karya seni selalu
os, cermin berbaurnya konsep mitologis,
dikreasi/atau diciptakan secara sistematis dan
ontologis, dan fungsional; Tapak tilas konsep
sekaligus juga sistemis. Dari model yang
penciptaan seni terapan di masa lampau yang
tergambar di atas, dapat kita pahami bahwa
karya ciptanya masih dapat dinikmati hingga
ilmu kreatif dapat di bagi menjadi beberapa
kini.
bidang ilmu, yaitu ilmu yang berkaitan
C. Sifat Kretif dalam Penciptaan Karya dengan dunia empirik dari realitas kreatifitas

Manusia pribadi memiliki karakter, namun itu sendiri. Rana atau domain seni yang

terjadi perubahan sikap, ketika berada dalam berkenaan dengan dunia empirik diteliti dan

kondisi kompleks. Dari waktu kewaktu, diuraikan dalam organologi pengetahuan

temperamen orang mengalami perubahan, bahan. Sedangkan rana atau dominan seni
peragai pribadi berubah beragam. Kondisi ini yang terkait dengan dunia idea tau dunia

Harmoni, Volume 1 (1) Januari 2011, 28-42 ISSN 2087-9865


Harmoni: Jurnal Pendidikan Seni Rupa
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/harmoni Jurnal Harmoni 34

gagasan pada hakikatnya adalah dunia makna seniman memiliki vokabuler pribadi yang
yang diwadahi oleh domain atau rana lain merupakan ideom dan kebiasaan sebagai
yaitu dunia empirik seni, sebab domain ini manifestasi cara ungkap yang khas dan unik
memiliki karakter wujud yang bersifat dalam menyatakan “sesuatu” lewat sini.
filosofis. Oleh karena itu domain ini Gagasan ini berkaca dari strategi analisis
sesungguhnya adalah domain filsafat seni, Fedinan de Sausure dalam linguistic, yang
yang maksudnya bukan semata-mata filsafat membedakan sistim bahasa pada akal budi
tentang seni tetapi adalah epistemology pemakainnya dalm kelompok sosial serta
penciptaan seni. Pada hakekatnya manifestasi dan realisasi nyata dalam tiap
epistemology penciptaan seni adalah cabang pemakai bahasa.
filsafat yang mengkaji sifat alamiah seni, Kreatif adalah seni, sebagai system
khususnya yang berkenaan dengan pondasi komunikasi (apapun yang dikomunikasikan),
atau dasar, lingkup, dan syarat sahnya sedangkan parole kreatif adalah dunia nyata
keindahan yang digunakan. Dari dari wujud artistik yang ditentukan oleh
epistemology penciptaan itulah maka seni aktualitas karakter pribadi berikut
dapat dipahami. kompetensi dan “performance” dari seniman
Sadar atau tidak, tiap seniman dan pengguna seninya. Jadi, variasi seni yang
dan/atau pengguna seni dalam masyarakat banyak itu serta dengan ragam kreatifitas
tertentu mengungkapkan ciri khas pribadinya dalam berkarya seni adalah variasi-variasi
dalam realitas kreatif pada karya seni yang artistik yang disebut parole artistik. Dalam
dikreasi dan dimanfaatkannya sebagai seni linguistik makna adalah kaitan antara kata
terapan, sehingga seni bagi tiap seniman atau dengan pengertian dari kata itu. Diantara
masyarakat pengguna adalah sarana untuk devinisi yang ada salah satu diantaranya
menyatakan diri dan eksistensi. Pernyataan menekankan pengertian pada “suatu sifat
diri dan eksistensi seni yang dipilih adalah intrinsik”. Oleh karena itu, sesungguhnya
ciri khasnya yang tidak dimiliki oleh seniman domain seni yang terkait dengan gagasan,
dan masyarakat pengguna lain. Kalau kita dengan filsafat seni dan bahkan juga dengan
meminjam disiplin linguistik, domain ini epistemologi penciptaan, pada hakekatnya
dapat dikatakan bahwa tiap seniman adalah suatu sifat intrinsik dari suatu karya
memiliki idiolek artistik. Artinya, setiap seni itu sendiri.

Harmoni, Volume 1 (1) Januari 2011, 28-42 ISSN 2087-9865


Harmoni: Jurnal Pendidikan Seni Rupa
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/harmoni Jurnal Harmoni 35

Berkarya kreatif selalu dipresentasikan atau makna dan ditata sedemikian rupa, sehingga
diungkapkan dalam suatu konteks. Oleh pemaknaan dan penataannya dilakukan
karena itu selalu ada unsur tertentu yang berdasarkan kesepakatan-kesepakatan yang
menyebabkan serasi dan tidaknya sistim di telah diterima secara cultural. Untuk dapat
dalam struktur atau konstruk seni. Unsur- terlibat dalam pemaknaan dan penataan, para
unsur di luar struktur atau konstruk seni itu, pengguna hanya tinggal mempelajari
dapat dikatakan sebagai ekstrastruktural atau caranya.
ekstrakonstruksional. Seringkali, batas-batas Kita dapat mengumpulkan dan
yang dapat menunjuk entitas-entitas struktur menggolong-golongkan segala fakta artistik,
seni dengan entitas-entitas ekstrastruktural tanpa memberikan teori apapun. Disiplin
tidak selalu jelas. Karena entitas struktural kreatif dapat menggunakan pendekatan yang
adalah sesuatu yang terkait dengan hasil pernah dilakukan oleh disiplin-disiplin yang
kepentingan praktis diluar struktur seni. lain. Artinya, disiplin kreatif dapat
meminjam pendekatan atau paradigma
D. Denotasi dan Pendekatan Kreatif
disiplin lain. Namun demikian, untuk lebih
Seni bersifat produktif. Artinya, lengkapnya dapat ditambahkan beberapa hal
sebagai sistim yang terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut.
yang jumlahnya sangat terbatas, pada Disiplin ini adalah tepat jika
kenyataannya seni dapat diproduksi secara mendekati seni secara deskriptif, dan tidak
tidak terbatas. Dalam tahap observasi dan secara preskriptif. Mendekati seni secara
klasifikasi. Seni juga bersifat unik, tiap karya deskriptif berarti berusaha menyajikan
seni memiliki system yang khas yang tidak member atribut atau nama-nama suatu
harus ada dalam karya seni yang lain, supaya konsep, kemudian menggambarkan,
para seniman dapat saling bekerja sama dan mempresentasikan, menjelaskan, dan
berinteraksi (komunikasi) satu sama lain membuat klasifikasi konsep-konsep.
dalam menyatakan ekspresi tertentu secara Sedangkan pendekatan yang bersifat
kolektif atau bersama-sama, supaya dapat preskriptif adalah suatu pendekatan yang
memiliki satu gagasan atau ide tertentu, seni cenderung membuat, menetapkan, dan
digunakan berdasarkan suatu kesepakatan mempertahankan aturan-aturan atau regulasi.
yang telah dipahami oleh sekelompok
seniman tertentu. Artinya, sesuatu diberi

Harmoni, Volume 1 (1) Januari 2011, 28-42 ISSN 2087-9865


Harmoni: Jurnal Pendidikan Seni Rupa
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/harmoni Jurnal Harmoni 36

Hal ini sangat penting dijelaskan disini, yang bersamaan. Namun, system yang
karena yang diperlukan dalam disiplin kreatif bersamaan itu baru dapat diakui apabila telah
adalah mencari pemahaman mengenai apa terbukti adanya kebersamaan itu. Disiplin ini
dan bagaimana sebenarnya yang terungkap mesti memperlakukan karya seni sebagai
didalam karya seni oleh seniman atau oleh suatu system, bukan hanya sebagai kumpulan
para penggunanya. Disiplin ini bukan unsur-unsur yang terlepas satu sama lain.
menciptakan aturan apa dan bagaimana yang Oleh karena itu, mesti memahami struktur
seharusnya terungkapkan dalam karya seni. yang ada, memahami saling kait antara unsur
Pendek kata, disiplin ini tidak dimaksudkan sehingga terbentuk suatu kesatuan yang
untuk menyusun kaidah-kaidah, prinsip- bersifat fungsional, dan dapat menegaskan
prinsip, atau aturan-aturan mengenai apa tiap unsur satu sama lain juga bersifat
yang benar dan yang salah. Disiplin ini fungsional.
adalah merumuskan pemahaman mengenai Kemudian, disiplin kreatif mesti juga
kaidah, prinsip dan aturan-aturan yang telah memperlakukan karya bukan sebagai sesuatu
ada dalam pembentukan realitas kreatifitas yang bersifat statis, melainkan sesuatu yang
artistik, menjadi suatu pengetahuan yang bersifat dinamis. Artinya, setiap karya seni
dapat di-share untuk keperluan-keperluan selalu berkembang sejalan dengan
yang lebih luas. Mestinya disiplin ini tidak perkembangan kehidupan sosial budaya
berusaha untuk memaksakan aturan-aturan, seniman dan masyarakat penggunanya. Dan
kaidah-kaidah, dan prinsip-prinsip suatu pendekatan untuk disiplin kreatif dapat
karya atau seni tertentu dalam rangka untuk dilakukan dengan cara deskriptif yang
karya seni yang lain. bersifat sinkronis atau secara deskriptif yang
bersifat diakronomis. Pendekatan deskriptif-
Pendekatan seperti ini jika dilakukan sama
sinkronis adalah suatu pendekatan yang
halnya tidak mengakui bahwa seni adalah
mempelajari berbagai aspek kreatif pada
wujud ekspresi yang bersifat khas. Tidak
suatu titik waktu atau masa tertentu,
percaya bahwa seni bersifat unik. Tadak
sedangkan pendekatan deskriptif diakronis
mengakui bahwa tiap karya seni memiliki
adalah pendekatan yang mempelajari
sistim yang khas yang tidak harus ada dalam
perkembangan realitas kreatif dari suatu titik
karya seni yang lain. Memang, ada pula
waktu tertentu dengan waktu yang lain.
banyak karya seni yang memiliki system

Harmoni, Volume 1 (1) Januari 2011, 28-42 ISSN 2087-9865


Harmoni: Jurnal Pendidikan Seni Rupa
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/harmoni Jurnal Harmoni 37

gambar teknik yang berguna bagi


perwujudannya.
E. Metodologis Disiplin Kreatif
Tiga, Tahap perwujudan, bermula dari
Berkarya jelas membutuhkan konsep pembuatan model sesuai sketsa alternatif atau
kreatif sehingga menghasilkan penciptaan gambar teknik yang telah disiapkan menjadi
(hasil) yang representatife untuk khalayak. model prototype sampai ditemukan
Proses penciptaan seni terapan dapat kesempurnaan karya yang dikehendaki.
dilakukan secara intuitif, tetapi dapat pula
Proses pengalihan gagasan menjadi
ditempuh melalui metode ilmiah yang
sebuah karya seni berwal dari gambar teknik
direncanakan secaraseksama, analisis dan
yang dilakukan secara rinci dan detail,
sistematis. Dalam konteks metodologis,
bermula dari perumusan masalah hingga
terdapat tiga tahap penciptaan seni terapan,
hingga solusi pemecahannya, lengkap
yaitu eksplorasi, perancangan, dan
dengan gambar proyeksi, potongan,
perwujudan.
hubungan, ukuran, dan perspektifnya. Dengn
cara itu, hasil akhir karya seni terapan yang
Pertama, tahap eksplorasi, meliputi aktifitas
diinginkan dapat dideteksi sejak awal,
penjelajahan menggali sumber ide dengan
meliputi kwalitas material, teknik konstruksi,
langkah identifikasi dan perumusan masalah;
bentuk dan unsur estetik, brtikut fungsi fisik
Penelusuran, penggalian, pengumpulan data,
dan sosial kulturalnya.
dan resensi; berikut pengolahan dan analisis
Berbeda dengan proses penciptaan
data untuk mendapatkan simpul penting
seni terapan sebagai ungkapan ekspresi
konsep pemecahan masalah secara teoretis,
pribadi, penciptaan seni terapan yang
yang hasilnya dipakai sebagai dasar
berfungsi praktis dapat dijelaskan sebagai
perancangan.
berikut. Pada penciptaan seni terapan sebagai
Kedua, Tahap perancangan yang dibangun
ekspresi pribadi, sejak awal belum diketahui
berdasarkan perolehan butir penting hasil
hasil akhir yang hendak dicapai. Hal itu
analisis yang dirumuskan, diteruskan
disebabkan karena penciptaannya
visualisasi gagasan dalam bentuk sketsa
berlangsung melalui proses perwujudan yang
alternatif, kemudian ditetapkan pilihan sketsa
selalu berubah dan berkembang yang terikat
terbaik sebagai acuan reka bentuk atau dengn
terkondisi oleh ruang dan waktu; sedangkan

Harmoni, Volume 1 (1) Januari 2011, 28-42 ISSN 2087-9865


Harmoni: Jurnal Pendidikan Seni Rupa
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/harmoni Jurnal Harmoni 38

seni terapan yang bertujuan untuk layanan cultural serta estimasi perspektif
public, sejak awal hasil akhir yang keunggulan pemecahan masalah yang
dikehendaki telah diketahui dengan pasti ditawarkan.
berdasarkan gambar teknik yang lengkap,
Berbagai acuan hasil studi dan
detail, dan mantap. Rancangan seperti itu
pengembaraan jiwa, baik dalam bentuk
umumnya disiapkan bagi prodak berfungsi
narasi verbal, rekaman visual, maupun
praktis yang bisa dilakukan seniman terdidik,
sumber acuan lainnya, kemudian dianalisis
yaitu mereka yang pernah mengenyam
sehingga diperoleh rumusan butir penting
pendidikan formal dibidang seni.
pemecahan masalah, yang secara konseptual
Tahap penciptaan seni terapan dapat
merupakan solusi terbaik terhadap masalah
diurai dengan beberapa langkah yang dapat
yang sedang dihadapi. Hasil analisis itu akan
dijelaskan sebagai berikut.
menjadi landasan visualisasi gagasan kreatif
Pertama, tahap eksplorasi, meliputi: kedalam bentuk sket atau gambar teknik.
Butir penting hasil analisis itu bermanfaat
a. Langkah pertama yaitu pengembaraan
sebagai landasan penciptaan yang
jiwa, pengamatan lapangan dan
dikembangkan, merupakan bentuk
penggalian sumber referensi dan
pertanggungjawaban ilmiah atas projek
informasi, untuk menemukan tema atau
penciptaan seni yang dilakukan.
berbagai persoalan (problem solving).
Langkah ini dimaksudkan untuk Kedua, tahap perancangan, meliputi:
menemukan tema dan rumusan masalah
a. Langkah pertama yakni tahap
yang memerlukan pemecahan segera.
perancangan untuk menuangkan idea
b. Langkah kedua, yaitu penggalian
tau gagasan atau konsep dari
landasan teori, sumber dan referensi,
deskripsi verbal hasil analisis yang
serta acuan visual, yang dapat digunakan
dilakukan kedalam bentuk visual
sebagai material analisis, sehingga
dalam batas rancangan dua
diperoleh konsep pemecahan yang
dimensional. Penuangan gagasan
signifikan. Penggalian sumber referensi
kreatif menjadi rancangan dua
itu mencakup data material, alat, teknik,
dimensional itu dilakukan dengan
konstruksi, metode, bentuk dan unsur
perrtimbangan berbagai aspek,
estetik, aspek filosofi dan fungsi social

Harmoni, Volume 1 (1) Januari 2011, 28-42 ISSN 2087-9865


Harmoni: Jurnal Pendidikan Seni Rupa
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/harmoni Jurnal Harmoni 39

menyangkut kompleksitas nilai seni berdasarkan model prototype yang telah


terapan antara lain aspek material, dianggap sempurna, termasuk
teknik, proses, metode, konstruksi, penyelesaian akhir atau finising dan
ergonomi, keamanan, kenyamanan, system kemasannya. Sudah barang tentu,
keselarasan, keseimbangan, bentuk, dalam proses perwujudan itu diperlukan
unsure estetik, gaya, filosofi, pesan, pemahaman yang cermat detail-detail
dan makna berikut fungsi social, model prototype yang telah dibuat
ekonomi, dan budaya, serta peluang sehingga mencapai bentuk fisik maupun
masa depannya. unsure estetikanya sungguh-sungguh
b. Langkah kedua, yaitu visualisasi keinginan. Dalam konteks pembuatan
gagasan dari rancangan sketsa barang yang berfungsi praktis, sangat
alternative terpilih atau gambar kecil kemungkinannya terjadi perubahan
teknik yang telah disiapkan menjadi diluar rancangan yang telah dibuat; itu
suatu bentuk model prototype. berbeda dengan perwujudan seni terapan
Pembuatan model prototype ini sebagai ekspresi pribadi, yang
dibangun berdasar butir penting hasil berpeluang terjadi pengembangan pada
analisis yang berhasil dirumuskan, saat berlangsungnya proses perwujudan.
atau berdasarkan gambar teknik yang b. Langkah kedua, yaitu mengadakan
telah disiapkan. Penyajian penilaian atau evaluasi terhadap hasil
dilaksanakan berdasarkan proses perwujudan yang sudah diselesaikan.
pembentukan karya seni yang berlaku Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui
yaitu berdasarkan gambar teknik secara menyeluruh kesesuaian gagasan
berikut detail kelengkapannya atau dengan hasil perwujudannya. Langkah
berdasarkan model prototype tadi. ini mencakup pengujian berbagai aspek,
baik dari segi tekstual maupun
kontekstual, baik bagi karya seni terapan
yang dirancang berfungsi praktis

Ketiga, tahap perwujudan, meliputi: maupun karya yang bersifat ekspresi


pribadi. Bagi karya seni yang berfungsi
a. Langkah pertama, yaitu tahap
prakris, evaluasi dilakukan berdasar
perwujudan yang pelaksanaannya

Harmoni, Volume 1 (1) Januari 2011, 28-42 ISSN 2087-9865


Harmoni: Jurnal Pendidikan Seni Rupa
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/harmoni Jurnal Harmoni 40

criteria karya fungsional yang berlaku d. Melalui perenungan mendalam tumbuh


dan anlitis, sampai pada kemungkinan jalinan hubungan-kait dengan wilayah
dikembangkannya suatu eksebisi jelajah transedental, ritual spiritual, dan
mendapatkan respons atau tanggapan religious, yang akhirnya menjadi
dari masyarakat pengguna. hompunan imajinatif material olahan.
c. Pengembaraan jiwa, yaitu suatu kegiatan Hasilnya pengaruh pada bobot dan
awal dalam proses penciptaan seni kualitas karya seni yang diciptakan,
terapan, dipandang penting dalam proses suatu bentuk pencitraan olahan
kreatif. Pengembaraan jiwa itu konperehensif hasil analisis hasil analisis
memberikan pengalaman batin luar biasa yang melibatkan ketiga komponen
pada seseorang, seolah dirinya diurapi dalam diri pribadi manusia.
sinar terang, sehingga timbul sikap arif,
F. Penutup
bijak, dan budi luhur, terpancar melalui
hasil seni yang diwujudkan. Kualitas Berdasarkan hasil pembahasan diatas

makna yang signifikan bagi kehidupan dapat disimpulkan, bahwa temuan teoretik

manusia itu sesuai bisikan batin dan hati ide dasar penciptaan seni rupa terapan kini

nurani penciptaannya. Pengembaraan tidak lebih didasari oleh adanya penciptaan

jiwa dan penjelajahan imajinasi bias seni terapan masa lampau. Maksudnya dalam

terjadi di seputar diri pribadi pencipta, di penciptaan seni terapan di Indonesia

sekeliling komunitas sosialnya, di dunia (Sulawesi selatan) jelas membutuhkan

imajinasi, alam gaib, dan transcendental, konsep berpikir seperti adanya disiplin

termasuk penjelajahan di sudut-sudut kreatif sehingga karya seni yang tercipta

kehidupan yang tergelar di alam semesta. mencapai harmoni.

Pola tidak seperti itu merupakan salah Manfaat langsung dari disiplin ini dapat
satu langkah penting yang dipandang dipetik para seniman yang hendak
bermanfaat bagi pertumbuhan memperdalam disiplin kreatif atau
kreativitas, yang bias ditempuh melalui penciptaan yang berkaitan dengan seni.
kajian pustaka, pengamatan lapangan, Penelitian yang hendak memperdalam ilmu
dan perenungan pribadi. dalam disiplin kreatif sudah semetinya
menguasai atau minimal memaklumi sifat-

Harmoni, Volume 1 (1) Januari 2011, 28-42 ISSN 2087-9865


Harmoni: Jurnal Pendidikan Seni Rupa
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/harmoni Jurnal Harmoni 41

sifat seni, muatan konpetensi karya seni, dan Secara metodologis disiplin kreatif seni
batas-batas dari kompetensi itu. Sebab, karya terapan dibangun berdasarkan tiga tahap,
seni tidak akan pernah ada apabila tidak ada yang proses pertumbuhannya mengalami
unsur-unsur artistik. Bahkan, bila disiplin ini penyempurnaan terus menerus-menerus
tidak tegak dan kokoh berdiri, maka para hingga mencapai tingkat yang klasik,
seniman akan mendapatkan sumbangan segar adiluhung, monumental dan menyejarah.
untuk mengembangkan ide-ide kreatif yang Disiplin kreatif seni rupa terapan yang tersaji
jelas paradigm artistik sebagai dasar pijakan dan tercipta, dibangun diatas landasan
karyanya. terjaganya keseimbangan iman, rasa, dan
rasio. Seperti yang terkandung dalam diri
Yang jelas, disiplin ini dapat dikategorikan
pribadi. Ketiganya terjalin secara sinerjis,
sebagai lmu uang bersifat ideographic, yaitu
selaras dan seimbang, saling mengisi dan
ilmu yang berkonsentrasi pada kasus-kasus
memenuhi. Jika tidak demikian, dipastikan
dengan keunikan yang fungsional bagi
terjadi kepincangan dan ketimpangan yang
individu maupun komunitas tertentu, bukan
berakibat fatal bagi pribadi, sebab bisa
bersifat nomotetik yang berusaha
terganggu jiwanya atau tanpa disadari
membangun generalisasi. Sebagai disiplin,
seorang terjerumus untuk berbuat sesuatu
kreatif bersifat otonom karena disiplin artistic
yang merugikan pihak lain tanpa merasa
meneliti seni sebagai data utama. Untuk itu,
bersalah yang memerlukan permintaan maaf.
agar dapat berkembang menjadi satu disiplin
Lebih dari itu, dapat pula terjadi tumbuh
yang mapan, studi artistic harus berusaha
subur nafsu untuk menguasai dan
mengembangkan perangkat prosedur
mengeksploitasi, yang sering berakibat fatal
penelitian yang bersifat standar. Memang
bagi masyarakat luas.
harus diakui bahwa diluar disiplin kreatif
sedikit ilmu-ilmu lain yang menaruh minat
kepada seni yang antara lain antropologi,
filsafat, psikologi, dan juga sosiologi.
Namun, tegas-tegas harus disadari bahwa
perhatian mereka pada seni bukan terletak
pada persoalan kreatif dalam seni sebagai
objek utama.

Harmoni, Volume 1 (1) Januari 2011, 28-42 ISSN 2087-9865


Harmoni: Jurnal Pendidikan Seni Rupa
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/harmoni Jurnal Harmoni 42

G. Daftar Pustaka
Akbar, Reni dkk. 2001. Kreativitas. Jakarta :
Grasindo
Arasteh, A.R.& Arasteh, J.D. Creativity in
Human Development, Jhon Wiley & Sons,
New York, 1976, hlm. 140.
Arikunto, Suharsimi.2002. Metodologi
Penelitian.Penerbit PT. Rineka Cipta.Jakarta.
Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. PT
Remaja Rosadakarya. Bandung.
Djalantik, A. A. M. 1999. Estetika Sebuah
Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni
Pertunjukan Indonesia
Dr Frances Alter. 2010.Using the visual arts
to harness creativity/ / the university of
melbourne refereed e-journal.
Fredman, Edmund Burke. 1964. Art as Image
and Idea, atau Seni Sebagai Ujud dan
Gagasan terjemahan SP. Gustami .
Yogyakarta: FSRD. Institut Seni Indonesia.
Yogyakarta.
Lucky Wijayanti&Setiawan
Sabana.2017.Proses Kreatif Konsep
Penciptaan bentuk. Jurnal Seni Rupa Warna.
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka
Cipta
Read, H., & Marić, S. 1949. The meaning of
art (Vol. 213). Hammondsworth, Middlesex:
Penguin books.

Harmoni, Volume 1 (1) Januari 2011, 28-42 ISSN 2087-9865

Anda mungkin juga menyukai