Anda di halaman 1dari 30

Pengertian Arsitektur Neo Vernakular

Arsitektur neo-vernakular, tidak hanya menerapkan elemen-elemen fisik yang


diterapkan dalam bentuk modern tapi juga elemen non fisik seperti budaya, pola pikir,
kepercayaan, tata letak, religi dan lain-lain.
Bangunan adalah sebuah kebudayaan seni yang terdiri dalam pengulangan dari
jumlah tipe-tipe yang terbatas dan dalam penyesuaiannya terhadap iklim lokal, material
dan adat istiadat. (Leon Krier).
Neo berasal dari bahasa yunani dan digunakan sebagai fonim yang berarti baru.
Jadi neo-vernacular berarti bahasa setempat yang di ucapkan dengan cara baru,
arsitektur neo-vernacular adalah suatu penerapan elemen arsitektur yang telah ada,
baik fisik (bentuk, konstruksi) maupun non fisik (konsep, filosopi, tata ruang) dengan
tujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah terbentuk secara empiris oleh sebuah
tradisi yang kemudian sedikit atau banyaknya mangalami pembaruan menuju suatu
karya yang lebih modern atau maju tanpa mengesampingkan nilai-nilai tradisi setempat.
Arsitektur Neo-Vernacular merupakan suatu paham dari aliran Arsitektur Post-
Modern yang lahir sebagai respon dan kritik atas modernisme yang mengutamakan
nilai rasionalisme dan fungsionalisme yang dipengaruhi perkembangan teknologi
industri. Arsitektur Neo-Vernacular merupakan arsitektur yang konsepnya pada
prinsipnya mempertimbangkan kaidah-kaidah normative, kosmologis, peran serta
budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara bangunan, alam,
dan lingkungan.
“pada intinya arsitektur Neo-Vernacular merupakan perpaduan antara bangunan
modern dengan bangunan bata pada abad 19”
Batu-bata dalam kutipan diatas ditujukan pada pengertian elemen-elemen arsitektur
lokal, baik budaya masyarakat maupun bahan-bahan material lokal.
Aliran Arsitektur Neo-Vernacular sangat mudah dikenal dan memiliki kelengkapan
berikut ini : hampir selalu beratap bubungan, detrail terpotong, banyak keindahan dan
bata-bata. Bata itu manusiawi, jadi slogannya begitu manusiawi.
Arsitektur neo-vernakular, banyak ditemukan bentuk-bentuk yang sangat modern
namun dalam penerapannya masih menggunakan konsep lama daerah setempat yang
dikemas dalam bentuk yang modern. Arsitektur neo-vernakular ini menunjukkan suatu
bentuk yang modern tapi masih memiliki image daerah setempat walaupun material
yang digunakan adalah bahan modern seperti kaca dan logam. Dalam arsitektur neo-
vernakular, ide bentuk-bentuk diambil dari vernakular aslinya yang dikembangkan
dalam bentuk modern.
B. CIRI-CIRI GAYA ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR
Dari pernyataan Charles Jencks dalam bukunya “language of Post-Modern
Architecture” maka dapat dipaparkan ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernacular sebagai berikut :
 Selalu menggunakan atap bumbungan
Atap bumbungan menutupi tingkat bagian tembok sampai hampir ke tanah sehingga
lebih banyak atap yang di ibaratkan sebagai elemen pelidung dan penyambut dari pada
tembok yang digambarkan sebagai elemen pertahanan yang menyimbolkan
permusuhan.
 Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal)
Bangunan didominasi penggunaan batu bata abad 19 gaya Victorian yang merupakan
budaya dari arsitektur barat.
 Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan proporsi yang
lebih vertikal.
 Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan ruang
terbuka di luar bangunan.
 Warna-warna yang kuat dan kontras.
Dari ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa Arsitektur Neo-Vernacular tidak ditujukan
pada arsitektur modern atau arsitektur tradisional tetapi lelbih pada keduanya.
Hubungan antara kedua bentuk arsitektur diatas ditunjukkan dengan jelas dan tepat
oleh Neo-Vernacular melalui trend akan rehabilitasi dan pemakaian kembali.
 Pemakaian atap miring
 Batu bata sebagai elemen local
 Susunan masa yang indah.
Mendapatkan unsur-unsur baru dapat dicapai dengan pencampuran antara unsur
setempat dengan teknologi modern, tapi masih mempertimbangkan unsur setempat.
Ciri-ciri :
a) Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat
diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan
ornamen).
b) Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen
non-fisik yaitu budaya , pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro
kosmos, religi dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan.
c) Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular
melainkan karya baru (mangutamakan penampilan visualnya).
C. PRINSIP DESAIN ARSITEKTUR NEO - VERNAKULAR
Adapun beberapa prinsip-prinsip desain arsitektur Neo-Vernakular secara
terperinci, yaitu :
a. Hubungan Langsung, merupakan pembangunan yang kreatif dan adaptif terhadap
arsitektur setempat disesuaikan dengan nilai-nilai/fungsi dari bangunan sekarang.
b. Hubungan Abstrak, meliputi interprestasi ke dalam bentuk bangunan yang dapat dipakai
melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan arsitektur.
c. Hubungan Lansekap, mencerminkan dan menginterprestasikan lingkungan seperti
kondisi fisik termasuk topografi dan iklim
d. Hubungan Kontemporer, meliputi pemilihan penggunaan teknologi, bentuk ide yang
relevan dengan program konsep arsitektur
e. Hubungan Masa Depan, merupakan pertimbangan mengantisipasi kondisi yang akan
datang.
D. TINJAUAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR
Perbandinga
n Tradisional Vernakular Neo Vernakular
Ideologi Terbentuk oleh
tradisi yang
diwariskan secara
turun-temurun,
berdasarkan
kultur dan kondisi
lokal.
Terbentuk oleh
tradisi turun temurun
tetapi terdapat
pengaruh dari luar
baik fisik maupun
nonfisik, bentuk
perkembangan
arsitektur tradisional.
Penerapan elemen
arsitektur yang sudah
ada dan kemudian
sedikit atau banyaknya
mengalami pembaruan
menuju suatu karya
yang modern.
Prinsip Tertutup dari
perubahan
zaman, terpaut
pada satu kultur
kedaerahan, dan
mempunyai
peraturan dan
norma-norma
keagamaan yang
kental
Berkembang setiap
waktu untuk
merefleksikan
lingkungan, budaya
dan sejarrah dari
daerah dimana
arsitektur tersebut
berada.
Transformasi dari
situasi kultur
homogen ke situasi
yang lebih
heterogen.
Arsitektur yang
bertujuan melestarikan
unsur-unsur lokal yang
telah terbentuk secara
empiris oleh tradisi
dan
mengembangkannya
menjadi suatu
langgam yang modern.
Kelanjutan dari
arsitektur vernakular
Ide Desain Lebih
mementingkan
fasat atau bentuk,
ornamen sebagai
suatu keharusan.
Ornamen sebagai
pelengkap, tidak
meninggalkan nila-
nilai setempat tetapi
dapat melayani
aktifitas masyarakat
di dalam.
Bentuk desain lebih
modern.
Tabel. Perbandingan arsitektur Ttradisional, Vernakular dan Neo Vernakular.
Sumber : Sonny Susanto, Joko Triyono, Yulianto Sumalyo
Dalam hal ini, pengertian vernakular arsitektur sering juga disamakan dengan
arsitektur tradisional dan dapat diartikan bahwa secara konotatif kata tradisi dapat
diartikan sebagai pewarisan atau penerusan norma-norma adat istiadat atau pewaris
budaya yang turun temurun dari generasi ke generasi. Arsitektur dan bangunan
tradisional merupakan hasil seni budaya tradisional, yang merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari hidup manusia budaya tradisional, yang mampu memberikan ikatan
lahir batin.
Di dunia global, kata tradisional sering digunakan untuk membedakan dengan
modern. Di indonesia, sebutan yang berasal dari kata belanda “traditionell Architectur”,
pada waktu itu istilah ini diberikan untuk karya-karya arsitektur asli daerah di indonesia,
salah satu alasannya adalah untuk membedakan jenis arsitektur yang timbul dan
berkembang dan merupakan karakteristik suku-suku bangsa di indonesia dari jenis
arsitektur yang tumbuh dan berkembang atas dasar pemikiran dan perkembangan
arsitektur di Eropa, khususnya arsitektur kolonial Belanda.
Kata tradisional berasal dari kata tradisi yang di indonesia sama artinya dengan
adat, kata adat ini di adopsi dari bahasa Arab. Sehingga seringkali bangunan tradisional
disebut dengan “rumah adat”. Pada prinsipnya, baik di dunia global dan indonesia, kata
tradisional diartikan sebagai sesuatu yang dilakukan secara turun temurun dari generasi
ke generasi.
Selain itu istilah-istilah lain sering bersentuhan arti dan maknanya dengan
vernakular arsitektur yaitu arsitektur rakyat (folk architecture), arsitektur lokal atau
kontekstual (indigenous architecture) bahkan ada juga yang kemiripan dengan
arsitektur alamiah (spontanous architecture). Secara garis arsitektur rakyat diartikan
sebagai arsitektur yang menyimbolkan budaya suatu suku bangsa dengan beberapa
atribut yang melekat dengannya. Sementara itu, arsitektur lokal atau kontekstual,
adalah arsitektural yang beradaptasi dengan kondisi budaya, geografi, iklim dan
lingkungan, dan arsitektur alamiah adalah arsitektur yang dibangun oleh satu
masyarakat berdasarkan proses alamiah seperti kebutuhan dasar manusia.
Maka dapat dipahami bahwa pada dasarnya prinsip asrsitektur Neo-vernakular
adalah melestarikan unsur-unsur lokal sehingga bentuk dan sistemnya terutama yang
berkaitan dengan iklim setempat, seperti penghawaan, pencahayaan alamiah,
antisipasi terhadap regionalisme yang merupakan aspek mendasar. Dalam pendekatan
ini arsitektur Neo Vernakular yang digunkan adalah arsitektur tradisional aceh.
E. PERBANDINGAN NEO VERNAKULAR DENGAN REGIONALISME
Perbandingan Regionalisme Neo Vernakular
Pengertian
Region adalah daerah dan Isme
adalah paham, jadi faham
Neo berarti baru, masa peralihan
dan vernakular adalah
bersifat kedaerahan Native/asli/bahasa setempat, jadi
peralihan dari bentuk setempat
Ideologi
Menciptakan arsitektur yang
kontekstual yang tanggap
terhadap kondisi lokal dan
senantiasa mengacu pada
tradisi, warisan sejarah serta
makna ruang dan tempat
Fokus kepada penerapan elemen
arsitektur yang sudah ada dari
hasil vernakular dan kemudian
sedikit atau banyaknya
mengalami pembaruan menuju
suatu karya yang modern.
Prinsip
Mengarah pada pemenuhan
kepuasan dan ekspresi jati diri
yang mengacu pada masa lalu,
sekarang dan masa yang akan
datang dan masih tergantung
pada vernakularisme
Arsitektur yang bertujuan
melestarikan unsur-unsur lokal
yang telah terbentuk secara
empiris oleh tradisi dan
mengembangkannya menjadi
suatu langgam yang modern dan
kelanjutan dari arsitektur
vernakular.
Konsep Desain
Masih cenderung hanya meniru
bentuk fisik, ragam dan gaya-
gaya tradisional yang sudah
dimiliki oleh masyarakat
setempat.
Bentuk desain lebih modern dan
mencoba menampilkan karya
baru.
Kriteria
Menggunakan bahan bangunan
lokal deengan teknologi
modern.
Tanggap dalam mengatasi pada
kondisi iklim setempat
Mengacu pada tradisi, warisan
sejarah serta makna ruang dan
tempat.
Mencari makna dan substansi
cultural, bukan gaya/style
sebagai produk akhir
Bentuk-bentuk menerapkan
unsur budaya, lingkungan
termasuk iklim setempat
diuungkapkan dalam bentuk fisik
arsitektural (tata letak denah,
detail, struktur dan ornamen)
Tidak elemen fisik yang
diterapkan dalam bentuk modern,
tetapi juga elemen nonfisik yaitu
budaya pola pikir, kepercayaan,
tata letak yang mengacu pada
makro kosmos, religius dan
lainnya menjadi konsep dan
kriteria perancangan.
Produk pada bangunan ini tidak
murni menerapkan prinsip-
prinsip bangunan vernakular
melainkan karya baru
(mengutamakan penampilaan
visualnya)
Tabel. Perbandingan Regionalisme dengan Neo Vernakular
Sumber : Aplikasi regionalism dan Neo Vernakular dalam desain bangunan. Agus Dharma dan
Hasan Sadli, http://staffsite.gunadharma.ac.id
Dalam prinsip perancangan Henri M.P, yang mencoba memadukan kekuatan-kekuatan
lokal berupa arsitektur, budaya, masyarakat dan alam, dimana pada bangunan yang
dirancangnya. Tidak pernah menemukan suatu karya arsitektur yang dapat mewakili ciri khas
budaya san sosial daerah masing-masing, serta mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh
lingkungan di sekitarnya. Dengan teori-teorinya, Henri Maclaine Pont berusaha untuk menjawab
permasalahan-permasalahan yang ada.
Dalam membangun suatu bangunan, Henri M.P, memegang teguh beberapa filsafat
arsitektur yang menginginkan agar keberadaan bangunan dapat menjadi bagian dari lingkungan
sekitar bangunan tersebut dengan sangat memperhatikan tentang iklim dan masyarakat sekitar
bangunannya. Sehingga dapat memperhatikan adat istiadat dan kepercayaan masyarakat
setempat.
Teori Henri M.P, kaidah arsitektur yang pernah ditampilkan pada karya-karyanya adalah
sebagai berikut.
1. Pendekatan pada faktor budaya dan alam dimana ia membangun sehingga karya arsitektural
merupakan jawaban dari kebutuhan sosial.
2. Pada setiap karya arsitektural harus dapat tercermin adanya hubungan yang logis antara
bangunan dengan lingkungannya.
3. Menggali akar budaya arsitektur klasik, dikaji dan kemudian dipadukan dengan arsitektur
modern.
Falsafah adaptasi regionalisme yaitu adanya dialog antara tradisional dan modern.
Struktur bangunan dapat berkembang mengikuti teknik dan metode baru, namun ungkapan
arsitektural tetap dalam semangat tempat dan budaya lokal. Henri M.P, memberikan penekanan
pada kesatuan antara bentuk, fungsi dan kontruksi. Sebagai ungkapan spiritual dari suatu
kelompok masyarakat, maka gaya arsitektur harus mempunyai jawaban dari kebutuhan sosial
masyarakat tersebut.
Menurut pandangan Henri M.P adalah penting dalam arsitektur adanya hubungan logis
antara bangunan dengan lingkungannya. Kesadaran bahwa lingkungan secara keseluruhan
menjadi bagian yang menyatu dengan bangunan sehingga dalam merancang, Henri M.P, selalu
memperhatikan adat dan budaya setempat.
Download
of 8

pengertian Arsitektur vernakular


Download Pengertian Arsitektur Neo Vernakular

Transcript

Pengertian Arsitektur Neo Vernakular Arsitektur neo-vernakular, tidak hanya menerapkan


elemen-elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern tapi juga elemen non fisik seperti
budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak, religi dan lain-lain. Bangunan adalah sebuah
kebudayaan seni yang terdiri dalam pengulangan dari jumlah tipe-tipe yang terbatas dan dalam
penyesuaiannya terhadap iklim lokal, material dan adat istiadat. (Leon Krier). Neo berasal dari
bahasa yunani dan digunakan sebagai fonim yang berarti baru. Jadi neo-vernacular berarti bahasa
setempat yang di ucapkan dengan cara baru, arsitektur neo-vernacular adalah suatu penerapan
elemen arsitektur yang telah ada, baik fisik (bentuk, konstruksi) maupun non fisik (konsep,
filosopi, tata ruang) dengan tujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah terbentuk secara
empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyaknya mangalami pembaruan
menuju suatu karya yang lebih modern atau maju tanpa mengesampingkan nilai-nilai tradisi
setempat. Arsitektur Neo-Vernacular merupakan suatu paham dari aliran Arsitektur PostModern
yang lahir sebagai respon dan kritik atas modernisme yang mengutamakan nilai rasionalisme dan
fungsionalisme yang dipengaruhi perkembangan teknologi industri. Arsitektur Neo-Vernacular
merupakan arsitektur yang konsepnya pada prinsipnya mempertimbangkan kaidah-kaidah
normative, kosmologis, peran serta budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan
antara bangunan, alam, dan lingkungan. “pada intinya arsitektur Neo-Vernacular merupakan
perpaduan antara bangunan modern dengan bangunan bata pada abad 19 ” Batu-bata dalam
kutipan diatas ditujukan pada pengertian elemen-elemen arsitektur lokal, baik budaya
masyarakat maupun bahan-bahan material lokal. Aliran Arsitektur Neo-Vernacular sangat mudah
dikenal dan memiliki kelengkapan berikut ini : hampir selalu beratap bubungan, detrail
terpotong, banyak keindahan dan bata-bata. Bata itu manusiawi, jadi slogannya begitu
manusiawi. Arsitektur neo-vernakular, banyak ditemukan bentuk-bentuk yang sangat modern
namun dalam penerapannya masih menggunakan konsep lama daerah setempat yang dikemas
dalam bentuk yang modern. Arsitektur neo-vernakular ini menunjukkan suatu bentuk yang
modern tapi masih memiliki image daerah setempat walaupun material yang digunakan adalah
bahan modern seperti kaca dan logam. Dalam arsitektur neovernakular, ide bentuk-bentuk
diambil dari vernakular aslinya yang dikembangkan dalam bentuk modern.

B. CIRI-CIRI GAYA ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR


Dari pernyataan Charles Jencks dalam bukunya “language of Post-Modern Architecture” maka
dapat dipaparkan ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernacular sebagai berikut :  Selalu menggunakan
atap bumbungan Atap bumbungan menutupi tingkat bagian tembok sampai hampir ke tanah
sehingga lebih banyak atap yang di ibaratkan sebagai elemen pelidung dan penyambut dari pada
tembok yang digambarkan sebagai elemen pertahanan yang menyimbolkan permusuhan.  Batu
bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal) Bangunan didominasi penggunaan batu
bata abad 19 gaya Victorian yang merupakan budaya dari arsitektur barat.  Mengembalikan
bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan proporsi yang lebih vertikal. 
Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan ruang terbuka di luar
bangunan.  Warna-warna yang kuat dan kontras. Dari ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa
Arsitektur Neo-Vernacular tidak ditujukan pada arsitektur modern atau arsitektur tradisional
tetapi lelbih pada keduanya. Hubungan antara kedua bentuk arsitektur diatas ditunjukkan dengan
jelas dan tepat oleh Neo-Vernacular melalui trend akan rehabilitasi dan pemakaian kembali.  
 Pemakaian atap miring Batu bata sebagai elemen local Susunan masa yang indah.
Mendapatkan unsur-unsur baru dapat dicapai dengan pencampuran antara unsur setempat dengan
teknologi modern, tapi masih mempertimbangkan unsur setempat.
Ciri-ciri : a) Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat
diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornamen). b)
Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen non-fisik
yaitu budaya , pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro kosmos, religi dan
lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan. c) Produk pada bangunan ini tidak murni
menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular melainkan karya baru (mangutamakan
penampilan visualnya).

C. PRINSIP DESAIN ARSITEKTUR NEO - VERNAKULAR


Adapun a. beberapa prinsip-prinsip desain arsitektur Neo-Vernakular secara terperinci, yaitu :
Hubungan Langsung, merupakan pembangunan yang kreatif dan adaptif terhadap arsitektur
setempat disesuaikan dengan nilai-nilai/fungsi dari bangunan sekarang. b. Hubungan Abstrak,
meliputi interprestasi ke dalam bentuk bangunan yang dapat dipakai melalui analisa tradisi
budaya dan peninggalan arsitektur. c. d. e. Hubungan Lansekap, mencerminkan dan
menginterprestasikan lingkungan seperti kondisi fisik termasuk topografi dan iklim Hubungan
Kontemporer, meliputi pemilihan penggunaan teknologi, bentuk ide yang relevan dengan
program konsep arsitektur Hubungan Masa Depan, merupakan pertimbangan mengantisipasi
kondisi yang akan datang.

D. TINJAUAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR


Perbandinga n Tradisional Vernakular Neo Vernakular Ideologi Prinsip Ide Desain Terbentuk
oleh Terbentuk oleh Penerapan elemen tradisi yang tradisi turun temurun arsitektur yang sudah
diwariskan secara tetapi terdapat ada dan kemudian turun-temurun, pengaruh dari luar sedikit
atau banyaknya berdasarkan baik fisik maupun mengalami pembaruan kultur dan kondisi
nonfisik, bentuk menuju suatu karya lokal. perkembangan yang modern. arsitektur tradisional.
Tertutup dari Berkembang setiap Arsitektur yang perubahan waktu untuk bertujuan melestarikan
zaman, terpaut merefleksikan unsur-unsur lokal yang pada satu kultur lingkungan, budaya telah
terbentuk secara kedaerahan, dan dan sejarrah dari empiris oleh tradisi mempunyai daerah
dimana dan peraturan dan arsitektur tersebut mengembangkannya norma-norma berada. menjadi
suatu keagamaan yang Transformasi dari langgam yang modern. kental situasi kultur Kelanjutan
dari homogen ke situasi arsitektur vernakular yang lebih heterogen. Lebih Ornamen sebagai
Bentuk desain lebih mementingkan pelengkap, tidak modern. fasat atau bentuk, meninggalkan
nilaornamen sebagai nilai setempat tetapi suatu keharusan. dapat melayani aktifitas masyarakat
di dalam. Tabel. Perbandingan arsitektur Ttradisional, Vernakular dan Neo Vernakular. Sumber :
Sonny Susanto, Joko Triyono, Yulianto Sumalyo Dalam hal ini, pengertian vernakular arsitektur
sering juga disamakan dengan arsitektur tradisional dan dapat diartikan bahwa secara konotatif
kata tradisi dapat diartikan sebagai pewarisan atau penerusan norma-norma adat istiadat atau
pewaris budaya yang turun temurun dari generasi ke generasi. Arsitektur dan bangunan
tradisional merupakan hasil seni budaya tradisional, yang merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari hidup manusia budaya tradisional, yang mampu memberikan ikatan lahir batin.
Di dunia global, kata tradisional sering digunakan untuk membedakan dengan modern. Di
indonesia, sebutan yang berasal dari kata belanda “traditionell Architectur”, pada waktu itu
istilah ini diberikan untuk karya-karya arsitektur asli daerah di indonesia, salah satu alasannya
adalah untuk membedakan jenis arsitektur yang timbul dan berkembang dan merupakan
karakteristik suku-suku bangsa di indonesia dari jenis arsitektur yang tumbuh dan berkembang
atas dasar pemikiran dan perkembangan arsitektur di Eropa, khususnya arsitektur kolonial
Belanda. Kata tradisional berasal dari kata tradisi yang di indonesia sama artinya dengan adat,
kata adat ini di adopsi dari bahasa Arab. Sehingga seringkali bangunan tradisional disebut
dengan “rumah adat”. Pada prinsipnya, baik di dunia global dan indonesia, kata tradisional
diartikan sebagai sesuatu yang dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Selain
itu istilah-istilah lain sering bersentuhan arti dan maknanya dengan vernakular arsitektur yaitu
arsitektur rakyat (folk architecture), arsitektur lokal atau kontekstual (indigenous architecture)
bahkan ada juga yang kemiripan dengan arsitektur alamiah (spontanous architecture). Secara
garis arsitektur rakyat diartikan sebagai arsitektur yang menyimbolkan budaya suatu suku bangsa
dengan beberapa atribut yang melekat dengannya. Sementara itu, arsitektur lokal atau
kontekstual, adalah arsitektural yang beradaptasi dengan kondisi budaya, geografi, iklim dan
lingkungan, dan arsitektur alamiah adalah arsitektur yang dibangun oleh satu masyarakat
berdasarkan proses alamiah seperti kebutuhan dasar manusia. Maka dapat dipahami bahwa pada
dasarnya prinsip asrsitektur Neo-vernakular adalah melestarikan unsur-unsur lokal sehingga
bentuk dan sistemnya terutama yang berkaitan dengan iklim setempat, seperti penghawaan,
pencahayaan alamiah, antisipasi terhadap regionalisme yang merupakan aspek mendasar. Dalam
pendekatan ini arsitektur Neo Vernakular yang digunkan adalah arsitektur tradisional aceh. E.
PERBANDINGAN NEO VERNAKULAR DENGAN REGIONALISME Perbandingan
Regionalisme Neo Vernakular Pengertian Region adalah daerah dan Isme Neo berarti baru, masa
peralihan adalah paham, jadi faham dan vernakular adalah Native/asli/bahasa setempat, jadi
peralihan dari bentuk setempat Ideologi Menciptakan arsitektur yang Fokus kepada penerapan
elemen kontekstual yang tanggap arsitektur yang sudah ada dari terhadap kondisi lokal dan hasil
vernakular dan kemudian senantiasa mengacu pada sedikit atau banyaknya tradisi, warisan
sejarah serta mengalami pembaruan menuju makna ruang dan tempat suatu karya yang modern.
Prinsip Mengarah pada pemenuhan Arsitektur yang bertujuan kepuasan dan ekspresi jati diri
melestarikan unsur-unsur lokal yang mengacu pada masa lalu, yang telah terbentuk secara
sekarang dan masa yang akan empiris oleh tradisi dan datang dan masih tergantung
mengembangkannya menjadi pada vernakularisme suatu langgam yang modern dan kelanjutan
dari arsitektur vernakular. Konsep Desain Masih cenderung hanya meniru Bentuk desain lebih
modern dan bentuk fisik, ragam dan gaya- mencoba menampilkan karya gaya tradisional yang
sudah baru. dimiliki oleh masyarakat setempat. Kriteria Menggunakan bahan bangunan Bentuk-
bentuk menerapkan lokal deengan teknologi unsur budaya, lingkungan modern. termasuk iklim
setempat Tanggap dalam mengatasi pada diuungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata
letak denah, kondisi iklim setempat Mengacu pada tradisi, warisan detail, struktur dan ornamen)
sejarah serta makna ruang dan Tidak elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tempat.
Mencari makna dan substansi tetapi juga elemen nonfisik yaitu budaya pola pikir, kepercayaan,
cultural, bukan gaya/style tata letak yang mengacu pada sebagai produk akhir makro kosmos,
religius dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan. Produk pada bangunan ini tidak
murni menerapkan prinsipprinsip bangunan vernakular melainkan karya baru (mengutamakan
penampilaan visualnya) Tabel. Perbandingan Regionalisme dengan Neo Vernakular Sumber :
Aplikasi regionalism dan Neo Vernakular dalam desain bangunan. Agus Dharma dan Hasan
Sadli, http://staffsite.gunadharma.ac.id bersifat kedaerahan
Dalam prinsip perancangan Henri M.P, yang mencoba memadukan kekuatan-kekuatan lokal
berupa arsitektur, budaya, masyarakat dan alam, dimana pada bangunan yang dirancangnya.
Tidak pernah menemukan suatu karya arsitektur yang dapat mewakili ciri khas budaya san sosial
daerah masing-masing, serta mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh lingkungan di
sekitarnya. Dengan teori-teorinya, Henri Maclaine Pont berusaha untuk menjawab
permasalahan-permasalahan yang ada. Dalam membangun suatu bangunan, Henri M.P,
memegang teguh beberapa filsafat arsitektur yang menginginkan agar keberadaan bangunan
dapat menjadi bagian dari lingkungan sekitar bangunan tersebut dengan sangat memperhatikan
tentang iklim dan masyarakat sekitar bangunannya. Sehingga dapat memperhatikan adat istiadat
dan kepercayaan masyarakat setempat. Teori Henri M.P, kaidah arsitektur yang pernah
ditampilkan pada karya-karyanya adalah sebagai berikut. 1. 2. 3. Pendekatan pada faktor budaya
dan alam dimana ia membangun sehingga karya arsitektural merupakan jawaban dari kebutuhan
sosial. Pada setiap karya arsitektural harus dapat tercermin adanya hubungan yang logis antara
bangunan dengan lingkungannya. Menggali akar budaya arsitektur klasik, dikaji dan kemudian
dipadukan dengan arsitektur modern. Falsafah adaptasi regionalisme yaitu adanya dialog antara
tradisional dan modern. Struktur bangunan dapat berkembang mengikuti teknik dan metode baru,
namun ungkapan arsitektural tetap dalam semangat tempat dan budaya lokal. Henri M.P,
memberikan penekanan pada kesatuan antara bentuk, fungsi dan kontruksi. Sebagai ungkapan
spiritual dari suatu kelompok masyarakat, maka gaya arsitektur harus mempunyai jawaban dari
kebutuhan sosial masyarakat tersebut. Menurut pandangan Henri M.P adalah penting dalam
arsitektur adanya hubungan logis antara bangunan dengan lingkungannya. Kesadaran bahwa
lingkungan secara keseluruhan menjadi bagian yang menyatu dengan bangunan sehingga dalam
merancang, Henri M.P, selalu memperhatikan adat dan budaya setempat

Selasa, 15 April 2014


Arsitektur Neo-Vernakular

A. Arsitektur
a. Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura, arsitektur adalah penyeimbang dan
pengatur dari 3 unsur, yaitu keindahan/estetika (vesunitas), kekuatan (firmitas), dan
kegunaan/fungsi (utilitas). Arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi
antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam
definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis.
Namun dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik
unsur estetika maupun psikologis.
b. Arsitektur menurut kamus Oxford:art and science of building; design or style of buildings, adalah
seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Pengertian ini bisa lebih luas lagi, arsitektur
melingkupi semua proses analisa dan perencanaan semua kebutuhan fisik bangunan, namun
dalam bahasa situs ini, membatasi pada pengorganisasian perancangan bangunan, mulai dari
level makro yaitu perencanaan kota, perancangan kota, arsitektur lansekap, hingga ke level
mikro yaitu rancang interior/eksterior, rancang asesoris dan pernik-pernik produk pelengkap.

B. Latar Belakang Arsitektur Neo Vernakular


Arsitektur Neo Vernakular adalah salah satu paham atau aliran yang berkembang pada
era Post Modern yaitu aliran arsitektur yang muncul pada pertengahan tahun 1960-an, Post
Modern lahir disebabkan pada era modern timbul protes dari para arsitek terhadap pola-pola
yang berkesan monoton (bangunan berbentuk kotak-kotak). Oleh sebab itu, lahirlah aliran-aliran
baru yaitu Post Modern.
Ada 6 (enam) aliran yang muncul pada era Post Modern menurut Charles A. Jenck
diantaranya, historiscism, straight revivalism,  neo vernakular,  contextualism, methapor dan
post modern space. Dimana menurut (Budi A Sukada, 1988) dari semua aliran yang berkembang
pada Era Post Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut.
a.       Mengandung unsur komunikatif yang bersikap lokal atau populer.
b.      Membangkitkan kembali kenangan historik.
c.       Berkonteks urban.
d.      Menerapkan kembali teknik ornamentasi.
e.       Bersifat representasional (mewakili seluruhnya).
f.       Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain).
g.      Dihasilkan dari partisipasi.
h.      Mencerminkan aspirasi umum.
i.        Bersifat plural.
j.        Bersifat ekletik.

Untuk dapat dikategorikan sebagai arsitektur post modern tidak harus memenuhi
kesepuluh dari ciri-ciri diatas. Sebuah karya arsitektur yang memiliki enam atau tujuh dari ciri-
ciri diatas sudah dapat dikategorikan ke dalam arsitektur post modern.
Charles Jenks seorang tokoh pencetus lahirnya post modern menyebutkan tiga alasan
yang mendasari timbulnya era post modern, yaitu.
a.    Kehidupan sudah berkembang dari dunia serba terbatas ke dunia tanpa batas, ini disebabkan oleh
cepatnya komunikasi dan tingginya daya tiru manusia.
b.    Canggihnya teknologi menghasilkan produk-produk yang bersifat pribadi.
c.    Adanya kecenderungan untuk kembali kepada nilai-nilai tradisional atau daerah, sebuah
kecenderungan manusia untuk menoleh ke belakang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa arsitektur post modern dan aliran-alirannya
merupakan arsitektur yang menggabungkan antara tradisional dengan non tradisinal, modern
dengan setengah nonmodern, perpaduan yang lama dengan yang baru. Dalam timeline arsitektur
modern, vernakular berada pada posisi arsitektur modern awal dan berkembang menjadi Neo
Vernakular pada masa modern akhir setelah terjadi eklektisme dan kritikan-kritikan terhadap
arsitektur modern.
Kriteria-kriteria yang mempengaruhi arsitektur Neo Vernakular adalah sebagai berikut.
a.    Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat diungkapkan
dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornamen)
b.     Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen nonfisik
yaitu budaya pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro kosmos dan lainnya
menjadi konsep dan kriteria perancangan.
c.    Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular
melainkan karya baru (mengutamakan penampilan visualnya).
Latar belakang penerapan tema arsitektur neo vernakular pada pendopo bupati
berkeinginan melestarikan unsur-unsur atau ciri arsitektur lokal dengan mengikuti perkembangan
zaman yang semakin berkembang.

C. Pengertian Neo Vernakular


Kata NEO atau NEW berarti baru atau hal yang baru, sedangkan kata vernacular berasal
dari kata vernaculus (bahasa latin) yang berarti asli. Maka arsitektur vernakular dapat diartikan
sebagai arsitektur asli yang dibangun oleh masyarakat setempat.
Arsitektur Vernakular konteks dengan lingkungan sumberdaya setempat yang dibangun
oleh masyarakat dengan menggunakan teknologi sederhana untuk memenuhi kebutuhan
karakteristik yang mengakomodasi nilai ekonomi dan tatanan budaya masyarakat dari
masyarakat tersebut. Dalam pengertian umum, arsitektur Vernacular merupakan istilah yang
banyak digunakan untuk menunjuk arsitektur indigenous kesukaan, tribal, arsitektur kaum petani
atau arsitektur tradisional.  
Pengertian Arsitektur Vernakular sering disamakan dengan Arsitektur Tradisional.
Joseph Prijotomo berpendapat bahwa secara konotatif tradisi dapat diartikan sebagai pewarisan
atau penerusan norma-norma adat istiadat atau pewarisan budaya yang turun-temurun dari
generasi ke generasi.

D. Arsitektur Neo-Vernakular
Arsitektur neo-vernakular, tidak hanya menerapkan elemen-elemen fisik yang diterapkan
dalam bentuk modern tapi juga elemen non fisik seperti budaya, pola pikir, kepercayaan, tata
letak, religi dan lain-lain.
Bangunan adalah sebuah kebudayaan seni yang terdiri dalam pengulangan dari jumlah
tipe-tipe yang terbatas dan dalam penyesuaiannya terhadap iklim lokal, material dan adat istiadat.
(Leon Krier, 1971).
Arsitektur Neo-Vernakular merupakan suatu paham dari aliran Arsitektur Post-Modern
yang lahir sebagai respon dan kritik atas modernisme yang mengutamakan nilai rasionalisme dan
fungsionalisme yang dipengaruhi perkembangan teknologi industri. Arsitektur Neo-Vernakular
merupakan arsitektur yang konsepnya pada prinsipnya mempertimbangkan kaidah-kaidah
normative, kosmologis, peran serta budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan
antara bangunan, alam, dan lingkungan.
“pada intinya arsitektur Neo-Vernakular merupakan perpaduan antara bangunan modern
dengan bangunan bata pada abad 19”
Batu-bata dalam kutipan diatas ditujukan pada pengertian elemen-elemen arsitektur lokal,
baik budaya masyarakat maupun bahan-bahan material lokal. Aliran Arsitektur Neo Vernakular
sangat mudah dikenal dan memiliki kelengkapan berikut ini : hampir selalu beratap bubungan,
detrail terpotong, banyak keindahan dan menggunakan material bata-bata.

E. Ciri – Ciri Arsitektur Neo-Vernakular


Dari pernyataan Charles Jencks dalam bukunya “language of Post-Modern Architecture
(1990)” maka dapat dipaparkan ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernakular sebagai berikut.
a.    Selalu menggunakan atap bumbungan.
Atap bumbungan menutupi tingkat bagian tembok sampai hampir ke tanah sehingga lebih
banyak atap yang diibaratkan sebagai elemen pelidung dan penyambut dari pada tembok yang
digambarkan sebagai elemen pertahanan yang menyimbolkan permusuhan.
b.    Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal).
Bangunan didominasi penggunaan batu bata abad 19 gaya Victorian yang merupakan budaya
dari arsitektur barat.
c.    Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan proporsi yang lebih
vertikal.
d.   Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan ruang terbuka di luar
bangunan.
e.    Warna-warna yang kuat dan kontras.
Dari ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa Arsitektur Neo-Vernakular tidak ditujukan pada
arsitektur modern atau arsitektur tradisional tetapi lelbih pada keduanya. Hubungan antara kedua
bentuk arsitektur diatas ditunjukkan dengan jelas dan tepat oleh Neo-Vernacular melalui trend
akan rehabilitasi dan pemakaian kembali.
a.    Pemakaian atap miring
b.    Batu bata sebagai elemen lokal
c.    Susunan masa yang indah.

Mendapatkan unsur-unsur baru dapat dicapai dengan pencampuran antara unsur setempat
dengan teknologi modern, tapi masih mempertimbangkan unsur setempat, dengan ciri-ciri
sebagai berikut.
a.    Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat diungkapkan
dalam bentuk fisik arsitektural  (tata letak denah, detail, struktur dan ornamen).
b.    Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen non-fisik
yaitu budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro kosmos, religi dan
lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan.
c.    Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular
melainkan karya baru (mangutamakan penampilan visualnya).

F. Prinsip – Prinsip Desain Arsitektur Neo-Vernakular


Adapun beberapa prinsip-prinsip desain arsitektur Neo-Vernakular secara terperinci
adalah sebagai berikut.
a.    Hubungan Langsung, merupakan pembangunan yang kreatif dan adaptif terhadap arsitektur
setempat disesuaikan dengan nilai-nilai/fungsi dari bangunan sekarang.
b.    Hubungan Abstrak, meliputi interprestasi ke dalam bentuk bangunan yang dapat dipakai melalui
analisa tradisi budaya dan peninggalan arsitektur.
c.    Hubungan Lansekap, mencerminkan dan menginterprestasikan lingkungan seperti kondisi fisik
termasuk topografi dan iklim.
d.   Hubungan Kontemporer, meliputi pemilihan penggunaan teknologi, bentuk ide yang relevan
dengan program konsep arsitektur.
e.    Hubungan Masa Depan, merupakan pertimbangan mengantisipasi kondisi yang akan datang.
F. Tinjauan Arsitektur Neo Vernakular
Tabel Perbandingan Arsitektur Ttradisional, Vernakular dan Neo Vernakular.
Perbandinga
n Tradisional Vernakular Neo Vernakular
Ideologi Terbentuk oleh Terbentuk oleh Penerapan elemen
tradisi yang tradisi turun temurun arsitektur yang sudah
diwariskan tetapi terdapat ada dan kemudian
secara turun- pengaruh dari luar sedikit atau
temurun, baik fisik maupun banyaknya
berdasarkan nonfisik, bentuk mengalami
kultur dan perkembangan pembaruan menuju
kondisi lokal. arsitektur tradisional. suatu karya yang
modern.
Prinsip Tertutup dari Berkembang setiap Arsitektur yang
perubahan waktu untuk bertujuan
zaman, terpaut merefleksikan melestarikan unsur-
pada satu kultur lingkungan, budaya unsur lokal yang telah
kedaerahan, dan dan sejarah dari terbentuk secara
mempunyai daerah dimana empiris oleh tradisi
peraturan dan arsitektur tersebut dan mengembang-
norma-norma berada. Transformasi kannya menjadi suatu
keagamaan yang dari situasi kultur langgam yang
kental homogen ke situasi modern. Kelanjutan
yang lebih dari arsitektur
heterogen. vernakular

Ide Desain Lebih Ornamen sebagai Bentuk desain lebih


mementingkan pelengkap, tidak modern.
fasat atau meninggalkan nilai-
bentuk, ornamen nilai setempat tetapi
sebagai suatu dapat melayani
keharusan. aktifitas masyarakat
didalam.

Sumber : Sonny Susanto, Joko Triyono, Yulianto Sumalyo

ARSITEKTUR VERNAKULAR (Indonesia)


Apa itu arsitektur vernakular? Sejenis makanan? Bukan!
Kata vernakular berasal dari bahasa latin, vernaculus, yang berarti asli (native). Maka vernakular
arsitektur diartikan sebagai arsitektur asli yang dibangun oleh masyarakat setempat.
Paul Oliver dalam bukunya Ensiklopedia Arsitektur Vernakular menjabarkan bahwa arsitektur
vernakular konteks dengan lingkungan sumber daya setempat yang dibangun oleh suatu
masyarakat dengan menggunakan teknologi sederhana untuk memenuhi kebutuhan karakteristik
yang mengakomodasi nilai ekonomi dan tatanan budaya dari masyarakat tersebut.
Apa yang menarik dari arsitektur vernakular ini? Hmmm…Banyak…Dari arsitektur vernakular
ini, kita bisa banyak belajar dari orang-orang terdahulu, yang sudah hidup jauh sebelum kita,
bagaimana caranya menghadapi kondisi alam di Indonesia. Tau ga? (Mudah-mudahan tau…)
Ternyata orang-orang yang hidup jauh sebelum kita, sangat cerdas, mereka belajar dari
pengalaman, bagaimana membuat sebuah bangunan yang bisa beradaptasi dengan
lingkungannya, khususnya Indonesia. Nah, kenapa kita harus belajar jauh-jauh ke Eropa (perlu
juga sih…sekedar menambah wawasan), sementara arsitektur yang sudah ada di Indonesia
adalah jawaban bagaimana seharusnya arsitektur di Indonesia dibuat.
Beberapa hal yang kita pelajari di bangku sekolah, yang katanya hasil pemikiran arsitek-arsitek
dunia, ternyata sudah dipelajari oleh nenek moyang kita sendiri. Perlu bukti? Sekali lagi saya
katakan, NENEK MOYANG KITA CUKUP CERDAS! (Selain seorang pelaut tentunya..) Kita
berpikir bagaimana membuat bangunan yang tahan gempa, ternyata nenek moyang kita sudah
memikirkan itu. Pondasi bangunan yang tidak ditanam di dalam tanah, dan sistem sambungan
yang fleksibel adalah salah satu cara mengatasi gempa. Sedangkan pada rumah Nias,
ditambahkan sistem konstruksi dengan balok menyilang berbentuk V dan X untuk penahan
gempa.
Arsitektur Vernakuler Nias dengan Sistem Konstruksi V

Arsitektur Vernakuler Nias dengan Sistem


Konstruksi V
Hal lain yang membuat mata saya terbuka lebar-lebar adalah, penggunaan atap miring,
mengangkat bangunan dari tanah, dan banyak lagi, adalah jawaban bagaimana seharusnya
arsitektur di Indonesia didesain.
Nah dari sini muncul pertanyaan, haruskah kita tinggal di dalam rumah yang berbentuk seperti
rumah nenek moyang kita? Tidak! Tapi kita bisa mengambil beberapa prinsip dari arsitektur
vernakular yang ada di Indonesia, untuk diterjemahkan pada bangunan yang ada di Indonesia.
Kesimpulan

  Perkembangan arsitektur vernakuler dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti: kondisi


alam, tatanan sosial, sistem becocok tanam, dan kosmologi
   Dari keberagaman yang tercipta terdapat beberapa kesamaan dari bangunan vernakuler
di Indonesia, yaitu:

a. tipe rumah panggung


Tipe Rumah Panggung Arsitektur Vernakular

Indonesia Tipe Rumah Panggung Arsitektur Vernakular


Indonesia

b. tiang bangunan mempunyai alas batu

Penggunaan Pondasi Umpak Pada Arsitektur


Vernakular Indonesia

c. lantai bangunan didukung oleh tiang dan balok kayu yang saling mengikat
Tiang dan Balok Kayu yang Saling Mengikat

d. pemanjangan bubungan atap sering dengan sopi-sopi mencondong keluar

Pemanjangan Bubungan Atap dengan Sopi-Sopi


Mencondong Keluar
e. memiliki ornamen pada dinding penutup atap yang menyimbolkan status sosial kekuasaan dan
karakteristik budaya
f. menggunakan bahan bangunan yang berada di dekat perkampungan, dan menggunakan
konstruksi sederhana.

Penggunaan Material dan Konstruksi Sederhana


yang Terdapat di Sekitar Perkampungan

g. Anatomi bangunan vernakular di Indonesia sebagian besar menggunakan prinsip kepala,


badan, dan kaki, atau atas, tengah dan bawah.
Anatomi Bangunan Vernakular

h. Sebagian besar rumah vernakuler di Indonesia dihasilkan dari pengalaman, pemikiran, dan
kosmologi

Fakhri Aulia,
RAFT origin

Rate this:

Arsitektur Vernakular Indonesia: Peran, Fungsi, dan


Pelestarian di dalam Masyarakat
19 Maret 2012

iaaipusat PIA 2011 Ade Sahroni, Arsitektur 2 Komentar

Ade Sahroni
Puslitbang Arkenas

Abstrak

Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat yang
lahir dari masyarakat etnik dan berakar pada tradisi etnik, serta dibangun oleh tukang
berdasarkan pengalaman (trial and error), menggunakan teknik dan material lokal serta
merupakan jawaban atas setting lingkungan tempat bangunan tersebut berada dan selalu
membuka untuk terjadinya transformasi. Arsitektur ini tetap bertahan dalam beragam bentuk
yang dikenal sebagai bangunan tradisional Indonesia yang umum dipakai dalam berbagai
kegunaan, baik sakral maupun non sakral. Bangunan yang termasuk dalam tradisi-tradisi
arsitektur vernakular Indonesia yang paling penting dan paling sering dibangun adalah rumah
yang digunakan sebagai tempat tinggal, lumbung, dan berbagai macam tempat penyimpanan dan
bangunan umum (balai, bale) yang digunakan sebagai tempat diselenggarakannya ritual, upacara
atau pertemuan warga. Di beberapa tempat di Indonesia, bangunan rumah tradisional hampir
punah, yang tersisa adalah sebuah rumah yang selamat karena alasan tertentu, atau beberapa
rumah yang sengaja dibangun sebagai model tipe rumah tradisional tertentu, atau beberapa
rumah yang dibangun berdasarkan arsitektur modern yang ditambah fitur dan karakter tradisi
arsitektur vernakular.

Kata kunci: Arsitektur vernakular, bangunan tradisional

Vernacular Architecture Indonesia:


Roles, Functions, and Preservation within communities

Abstract
Vernacular architecture is the architecture that grew and evolved from the folk architecture
born in ethnic communities and is derived from ethnic traditions, and built by worker based on
experience (trial and error), using local materials and techniques as well as a response to
environmental setting where the building is and always open for the transformation. This
architecture survives in various forms, mostly known as Indonesia’s traditional buildings, which
are commonly used for several purposes, both sacred and non sacred. Buildings included in the
vernacular architectural traditions of Indonesia such as residences, barns, and various other
storage areas and public buildings (balai, bale) used to hold rituals, ceremonies or community
gatherings. In some places in Indonesia, traditional buildings are almost extinct, except
buildings that survived for specific reasons, intentionally built as a model of traditional houses,
or built in modern architectural style added with features and characters of the tradition
vernacular architecture.

Keywords: Vernacular architecture, traditional building

Pendahuluan

Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat yang
lahir dari masyarakat etnik dan berakar pada tradisi etnik, serta dibangun oleh tukang
berdasarkan pengalaman (trial and error), menggunakan teknik dan material lokal serta
merupakan jawaban atas setting lingkungan tempat bangunan tersebut berada dan selalu
membuka untuk terjadinya transformasi [1]. Indonesia sebagai salah satu negara di Asia
Tenggara merupakan negara kepulauan terbesar didunia yang terdiri dari berbagai suku, bahasa,
agama, serta berbagai macam budaya dan etnik yang merupakan jati diri dari tiap-tiap daerah.
Selain itu masing-masing daerah di Indonesia juga mempunyai satu atau beberapa tipe rumah
tradisional yang unik yang dibangun berdasarkan tradisi-tradisi arsitektur vernakular dengan
gaya bangunan tertentu yang menunjukkan keanekaragaman yang sangat menarik. Dan seiring
dengan perjalanan waktu, tradisi dan gaya bangunan yang baru dan berbeda-beda akan muncul,
akan tetapi dalam beberapa hal tradisi arsitektur vernakular masih dapat bertahan. Menurut
Sonny Susanto, salah seorang dosen arsitek pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia
mengatakan bahwa arsitektur vernakular merupakan bentuk perkembangan dari arsitektur
tradisional, yang mana arsitektur tradisional masih sangat lekat dengan tradisi yang masih hidup,
tatanan kehidupan masyarakat, wawasan masyarakat serta tata laku yang berlaku pada kehidupan
sehari-hari masyarakatnya secara umum [2].
Meskipun arsitektur tradisional berkembang, namun tetap mempertahankan karakter inti yang
diturunkan dari generasi ke generasi yang menjadikannya sebagai karakter kuat akan suatu
tempat tertentu dan akan tercermin pada tampilan arsitektur lingkungan masyarakat tersebut.
Dalam perkembangannya, arsitektur vernakular mengalami banyak tekanan, baik dari dalam
maupun dari luar, antara lain dari masyarakat industri barat yang menebarkan potensi dari
teknologi modern dan bahan bangunan modern. Pada masa sekarang ini dimana modernisasi dan
globalisasi demikian kuat mempengaruhi peri kehidupan dan kebudayaan setempat, suatu
kondisi yang alami apabila suatu kebudayaan pasti akan mengalami perubahan kebudayaan
setempat, namun perubahan yang diinginkan adalah perubahan yang akan tetap memelihara
karakter inti dan akan menyesuaikan dengan kondisi pada saat ini, sehingga akan dapat terus
dipertahankan.

Peran dan Fungsi Arsitektur Vernakular

Di dalam konteks arsitektur, peran dan fungsi arsitektur vernakular menjadi penting bukan hanya
di Indonesia saja tetapi juga di Asia, karena Asia terdiri dari berbagai macam budaya dan adat
yang berlainan di berbagai wilayahnnya, dimana setiap wilayah memiliki ciri arsitektur yang
spesifik dan berasal dari tradisi. Antara tradisi dan arsitektur vernakular sangat erat
hubungannya. Tradisi memberikan suatu jaminan untuk melanjutkan kontinuitas akan tatanan
sebuah arsitektur melalui sistem persepsi ruang, bentuk, dan konstruksi yang dipahami sebagai
suatu warisan yang akan mengalami perubahan secara perlahan melalui suatu kebiasaan.
Misalnya bagaimana adaptasi masyarakat lokal terhadap alam, yang memunculkan berbagai cara
untuk menanggulangi, misalnya iklim dengan cara membuat suatu tempat bernaung untuk
menghadapi iklim dan menyesuaikannya dengan lingkungan sekitar dan dengan memperhatikan
potensi lokal seperti potensi udara, tanaman, material alam dan sebagainya, maka akan
terciptalah suatu bangunan arsitektur rakyat yang menggunakan teknologi sederhana dan tepat
guna. Kesederhanaan inilah yang merupakan nilai lebih sehingga tercipta bentuk khas dari
arsitektur vernakular dan tradisional serta menunjukkan bagaimana menggunakan material
secara wajar dan tidak berlebihan. Hasil karya ‘rakyat’ ini merefleksikan akan suatu masyarakat
yang akrab dengan alamnya, kepercayaannya, dan norma-normanya dengan bijaksana.

Sejarah Arsitektur Vernakular

Di Indonesia, berbagai jenis rumah tradisional dianggap sebagai tradisi vernakular Indonesia dan
dipercaya memiliki kesamaan asal muasal dari tradisi pembangunan kuno. Hal ini terutama
dirujukkan pada tradisi arsitektur Austronesia yang dipandang sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari ekspansi budaya Austronesia. Asal muasal dari tradisi arsitektur ini dapat
dirunut kembali hingga budaya manusia kuno yang mendiami daerah pantai dan sungai-sungai
Cina Selatan dan Vietnam Utara kurang lebih 4000 tahun SM. Pada masa itu, kelompok-
kelompok masyarakat melakukan migrasi dan diperkirakan memiliki kesamaan tradisi arsitektur
yang dinamai dengan tradisi arsitektur Austronesia, dan sebagai konsekuensinya, maka hampir di
seluruh kepulauan Indonesia rumah tradisional yang merupakan warisan arsitektur vernakular
memiliki kesamaan bentuk, baik dari bentuk bangunan serta dari bentuk morfologis struktur
dasarnya.
Bentuk struktur dan fitur morfologis rumah-rumah tradisional Indonesia terdiri atas dua macam,
yaitu rumah tradisional yang dibangun berdasarkan prinsip tipikal tradisi arsitektural Austronesia
kuno yaitu: struktur kotak yang didirikan di atas tiang fondasi kayu, dapat ditanam kedalam
tanah atau diletakkan di atas permukaan tanah dengan fondasi batu, lantai panggung, atap miring
dengan jurai yang diperpanjang dan bagian depan atap yang condong mencuat keluar [3].
Sedangkan di bagian timur kepulauan Indonesia banyak tipe rumah tradisional digolongkan
sebagai bagian dari tradisi arsitektur vernakular, dimana pada bentuk bangunannya biasanya
memiliki: lantai berbentuk lingkaran dan berstruktur atap kerucut tinggi seperti bentuk sarang
tawon atau struktur atap berbentuk kubah elips [4].

Rumah tradisional di seluruh kepulauan nusantara, baik yang berbentuk kotak maupun yang
berstruktur atap kubah, biasanya dibangun dengan kayu dan material alami lainnya seperti
bambu, daun palem, rumput, dan serat yang semuanya diambil langsung dari lingkungan
alaminya. Selain itu, rumah dibangun oleh penghuninya sendiri atau masyarakat yang kadang
dibantu oleh pengrajin terlatih atau dibawah petunjuk pengawas bangunan yang berpengalaman
atau keduanya. Berbeda dengan konstruksi fisiknya, rumah tradisional di seluruh kepulauan
nusantara memiliki kesamaan ciri dalam terminologi makna simbolik yang dikandung oleh
rumah, dimana ukuran dan bentuk rumah mengindikasikan tingkat sosial dan status dari
pemiliknya didalam masyarakat. Rumah juga sering dipandang sebagai tempat bersemayam
nenek moyang dan digunakan sebagai tempat ritual dan upacara untuk menghormati mereka, dan
juga digunakan saebgai tempat penyimpanan benda-benda pusaka nenek moyang. Ciri penting
umum lainnya adalah penggunaan berbagai jenis oposisi polar dalam ruang, seperti depan dan
belakang, timur dan barat, kiri dan kanan, serta dalam dan luar yang disesuaikan dengan
pembedaan kelas diantara berbagai kelompok sosial masyarakat kesukuan secara umum.

Beberapa Kategori Tradisi Vernakular Arsitektur di Indonesia

Masyarakat yang mendiami daerah pedalaman, terutama di pegunungan mempunyai tradisi yang
bila dilihat dari perspektif sejarah kebudayaannya dianggap lebih tua dibandingkan dengan
masyarakat yang tinggal di dataran rendah atau area pantai. Bangunan tradisional yang dibangun
oleh masyarakat yang tinggal dipedalaman dianggap memperlihatkan kemiripan yang lebih besar
dengan tradisi arsitektural dan ragam bangunan Austronesia dan dengan tradisi yang tergambar
di Candi Borobudur di Jawa Tengah daripada masyarakat yang tinggal di daerah dataran rendah
dan di pantai. Rumah tradisional yang dibangun oleh masyarakat Toraja di Sulawesi selatan dan
masyarakat Batak yang tinggal di Sumatra Utara dipandang sebagai bentuk rumah tradisional
yang lekat dengan tradisi arsitektur vernakular dari nenek moyang mereka. Masyarakat Aceh di
Sumatra Utara, masyarakat Baduy dan Tengger di Pulau Jawa, masyarakat Bali Aga (Bali Mula)
di Bali, dan masyarakat Dayak di Pulau Kalimantan, serta beberapa masyarakat dikepulauan
Indonesia Timur juga dianggap sebagai ‘masyarakat kuno’, akan tetapi, rumah tradisional
mereka jika dari sudut pandang kebudayaan, sebenarnya termasuk dalam tradisi arsitektur asing
yang muncul di kepulauan Indonesia yang merupakan bagian dari ekspansi Hindu-Buddha,
Islam, dan Eropa.

Oleh karena itu, ada beberapa kategori tradisi vernakular arsitektur dan langggam bangunan
Indonesia, yaitu:
 Bangunan tradisional yang dibangun berdasar tradisi kuno Austronesia

Rumah tradisional Indonesia saat ini yang merupakan contoh rumah yang mempunyai karakter
dasar dan fitur tradisi dari arsitektur vernakular yang masih kuat dapat ditemukan dibeberapa
daerah pedalaman di berbagai pelosok Nusantara, seperti dapat dilihat pada rumah Batak dan
rumah Tongkonan Toraja, keduanya memiliki beberapa perbedaan yang umumnya tampak
bahwa rumah-rumah ini dibangun dengan mengikuti tradisi arsitektur vernakuler kuno dan
langgam bangunan Austronesia sebelum adanya tradisi dan langgam bangunan Hindu-Budha,
Islam, dan kolonial Belanda.

• Rumah Batak
Rumah tradisional masyarakat Batak yang mendiami pedalaman pegunungan di sekitar Danau
Toba dan di Pulau Samosir di Provinsi Sumatra Utara merupakan bentuk umum dan fitur tradisi
arsitektur kuno di Indonesia. Masyarakat Batak terbagi atas enam keluarga besar, yang
membangun rumah tradisional dan pengaturan rumah mereka dengan cara yang berbeda-beda
tergantung pada pertanian yang mereka garap. Disamping itu, tradisi arsitektur vernakular Batak
juga terdapat pada bangunan komunal (bale), lumbung padi (soro), serta bangunan untuk
menggiling beras dan rumah untuk orang menyimpan jenazah (joro).

Rumah Batak
http://www.prof-marlon.blogspot.com

 Bangunan tradisional yang dibangun berdasar percampuran

Karakter dan fitur rumah yang menampilkan perpaduan antara tradisi vernakular kuno dan tradisi
arsitektural asing sudah lebih sulit dkenali. Karakter umum rumah-rumah tersebut adalah
perpaduan antara bentuk dasar dan fitur tradisional dan langgam Austronesia berpadu kedalam
tradisi dan langgam bangunan yang datang sesudahnya yaitu, Hindu-Buddha, Islam, China, dan
kolonial Belanda yang mana menghasilkan berbagai bentuk percampuran dengan karakter yang
berbeda-beda dan sering disebut dengan nama yang khusus, seperti tipe “rumah tradisional
melayu”. Beberapa dari rumah tersebut sangat serupa dengan bangunan yang dibangun dengan
tradisi arsitektural dan langgam bangunan kuno Austronesia, tetapi beberapa diantaranya telah
sulit dipahami akarnya, salah satu contoh yaitu rumah Aceh dan Gayo.

• Rumah Aceh
Rumah tradisional masyarakat Aceh merupakan sebuah contoh percampuran tradisi arsitektural
dan langgam bangunan Austronesia dengan tradisi dan langgam bangunan masyarakat melayu.
Bentuk luar rumah merupakan bentuk rumah Austronesia yaitu struktur tegak berupa tiang kayu,
lantai yang ditinggikan sebagai ruang keluarga, dan bentuk atap pelana yang meruncing tinggi.
Pembagian ruang dalam sama dengan rumah Melayu, yaitu lantai bagian yang berbeda berada
diketinggian yang berbeda pula dan diatur secara berurutan. Ruang tidur yang terletak dibagian
tengah rumah dengan lantai yang paling tinggi merupakan bagian yang paling penting, biasanya
ditutupi dengan atap dan langit-langit dimana terdapat ruang yang digunakan untuk menyimpan
benda-benda keramat, alat makan, dan pusaka. Didepan dan belakang terdapat beranda yang
terletak diketinggian lantai yang lebih rendah, beranda depan digunakan untuk laki-laki dan
menerima tamu, sedangkan beranda belakang digunakan untuk perempuan. Rumah tradisional
Aceh biasanya disusun saling berhadapan sepanjang jalan yang membentang dari timur-barat.
Hasilnya adalah rumah yang menghadap ke utara atau ke selatan.

Rumah Aceh
http://www.christineyunita.blogspot.com

 Bangunan tradisional yang dibangun berdasar transformasi

Dibeberapa daerah di Indonesia yaitu Jawa, Madura, Bali, dan Lombok Barat, bentuk dan fitur
yang umum dipakai pada tradisi arsitektur vernakular kuno telah dilebur dengan tradisi dan
langgam bangunan yang datang setelahnya. Dengan adanya peleburan ini, maka bentuk dan fitur
telah diubah hingga sulit untuk dikenali lagi dan ada juga yang telah diganti secara keseluruhan.
Hal ini dikarenakan adanya dampak dari pengglobalan dan pembudayaan Hindu-Buddha (antara
abad kedua hingga kelima), dan ekspansi kultural islam (sesudah abad kedua belas), ditambah
dengan adanya pertumbuhan politik berbasis Negara yang sangat tersentralisasi yang
mempengaruhi semua sektor kehidupan sosial dan mempengaruhi semua sisi kehidupan, Dengan
kata lain tipe rumah tradisional dibagian kepulauan Indonesia ini adalah hasil dari proses
transformasi dari prinsip arsitektural asing dengan bentuk dan fitur yang merupakan warisan dari
tradisi kultural domestik.

• Rumah Bali
Warisan aritektur tradisional masyarakat Bali merupakan contoh percampuran antara bentuk dan
fitur lama dan baru. Hal ini sebagian besar disebabkan dari sekelompok masyarakat elite migrasi
Hindu-Buddha dari Jawa Timur untuk menghindari dominasi raja-raja islam. Karena kehadiran
mereka yang lama dan dominasi politis serta pengaruh budaya maka tradisi arsitektural
masyarakat yang lebih tua didaerah dataran rendah ikut berubah. Namun tradisi vernakular dan
langgam bangunan kuno tetap dipraktikkan oleh masyarakat Aga yang mendiami daerah
pedalaman dan pegunungan Bali. Dengan demikian, ada dua tipe rumah tradisional Bali, tipe
rumah kelompok pemukiman masyarakat Bali yaitu percampuran bentuk tradisi antara fitur lama
dan baru, yang kedua yaitu tipe rumah tradisional Bali Aga yang masih berpegang pada tradisi
vernakular dan langggam bangunan kuno.

Rumah Bali
www. wacananusantara.org

 Tradisi arsitektur vernakular dan langgam bangunan Indonesia Timur.

Di bagian timur kepulauan Indonesia, didiami oleh masyarakat yang berbeda-beda namun tetap
mempunyai beberapa kesamaan karakter kultural yaitu menghormati arwah para nenek moyang,
ritual pemakaman yang sangat rumit, tradisi panjang peperangan antar suku dan antardesa yang
baru-baru ini saja ditinggalkan dibandingkan dengan bagian lain dari kepulauan Indonesia.
Apapun bentuk yang dibangunnya, rumah asli mereka masih memainkan peran yang sangat
penting, beberapa contoh rumah yang paling dikenal dari tradisi vernakular arsitektur yaitu
rumah tradisional masyarakat Sasak dibagian timur Pulau Lombok, masyarakat Manggarai dan
Ngada di pulau Flores, masyarakat Atoni di pulau Timor, dan masyarakat Dani di pedalaman
Papua, di bagian barat New Guinea. Di kepulauan ini, rumah tradisional terbagi dalam dua
bentuk arsitektural utama, yang pertama adalah rumah yang mewakili sejumlah fitur dasar dan
karakteristik tradisi arsitektur vernakular Austronesia dan terdapat dua variasi yaitu rumah yang
didirikan diatas struktur tiang, terletak di permukaan tanah dan bentuk rumah tradisional yang
berdenah lantai melingkar, dengan struktur atap kerucut melingkar seperti rumah tawon,
sehingga menciptakan rumah tradisioanl yang unik yang membedakannya dengan rumah
tradisional lain di kepulauan Indonesia.

• Rumah Sasak
Masyarakat Sasak mendiami pulau Lombok dibagian timur dan selatan. Lain halnya dengan
tradisi kultural Hindu-Buddha masyarakat Bali yang mendiami bagian barat pulau, kultur
masyarakat sasak adalah sinkretis antara keimanan Islam dan kepercayaan serta praktik
animistis. Merefleksikan hal ini, maka arsitektur rumah tradisional dan bangunan lain jelas
mewakili percampuran antara tradisional Bali dan gaya tipikal bangunan Indonesia Timur.
Adapun contoh bangunan yang dapat diklasifikasikan sebagai arsitektur vernakular yaitu rumah
tradisional Sasak dan gudang padi atau lumbung. Jika dipandang dari luar, struktur atap rumah
tradisional Sasak kelihatan sama dengan rumah tradisioanal tipe joglo yang dibangun masyarakat
Jawa. Gudang atau tempat penyimpanan padi sangat serupa dengan beberapa jenis rumah
tradisional yang ditemukan dibagian lain daerah Nusa Tenggara yang mengarah ke timur.

Rumah Sasak
www. ahgidaman.blogspot.com

Bagaimana Melestarikannya

Karya arsitektur peninggalan masa lalu yang tersebar di seluruh wilayah kepulauan Nusantara
contohnya bangunan purbakala yaitu arsitektur candi/kuil sebagian besar sudah tidak difungsikan
sebagaimana seharusnya, demikian halnya dengan bangunan peninggalan bangsa lain seperti
Portugis, Belanda, apabila kondisi bangunan cukup baik, akan dimanfaatkan dengan fungsi baru.
Sedangkan arsitektur etnik yang kebanyakan adalah rumah tinggal dan rumah adat sampai saat
ini sebagian besar masyarakat setempat masih tetap membangun bangunan baru dengan gaya
lama. Di beberapa tempat di Indonesia dalam empat puluh tahun terakhir ini, telah banyak usaha
yang dilakukan untuk menghentikan kepunahan lebih lanjut rumah tradisional dan hilangnya
tradisi arsitektur vernakular. Bangunan yang memiliki kepentingan sejarah dipelihara dan
dilestarikan sebagai monumen. Sebagai tambahan, di Taman Mini Indonesia Indah (TMII)
disana terdapat berbagai jenis model rumah tradisional. Di samping itu di beberapa daerah,
bangunan pemerintah dirancang dengan menampilkan aspek yang paling mencolok atau paling
umum di daerah tersebut, semuanya itu dilakukan untuk melestarikan tradisi dan warisan budaya
serta kebanggaan akan identitas kedaerahan.

Kesimpulan

Di beberapa tempat di Kepulauan Indonesia, tradisi arsitektur vernakular tetap terus


dipertahankan, sebagian besar tetap berlangsung kaku tanpa adanya modifikasi, sebagian lagi
dibangun secara modern tetapi dengan menambahkan fitur dan tradisi arsitektur vernakular.
Tradisi dan gaya arsitektur vernakular tetap penting bagi orang Indonesia karena berbagai alasan,
kepentingan, maupun kegunaan. Untuk itu perlu dilakukan suatu upaya agar kepunahannya dapat
dihentikan, di samping itu pelestariannya untuk generasi yang akan datang tergantung kepada
besarnya kesadaran akan pentingnya tradisi dan nilai-nilai dari warisan budaya yang tak ternilai.

Daftar Pustaka

Dawson Barry and Gillow John. 1994. The Traditional Architecture of Indonesia. Thames and
Hudson.

Gunawan Tjahyono. 1998. Architecture as the Volume 6 of Indonesian Heritage Series.


Singapore: Archipelago Press.

J.J.M. Wuisman, Jan. 2009. Masa Lalu dalam Masa Kini Posisi dan Peran Tradisi-Tradisi
Vernakular Indonesia dan Langgam Bangunan masa Lalu dalam Masa Kini. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

Lilianny S Arifin. 2008. Arsitektur Nusantara Ala Mangunwijaya: Membangkitkan Makna


Vernakular Lewat Jiwa Tradisi dalam http://www.architerian.net/myforum/viewtopic.php?
diunduh pada Senin, 26 September 2011 jam 13.45.

Probo Hindarto. 2008. Arsitektur Vernakular Sebagai Bahasa Arsitektur Yang Tidak Terbatas
Pada Sistem Konstruksi (esai) dalam http://astudioarchitect.com/2008/11/arsitektur-vernakular-
sebagai-bahasa.html diunduh pada Rabu, 28 september 2011 jam 10.05.

Lilianny S Arifin. 2008. Arsitektur Nusantara Ala Mangunwijaya: Membangkitkan Makna


Vernakular Lewat Jiwa Tradisi dalam http://www.architerian.net/myforum/viewtopic.php?
diunduh pada Senin, 26 September 2011 jam 13.45.

Turan, Mete. 1990. Vernacular Architecture, Paradigms of Environmental Response.

Catatan:

[1] Turan Mete, Vernacular Architecture, 1990


[2] Dial Thespider ‘Arsitektur Vernakular Sumatera Barat’, In de_concept, diakses dari http://de-
arch.blogspot.com/2008/10/arsitektur-vernakular-tinjauan-rumah.html, pada tanggal 28
September jam 2.20
[3] Dalam artikelnya’The House in Indonesia’, Peter Nas menyebutkan beberapa pengarang
selain dirinya menyarankan definisi dan menyuguhkan tipe ideal rumah tradisional Indonesia
yang dibangun berdasarkan langgam tradisi kuno arsitektur vernakular Austronesia, namun
semuanya dianggap tidak terlalu memuaskan.
[4] Di masa lalu, rumah tradisional dengan tipe yang sama juga ditemukan dibagian barat
kepulauan Indonesia, misalnya di pulau Enggano. Sekarang ini rumah tradisional dengan denah
dasar elips dan dinaungi oleh atap kubah hanya ditemui di Pulau Nias.

*MAKALAH PIA 2011

Anda mungkin juga menyukai