Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan sebuah negara yang terdiri dari beribu pulau dengan
berbagai kebudayaan, adat istiadat, dan juga Gaya Arsitektur yang ada di dalamnya.
Bali merupakan sebuah pulau yang sangat indah dan di kenal di suluruh dunia
dengan keindahan alam, Adat istiadat budaya dan tentunya Arsitektur tradisional
bali yang sangat khas dan kental akan budaya. Pada dasarnya Arsitektur dan
kebudayaan merupakan dua hal yang memiliki kaitan erat yang saling terhubung,
salah satunya Arsitektur Tradisional Bali. Arsitektur Tradisional Bali tidak lepas
dari unsur-unsur kebudayaan yang hingga saat ini masih diterapkan oleh
masyarakat luas di Bali karena hal ini dianggap memiliki nilai filosofis tersendiri
dalam setiap nilai-nilai yang terdapat pada Arsitektur Tradisional Bali. Pada
arsitektur tradisional Bali, setiap bangunannya memiliki filosofi tersendiri baik dari
segi ukuran yang masih menggunakan ukuran anggota tubuh manusia sebagai
acuan, konsep proporsi pada bangunan, hingga peletakkan massa bangunan yang
sesuai dengan kaidah arsitektur tradisional bali yang telah di tetapkan.
Seiring dengan perkembangan jaman, kebiasaan dan perilaku masyarakat
mengalami perubahan akibat adanya pengaruh-pengaruh budaya lain yang masuk
maupun akibat adanya permasalahan – permasalahan serta penemuan alternatif baru
dalam proses perkembangan teknologi yang pesat. Begitu pula dengan arsitektur
tradisional daerah setempat akan mengalami perubahan sesuai dengan adat/istiadat
kebudayaan masyarakat yang berubah secara perlahan dan membentuk suatu
kebudayaan baru yang disebut dengan “Arsitektur Masa Kini”
Arsitektur masa kini ini mencerminkan teknologi di era modern yang dimana
teknologi pada zaman ini telah berkembang pesat dan membawa berbagai dampak
pada pola kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu, pada arsitektur masa kini
bangunan – bangunan yang berada di daerah Bali yang dulunya memiliki unsur –
unsur bentuk, pola gaya, karakter, filosofi tentang arsitektur tradisional Bali, kini
menjadi memprihatinkan akibat perkembangan arsitektur yang masuk dari daerah
luar Bali. Perkembangan dan perubahan yang menyangkut selera arsitektut tersebut
mempengaruhi suasana lingkungan hidup serta perilaku masyarakat sekitarnya.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang muncul berdasarkan latar belakang
yang telahdi tetapkan antara lain sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan Arsitektur Tradisional Bali ( ATB ) yang ada
pada objek bangunan ?
2. Bagaimana transformasi dari Arsitektur tradisional Bali pada objek
bangunan ?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin di capai dari disusunnya makalah ini, antara
lain sebagai berikut
1. Pembaca dan penulis dapat memahami Bagaimana penerapan
Arsitektur Tradisional Bali ( ATB ) yang ada pada objek bangunan
2. Pembaca dan penulis dapat memahami Bagaimana transformasi dari
Arsitektur tradisional Bali pada objek bangunan
1.4. Manfaat Penulisan
1. Pembaca lebih memahami Bagaimana penerapan Arsitektur
Tradisional Bali ( ATB ) yang ada pada objek bangunan
2. Pembaca lebih memahami Bagaimana transformasi dari Arsitektur
tradisional Bali pada objek bangunan
BAB II
KAJIAN TEORI
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang dasar teori mengenai konsep arsitektur
tradisional bali yang menjadi acuan dalam melengkapi observasi objek studi
nantinya. Bab ini memiliki beberapa sub bahasan anatarai lain penjelasan konsep
arsitektur tradisional bali secara umum, Konsep Tri Angga dan Tri Loka serta
Ragam Hias yang umum digunakan dalam arsitektur tradisional bali.
2.1 Arsitektur Tradisional Bali
Arsitektur Tradsional Bali merupakan salah satu arsitektur etnis, yang
merupakan bagian dari kekayaan Arsitektur Nusantara. Arsitektur tradisional
sebagai bagian dari kebudayaan dan kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-
norma agama, adat kebiasaan setempat dan dilandasi oleh keadaan alam setempat
(Gelebet, 1982 : 1; Newmark & Thomson, 1977 : 30-47).
Menurut Putra (2009) Arsitektur Bali telah mempertahankan dan
mengembangkan tiga jenis arsitektur, yaitu : (a) Arsitektur Warisan (Kuno); (b)
Arsitektur Tradisional Bali; (c) Arsitektur non tradsional yang bergaya Arsitektur
Tradisional Bali. Sebagai pemahaman awal dan penyamaan peresepsi maka akan
dikemukakan terlebih dahulu tentang pengertian antara Arsitektur Tradisional Bali
(ATB) dengan Arsitektur Bali (AB).
Arsitektur Tradisional Bali (AB) merupakan arsitektur yang
ditumbuhkembangkan dari generasi kegenerasi berikutnya dan dibuat dengan
aturan-aturan tradisional Bali baik tertulis maupun lisan serta dapat diterima oleh
masyarakat Bali secara berkelanjutan karena dianggap baik dan benar (Gelebet,
1982; Putra, 2009).
Arsitektur Bali (AB) adalah arsitektur yang tumbuh, berkembang, dan
dipertahankan di Bali mengisi sejarah, ruang dan waktu dari masa ke masa. Sebagai
wujud Arsitektur Bali, dapat terdiri dari : Arsitektur Warisan (Kuno), Arsitektur
Tradisional Bali, arsitektur non tradisional yang bergaya Arsitektur Tradisional
Bali. Arsitektur Tradisional Bali melengkapi dan menyempurnakan Arsitektur
Warisan, sedangkan arsitektur non tradisional dijiwai dan diilhami oleh Arsitektur
Tradisional Bali. Arsitektur Tradsional Bali merupakan wadah aktivitas tradisi
kebudayaan Bali. Globalisasi dan perubahan yang cepat dalam segala aspek dapat
mempengaruhi eksistensi Arsitektur Tradsional Bali. Oleh karena itu pemahaman
makna dan konsepnya menjadi strategis dan vital agar dapat
mentransformasikannya kedalam arsitektur kekinian (salah satu bagian Arsitektur
Bali). Arsitektur kekinian sebagai representasi wadah dinamika aktivitas
kebudayaan Bali masa kini, sebagai cerminan masa lalu dan prediksi dari masa
depan.

2.2 Filosofi Sangga Mandala


Istilah adalah berasal dari dua kata dalam bahasa Sanskerta, yaitu sanga dan
mandala yang masing-masing memiliki tersendiri. Sanga mengadung pengertian
sebagai angka sembilan atau jumlah sembilan, sedangkan mandala dapat dimaknai
sebagai wilayah' atau 'zona'. Gambungan dari kedua kata ini selanjutnya
membentuk istilah yang merupakan nama sebuah konsepsi popular yang dikenal
dalam tatanan arsitektur tradisional Bali (Ramseyer dan Tisna, 2001: 103).
Konsepsi ini pada dasarnya membagi suatu lahan atas sembilan petak wilayah atau
sembilan zona yang masing-masing memiliki nilai-nilai kesakralprofanan
tersendiri.
Konsepsi pada dasarnya merupakan hasil penggabungan konsepsi Kaja kelod
dan Kangin-kauh yang dikenal sebagai sumbu natural dan ritual masyarakat Hindu
Bali. Kedua konsepsi tersebut selanjutnya disisipi lagi dengan sebuah pandangan
tentang adanya posisi tengah (Bali madya) sebagai daerah peralihan atau transisi.
Wilayah bersumbu natural kaja-kelod yang sebelumnya hanya terbagi atas zona
sakral dan profan, akhirnya berkembang menjadi terbagi atas tiga zona, yaitu zona
kaja yang bernilai sakral atau utama (Bali utama), zona tengah yang bernilai
menengah (Bali madya), dan zona kelod yang bemilai profan (Bali: nista). Pada
wilayah bersumbu ritual kangin-kauh yang sebelumnya yang hanya dibedakan
sebagai zona sakral dan profan, pada akhimya juga berkembang menjadi tiga zona,
yaitu zona kangin yang sakral (utama), zona tengah yang menengah (madya), dan
zona kauh yang profan (nista).
Penerapan konsepsi kedua sumbu tersebut secara bersamaan secara saling
besilangan dalam tatanan budaya dan arsitektur tradisional Bali, pada akhirnya
menghasilkan konsep pembagian area atas sembilan zona atau Tiga buah zona yang
terbentuk dari sumbu natural disilangkan dengan tiga buah zona yang terjadi dari
adanya sumbu ritual melahirkan sembilan buah zona yang memiliki nilai-nilai
tersendiri terkait tingkat kesakralprofanannya.
Konsepsi pada umumnya diterapkan pada wilayah-wilayah permukiman
tradisional di Bali yang berkarakter dataran. Wilayah-wilayah permukiman
tradisional yang berada di daerah pegunungan atau pesisir pantai, pada umumnya
menerapkan konsep pola penataan area lainnya, seperti pola ulu teben.

2.3 Tri Angga


Tri Angga secara harfiah terdiri dari 2 kata yang berasal dari bahasa
sansekerta yaitu kata “Tri” yang berarti tiga dan kata “Angga” yang berarti badan
fisik. Jadi, Tri Angga adalah ungkapan tata nilai yang membagi kehidupan fisik
dalam tiga bagian hierarki. Pengertian Tri Angga juga dapat berarti ungkapan tata
nilai pada ruang terbesar jagat raya mengecil sampai elemen-elemen terkecil pada
manusia dan arsitektur. Konsep Tri Angga ini dalam kehidupan sehari-hari
diproyeksikan dalam setiap wujud fisik arsitektur, teritorial perumahan, teritorial
desa dan teritorial kawasan.
Tri Angga dalam arsitektur rumah dan kawasan pemukiman dapat diartikan
sebagai pengaturan tata ruang untuk kenyamanan, keselarasan dan keharmonisan
manusia dengan lingkungannya baik dalam skala rumah (umah) maupun
perumahan (desa). Arahan tata nilai tersebut secara vertikal dan secara horisontal
yang disebut dengan Tri Mandala. Tata nilai dengan konsep HuluTeben merupakan
pedoman tata nilai di dalam mencapai tujuan penyelarasan antara Bhuwana agung
dan Bhuwana alit dimana Hulu-Teben memiliki orientasi antara lain:
a. Berdasarkan sumbu bumi yaitu: arah kaja-kelod (gunung dan laut).
b. Arah tinggi-rendah (tegeh dan lebah).
c. Berdasarkan sumbu Matahari yaitu : Timur-Barat (Matahari terbit dan
terbenam).
Tata nilai berdasarkan sumbu bumi (kaja “gunung”, kelod “laut”),
memberikan nilai utama pada arah kaja (gunung) dan nista pada arah kelod
(laut), sedangkan berdasarkan sumbu matahari nilai utama pada arah matahari
terbit dan nista pada arah matahari terbenam. Tri Angga memiliki 3 bagian
yaitu :
a. Utama Angga : Utama angga adalah bagian yang diposisikan pada
kedudukan yang paling tinggi atau yang paling utama (kepala).
b. Madya Angga : Madya angga adalah bagian yang terletak di tengah
(badan).
c. Nista Angga : Nista angga adalah bagian yang diposisikan pada bagian
paling bawah, paling kotor, rendah (kaki).
2.3.1 Konsep Tri Angga Dalam Bhuana Alit ( Manusia)
Konsep Tri Angga dalam bhuana alit (tubuh manusia) dapat
dilihat dari pembagian tubuh manusia menjadi 3 bagian berdasarkan
tingkat kesuciannya atau keutamaannya yaitu bagian kepala sering
disebut utama angga atau bagian yang paling suci yang berada pada
bagian atas, bagian badan yang berada di tengah disebut madya angga,
dan bagian kaki yang berada paling bawah sering disebut nista
angga.Pembagaian tubuh pada manusia tersebut yang nantinya
digunakan sebagai konsep pembangunan rumah bagi sang pemilik
rumah, agar nantinya rumah atau bangunan memiliki proporsi yang
seimbang dengan sang pemilik rumah.
2.3.2 Konsep Tri Angga Dalam Bangunan/Rumah
Konsep Tri angga dalam rumah atau bangunan dapat dilihat dari
pembagian bangunan menjadi 3 bagian secara vertikal yaitu bagain
utama angga berupa rap atau atap bangunan sebagai bagian kepala
(paling disucikan), bagian madya angga berupa pengawak atau badan
bangunan yang terletak di bagain tengah, nista angga berupa bebataran
yang merupakan kaki bagi bangunan yang terletak pada bagian bawah.
Konsep Tri Angga digunakan pada bangunan memiliki fungsi untuk
menentukan konsep hierarki ruang yang menghubungkan antara
proporsi sang pemilik bangunan dengan proporsi suatu bangunan agar
terjadi keseimbangan antar proporsi pemilik bangunan dengan
bangunan. Dengan konsep tri angga yang digunakan pada bangunan
nantinya akan memberikan keharmonisan dan keselarasan antara
pemilik bangunan dengan bangunan (Mugi Raharja, 2010).

2.3.3 Konsep Tri Angga Pada Tata Ruang Desa/Kota


Konsep Tri Angga pada tata ruang kota dapat terlihat dari
pembagian desa pakraman secara horizontal menjadi 3 bagian yaitu
bagian Utama Angga (bagian yang dianggap paling suci di desa) seperti
pura-pura desa, bagian Madya Angga (bagian tengah) yaitu desa
pakraman berupa daerah permukiman warga, dan bagain Nista Angga
yaitu bagian yang dianggap memiliki posisi paling rendah dan kotor
berupa daerah setra atau kuburan.

2.4 Tri Loka


Dalam agama Hindu dikenal berbagai macam alam semesta (bhuana agung)
beserta lapisan-lapisannya pembagian tersebut disebut dengan Tri Loka. Tri Loka
secara harfiah terdiri dari 2 kata yang berasal dari bahasa sansekerta yanitu kata
“Tri” yang memiliki arti tiga dan kata “Loka” yang memiliki arti alam semesta,
jadi, Tri Loka adalah tiga kelompok alam semesta. Tri Loka juga dapat berarti
pembagian atau lapisan dari alam semesta (bhuwana agung).
Tri Loka dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu Bhur Loka (lapisan-lapisan
dimensi alam negatif), Bvah Loka (lapisan-lapisan dimensi siklus samsara, siklus
kehidupan-kematian) dan Svah Loka (lapisan-lapisan dimensi alam positif). Bhur
Loka dalam beberapa teks-teks Hindu disebut juga Sapta Petala. Bvah Loka dan
Svah Loka dalam beberapa teks-teks Hindu digabung jadi satu dan disebut Sapta
Loka.
Lapisan-lapisan dimensi alam ini tidak terletak vertikal (tinggi rendah) satu
sama lain, tapi ada sama persis dengan kita sekarang. Hanya saja sebagian besar
berada di dimensi (lapisan) yang halus (bukan alam materi). Halus disini
dimaksudkan diluar kemampuan indriya-indriya dan pikiran kita untuk melihatnya,
sehingga kita yang masih di alam materi ini tidak bisa melihat, merasakan atau
mengetahuinya. Kecuali bagi mereka yang memiliki indriya ekstra dan orang-orang
yang sidha. Alam-alam halus ini semakin positif kehalusannya semakin halus,
semakin negatif kehalusannya semakin kasar.Pada dasarnya antara konsep Tri
Angga dan Tri Loka memiliki hubungan yang sangat erat dan saling berhubungan,
antara kedua konsep tersebut.
Komposisi alam semesta (bhuwana agung) ini sesungguhnya mirip dengan
komposisi seluruh lapisan badan kita (bhuwana alit). Ketika kita mati, kita akan
memasuki salah satu dari lapisan-lapisan alam halus ini, sesuai dengan tingkat
kemurnian bathin kita sendiri (badan halus). Kita tidak bisa pergi dan menetap
lama-lama di alam-alam yang berbeda dengan tingkat kemurnian bathin kita.
Analoginya mungkin bisa dikatakan seperti kalau kita naik pesawat terbang
terbuka, kita akan mengalami kesulitan untuk bernafas pada ketinggian dimana
oksigen tipis, kita akan megap-megap, tapi bagi orang yang sudah biasa tinggal di
pegunungan tinggi hal ini tidak masalah.

2.5 Ragam Hias


Ragam hias dalam bangunan-bangunan tradisional mengandung arti dan
maksud-maksud tertentu. Penyajian keindahan, ungkapan simbol - simbol dan
penyampaian komunikasi merupakan maksud dan arti ragam hias pada bangunan-
bangunan, peralatan dan perlengkapan.
a. Ragam hias untuk keindahan
Umumnya ragam hias dimaksudkan untuk memperindah penampilan
suatu bangunan yang dihias. Ketepatan dan keindahan hiasan dapat
mempertinggi nilai suatu bangunan. Dengan hiasan, penampilan suatu
bangunan lebih indah dan menyegarkan pandangan.
b. Ragam hias untuk ungkapan simbolis
Dari berbagai macam, bentuk dan penempatan ragam hias dapat
mengungkapkan simbol-simbol yang terkandung padanya. Warna - warna
juga merupakan simbol arah orientasi, merah untuk warna kelod, kuning
untuk warna kauh atau barat putih untuk warna kangin atau timur, hitam
untuk warna kaja dan penyatuan dua bersisian untuk arah sudut.
c. Ragam hias sebagai alat komunikasi
Dengan bentuk hiasan yang dikenakan pada upacara atau bangunan -
bangunan tertentu dapat diketahui apa yang diinformasikan oleh hiasan yang
dikenakan. Hiasan serba putih pada wade wadah yang menunjukkan
fungsinya.

2.6 Arsitektur Masa Kini


Arsitektur Masa Kini adalah gaya atau konsep bangunan yang mengutamakan
bentuk bangunan dibandingkan ornamen hias. Dengan kata lain, estetika desain
masa kini adalah upgrade dari bangunan penuh dekorasi di masa lalu seperti desain
gothic dan Victorian. Dengan banyaknya pekerja yang bekerja di rumah, para
arsitek lebih memfokuskan desain bangunan yang mengutamakan kenyamanan
penghuni. Elemen yang membangun kenyamanan rumah mereka ciptakan tanpa
menghapus nilai keindahan arsitektur Masa Kini.
Arsitektur Masa kini, yang merupakan gabungan antara arsitektur Bali
dengan penambahan unsur masa kini, adalah gaya arsitektur vernakular dimana
arsitek atau pembuat desain memanfaatkan bahan-bahan lokal untuk membangun
bangunan, struktur, dan rumah-rumah, serta mencerminkan tradisi lokal. Bahan
yang biasa digunakan di rumah-rumah dan bangunan Bali termasuk batu bata, kayu
kelapa, jerami atap, bambu, kayu jati, batu alam. Banyak rumah di Bali dan villa
mewah menggunakan filosofi yang nyata dari arsitektur Bali. Menggunakan alam
secara optimal untuk menciptakan bangunan buatan dengan suasana santai dan
tropis, rumah Bali dan villa Bali menyediakan hunian yang selaras dengan
lingkungan.
Meskipun saat ini pada umumnya menggabungkan gaya tradisional dan
modern dalam arsitektur di rumah Bali modern dan vila pribadi, arsitek Bali masih
menempatkan filosofi arsitektur Bali sebagai prioritas utama. Ada beberapa filosofi
Arsitektur Bali, namun salah satu yang kami adopsi saat ini adalah filosofi rumah
memiliki kepala badan kaki menyerupai manusia. Yang dimaksud Kepala adalah
atap bangunan, Badan adalah badan bangunan dan Kaki adalah peninggian
bangunan yang kita buat dan kolom-kolomnya. Selain itu arsitektur Bali identik
dengan penambahan ornamen seperti ukiran, patung dll pada bagian-bagian rumah
seperti atap dan kolom-kolomnya. Adopsi modern pada arsitektur Bali ini utamanya
ada pada pengurangan atau penghilangan ornamen ukiran dan penggunaan batu
alam yang disesuaikan dengan daerah tempat rumah akan dibangun.
Desain bali dengan unsur modern ini memiliki kelebihan, dimana tidak semua
orang akan menyukai gaya bali Desain rumah bali tradisional. Adopsi Desain
Arsitektur Masa kini juga dapat terlihat dari fasadnya yang menggabungkan gaya
minimalis. Untuk unsur tropisnya, kami mengadopsi gabungan unsur batu alam,
kayu dan kaca dengan bukaan lebar. Tujuannya adalah agar pencahayaan dan
pengudaraan maksimal untuk tiap ruangan sehingga harapannya penggunaan AC
dapat diminimalkan. Unsur tropis juga bisa kita lihat dari penggunaan atap tritisan,
atap yang identik digunakan pada arsitektur tropis
2.6.1. Nilai Nilai AMK:
1. Tata ruang dan orientasi
(publik-semi publik- privat) dengan pola cross road
2. Tata Bangunan
- (Atap- dinding/kolom- batur) sebagai sosok dan bentuk tri
angga
- (prinsip-prinsip golden section) sebagai proporsi
- sistem struktur modern yang telah mendukung wujud dan
bentuk ATB
- Bilai atb sebagai agen pelwstari atas dasar keselarasan buana
alit buana agung ( status, intuitif, handcraft, poetic sence dan
total); AMK agen pembaruan dan dapat memenuhi sifat-sifat
manusia yang selalu menggandrungi kekinian dan didukung
IPTEK (logikal, analitikal hitect, prosaic, dan partial).
2.6.2. Ciri-ciri AMK
3. Atap
Pada atap kami lebih banyak memakai atap dengan bentuk
limasan, sesuai dengan desain bali dan desain tropis yang banyak
memakai limasan. Untuk kemiringan atap berkisar antara 35 derajat
sampai 60 derajat. Untuk sisi adopsi gaya modern pada atap, ornamen
Bali yaitu murda dan ikut celedu dihilangkan pada bentuk atap ini. Jadi
bentuk atap menjadi lebih simpel dibandingkan dengan gaya Bali
tradisional.
4. Leheran
Adopsi Leheran adalah untuk estetika dan pelengkap atap. Sesuai
badan manusia pada filosofi arsitektur Bali, maka diantara kepala dan
badan ada leher.
5. Badan Bangunan
Di badan bangunan kami memasukkan unsur batu alam seperti
halnya arsitektur tradisional tapi tidak murni gaya Bali. Untuk gaya Bali
tradisional batu alam yang digunakan batu paras, batu bata, dan batu
karang. Pada aplikasinya kami membuatnya lebih modern menjadi
andesit, serai, palimanan.
6. Pepalihan
Pepalihan atau bisa dikatakan profilan pada badan bangunan
fungsinya untuk mempercantik dan sebagai unsur bali yang
menyimbolkan buana agung ( makrokosmos), alam tengah dan
mikrokosmos sesuai filosofi Tri Angga (selengkapnya disini). Terdapat
beberapa bagian yaitu bagian besar dan bangian yang kecil dengan
ukuran setengah dari yang besar.
7. Ornamen
Ornamen berupa ukiran batu paras atau kayu pada pilar untuk
membuat nuansa khas Bali lebih terasa.
8. Pilar Saka
Pilar atau Saka sebagai simbol kaki yang kokoh. Biasanya terdiri
dari kayu diatas dan batu di bagian bawahnya sebagai penopang
kayu.pilar-saka-bali-modern-pada-rumah-bu-kiranaAplikasi Pilar/Saka
Untuk interior, diterapkan penebalan ornamen batu alam seperti
misalnya di belakang rak TV atau penambahan ukiran-ukiran pada
interior lainnya seperti dining dan living room.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Objek
Objek yang terpilih merupakan sebuah Resort, yaitu “The Kenran Resort
Ubud By Soscomma” sebagai objek dalam laporan analisis ini.
Nama Objek : The Kenran Resort Ubud By Soscomma
Fungsi : Resort
Pemilik : debbie yatno
Arsitek : I Nengah Sarjana
Lokasi : Kenderan, Kec. Tegallalang, Kabupaten GianyaR
Jumlah Kamar : 3 unit Royal Kenran Pool Suite ( one bedroom ), 5 nitakila
pool villa, Asmara pool villa, 2 unit Royal Maha Pool Suite (
two Bedroom ), 25 kenran suite.
Fasilitas : Memiliki total 35 kamar dengan berbagai tipe, spa,
restaurant and bar, mantra pavilion, function room, lobby,
parkir.

Gambar 1 : siteplan Tampak Atas The Kenran Resort Ubud By Soscomma

Resort The Kenran Resort Ubud By Soscomma ini merupakan sebuah


resort yang di bangun di bali tepatnya di daerah Ubud, kabupaten Gianyar, Bali.
Resort ini juga di bangun di site yang bertransis dan teretak diatas sebiah tebing,
sehingga memiliki transis yang cukup curam Resort The Kenran Resort Ubud By
Soscomma ini memiliki fasilitas yang sangat memadai dan cukup lengkap antara
lain :
1. 4 jenis tipe suite room dan villa mulai dari :
A. Asmara Pool Villa
Villa satu kamar dengan luas 130m2. Memiliki fasilitas bathtub,
shower dan juga walk in closet yang terpisah. Asmara pool villa memiliki
daybed pada balkon lalu terdapat dining area dengan mini pantry dan juga
pool. semua unit asmara pool villa memiliki view hutan hijau yang
menenangkan dan juga indah. Interior kamar sendiri kental akan unsur lokal
dengan banyak sentuhan kayu terutama pada furniture. Interior kamar
sendiri memberikan kesan hangat, alami
B. Akilla Pool Villa
Akilla Pool Villa merupakan villa dua lantai dengan total luas
157m2, villa ini terdiri atas satu kamar tidur dengan bathtub, shower dan
juga walk in closet. Fasilitas seperti mini bar. sofa daybed di balkon kamar
dan di lantai ruang bawah adalah ruang makan dengan mini pantry. Semua
unit menghadap ke hutan hijau yang megah.
C. Royal Maha Pool Suite
Merupakan kamar tipe suitet room yang memiliki luasan 153 m2. Pada
kamar ini memiliki satu buah king size bed, satu buah sofa, satu buah lemari
pakaian. kemudian memiliki kamar mandi yang terdiri dari unit wastafel,
rainshower, kloset duduk, bathup dan satu buah jacuzzi. Interior dari
ruangan ini dominan menggunakan bahan material alami yang berasal dari
daerah sekitar lokasi resort seperti kayu, bambu dan batu alam. Penggunaan
bahan material ini mampu menciptakan suasana sejuk dan nyaman bagi
civitas yang menghuni.
D. Kenran Suite
Kenran suite memiliki 25 unit kamar dengan satu bedroom dan luas
60 m2, fasilitas yang terdapat pada kenran suite berupa bathtub, shower dan
kloset yang terpisah, minibar, coffee/tea making facilities. Setiap unit terdiri
dari king bed dan ada juga yang twin beds. Semua units memiliki
pemandangan hutan hijau yang menawan. Interior dari ruangan ini dominan
menggunakan bahan material alami yang berasal dari daerah sekitar lokasi
resort seperti kayu, bambu dan batu alam. Penggunaan bahan material ini
mampu menciptakan suasana sejuk dan nyaman bagi civitas yang
menghuni.
2. Mantra Pavilion
Mantra pavilion merupakan kapel pernikahan dan sekaligus tempat
untuk melaksanakan yoga. Ditata dengan indah menghadap pemandangan
hijau yang indah. Matra Pavillion mampu menampung hingga 54 kapasitas
tempat duduk, lalu terdapat dek terbuka berbentuk hati yang dapat
mendampung 50 tempat duduk yang berdekatan dengan Dangin Sunken
Pool & Bar yang dapat memudahkan civitas mendapatkan layanan canape
dan minuman. Mantra pavilion banyak menggunakan material alam seperti
bambu dengan atap sirap. Bentuk atap pelana yang melengkung, suasana
yang dirasakan pada area ini adalah tenang dan damai
3. fuction room
Yang menjadi focal point pada area ini adalah pada bagian plafond
yang memiliki desain yang unik karena memiliki ornamen ornamen yang
memberi kesan mewah pada area ini. terdapat jendela besar yang selain di
fungsikan sebagai pencahayaan jendela besar ini juga memberi kesan luas
dan nyaman karena memiliki view yang menarik
4. massage and spa
pada area ini merupakan area yang menawarkan relaksasi sehingga
ruangan yang ada didalamnya di buat senyama mungkin sehingga membuat
civitas yang ada di dalamnya dapat merasa sangat nyaman, view yang
menghadap hutan menjadi nilai tinggi yang di tawarkan pada desain spa ini
untuk membuat civitas yang ada di dalamnya merasa sangat nyaman.
5. kolam berenang
6. restaurant, bar
7. parkir dll.
Objek resort ini merupakan sebuah resort yang di bangun di daerah Ubud
dengan kondisi sekitar site yang di dominasi dengan lahan kosong dengan
banyak vegetasi dan area bertebing yang menjadikan view yang cantik pada
resort ini.
Berdasarkan gaya bangunan yang di terapkan bangunan Resort The Kenran
Resort Ubud By Soscomma ini merupakan gaya Arsitektur Masa Kini yang
masih menggunakan prinrip-prinsip Arsitektur tradisional Bali dari bebapa
aspek. Sehingga sesuai dengan lokasi di bangunnya resort ini, resort ini masih
mempertahankan nilai-nilai lokal dan memberikan kesan tradisional Bali
yang dapat dilihat dari bentuk masa bangunan, ornamen, material, dll
3.2 Lokasi Objek

Peta Pulau
Bali

Peta Kabupaten
Gianyar

Peta Ubud

Hasil observasi yang telah dilakukan di The Kenran Resort Ubud By


Soscomma yang terletak di Kenderan, Kec. Tegalalang, Kabupaten Gianyar, Bali,
Indonesia, 80552 merupakan salah satu resort di Ubud dan tentunya di Bali yang
masih menerapkan unsur unsur dan nilai nilai Arsitektur Tradsisional Bali pada
konsep bangunan resort ini. The Kenran Resort Ubud By Soscomma berjarak
sekitar 29 Km dari pusat kota Denpasar dan ditempuh selama 52 menit perjalanan.

3.3 Analisa
3.3.1 Sosok Bangunan
Penerapan konsep Tri Angga yang diwujud pada sebuah
bangunan yaitu dengan menganalogikan bangunan sebagai
personifikasi tubuh manusia :
1) Utama Angga diwujudkan dalam bentuk atap yang merupakan
personifikasi kepala dengan hirarki tertinggi.
2) Madya Angga bagian yang terletak di tengah yang diwujudkan
dalam bentuk dinding, tiang penyangga atau saka.
3) Nista Angga menggambarkan hirarki paling bawah dari
sebuah bangunan, diwujudkan dengan pondasi rumah atau
bagian bawah rumah sebagai penyangga rumah.

Utama Angga Madya Angga Nista Angga

Dari sosok bangunan dapat kita lihat bahwa setiap bangunan masih
terdiri dari 3 bagian yaitu atap, dinding, lantai atau dasar. Pada dasarnya hal
ini masih berkaitan dengan nilai-nilai Arsitektur Tradisional Bali yang
menggunakan konsep Tri Angga yaitu kepala badan kaki, pada beberapa
bangunan juga terdapat saka yang merupakan bagian dari ciri ciri yang
Arsitektur Tradisional Bali
3.3.2 Material Bangunan
Pada bagian material bangunan The Kenran Resort Ubud ini
menggunakan material material yang berasal dari alam, terutama di bagian
eksterior bangunan seperti dinding, plafond, ornamen, saka dan lain lainnya
banyak menggunakan material tempelan batu paras, kayu, bamboo, bata
merah .S

Gambar 2 : Materia Kayu dan tanah liat pada plafon ruangan

Pada area ini melihatkan pemanfaatan material Batu Paras sebagai


tempelan pada tiang kolom dan penggunaan bambu sebagai material plafont
yang di fungsikan juga sebagai ornamen estetika

Pemanfaatan kayu sebagai material plafon dan batu paras bata bagian
dinding yang di susun secara vertical dan menggunakan kayu Batangan
kecil sehingga memberi kesan yang unik dan menarik.

3.3.3 Ornamen
Gambar 4 : ornamen pada area resort

Pada bangunan ini ,emggunakan beberapa ornamen ornamen yang di


letakan pada beberapa sisi seperti pada bagian tangga, pintu dan tempat
lainnya seperti pada bagian dinding. Penambahan ornamen ini juga di
gunakan untuk menambah estetika pada bangunan atau area tersebut

Gambar 5 : perletakan ornament pada area bagian atas pintu

Contoh penggunaa ornamen yang ada pada area pintu yang di letakan
pada bangian atas pintu ornamen ornamen ini. Merupakan ornamen bentuk
ukiran yang menjadi ciri ciri gaya arsitektur tradisional bali yang masih di
pertahankan pada desain resort ini
Gambar 6 : Ornament pada area tangga resort
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa bangungan The Kenran Resort Ubud By
Soscomma yang terletak di daerah Ubud, Gianyar, Bali. Bali merupakan salah
satu wilayah di Indonesia yang masih sangat kental dengan menerapkan konsep
arsitektur Tradisional Bali. Pada kajian objek The Kenran Resort Ubud ini dapat
dilihat bahwa ada beberapa aspek seperti sosok bangunan, ornament, material
dan lain sebagainnya yang digunakan dan menjadi ciri ciri dari gaya Arsitektur
Tradisional Bali yang tetap di pertahankan pada gaya arsitektur masa kini yang
memiliki gaya tampilan yang modern, simple dan fuctional, sehingga penerapan
gaya Arsitektur Bali ini dalam objek The Kenran Resort Ubud menjadi sebuah
kombinasi yang menjadikan bangunan ini memiliki tampilan dan komposisi yang
sangat indah.
DAFTAR PUSTAKA

kenranubud.com, 2021, kenran ubud, diakses pada 24, April 2022,


https://apps.kenranubud.com/
Susanta I Nyoman dan I Wayan Wiryawan, 2016, “Konsep Dan Makna Arsitektur
Tradisional Bali Dan Aplikasinya Dalam Arsitektur Bali”,
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/96acde4e5d638d5f
0c76d5bb24c64208.pdf, di ambil pada 24 April 2022

Anda mungkin juga menyukai