Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
Teknik Arsitektur
Budaya tradisional Bali yang dilandasi agama Hindu, dalam kehidupan sehari-hari yang
berhubungan dengan Tatwa, Susila, dan Upacara untuk mecapai tujuan (Dharma), yaitu
“Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma”, dimana harus tercapai hubungan yang harmonis
antara alam semesta yang merupakan Bhuana agung (makro kosmos) dengan manusia sebagai
Bhuana alit (Mikro kosmos). Dalam hal ini, perumahan (Bhuana agung) sedangkan manusia
(Bhuana alit) yang mendirikan dan menempati wadah tersebut.
Hubungan antara Bhuana agung dengan Bhuana alit yang harmonis dapat tercapai
melalui unsur-unsur kehidupan yang sama yatu “ Tri Hita Karana”. Perumahan atau bangunan
tradisional Bali sebagai wadah yang memiliki landasan Tatwa; yaitu lima kepercayaan agama
Hindu (Panca Srada), Susila; etika dalam mencapai hubungan yang harmonis, dan Upacara;
pelaksanaan lima macam persembahan (Panca Yadnya).
Bangunan tradisional Bali selain menampung aktivitas kebutuhan hidup sehari-hari, juga
untuk menampung kegiatan upacara agama Hindu dan adat, memiliki landasan filosofi hubungan
yang harmonis antara Bhuana agung dengan Bhuana alit, konsepsi Manik Ring Cucupu, Tri Hita
Karana, hirarkhi tata nilai Tri Angga, Hulu-Teben, sampai melahirkan konsep Sanga Mandala
yang membagi ruang menjadi sembilan segmen berdasarkan tingkat nilai ke -Utamaannya.
Konsepsi-konsepsi ini juga berlaku untuk perumahan tradisional.
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan Lontar Babad Mengwi, pura yang sekarang disebut Pura Taman
Ayun, dahulunya Ketika baru selesai disucikan pada tahun 1643 M dinamakan Pura
Taman Ahyun . Kata Ahyun dari akar kata “ Hyun “ yang berarti keinginan , sehingga
Ahyun berarti berkeinginan. Pura Taman Ahyun berarti sebuah pura yang didirikan pada
sebuah taman ( Kolam dengan kebun bunga yang indah ) yang dapat memenuhi
keinginan . Kata Ahyun itulah yang berubah jadi kata Ayun.
Dalam Lontar Dwijendra Tattwa, diuraikan bahwa Danghyang Nirartha dalam
perjalanannya di Bali pernah melakukan yoga disuatu daerah pada sebuah mata air yang
dikelilingi oleh taman bunga yang sedang mekar dan disebelah timurnya mengalir sebuah
sungai. Daerah tersebut kemudian dinamakan “Taman Sari atau Pura Taman Wulakan”,
sek4dangkan wilayah di sekelilingnya disebut “Mangapuri”. Kata Mangapuri inilah yang
diperkirakan berubah menjadi “Mangui”, dan sekarang menjadi “Mengwi”. Manga atau
mango mungkin berasal dari kata “Mangu” yang berarti “Merenung” atau “meditasi”.
Berdasarkan hal tersebut, maka mangupuri berarti “tempat yang baik untuk
melaksanakan yoga semadi”.
Pada masa sekarang dimana modernisasi serta globalisasi demikian kuat
mempengaruhi peri kehidupan dan merubah kebudayaan masyarakat, Adalah suatu
kondisi alamiah bahwa suatu kebudayaan pasti akan mengalami perubahan dari waktu ke
waktu. Namun perubahan yang diinginkan adalah perubahan yang tetap memelihara
karakter inti dan menyesuaikannya dengan kondisi saat ini. Sehingga tetap terjaga benang
merah masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.
1. Bagaimana implementasi konsepsi dan prinsip arsitektur tradisional Bali yang terdapat
pada cagar budaya Pura Taman Ayun?
2. Apakah karya arsitektur Pura Taman Ayun merupakan karya arsitektur yang menerima
pola pengembangan arsitektur?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan laporan penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Mengetahui implementasi konsepsi dan prinsip arsitektur tradisional Bali yang
terdapat pada cagar budaya Pura Taman Ayun .
2. Mengetahui apakah karya arsitektur Pura Taman Ayun merupakan karya arsitektur
yang menerima pola pengembangan arsitektur.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Implementasi.
2.1.1 Pengertian Implementasi
Penelitian ini dilakukan di Pura Taman Ayun,tepatnya Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi,
Kabupaten Badung ,Provinsi Bali.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan sesuai jadwal penyusunan tugas mata kuliah arsitektur dan budaya Bali
pada kalender akademik tahun ajaran 2020/2021 Prodi Fakultas Teknik Arsitektur,Universitas Ngurah
Rai dengan waktu penelitian selama satu bulan,dari bulan desember sampai dengan bulan januari.
3.3 Sumber Data
Terdapat dua jenis data yang biasanya digunakan sebagai data dalam sebuah penelitian yaitu data
primer dan data sekunder.Pada penelitian ini data yang digunakan yaitu :
3.3.1 Data Primer
Data primer pada penelitian ini,didapatkan dari jurnal-jurnal dan penelitian terdahulu yang ada
kaitannya dengan penelitian ini.
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian ini, didapatkan dari pengisian kuesioner dengan pihak-pihak terkait
diantaranya guide lokal,dan penjaga Pura Taman Ayun.
PEMBAHASAN
Pura Taman Ayun dibagi menjadi 3 daerah. Daerah pertama yang disebut Nista Mandala
atau Jaba Pisan. Di sisi kanan, ada sebuah bangunan besar yang disebut Wantilan. Tempat ini
sering digunakan untuk pertemuan dan pertunjukan seni. Ada juga air mancur yang mengarah ke
9 penjuru mata angin. Daerah kedua disebut Madya Mandala atau Jaba Tengah. Disini terdapat
balai pertemuan yang disebut Aling-aling Pengubengan. Dan bagian terakhir (ketiga) disebut
Utama Mandala atau Jeroan. Bagian ini adalah tempat pura-pura utama (meru) yaitu pagoda
dengan atap bertingkat-tingkat khas bangunan pura di Bali, dan hanya dibuka saat adanya
upacara piodalan.
Tiga bagian di kompleks Pura adalah simbol dari tiga tingkat dunia kosmik. Yang
pertama adalah tempat bagi manusia, yang kedua adalah tempat roh atau atma, dan halaman
utama adalah tempat dimana Tuhan, yaitu suatu simbol surga. Dalam sebuah kisah kuno berjudul
Adhiparwa, dikatakan bahwa seluruh kompleks Pura menggambarkan Gunung Mahameru yang
mengapung di lautan susu.
Puas menikmati keindahan taman, pada pelataran utamanya anda bisa menyaksikan
kemegahan pura dengan pahatan-pahatan seni dari jaman kerajaan. Sedikitnya ada 10 bangunan
meru, yang tertinggi sampai tumpang sebelas. Para pengunjung bisa menikmati areal sekeliling
pura dari ketinggian dengan menaiki bale kulkul yang berada di sebelah kiri pintu gerbang. Bagi
Anda yang gemar berfoto-foto, kori agung (gapura utama) yang berdiri megah adalah objek yang
sangat cocok untuk dijadikan latar. Sedangkan bagi Anda yang gemar berbelanja, di seberang
pura terdapat beberapa pedagang yang menjual makanan ataupun cendramata.
Daya tarik lain yang dapat Anda nikmati di tempat ini adalah peninggalan Kerajaan
Mengwi yang berada sekitar 300 m dari pura itu, serta Museum Manusa Yadnya. Dalam museum
tersebut, wisatawan bisa menyaksikan upacara-upacara yang berkaitan dengan siklus kehidupan
manusia, mulai dari dalam kandungan sampai meninggal. Bagi Anda yang ingin menginap, di
sekitar kawasan wisata ini terdapat banyak penginapan dengan berbagai tipe. Mulai dari wisma,
hotel kelas melati, hingga hotel berbintang. Warung makanan kecil dan restoran juga sangat
mudah dijumpai. Menu yang ditawarkan bervariasi dengan harga yang terjangkau.