Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KONSEP PANCASILA SEBAGAI DASAR ETIKA


KEHIDUPAN BANGSA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu : Sayoto Makarim, S.H., M.Pd.

Disusun Oleh

Kelompok 2:

Salwa Fauzia (B.111.23.0051) Annisa Tri. H (B.111.23.0096)

Fathiyatul. R (B.111.23.0059) M Jagat Sandi. Y (B.111.23.0100)

(B.111.23.0105)
Alfi Diyaul Aulia (B.111.23.0069) Adib Prayogo
(B.111.23.0106)
Agung Nugroho (B.111.23.0083) M Taufik Latifin
(B.111.23.0112)
Sekha Fahra. R (B.111.23.0084) Mutiara Ika Putri

Kholifinka Ayudya (B.111.23.0093)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEMARANG

Tahun 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Peran Pancasila
Sebagai Dasar Etika Bagi Kehidupan Bangsa” ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Oleh sebab itu, Saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu
mata kuliah Pancasila yang sudah memberikan materi ini. Atas perhatian serta waktunya, sekali
lagi saya ucapkan terima kasih.

Semarang, 25 November 2023

Penyusun
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Etika adalah hal yang sangat diperlukan dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan
bernegara, karena dengan memiliki etika maka kita mampu menjalankan kehidupan
bernegara dengan lancar. Indonesia adalah negara yang berlandaskan Pancasila. Pancasila
merupakan dasar dari negara Indonesia. Karena Pancasila adalah dasar Negara Indonesia,
maka setiap tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh warga Indonesia harus berpedoman
dengan nilainilai Pancasila. Setiap butir dari Pancasila mengandung pedoman-pedoman
yang dapat dijadikan landasan oleh warga Indonesia untuk bertindak. Tindakan yang
dilakukan oleh masyarakat Indonesia juga harus didasari oleh nilai moral. Pancasila sebagai
system etika merupakan jalan hidup bangsa Indonesia dan juga merupakan struktur
pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan atau panduan kepada setiap warga
negara Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku.

Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life bangsa Indonesia, juga
merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan atau panduan
kepada setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku. Pancasila
sebagai sistem etika, dimaksudkan untuk mengembangkan dimensi moralitas dalam diri
setiap individu sehingga memiliki kemampuan menampilkan sikap spiritualitas dalam
kehidupan bermasycarakat, berbangsa, dan bernegara. Mahasiswa sebagai peserta didik
termasuk anggota masyarakat ilmiah-akademik yang memerlukan sistem etika yang
orisinal dan komprehensif agar dapat mewarnai setiap keputusan yang diambilnya dalam
profesi ilmiah. Sebab keputusan ilmiah yang diambil tanpa pertimbangan moralitas, dapat
menjadi bumerang bagi dunia ilmiah itu sendiri sehingga menjadikan dunia ilmiah itu
hampa nilai.
B. Rumusan Masalah

Bagaimana konsep Pancasila sebagai sitem etika?


PEMBAHASAN
A. Konsep Etika
a. Pengertian Pancasila dan Etika
Seperti yang sudah diketahui bahwa Pancasila merupakan bentukan dari dua kata yang
berasal daru Bahasa Sansekerta, yakni Panca dan Sila. Panca memiliki arti lima dan sila
berarti dasar. Sehingga jika digabungkan Pancasila adalah lima dasar. Dasar yang
dimaksud yakni Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia yang berjumlah lima.
Hal ini sejalan dengan arti terminology menurut Sukarno pada sidang BPUPKI pada
tanggal 1 Juni 1945. Pancasila juga merupakan hasil pemikiran secara mendalam para
tokoh pendiri bangsa yang kemudian sepakat menjadikan lima butir Pancasila sebagai
landasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila dinilai sudah ada sejak
zaman dahulu dan tidak dibentuk dengan begitu saja. Pancasila dibentuk oleh sejarah dan
kebiasaan adat istiadat masyarakat Indonesia, seperti gotong royong, kebersamaan, serta
nilai ketuhanan walaupun kepercayaan yang dianut berbeda dengan masyarakat Indonesia
pada zaman sekarang. Pada saat itu, pembentukan Pancasila sebagai dasar negara
bertujuan agar selalu dihormati, dihargai, dijaga, serta diimplementasikan oleh setiap
individu masyarakat tanpa adanya keraguan.
Sementara itu, istilah “etika” berasal dari bahasa Yunani, Ethos yang artinya tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, dan
cara berpikir. Secara etimologis, etika berarti ilmu tentang segala sesuatu yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
Pengertian etika bias bias beragam menurut para ahli, namun dapat di klasifikasikan
kedalam 3 makna etika, yang pertama adalah sebagai sstem nilai. Kata etika di sini berarti
nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangaan hidup atau sebagai pedoman
penilaian baik buruknya prilaku manusia, baik secara individu maupun social dalam suatu
masyarakat. Makna ini misalnya di gunakan dalam etik jawa, etik protestan, dan
sebagainya. Makna yang kedua adalah kode etik,yang mana merupakan kumpulan norma
dan nilai moral yang wajib di perhatikan oleh pemegang profesi tertentu. Kata etika dapat
di artikan sebanyak 3 jenis : 1. Etika berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok yan mengatur tingka lakunya. Hal
ini biasa di artikan sebagai sistem nilai yang befungsi dalam hidup manusia perorangan
maupun stafsocial. 2. Etika di artikan sebagai kumpulan asas dan moral yaitu kode etik.
3. Etika berarti ilmu tentang yang baik atau buruk. Selain etika, dikenal juga dengan istilah
etiket, yang berasal dari bahasa prancis etiquette, etika berarti moral namun etiket adalah
sopan santun, dinyatakan bahwa : 1. Etiket menyangkut cara sesuatu perbuatan yang harus
di lakukan manusia, sedangkanetika tidak terbatas pada cara di lakukannya sesuat
perbuatan, etika member norma pada perbuatan itu sendiri. 2. Etiket hanya berlaku dalam
pergaulan, sedangkan etika tidak bergantung pada hadir tidaknya orang lain. 3. Etiket
bersifat relative, sedangkan etika bersifat absolute. 4. Etiket berarti memandang manusia
hanya dari segi lahiriahnya, sedangkan etikamenyangkutkan manusia dari segi dalam.
Etika sebagai filsafat moral adalah salah satu cabang ilmu yang secara filsafatyang
secara khusus mengkaji prilaku manusia dari segi baik buruknya atau benarsalahnya.
Secara umum dapat di bedakan dua cabang besar etika:
1) Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap
tindakan manusia.
2) Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam hubungannya
dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika
individual) maupun makhluk sosial (etika sosial)

b. Aliran-aliran Etika
Ada beberapa aliran etika yang dikenal dalam bidang filsafat, meliputi
1. Etika keutamaan

Etika keutamaan merupakan teori etika yang berpendapat bahwa filsafat moral tidak
hanya tentang benar atau salahnya tindakan manusia menurut norma atau prinsip moral
tertentu, akan teapi mengenai baik burukya kelakuan atau watak manusia. Etika keutamaan
lebih menekankan pada bagaimana manusia sebagai manusia hidup ( what should I be?)
bukan pada tindakan mana yang harus dilakukan.

Menilai baik-buruknya perilaku mengacu pada proses dan usaha untuk mencapainya,
atau dapat dikata mengambil bagian dalam tujuan hidup sejati manusia. Etika keutamaan
fokus mengarahkan pada ethics of being. Para penganut etika keutamaan umumnya
menyayangkan banyak teori etika modern terlalu menekankan prinsip atau peraturan yang
memberi batas-batas bagi tugas dan kewajiban moral, tetapi tidak memberi perhatian pada
cita-cita keluhuran watak atau kepribadian manusia. Orang yang setia menjalankan
kewajibannya saja belumlah cukup untuk dijadikan ideal hidup orang yang bermoral.

Contohnya kejujuran atau keadilan, tidak dimaknai sebagai sebagai jenis tindakan yang
memenuhi kewajiban dalam hubungan dengan sesama, melainkan sebagai suatu keutamaan
suatu kualitas keluhuran watak.

2. Etika teologis

Etika teologis merupakan teori yang menyatakan bahwa hasil dari tindakan moral dapat
menentukan nilai suatu tindakan/kebenaran tindakan. Etika ini bersifat situsional dan
subjektif, dalam artian akan dinilai benar jika akibatnya baik dan dinilai salah jika akibatnya
buruk. Seseorang dapat bertindak berbeda dalam situasi yang lain tergantung dari penilaian
tentang akibat dari tindakan tersebut. Demikian pula, suatu tindakan yang jelasjelas
bertentangan dengan norma dan nilai moral bisa dibenarkan oleh etika teleologi hanya
karena tindakan itu membawa akibat yang baik. Etika teleologi digolongkan menjadi dua,
yaitu:

1) Egoisme etis, yaitu menilai suatu tindakan sebagai baik karena berakibat baik bagi
pelakunya. Walaupun bersifat egoistis, tindakan ini dinilai baik secara moral karena
setiap orang dibenarkan untuk mengejar kebahagiaan bagi dirinya.
2) Utilitarianisme, yaitu menilai baik buruknya suatu tindakan berdasarkan akibatnya bagi
banyak orang. Dalam hal ini dapat dicontohkan seperti kebijakan sosial, kebijakan
ekonomi dan kebijakan sosial yang berdampak bagi banyak orang. Dasar dari kebijakan
tersebut adalah “manfaat atau akibat yang berguna” atau sebaliknya kerugian bagi
orang-orang terkait.
3. Etika deontologis

Etika deontologis menekankan pada kualitas etis suatu tindakan bukan tergantung pada
akibat tindakan itu melainkan tindakan itu sendiri betul atau salah dalam arti moral, tanpa
melihat pada akibatnya. Menurut Franz Magnis Suseno, aliran ini dianut oleh Immanuel
Kant yang menyatakan bahwa etika memberikan pengertian agar semua tindakan moral
manusia baik. Etika dipandang sebagai suatu kewajiban moral, bukan tujuan atau pun
akibat. Kewajiban moral mengandung keharusan melakukan tindakan baik. Suatu tindakan
dianggap baik apabila tindakan itu memang baik pada dirinya sendiri, sehingga merupakan
kewajiban yang harus kita lakukan. Sebaliknya, suatu tindakan dinilai buruk secara moral
karena tindakan itu memang buruk secara moral sehingga tidak menjadi kewajiban untuk
kita lakukan.

Sebagai contoh, bersikap adil merupakan tindakan yang baik, dan sudah kewajiban kita
untuk bertindak demikian. Sebaliknya, pelanggaran terhadap hak orang lain atau
mencurangi orang lain adalah tindakan yang buruk pada dirinya sendiri sehingga wajib
dihindari. Contoh lain misalnya membuang sampah ke sungai, dinilai buruk secara moral
bukan karena akibatnya yang merugikan. Tindakan tersebut merupakan tindakan yang
buruk karena tidak menghargai dan melestarikan alam (respect for nature). Penekanan pada
etika deontologi didasarkan pada motivasi, kemauan keras, baik dan watak yang kuat untuk
bertindak sesuai dengan kewajiban.

c. Etika Pancasila

Etika Pancasila adalah Etika Keutamaan yang tersusun dari nilai-nilai dan keutamaan
moral bagi bangsa Indonesia. Nilai-nilai ke-Tuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,
dan keadilan terbentuk oleh pembelajaran dari kenyataan sepanjang sejarah kebangsaan
Indonesia yang panjang. Kelima nilai tersebut membentuk perilaku manusia Indonesia
dalam semua aspek kehidupannya.

Pertama, sila ketuhanan mengandung dimensi moral berupa nilai spiritualitas yang
mendekatkan diri manusia kepada Sang Pencipta, ketaatan kepada nilai agama yang
dianutnya. Artinya, setiap perilaku warga negara harus didasarkan atas nilai-nilai moral
yang bersumber pada norma agama. Setiap prinsip moral yang berlandaskan pada norma
agama, maka prinsip tersebut memiliki kekuatan (force) untuk dilaksanakan oleh
pengikutpengikutnya.

Kedua, sila kemanusiaan mengandung dimensi humanus, yaitu tindakan manusia yang
mengandung implikasi dan konsekuensi moral yang dibedakan dengan actus homini, yaitu
tindakan manusia yang biasa. Tindakan kemanusiaan yang mengandung implikasi moral
diungkapkan dengan cara dan sikap yang adil dan beradab sehingga menjamin tata
pergaulan antarmanusia dan antarmakhluk yang bersendikan nilai-nilai kemanusiaan yang
tertinggi, yaitu kebajikan dan kearifan.
Ketiga, sila persatuan mengandung dimensi nilai solidaritas, rasa kebersamaan (mitsein),
cinta tanah air.

Keempat, sila kerakyatan mengandung dimensi nilai berupa sikap menghargai orang lain,
mau mendengar pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.

Kelima, sila keadilan mengandung dimensi nilai merupakan perwujudan dari sistem etika
yang tidak menekankan pada kewajiban semata (deontologis) atau menekankan pada tujuan
belaka (teleologis), tetapi lebih menonjolkan keutamaan (virtue ethics) yang terkandung
dalam nilai keadilan itu sendiri.
KESIMPULAN

Pancasila dan etika ialah dua gambaran yang tidak boleh disisihkan lantaran isinya ialah
suatu sistem yang menciptakan suatu kepaduan yang utuh serta bertautan antara satu dengan
lainnya yang dijadikan panduan dalam kehidupan bermasyarakat.

Pancasila sebagai sistem etika menggambarkan bahwa nilai sila Pancasila


melaksanakan aktivitas kehidupan warga negara. Dengan demikian pada etika Pancasila ini
di dalamnya tercantum nilai-nilai seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, dan
kerakyatan, serta keadilan. Kelima nilai tersebut menciptakan budi pekerti warga negara
pada seluruh aspek kehidupannya.

Etika Pancasila ini sangat diharapkan pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara karena tuntunan nilai-nilai moral yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, jika dilihat masyarakat Indonesia diharapkan melakukan kajian kritis-rasional
terhadap nilai-nilai moral pada kebiasaan sehari-hari agar tidak terjebak kepada pandangan
yang bersifat mitos.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N. Qurotul, dkk. (2022). Sistem Etika Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara. Jurnal Pendidikan Tambusai. Vol. 6(2).

Akbar, Muhammad Abyan. (2023). Etika Generasi Milenial Sebagai Perwujudan Nilai-Nilai
Pancasila. Jurnal Sosial Humaniora dan Pendidikan, Vol. 2(1), 28-35.

Amri, S. R. (2018). Pancasila sebagai sistem Etika. Jurnal voice Of Midwifery, Vol8, 760-768

Kaderi, M. Alwi. (2015). Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, Antasari Press,
Banjarmasin

Kaelan. (2016). Pendidikan Pancasila Edisi Reformasi, Paradigma, Yogyakarta

Putri, F. S., dkk. (2021). Implementasi Pancasila Sebagai Sistem Etika. EduPsyCouns:
Journal of Education, Psychology and Counseling, Vol. 3(1), 176-184.

Sarbaini, dkk.(2018). Pendidikan Pancasila Pendekatan Berbasis Nilai-Nilai. Aswaja Press


Indo, Yogyakarta.

Soeprapto, S. (2013). Konsep Muhammad Hatta Tentang Implementasi Pancasila Dalam


Perspektif Etika Pancasila. Jurnal Filsafat, Vol. 23(2).

Susilawati.N. 2020. Penerapan Pancasila Sebagai Sistem Etika Bangsa Indonesia. Jurnal
Prajaiswara, Vol. 1(1), 20-28.

Weffani, A., dkk. (2021). Analysis of the Young Generation's of Pancasila as the Ethics of
National amd State Life. Journal of Creatifity Student. Vol. 6(2). 151-166.

Yudhyarta, Deddy Yusuf. (2020). Pemberdayaan Etika Pancasila Dalam Konteks Kehidupan
Kampus. Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 5(1), 43-63.

Anda mungkin juga menyukai