Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“KETENTUAN SISTEMATIKA SILA-SILA PANCASILA”

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


PANCASILA

DOSEN PENGAMPU : MAHMUD ZAIN, M.A

Disusun Oleh :

Kelompok 11

1. M. Hanan Muchlisin (212101090053)


2. Ikke Dwi Ningtyas (211101090053)
3. Alfi Masfufah (211101090051)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

PRODI TADRIS IPS (ILMU PENGETAHUAN SOSIAL)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KYAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah Pancasila yang berjudul “Ketentuan sistematika sila-sila
Pancasila” ini.

Kami menyadari, penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, serta masih banyak
kekurangan. Kami mohon kritik dan saran dari dosen pengajar dan teman-teman semua agar makalah
ini menjadi lebih sempurna.

Kami berterimakasih kepada dosen mata kuliah Pancasila atas bimbingannya, dan juga
kepada teman-teman yang terlibat didalamnya, sehingga makalah ini bisa tersusun. Kami berharap
makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Jember, 18 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah.....................................................................................................1

1.3 Tujuan penulisan......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................2

A. Sistem Etika Pancasila ............................................................................................2

B. Aliran Etika...............................................................................................................3

C. Etika Pancasila..........................................................................................................4

D. Urgensi Pacasila sebagai Sistem Etika ...................................................................5

BAB III PENUTUPAN............................................................................................................18

A. Kesimpulan.....................................................................................................................18

B. Saran...............................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara Indonesia, sehingga dapat diartikan bahwa
pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup
bangsa Indonesia, sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan, serta bagian pertahanan
bangsa dan negara.

Pancasila sebagai satu-satunya ideologi yang dianut bangsa Indonesia tak ada yang mampu
menandinginya. Indonesia yang terdiri atas berbagai ras dan suku bangsa dapat dipersatukan oleh
pancasila. Itu sebabnya sering kali pancasila dianggap sebagai ideologi yang sakti.

Sebagai dasar Negara Republik Indonesia, pancasila nilai-nilainya telah dimiliki oleh bangsa
Indonesia sejak zaman dulu. Nilai-nilai tersebut meliputi nilai budaya, adat-istiadat dan religiusitas
yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jati diri bangsa Indonesia melekat kuat melalui
nilai-nilai tersebut yang dijadikan pandangan hidup. Tindak-tanduk serta perilaku masyarakat
nusantara sejak dahulu kala telah tercermin dalam nilai-nilai pancasila. Untuk itu, pendiri Republi
Indonesia berusaha merumuskan nilai-nilai luhur itu kedalam sebuah ideologi bernama pancasila.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimanakah ketentuan sila pancasila?
1.3 Tujuan Penulisan
I. Untuk mengetahui ketentuan sila pancasila

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem etika pancasila
Etika merupakan hal yang sangat diperlukan dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan
bernegara, karena dengan memiliki etika maka kita mampu menjalankan kehidupan bernegara dengan
baik sebagai masyarakat yang mempunyai perilaku yang baik, kebiasaan hidup yang baik ini dianut
dan diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Dalam artian ini, etika sama maknanya
dengan moral.

Istilah “etika” berasal dari bahasa Yunani, “Ethos” yang artinya tempat tinggal yang biasa,
padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir. Secara
etimologis, etika berarti ilmu tentang segala sesuatu yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat
kebiasaan. Dalam arti ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang
baik, baik pada diri seseorang maupun masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan
diwariskan dari satu 187 generasi ke generasi yang lain. Dalam artian ini, etika sama maknanya
dengan moral. Etika dalam arti yang luas ialah ilmu yang membahas tentang kriteria baik dan buruk
(Bertens, 1997: 4--6). Etika pada umumnya dimengerti sebagai pemikiran filosofis mengenai segala
sesuatu yang dianggap baik atau buruk dalam perilaku manusia. Keseluruhan perilaku manusia
dengan norma dan prinsip-prinsip yang mengaturnya itu kerapkali disebut moralitas atau etika
(Sastrapratedja, 2002: 81).

B. Aliran Etika

Ada beberapa aliran etika yang dikenal dalam bidang filsafat, meliputi etika keutamaan,
teleologis, deontologis.

1. Etika keutamaan atau etika kebajikan adalah teori yang mempelajari keutamaan (virtue),
artinya mempelajari tentang perbuatan manusia itu baik atau buruk. Etika kebajikan ini
mengarahkan perhatiannya kepada keberadaan manusia, lebih menekankan pada What should
I be?, atau “saya harus menjadi orang yang bagaimana?”. Beberapa watak yang terkandung
dalam nilai keutamaan adalah baik hati, ksatriya, belas kasih, terus terang, bersahabat, murah
hati, bernalar, percaya diri, penguasaan diri, sadar, suka bekerja bersama, berani, santun,
jujur, terampil, adil, setia, ugahari (bersahaja), disiplin, mandiri, bijaksana, peduli, 191 dan
toleran (Mudhofir, 2009: 216--219). Orang yang memelihara metabolisme tubuh untuk
mendapatkan kesehatan yang prima juga dapat dikatakan sebagai bentuk penguasaan diri dan
disiplin.

5
2. Etika teleologis adalah teori yang menyatakan bahwa hasil dari tindakan moral menentukan
nilai tindakan atau kebenaran tindakan dan dilawankan dengan kewajiban. Seseorang yang
mungkin berniat sangat baik atau mengikuti asas-asas moral yang tertinggi, akan tetapi hasil
tindakan moral itu berbahaya atau jelek, maka tindakan tersebut dinilai secara moral sebagai
tindakan yang tidak etis. Etika teleologis ini menganggap nilai moral dari suatu tindakan
dinilai berdasarkan pada efektivitas tindakan tersebut dalam mencapai tujuannya. Etika
teleologis ini juga menganggap bahwa di dalamnya kebenaran dan kesalahan suatu tindakan
dinilai berdasarkan tujuan akhir yang diinginkan (Mudhofir, 2009: 214). Aliran-aliran etika
teleologis, meliputi eudaemonisme, hedonisme, utilitarianisme.
3. Etika deontologis adalah teori etis yang bersangkutan dengan kewajiban moral sebagai hal
yang benar dan bukannya membicarakan tujuan atau akibat. Kewajiban moral bertalian
dengan kewajiban yang seharusnya, kebenaran moral atau kelayakan, kepatutan. Kewajiban
moral mengandung kemestian untuk melakukan tindakan. Pertimbangan tentang kewajiban
moral lebih diutamakan daripada pertimbangan tentang nilai moral. Konsep-konsep nilai
moral (yang baik) dapat didefinisikan berdasarkan pada kewajiban moral atau kelayakan
rasional yang tidak dapat diturunkan dalam arti tidak dapat dianalisis (Mudhofir, 2009: 141).
C. Etika Pancasila

Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila Pancasila untuk mengatur
perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, dalam
etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Kelima nilai tersebut membentuk perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek kehidupannya. Sila
ketuhanan mengandung dimensi moral berupa nilai spiritualitas yang mendekatkan diri manusia
kepada Sang Pencipta, ketaatan kepada nilai agama yang dianutnya. Sila kemanusiaan mengandung
dimensi humanus, artinya menjadikan manusia lebih manusiawi, yaitu upaya meningkatkan kualitas
kemanusiaan dalam pergaulan antarsesama. Sila persatuan mengandung dimensi nilai solidaritas, rasa
kebersamaan (mitsein), cinta tanah air. Sila kerakyatan mengandung dimensi nilai berupa sikap
menghargai orang lain, mau mendengar pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak kepada
orang lain. Sila keadilan mengandung dimensi nilai mau peduli atas nasib orang lain, kesediaan
membantu kesulitan orang lain.

Etika Pancasila itu lebih dekat pada pengertian etika keutamaan atau etika kebajikan,
meskipun corak kedua mainstream yang lain, deontologis dan teleologis termuat pula di dalamnya.
Namun, etika keutamaan lebih dominan karena etika Pancasila tercermin dalam empat tabiat saleh,
yaitu kebijaksanaan, kesederhanaan, keteguhan, dan keadilan. Kebijaksanaan artinya melaksanakan
suatu tindakan yang didorong oleh kehendak yang tertuju pada kebaikan serta atas dasar kesatuan akal
–rasa-kehendak yang berupa kepercayaan yang tertuju pada kenyataan mutlak (Tuhan) dengan

6
memelihara nilai-nilai hidup kemanusiaan dan nilai-nilai hidup religius. Kesederhaaan artinya
membatasi diri dalam arti tidak melampaui batas dalam hal kenikmatan. Keteguhan artinya membatasi
diri dalam arti tidak melampaui batas dalam menghindari penderitaan. Keadilan artinya memberikan
sebagai rasa wajib kepada diri sendiri dan manusia lain, serta terhadap Tuhan terkait dengan segala
sesuatu yang telah menjadi haknya (Mudhofir, 2009: 386).

D. Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika

Pentingnya Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan problem yang dihadapi bangsa
Indonesia sebagai berikut. Pertama, banyaknya kasus korupsi yang melanda negara Indonesia
sehingga dapat melemahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedua, masih terjadinya
aksi terorisme yang mengatasnamakan agama sehingga dapat merusak semangat toleransi dalam
kehidupan antar umat beragama, dan meluluhlantakkan semangat persatuan atau mengancam
disintegrasi bangsa. Ketiga, masih terjadinya pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dalam kehidupan
bernegara, seperti: kasus penyerbuan Lembaga Pemasyarakatan Cebongan Yogyakarta, pada 2013
yang lalu. Keempat, kesenjangan antara kelompok masyarakat kaya dan miskin masih menandai
kehidupan masyarakat Indonesia. Kelima, ketidakadilan hukum yang masih mewarnai proses
peradilan di Indonesia, seperti putusan bebas bersyarat atas pengedar narkoba asal Australia Schapell
Corby. Kesemuanya itu memperlihatkan pentingnya dan mendesaknya peran dan kedudukan
Pancasila sebagai sistem etika karena dapat menjadi tuntunan atau sebagai Leading Principle bagi
warga negara untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan Pancasila sebagai sistem etika meliputi
hal-hal sebagai berikut. Pertama, meletakkan sila-sila Pancasila sebagai sistem etika berarti
menempatkan Pancasila sebagai sumber moral dan inspirasi bagi penentu sikap, tindakan, dan
keputusan yang diambil setiap warga negara. Kedua, Pancasila sebagai sistem etika memberi
guidance bagi setiap warga negara sehingga memiliki orientasi yang jelas dalam tata pergaulan baik
lokal, nasional, regional, maupun internasional. Ketiga, Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi
dasar analisis bagi berbagai kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara negara sehingga tidak keluar
dari semangat negara 212 kebangsaan yang berjiwa Pancasilais. Keempat, Pancasila sebagai sistem
etika dapat menjadi filter untuk menyaring pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan
masyarakat sebagai dampak globalisasi yang memengaruhi pemikiran warga negara.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kita sebagai bangsa Indonesia yang memiliki Ideologi Pancasila,

harus memahami apa arti dari Pancasila itu sendiri, seperti kata Ir.

Soekarno pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia. Maka dari itu

Pancasila sebagai pandangan hidup suatu bangsa dan dasar negara

Republik Indoneesia. Pancasila telah melekat dan men darah daging pada

masyarakat Indonesia. Maka masyarakat Indonesia menjadikan Pancasila

sebagai pedoman hidup ataupun menjadikan Pancasila sebagai perjuangan

utama oleh masyarakat bangsa Indonesia.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan

dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut

dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggung

jawabkan. Saran kami dalam makalah ini adalah untuk menambah lagiwawasan
bagi para pembaca agar kita sebagai bangsa Indonesia mampu

manjunjung tinggi dan mengamalkan setiap sila-sila pancasila.

8
DAFTAR PUSTAKA

Heri Herdiawanto dan Jumanta Hamdayama, 2010. Cerdas, Kritis, Dan Aktif Berwarganegara
(Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi). ERLANGGA : Jakarta.Kaelan,M.S. 2016.
Pendidikan Pancasila (Pendidikan Untuk Mewujudkan Nilai-nilai Pancasila, Rasa Kebangsaan dan
Cita-cita Tanah Air Sesuai Dengan SK. Dirjen DIKTI NO.43/DIKTI/KEP/2006 Sesuai Dengan KKNI
bdg PT 2013). PARADIGMA :Yogyakarta.I Wayan Windia, I Gede Sutrisna, Wayan Kesieg, Adi
Wisnyana dan Wirya Agung.2014.Modul Pendidikan Pancasila Dalam Membangun Karakter Bangsa.
UDAYANA PRESS : Kampus Sudirman DenpasarChandrawinata, Andhyn. ______. Pengertian
Pancasila Secara Etimologis, Historis, & Terminologis. http://pancasila.weebly.com/pengertian-
pancasila.html. Diakses pada Tanggal 3 Maret 2017.Maulidi, Achmad. 2016. Pengertian Filsafat
(Filosofi). http://www.kanalinfo.web.id/2016/08/pengertian-filsafat-filosofi.html. Diakses pada
tanggal 3 Maret 2017.

Anda mungkin juga menyukai