Disusun oleh:
Kelompok 6
Muhammad Al Hafidz ( 05041182328005)
Solehudin ( 0504118232011)
Tatia Nabilla ( 05041382328085)
Yensen Merliana ( 05041182328065)
Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas karunia, hidayah dan nikmatnya
penulis dapat menyelesaikan makalah pendidikan pancasila ini. Penulisan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Pancasila.
Makalah ini ditulis dari hasil ungkapan pemikiran kami sendiri yang bersumber dari
internet dan buku sebagai referensi, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar
mata kuliah Pendidikan Pancasila atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga
kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah
ini.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, semoga
hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai arti penting nya Konsep Dan Urgensi Pancasila
Sebagai Etika
Dan semoga dapat di implementasikan dalam kehidupan kita sehari hari. sebagai calon
pengganti pemimpin bangsa dimasa mendatang yang memahami makna serta kedudukan dan
peranan Pancasila, dan khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna,
maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.
Demikan makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan yang membacanya,
sehingga, menambah wawasan dan pengetahuan tentang bab ini. Aamiin.
1
Daftar Isi
Kata Pengantar…………………………………………………………………………….....1
Daftar Isi……………………………………………………………………………………..2
BAB I Pendahuluan………………………………………………………………………….3
- Latar belakang………………………………………………………………………..4
- Rumusan masalah……………………………………………………………………4
- Tujuan………………………………………………………………………………..4
BAB II Isi……………………………………………………………………………………5
- Konsep Pancasila sebagai sistem etika………………………………………………5
- Urgensi Pancasila sebgai sistem etika……………………………………………….5
- Menanya alasan diperlukannya Pancasila sebagai sistem etika……………………..6
- Menggali sumber historis, sosiologis, politis
tentang Pancasila sebagai sistem etika………………………………………………7
BAB III Penutup…………………………………………………………………………….8
- Kesimpulan………………………………………………………………………….8
- Saran………………………………………………………………………………...8
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………9
2
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Nilai norma dan moral adalah konsep-konsep yang saling terkait. Dalam hubungannya
dengan pancasila maka ketiganya akan memberi pemahamann yang saling melengkapi
sebagai sitem etika.
Pancasila sebagai suatu sistem falsafat pada hakikinya merupakan suatu sistem nilai yang
menjadi sumber dari penjabarannorma baik norma hukum, norma moral maupun norma yang
lainnya. Disamping itu, terkandung juga pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar,
rasional, dan konfrehensif. Oleh karena itu, suatu pemikiran falsafat adalah suatu nilai-nilai
yang mendasar yang memberikan landasan bagi manusia dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai tersebut dijadikan dalam kehidupan yang bersifat praktis atau kehidupan yang
bersifat nyata dalam masyarakat, bangsa dan Negara maka diwujudkan dalam norma-norma
yang kemudian menjadi pedoman.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud etika pancasila ?
2. Bagaimna konsep dan urgensi pancasila denga etika?
3. Pentingnya etika pancasila ?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa lebih memahami tentang materi Pancasila Sebagai Sistem Etika.
2. Untuk mendorong semangat mahasiswa agar memiliki etika yang sesuai dengan Sila
dalam Pancasila.
3. Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang Pancasila Sebagai Sistem Etika.
3
BAB II
Konsep dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika
2. Aliran-aliran Etika
Ada beberapa aliran etika yang dikenal dalam bidang filsafat, meliputi etika
keutamaan, teleologis, deontologis. Etika keutamaan atau etika kebajikan adalah teori
yang mempelajari keutamaan (virtue), artinya mempelajari tentang perbuatan
manusia itu baik atau buruk. Etika kebajikan ini mengarahkan perhatiannya kepada
keberadaan manusia, lebih menekankan pada What should I be?, atau “saya harus
menjadi orang yang bagaimana?”. Beberapa watak yang terkandung dalam nilai
keutamaan adalah baik hati, ksatriya, belas kasih, terus terang, bersahabat, murah hati,
bernalar, percaya diri, penguasaan diri, sadar, suka bekerja bersama, berani, santun,
jujur, terampil, adil, setia, ugahari (bersahaja), disiplin, mandiri, bijaksana, peduli,
dan toleran (Mudhofir, 2009: 216--219).
Etika teleologis adalah teori yang menyatakan bahwa hasil dari tindakan moral
menentukan nilai tindakan atau kebenaran tindakan dan dilawankan dengan
kewajiban. Seseorang yang mungkin berniat sangat baik atau mengikuti asas asas
moral yang tertinggi, akan tetapi hasil tindakan moral itu berbahaya atau jelek, maka
tindakan tersebut dinilai secara moral sebagai tindakan yang tidak etis. Etika
teleologis ini menganggap nilai moral dari suatu tindakan dinilai berdasarkan pada
efektivitas tindakan tersebut dalam mencapai tujuannya. Etika teleologis ini juga
menganggap bahwa di dalamnya kebenaran dan kesalahan suatu tindakan dinilai
4
berdasarkan tujuan akhir yang diinginkan (Mudhofir, 2009: 214). Aliran-aliran etika
teleologis, meliputi eudaemonisme, hedonisme, utilitarianisme.
Etika deontologis adalah teori etis yang bersangkutan dengan kewajiban moral
sebagai hal yang benar dan bukannya membicarakan tujuan atau akibat. Kewajiban
moral bertalian dengan kewajiban yang seharusnya, kebenaran moral atau kelayakan,
kepatutan. Kewajiban moral mengandung kemestian untuk melakukan tindakan.
Pertimbangan tentang kewajiban moral lebih diutamakan daripada pertimbangan
tentang nilai moral. Konsep konsep nilai moral (yang baik) dapat didefinisikan
berdasarkan pada kewajiban moral atau kelayakan rasional yang tidak dapat
diturunkan dalam arti tidak dapat dianalisis (Mudhofir, 2009: 141).
3. Etika Pancasila
Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila Pancasila
untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
Indonesia. Oleh karena itu, dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk
perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek kehidupannya. Sila ketuhanan
mengandung dimensi moral berupa nilai spiritualitas yang mendekatkan diri manusia
kepada Sang Pencipta, ketaatan kepada nilai agama yang dianutnya. Sila kemanusiaan
mengandung dimensi humanus, artinya menjadikan manusia lebih manusiawi, yaitu
upaya meningkatkan kualitas kemanusiaan dalam pergaulan antar sesama. Sila
persatuan mengandung dimensi nilai solidaritas, rasa kebersamaan (mitsein), cinta
tanah air. Sila kerakyatan mengandung dimensi nilai berupa sikap menghargai orang
lain, mau mendengar pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak kepada orang
lain. Sila keadilan mengandung dimensi nilai mau peduli atas nasib orang lain,
kesediaan membantu kesulitan orang lain.
5
mengurangi pembayaran pajak. Kesemuanya itu memperlihatkan pentingnya dan
mendesaknya peran dan kedudukan Pancasila sebagai sistem etika karena dapat menjadi
tuntunan atau sebagai Leading Principle bagi warga negara untuk berperilaku sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila.
6
karena itu, Pancasila sebagai sistem etika perlu diterapkan ke dalam peraturan perundang-
undangan yang menindak tegas para pelaku pembakaran hutan, baik pribadi maupun
perusahaan yang terlibat.
D. Menggali sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila sebagai sistem etika
1. Sumber historis
Pada zaman Orde Lama, Pancasila sebagai sistem etika masih berbentuk sebagai
Philosofische Grondslag atau Weltanschauung. Artinya, nilai-nilai Pancasila belum
ditegaskan ke dalam sistem etika, tetapi nilai-nilai moral telah terdapat pandangan
hidup masyarakat. Masyarakat dalam masa orde lama telah mengenal nilai-nilai
kemandirian bangsa yang oleh Presiden Soekarno disebut dengan istilah berdikari
(berdiri di atas kaki sendiri).
Pada era reformasi, Pancasila sebagai sistem etika tenggelam dalam hirukpikuk
perebutan kekuasaan yang menjurus kepada pelanggaraan etika politik. Salah satu
bentuk pelanggaran etika politik adalah abuse of power, baik oleh penyelenggara
negara di legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Penyalahgunaan kekuasaan atau
kewenangan inilah yang menciptakan korupsi di berbagai kalangan penyelenggara
negara.
2. Sumber sosiologis
Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem etika dapat ditemukan dalam
kehidupan masyarakat berbagai etnik di Indonesia. Misalnya, orang Minangkabau
dalam hal bermusyawarah memakai prinsip “bulat air oleh pembuluh, bulat kata oleh
mufakat”. Masih banyak lagi mutiara kearifan local yang bertebaran di bumi
Indonesia ini sehingga memerlukan penelitian yang mendalam.
3. Sumber politis
Sumber politis Pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam norma-norma dasar
(Grundnorm) sebagai sumber penyusunan berbagai peraturan perundangan-undangan
di Indonesia. Hans Kelsen mengatakan bahwa teori hukum itu suatu norma yang
berbentuk piramida. Norma yang lebih rendah memperoleh kekuatannya dari suatu
norma yang lebih tinggi. Semakin tinggi suatu norma, akan semakin abstrak sifatnya,
dan sebaliknya, semakin rendah kedudukannya, akan semakin konkrit norma tersebut
(Kaelan, 2011: 487). Pancasila sebagai sistem etika merupakan norma tertinggi
(Grundnorm) yang sifatnya abstrak, sedangkan perundang-undangan merupakan
norma yang ada di bawahnya bersifat konkrit.
7
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Pendukung dari Pancasila sebagai sistem etika adalah Pancasila memegang
peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini. Di setiap saat dan
dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah laku kita. Seperti
tercantum di sila ke dua pada Pancasila, yaitu “Kemanusian yang adil dan beradab”
sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika
bangsa ini sangat berandil besar. Dengan menjiwai butir-butir Pancasila masyarakat dapat
bersikap sesuai etika baik yang berlaku dalam masyarakat, bangsa dan negara.
B. Saran
Hubungan nilai dengan norma adalah nilai mendasari terbentuknya pola perilaku.
Pola perilaku akan bisa terwujud sesuai denagan yang kita inginkan apabila terdapat
kaidah-kaidah atau ketentuan-ketentuan yang memendorong dan mengarahkan untuk
mewujudkan pola perilaku itu menjadi perbuatan atau tindakan konkret. Dalam
bersosialisasi kita juga haru menerapkan aturan pancasila sebagai sitem etika, dengan
norma-norma dan ketentuan yang telah ada.
8
Daftar Pustaka
9
Sesi tanya jawab
1. Muhammad kelvin
Pertanyaannya:
Apa peranan nilai-nilai Pancasila sebagai sistem etika dalam memecahkan permasalahan
moralitas dan etika bangsa Indonesia saat ini?
10
Selain itu, kita juga bisa menggalang komunitas atau kelompok yang memiliki kesadaran akan
pentingnya etika. Melalui kelompok ini, kita dapat saling mendukung dan mengingatkan satu
sama lain tentang pentingnya bertindak dengan integritas. Selanjutnya, mempromosikan
kesadaran dan pemahaman tentang etika melalui media sosial dan platform online juga bisa
menjadi langkah yang efektif. Dengan menyebarkan informasi dan cerita inspiratif tentang
praktik etika yang baik, kita dapat mempengaruhi orang-orang untuk berpikir dan bertindak
dengan lebih baik. Terakhir, penting untuk melibatkan pemerintah, lembaga pendidikan, dan
organisasi masyarakat dalam memperkuat etika di masyarakat. Dengan mengadakan diskusi,
seminar, atau kampanye yang menekankan pentingnya etika, kita dapat menciptakan kesadaran
yang lebih luas dan menggerakkan perubahan positif. Dalam menghadapi permasalahan
lunturnya etika, menggabungkan pendekatan-pendekatan ini dapat membantu membangun
masyarakat yang lebih sadar akan pentingnya etika dalam kehidupan sehari-hari.
11
5. Fischa Aliyatasyani (05041282328015)
Pertanyaannya:
Bagaimana pancasila beradaptasi dengan perubahan sosial dan budaya di indonesia seiring
dengan berjalannya waktu?
12
13