Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA
Konsep, Urgensi dan Implementasi Pancasila sebagai
Sistem Etika

OLEH:
CINDY YANI YUNITA BAILAO (2309010003)
DIANA JUSTIN KEZIA MANLEA (2309010041)
DIVA DATIVA NENOSABAN (2309010028)
DJORGHI DAVIDS LOPES (2309010030)
EDELDA J.M. ROHANI (2309010037)
EDELTRUDIS FINCENSIA KA’E (2309010013)
ELPI REGINA TURNIP (2309010006)
FEBRIANI TRESINA DJAWA DORA (2309010027)
FEREN BINTANG DAVID SINLAE (2309010012)
FLORENTINA WONGA LADO (2309010029)
FRANSISKA HELENORA HURINT (2309010056)
GERARDA DESIDERIAL KHODHA (2309010008)
GWENEAL NOVIETHREE SUNYOTO (2309010020)
HELENA ALVA GANDAR (2309010009)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat dan kasih-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
tentang " Konsep, Urgensi dan Implementasi Pancasila sebagai Sistem Etika".
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik
dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.

Kupang, November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................3
2.1 Konsep, Urgensi dan Implementasi Pancasila sebagai Sistem Etika........3
2.2 Tantangan dan Upaya Penanganan Masalah Terkait Pengimplementasian
Pancasila Pancasila Sebagai Sistem Etika............................................................7
BAB III PENUTUP...............................................................................................13
3.1 Kesimpulan..............................................................................................13
3.2 Saran........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila merupakan dasar ideologi bangsa Indonesia. Kata pancasila
sendiri jika diartikan secara harafiah berasal dari kata “panca” yang berarti
lima dan “sila” yang berarti prinsip atau dasar, oleh karena itu, pancasila
dapat diterjemahkan menjadi” lima dasar” atau “lima prinsip”. Bagi bangsa
Indonesia, pancasila menjadi dasar segala peraturan berbangsa dan bernegara
selain UUD 1945, dimana wajib untuk ditaati semua warga negara.
Etika berasal dari bahasa yunani, "Ethos" yang artinya kebiasaan, adat,
watak, perasaan sikap, dan cara berpikir. Etika dalam arti luas ialah ilmu yang
membahas tentang kriteria baik dan buruk. Etika pada umumnya dimengerti
sebagai pemikiran filosofis mengenai segala sesuatu yang dianggap baik atau
buruk dalam perilaku manusia. Keseluruhan perilaku manusia dengan norma
dan prinsip-prinsip yang mengaturnya itu kerap kali disebut moralitas atau
etika.
Pancasila merupakan sistem etika yang diwujudkan dari sila-sila yang
mencakup ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Dalam konteks etika, Pancasila mengatur perilaku masyarakat Indonesia
dengan nilai-nilai tersebut sebagai panduan moral. Pancasila memandang
etika sebagai cabang filsafat yang berkaitan dengan norma dan prinsip-prinsip
yang mengatur perilaku manusia. Ini mencakup aspek keutamaan seperti
kebaikan hati, belas kasih, kejujuran, dan lainnya.
Ada berbagai aliran etika dalam filsafat, termasuk etika keutamaan,
teleologis, dan deontologis. Pancasila sebagai etika mendasarkan penilaian
etis pada nilai-nilai Pancasila, dan bukan hanya pada hasil atau kewajiban.
Melalui Pancasila, Indonesia mendorong penghargaan antarumat beragama
berdasarkan nilai ketuhanan. Pancasila adalah landasan etika dalam
kehidupan berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara di Indonesia.
Kehidupan berbangsa dan bernegara memiliki peran penting pada urgensi
Pancasila sebagai dasar etika dan dasar negara. Salah satu
pengertian Pancasila adalah sebagai berikut: menetapkan garis besar dan
tujuan untuk penyelenggaraan negara serta mengatur hubungan antara warga
negara dan negara, membentuk karakter bangsa, menciptakan dan
mempertahankan persatuan dan kesatuan di antara orang-orang yang beragam
di Indonesia menjadi dasar untuk undang-undang, kebiasaan, dan etika
Indonesia.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep, urgensi dan implementasi Pancasila sebagai sistem
etika?
2. Bagaimana tantangan dan upaya penanganan dalam pengimplementasian
Pancasila sebagai sistem etika?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep, urgensi dan implementasi Pancasila sebagai
sistem etika.
2. Untuk mengetahui tantangan dan upaya penanganan dalam
pengimplementasian Pancasila sebagai sistem etika

2
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.4 Konsep, Urgensi dan Implementasi Pancasila sebagai Sistem Etika


2.1.1 Konsep Dalam Berpancasila Sebagai Sistem Etika
Dalam Pancasila banyak terkandung nilai-nilai yang saling
berhubungan, ketergantungan, dan tidak dapat dipisahkan. Begitupun
dengan etika dan sistem-sistemnya dalam Pancasila. Nilai yang
terdapat dalam Pancasila diantaranya nilai ketuhanan, nilai
kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, serta nilai sosial. Etika
Pancasila terbentukdari kelima nilai Pancasila tersebut (Khoiriah,
2019).Pancasila juga sebagai pedoman hidup masyarakat Indonesia
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara memiliki tujuan agar
membentuk masyarakatnya menjadi pancasilais melalui setiap nilai
Pancasila. Masyarakat yang pancasilais dapat terlihat dari segala
tindakannya yang sesuai dengan setiap nilai Pancasila. Bukan hanya
kehidupan bermasyarakat saja yang harus mengacu pada Pancasila, juga
sistem kepemerintahan yang harus sejalan dengan ideologi bangsa,
yakni ideologi Pancasila. Pengimplementasian nilai-nilai Pancasila
tersebut yang merupakan perwujudan etika Pancasila berdasarkan
prinsip nilai dalam berkehidupan (Kurniawan, 2016).
Berikut ini penjabaran mengenai etika Pancasila (Soeprapto, 2013).
1. Etika Pancasila yang merupakan etika keutamaan yang susunannya
berasal dari nilai-nilai moral bangsa Indonesia karena etika
keutamaan mengutamakan moral yang terdapat pada setiap individu
masyarakat. Moral yang diutamakan dalam hal ini ialah rasa setia,
jujur, ketulusan, serta sayang menyayangi. Etika keutamaan
beranggapan bahwa orang yang bermoral melakukan tindakan
atau perilaku yang baik yang merupakan bentukan dari
pembelajaran atau pengalaman nyata yang pernah terjadi sepanjang
hidupnya.
2. Etika Pancasila sebagai etika teleologis yang menjadikan Pancasila
sebagai pedoman setiap masyarakat Indonesia untuk mencapai segala
tujuan dan cita-cita. Termasuk pada zaman yang semakin canggih
seperti saat ini. Untuk mencapai segala tujuan dan cita-cita dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara ini diperlukan pendalaman
pemahaman mengenai sistem nilai dari Pancasila agar setiap
tindakan yang dilakukan tidak keluar dari ideologi negara.
3. Etika Pancasila yang merupakan etika deontologis sebagai penuntun
dalam menumbuhkan kesadaran dalam mengimplementasikan

3
Pancasila kepada generasi bangsa khusunya generasi muda
Indonesia untuk persiapannya menuju masa depan. Persiapan untuk
generasi muda yang harus dikokohkan ialah kemampuan untuk
beradaptasi dengan kebudayaan modern dan menyelaraskan sosio-
kultural yang sesuai dengan kepribadian bangsa.
Pengembangan Pancasila sebagai sistem etika, memerhatikan
beberapa hal yakni (Amri, 2018).
1. Pancasila ditempatkan menjadi sumber utama penentu moral,
tatakrama, serta penentu dalam bersikap dan bertindak dalam setiap
keputusan yang diambil;
2. Pancasila sebagai pemberi pedoman dalam bersosialisasi dalam
tingkatan regional, nasional, bahkan internasional;
3. Dasar analisis kebijakan berasal dari Pancasila agar semangat dan
jiwa dapat tercerminkan;
4. Kepluralitasan dalam semua bidang di Indonesia dapat terfilter melalui
Pancasila.
Sebagai sumber etika , Pancasila memiliki wujud diantaranya sebagai
berikut:
1) Etika Sosial dan Budaya
Etika sosial dan budaya ini dimaksudkan agar segala hak dan
kewajiban baik moral maupun hukum dalam hubungan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara senantiasa diukur berdasar filosofi manusia
sebagai makhluk social.
2) Etika Keilmuan
Etika keilmuan ini diwujudkan dengan menjunjung tinggi nilai-
nilai ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu berpikir rasional,
kritis, logis, dan obyektif. Pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi itu harus menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila terutama sila
pertama.
3) Etika Penegakan Hukum
Etika penegakan hukum dan berkeadilan dimaksudkan untuk
menumbuhkan kesadaran kolektif bahwa tertib sosial, ketenangan,
ketentraman, dan keteraturan hidup bersama hanya dapat diwujudkan
dengan ketaatan terhadap hukum dan seluruh peraturan yang ada.
4) Etika Pemerintahan dan Politik
Etika pemerintahan dan politik ini dimaksudkan untuk
mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (clean and good
governance) sertta mampu menumbuhkan suasana politik yang
demokratis, bercirikan keterbukaan, rasa tanggung jawab, tanggap akan
aspirasi rakyat, menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan,
ketersediaan untuk menerima pendapat yang lebih benar kendati berasal

4
dari orang perorang atau kelompok minoritas dan marginal serta
menjunjung tinggi hak asasi manusia.
5) Etika Ekonomi dan Bisnis
Etika ekonomi dan bisnis dimaksudkan agar prinsip dan perilaku
ekonomi, baik oleh pribadi, institusi maupun pengambil keputusan
dalam bidang ekonomi dapat melahirkan kondisi dan realitas ekonomi
yang baik dengan bercirikan prinsip-prinsip antara lain, memberikan
kebebasan berusaha, membangun iklim usaha kerakyatan yang berdaya
saing secara sehat, mengutamakan kejujuran, memenuhi rasa keadilan,
transparansi, akuntabilitas publik dan mendorong berkembangnya etos
kerja ekonomi yang berdaya saing global serta mampu memberdayakan
ekonomi rakyat melalui usaha-usaha bersama secara
berkesinambungan.

2.1.2 Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika


Hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan pancasila
sebagai sistem etikameliputi hal-hal sebagai berikut.
 Pertama, meletakkan sila-sila pancasila sebagai sistem etika berarti
menempatkan pancasila sebagai sumber moral dan inspirasi bagi
penentu sikap, tindakan, dan keputusan yang diambil setiap warga
negara.
 Kedua, pancasila sebagai sistem etika memberi guidance bagi setiap
warga negara sehingga memiliki orientasi yang jelas dalam tata
pergaulan baik lokal, nasional, regional, maupun internasional.
 Ketiga, pancasila sebagai sistemetika dapat menjadi dasar analisis bagi
berbagai kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara negara sehingga
tidak keluar dari semangat negara kebangsaan yang berjiwa pancasila.
 Keempat, pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi filter untuk
menyaring pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan
masyarakat sebagai dampak globalisasi yang memengaruhi pemikiran
warga negara.

2.1.3 Pancasila sebagai Sistem Etika yang Mengacu pada Nilai-nilai Sila
Pancasila
Menurut Yulia, dkk. (2021). Implementasi etika Pancasila dapat
terlihat pada setiap silanya, yakni:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila pertama pada Pancasila menunjukkan bahwa masyarakat
Indonesia merupakan masyarakat yang percaya dan takwa kepada
Tuhan sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Di
tengah keberagaman masyarakat, dalam hal ini implementasi pada
sistem etika Pancasila yakni toleransi yang kuat untuk saling

5
menghormati dan menghargai agama dan kepercayaan individu lain.
Hal tersebut dilakukan agar kehidupan bermasyarakat selalu tentram
dan damai. Indonesia sebagai negara yang didirikan oleh umat
beragama merupakan salah satu tujuan dari manusia yang memiliki
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Negara maupun setiap
individu masyarakat juga tidak memiliki hak untuk memaksa
individu lain untuk masuk ke agamanya. Adanya kebebasan dalam
memilih kepercayaan juga merupakan implementasi dari sistem etika
Pancasila pada sila pertama. Selain itu, pengimplementasian sistem
etika juga berlaku jika masyarakat Indonesia sebagai umat beragama
menjadikan setiap ajaran agamanya sebagai pedoman bagi
kehidupannya (Wilananda et al., 2021)
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila ini menyangkut tentang nilai kemanusiaan. Nilai kemanusiaan
dalam hal ini mengenai pengakuan harkat, martabat, serta derajat
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai
sesama manusia ciptaan Tuhan, masyarakat dapat
mengimplementasikan hal tersebut pada penyamarataan hak dan
kewajiban tanpa melihat perbedaan yang ada. Sebagai manusia yang
sama derajatnya, maka hal yang harus terus dikembangkan adalah kerja
sama dan saling menghormati. Pada sila kedua ini juga terdapat nilai
keadilan. Nilai ini diimplementasikan dengan memiliki sikap berani
dalam membela keadilan dan kebenaran yang berlaku. Sumber dari
nilai kemanusiaan ini berasal dari hakikat manusia sebagai susunan
dari jiwa dan raga dalam susunannya dengan sifat kodrat sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial, serta berkedudukan sebagai
makhluk Tuhan yang berdiri sendiri. Implementasi dalam sistem etika
Pancasila pada sila kedua ini juga dapat dilakukan dengan rasa saling
menghormati dengan individu lain sebagi pribadi yang utuh dalam
mengelola hak-hak yang sudah menjadi kodratnya sebagai keutuhan
dari eksistensinya sebagai makhluk sosial.
3. Sila Persatuan Indonesia
Prinsip gotong royong yang sudah tertanam dengan baik di
Indonesia berhubungan erat dengan sila ketiga ini. Di mana prinsip
bersatu selalu menjadi hal utama dalam kemajemukan. Tidak ada lagi
istilah mayoritas dan minoritas, semua melebur dan bersatu
membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Implementasi sistem
etika Pancasila dalam sila ini yakni ketika masyarakat Indonesia
mengedepankan prinsip persatuan, kesatuan, serta keselamatan bangsa
di atas kepentingan pribadi atau golongan. Dalam hal ini, artinya
masyarakat Indonesia menyanggupi untuk berkorban demi
kepentingan bersama.Sikap rela berkorban tersebut didapatkan dengan

6
rasa kecintaan terhadap tanah air Indonesia, sehingga muncul rasa ingin
menertibkan dan memelihara kedamaian bangsa dengan sendirinya.
Persatuan atas dasar kecintaan tanah air dapat dikembangkan dengan
menerapkan seloka Bhinneka Tunggal Ika sebagai pemersatu dalam
setiap perbedaan yang ada.
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Sila keempat ini mengandung nilai dalam musyawarah yang
keputusannya selalu dihormati, dijunjung tinggi, dan diterima oleh
semua pihak yang terkait dalam musyawarah. Keputusan tersebut harus
pula dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dengan
mengutamakan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi
maupun golongan. Musyawarah untuk mencapai mufakat dalam hal ini
juga dapat mengembangkan rasa kebebasan, merdeka, juga
kebersamaan. Sistem etika yang diimplementasikan dapat tercermin
dalam pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai warga negara selalu
memperhatikan keutamaan dari kepentingan negara dan kepentingan
masyarakat.
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan sosial harus diwujudkan dengan sadarnya hak dan
kewajiban sebagai masyarakat suatu negara. Implementasinya dalam
sistem etika Pancasila dicerminkan dalam sikap gotong royong dan
kekeluargaan. Selain itu, implementasi sistem etika Pancasila dalam
sila ini ialah mengarah kepada rasa menghargai sesama, seperti
menghargai hasil karya orang lain, menghargai hak orang lain,
dan menghargai setiap usaha orang lain. Dalam sila ini juga peran
masyarakat sebagai makhluk sosial sangat diperhatikan, yakni sebagai
individu yang gemar menolong, individu yang bermanfaat bagi
sesama, serta individu yang bekerja keras. Hal tersebut merupakan
upaya untuk mewujudkan kemajuan bangsa dalam aspek social.

1.5 Tantangan dan Upaya Penanganan Masalah Terkait


Pengimplementasian Pancasila Pancasila Sebagai Sistem Etika
2.2.1 Tantangan Pengimplementasian Pancasila sebagai Sistem Etika
1. Korupsi
Tantangan Pancasila sebagai sistem etika di Indonesia adalah
korupsi, pelanggaran etika politik, penyalahgunaan kekuasaan, dan
penyalahgunaan kekuasaan. Korupsi menjadi tantangan yang sangat
serius karena dapat merusak tatanan kehidupan sosial dan politik di
Indonesia. Selain itu, Pancasila sebagai sistem etika juga merupakan
tantangan dalam menghadapi perubahan tatanan kehidupan sosial dan

7
budaya, serta menghadapi arus globalisasi yang dapat mengancam
keutuhan dan kesatuan bangsa Indonesia. Tantangan-tantangan tersebut
dapat mengancam keberlangsungan Pancasila sebagai sistem etika dan
dasar negara. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk
memperkuat penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal ini dapat dilakukan
melalui integrasi nilai-nilai Pancasila ke dalam semua aspek kehidupan,
seperti politik, pendidikan, dan sosial. Selain itu, perlu juga dilakukan
upaya-upaya untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman
masyarakat tentang urgensi dan pentingnya Pancasila sebagai sistem
etika dan dasar negara.
2. Kesenjangan
Kesenjangan juga merupakan tantangan Pancasila sebagai sistem
etika di Indonesia. Kesenjangan sosial dan ekonomi yang terjadi di
Indonesia dapat mengancam perdamaian sosial yang menjadi salah satu
nilai Pancasila. Kesenjangan juga dapat memicu konflik sosial dan
merusak persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Oleh karena itu,
perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengatasi kesenjangan sosial dan
ekonomi di Indonesia, seperti melalui program-program pembangunan
yang berkeadilan dan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah
Indonesia. Selain itu, perlu juga dilakukan upaya-upaya untuk
meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang urgensi
dan pentingnya Pancasila sebagai sistem etika dan dasar negara,
termasuk nilai-nilai keadilan sosial yang terkandung di dalamnya.
3. Aksi Terorisme
Terorisme dapat mengancam keamanan dan stabilitas negara serta
merusak tatanan kehidupan sosial dan politik di Indonesia. Terorisme
juga dapat melanggar nilai-nilai Pancasila, khususnya sila pertama yang
menegaskan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena
itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk memerangi terorisme dengan
cara yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, seperti dengan
memperkuat kerja sama antarlembaga dan antarnegara dalam
memerangi terorisme, serta meningkatkan kesadaran dan pemahaman
masyarakat tentang urgensi dan pentingnya Pancasila sebagai sistem
etika dan dasar negara.
4. Ketidakadilan Hukum
Tantangan Pancasila sebagai sistem etika di Indonesia juga
mencakup ketidakadilan hukum. Masih banyaknya ketidakadilan dalam
sistem peradilan di Indonesia dapat mengancam keadilan sosial yang
menjadi salah satu nilai Pancasila. Ketidakadilan hukum juga dapat
memicu konflik sosial dan merusak persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk

8
mengatasi ketidakadilan hukum di Indonesia, seperti dengan
memperkuat sistem peradilan yang adil dan transparan, serta
meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang urgensi
dan pentingnya Pancasila sebagai sistem etika dan dasar negara,
termasuk nilai-nilai keadilan sosial. yang terkandung di dalamnya.

5. Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)


Tantangan Pancasila sebagai sistem etika di Indonesia juga
mencakup pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Pelanggaran HAM
dapat mengancam keadilan sosial yang menjadi salah satu nilai
Pancasila. Pelanggaran HAM juga dapat memicu konflik sosial dan
merusak persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Oleh karena itu,
perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengatasi pelanggaran HAM di
Indonesia, seperti dengan memperkuat sistem peradilan yang adil dan
transparan, serta meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat
tentang urgensi dan pentingnya Pancasila sebagai sistem etika dan dasar
negara, termasuk nilai-nilai keadilan sosial. dan penghormatan terhadap
hak asasi manusia yang terkandung di dalamnya. Selain itu, perlu juga
dilakukan upaya-upaya untuk memperkuat perlindungan dan penegakan
hak asasi manusia di Indonesia, baik melalui regulasi maupun tindakan
nyata dari pemerintah dan masyarakat.
6. Penggelapan Pajak
Tantangan Pancasila sebagai sistem etika di Indonesia juga
mencakup penggelapan pajak. Penggelapan pajak dapat merusak
tatanan kehidupan sosial dan politik di Indonesia serta mengancam
keadilan sosial yang menjadi salah satu nilai Pancasila. Penggelapan
pajak juga dapat memicu konflik sosial dan merusak persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-
upaya untuk mengatasi penggelapan pajak di Indonesia, seperti dengan
memperkuat sistem perpajakan yang adil dan transparan, serta
meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang urgensi
dan pentingnya Pancasila sebagai sistem etika dan dasar negara,
termasuk nilai-nilai keadilan sosial. yang terkandung di dalamnya.
Selain itu, perlu juga dilakukan upaya-upaya untuk memperkuat
perlindungan dan penegakan hukum terhadap penggelapan pajak, baik
melalui regulasi maupun tindakan nyata dari pemerintah dan
masyarakat.

2.2.2 Upaya Penanganan Masalah Terkait Tantangan dan Masalah


Pengimplementasian Pancasila sebagai Sistem Etika
a. Upaya Menangulangi Korupsi

9
Pemberantasan korupsi tidak cukup dilakukan hanya dengan
komitmen semata karena pencegahan dan penanggulangan korupsi
bukan suatu pekerjaan yang mudah. Komitmen tersebut harus
diaktualisasikan dalam bentuk strategi yang komprehensif untuk
meminimalkan keempat aspek penyebab korupsi yang telah
dikemukakan sebelumnya. Strategi tersebut mencakup aspek preventif,
detektif dan represif, yang dilaksanakan secara intensif dan terus
menerus.
1. Strategi Preventif
Strategi preventif diarahkan untuk mencegah terjadinya korupsi
dengan cara menghilangkan atau meminimalkan faktor-faktor
penyebab atau peluang terjadinya korupsi. Strategi preventif dapat
dilakukan dengan:
 Memperkuat Dewan Perwakilan Rakyat;
 Memperkuat Mahkamah Agung dan jajaran peradilan di bawahnya
 Membangun kode etik di sektor publik ;
 Membangun kode etik di sektor Parpol, Organisasi Profesi dan
Asosiasi Bisnis.
 Meneliti sebab-sebab perbuatan korupsi secara berkelanjutan.
 Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia (SDM) dan
peningkatan kesejahteraan Pegawai Negeri ;
 Pengharusan pembuatan perencanaan stratejik dan laporan
akuntabilitas kinerja bagi instansi pemerintah;
 Peningkatan kualitas penerapan sistem pengendalian manajemen;
 Penyempurnaan manajemen Barang Kekayaan Milik Negara
(BKMN)
 Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat ;
 Kampanye untuk menciptakan nilai (value) anti korupsi secara
nasional;
2. Strategi Detektif
Strategi detektif diarahkan untuk mengidentifikasi terjadinya
perbuatan korupsi. Strategi detektif dapat dilakukan dengan:
 Perbaikan sistem dan tindak lanjut atas pengaduan dari masyarakat;
 Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan tertentu;
 Pelaporan kekayaan pribadi pemegang jabatan dan fungsi publik;
 Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan anti pencucian
uang di masyarakat internasional;
 Dimulainya penggunaan nomor kependudukan nasional;
 Peningkatan kemampuan APFP/SPI dalam mendeteksi tindak
pidana korupsi.
3. Strategi Represif

10
Strategi represif diarahkan untuk menangani atau memproses
perbuatan korupsi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Strategi represif dapat dilakukan dengan:
 Pembentukan Badan/Komisi Anti Korupsi;
 Penyidikan, penuntutan, peradilan, dan penghukuman koruptor
besar (Catch some big fishes);
 Penentuan jenis-jenis atau kelompok-kelompok korupsi yang
diprioritaskan untuk diberantas;
 Pemberlakuan konsep pembuktian terbalik;
 Meneliti dan mengevaluasi proses penanganan perkara korupsi
dalam sistem peradilan pidana secara terus menerus;
 Pemberlakuan sistem pemantauan proses penanganan tindak pidana
korupsi secara terpadu;
 Publikasi kasus-kasus tindak pidana korupsi beserta analisisnya;
 Pengaturan kembali hubungan dan standar kerja antara tugas
penyidik tindak pidana korupsi dengan penyidik umum, PPNS dan
penuntut umum.
b. Upaya Penanggulangan Kesenjangan Sosial dan Ekonomi
Kunci utama upaya mengatasi kesenjangan sosial ekonomi adalah
memberi akses kepada tiap masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas
sosial yang ada, serta memberi kesempatan yang sama kepada seluruh
masyarakat untuk mengembangkan dan meningkatkan
perekonomiannya. Kesenjangan sosial tidak hanya terjadi dalam bidang
ekonomi saja, tetapi juga di di bidang pendidikan, teknologi, kesehatan,
dan kualitas sumber daya manusia. Upaya aktif pemerintah Untuk bisa
mengatasi kesenjangan sosial diperlukan beberapa upaya aktif dari
pemerintah dan masyarakat.
Berikut ini beberapa upaya mengatasi kesenjangan sosial:
1. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia
Kualitas sumber daya manusia harus ditingkatkan agar mampu
bersaing dan punya keahlian untuk bekerja. Dengan demikian
masyarakat akan mendapatkan penghasilan guna memenuhi
kebutuhan hidupnya.
2. Memberi Akses Yang Sama Kepada Seluruh Masyarakat
Masyarakat harus mendapat akses yang sama untuk menggunakan
fasilitas kesehatan, pendidikan, teknologi, dan ekonomi. Dengan
memberi akses yang sama, kesenjangan sosial bisa berkurang karena
tidak ada perbedaan di kelompok masyarakat. Contohnya
masyarakat punya hak yang sama untuk mengolah dan
memanfaatkan sumber daya alam perairan.
3. Pemerataan Pembangunan Upaya lain untuk mengatasi kesenjangan
sosial adalah pemerataan pembangunan.

11
Pemerintah harus melakukan pemerataan pembangunan atau tidak
hanya berfokus di satu daerah saja. Misalnya pembangunan fasilitas
pendidikan, kesehatan, dan fasilitas publik di daerah Papua.
c. Upaya Menangulangi Terorisme
Untuk mencegah terjadinya serangan kelompok teroris atau
berupaya untuk melawan tindak kejahatan terorisme maka suatu negara
berhak untuk menggunakan berbagai cara demi melindungi keamanan
negaranya atau yang dapat disebut dengan Counter terrorism. Cara-cara
yang termasuk dalam tindakan Counter Terrorism adalah:
1. Meminimalisir penyebab utama dari kejahatan terorisme.
Dalam pendekatan ini dipercaya bahwa penyebab utama dari
masalah terorisme karena adanya keluhan dalam struktur
masyarakat. Keluhan tersebut terbagai atas beberapa bentuk, seperti
kemiskinan dan penyakit masyarakat, dari kedua hal tersebut
kemudian muncul rasa tidak puas dari segi sosial dan politik
dikalangan masyarakat yang kemudian berakibat pada aksi-aksi
pemberontakan dan krisis dalam masyarakat seperti kejahatan
terorisme.
2. Counter Attack atau Serangan balik melawan kelompok teroris.
Pada umumnya pendekatan ini menggunakan kekuatan militer
yang ditujukan kepada basis kelompok teroris dan negara yang
mendukung keberadaan kelompok teroris. Tujuan dari pendekatan
militer ini adalah untuk memenuhi tuntutan akan hukum dan
keadilan dan dianggap mampu untuk bisa membatasi ruang gerak
kelompok teroris dan menghancurkan basis kelompok teroris.
3. Menjalankan ketentuan hukum.
Untuk merespon kejahatan terorisme pemerintah dapat
menjalankan ketentuan hukum dengan menggunakan dua alternatif,
yaitu melalui upaya penegakan hukum secara domestik dan
kerjasama internasional. (a) Secara domestik upaya tersebut dapat
berupa pembuatan Undang- Undang Anti- Terorisme dan
pembentukan pasukan khusus yang dilatih untuk menghadapi
serangan terorisme. (b) Dalam upaya kerjasama internasional, negara
dapat melakukan kerjasama baik secara Bilateral dan Multilateral.
Pentingnya pembentukan kerjasama dan sekutu menjadi hal yang
sangat vital, mengingat terorisme juga merupakan kejahatan
transnasional.
4. Meningkatkan kerjasama internasional.
Kerjasama ini merupakan kerjasama yang sangat penting, karena
negara-negara yang menghadapi persoalan terorisme terus berupaya
untuk meningkatkan kerja sama internasional dalam perjuangan
melawan terorisme. Peningkatan kemampuan dari segi diplomatik,

12
pengambilan keputusan yang tepat, dapat lebih menghambat ruang
pergerakan kelompok teroris tersebut. Kerjasama ini dapat dilakukan
dalam beberapa bentuk, seperti: (1) dukungan diplomatik bagi upaya
kontra-terorisme negara lain (2) operasi militer gabungan (3) berbagi
informasi dari segi intelijen (4) kerjasama dalam penegakan hukum.

BAB III
PENUTUP

1.6 Kesimpulan
1. Konsep Pancasila sebagai Sistem Etika:
 Pancasila adalah dasar negara dan ideologi Indonesia yang memiliki
lima asas atau nilai dasar, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan
yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial.
 Pancasila sebagai sistem etika mengandung prinsip-prinsip moral yang
mengatur tindakan individu dan masyarakat dalam berbagai aspek
kehidupan.
2. Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika:
 Pancasila membentuk landasan moral yang kuat bagi masyarakat
Indonesia, mempromosikan nilai-nilai seperti keadilan, persatuan, dan
kemanusiaan yang adil.
 Melalui Pancasila, masyarakat Indonesia dapat memahami bagaimana
menjalani kehidupan yang sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang
baik.
3. Implementasi Pancasila sebagai Sistem Etika:
 Implementasi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari mencakup
menghormati keberagaman agama, budaya, dan suku bangsa, serta
mempraktikkan gotong-royong dan keadilan sosial.
 Pancasila juga menjadi pedoman dalam berbagai aspek kebijakan
pemerintah, termasuk pendidikan, hukum, dan politik, untuk mencapai
kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila sebagai sistem etika adalah fondasi moral yang penting bagi
bangsa Indonesia, memandu perilaku individu dan kebijakan negara dalam
upaya mencapai masyarakat yang adil, beradab, dan bersatu.

1.7 Saran

13
Konsep Pancasila adalah dasar filosofis Indonesia yang mengandung lima
prinsip, yaitu Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia. Urgensinya adalah untuk menciptakan landasan
moral dan etika yang memandu tindakan individu dan pemerintah, serta
mempromosikan keadilan, kesatuan, dan kesejahteraan sosial.
Implementasi Pancasila sebagai sistem etika melibatkan:
1. Pendidikan: Memasukkan nilai-nilai Pancasila dalam kurikulum
pendidikan untuk mengajarkan kepada generasi muda tentang prinsip-
prinsipnya.
2. Kebijakan Pemerintah: Menerapkan kebijakan yang mencerminkan nilai-
nilai Pancasila, termasuk keadilan sosial dan perlindungan hak asasi
manusia.
3. Masyarakat Sipil: Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam
mempromosikan nilai-nilai Pancasila dan mengawasi pelaksanaannya.
4. Hukum: Membuat undang-undang yang sesuai dengan prinsip-prinsip
Pancasila dan menjalankan hukum dengan adil.
5. Promosi Budaya: Menggunakan seni, budaya, dan media untuk
mempromosikan nilai-nilai Pancasila dan kesatuan nasional.

Dengan mengintegrasikan Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan,


Indonesia dapat membangun masyarakat yang lebih adil, beradab, dan
harmonis sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

14
15
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N. Q., & Dewi, D. A. (2022). Sistem Etika Pancasila dalam Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara. Jurnal Pendidikan Tambusai, 6(2), 11120-11125.\
Putri, F. S., & Dewi, D. A. (2021). Implementasi Pancasila sebagai Sistem Etika.
EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling, 3(1), 176-
184.
https://sipejar.um.ac.id/pluginfile.php/1127638/mod_resource/content/0/
Pendidikan%20Pancasila%20sebagai%20Sistem%20Etika.pdf
https://www.scribd.com/document/375250806/Tantangan-Pancasila-Sebagai-
Sistem-Etika
https://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/site/wp
content/uploads/2018/07/1.%201302045061%20-%20Nur%20Hasanah
%20(07-15-18-01-11-48).pdf
https://www.kompas.com/skola/read/2021/11/16/130000569/upaya-mengatasi-
kesenjangan-sosial#

Anda mungkin juga menyukai