Disusun Oleh:
KELOMPOK 5
Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaian makalah tentang “Pancasila
sebagai Sistem Etika”. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Saw yang
telah menerangi dan membimbing umat manusia. Pada makalah, penulis akan
membahas mengenai pancasila sebagai sistem etika negara Indonesia, alasan
diperlukannya, sumber historis, sosiologis, politis, argumen tentang dinamika dan
tantangan, serta esensi dan urgensi pancasila sebagai sistem etika.
Penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh
karena itu, penulis menerima kritik dan saran. Akhir kata, penulis ucapkan terima
kasih. Semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis dan pembaca. Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
3.4.4 Tantangan Pendidikan Pancasila.....................................................28
3.5 Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika .....30
3.5.1 Esensi Pancasila sebagai Sistem Etika ............................................30
3.5.2 Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika .........................................32
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...............................................................................................33
4.2 Saran .........................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila merupakan ideologi bangsa dan dasar negara Indonesia. Oleh karena itu,
segala sesuatu dari sikap atau hal-hal yang menyangkut perilaku harus berlandaskan oleh
Pancasila. Masyarakat Indonesia akan tumbuh kesadarannya ketika nilai-nilai pancasila
diyakini dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kesadaran juga akan berkembang
ketika nilai dan moral pancasila dapat dimuat ke dalam norma-norma yang berlaku di
Indonesia .
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu
nilai yang menjadi sumber dari segala penjabaran dari norma baik norma hukum,
norma moral maupun norma kenegaraan lainya. Dalam filsafat pancasila
terkandung di dalamnya suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar,
rasional, sistematis, dan komprehensif “menyeluruh”. Sistem pemikiran ini
merupakan suatu nilai, sehingga suatu pemikiran filsafat tidak secara langsung
menampilkan norma-norma yang merupakan pedoman dalam suatu tindakan atau
aspek prasis melainkan suatu nilai yan bersifat mendasar.
Etika merupakan cabang filsafah dari ilmu kemanusiaan (humaniora). Etika
sebagai cabang filsafah membahas sistem dan pemikiran mendasar tentang ajaran
dan moral. Pancasila dan etika memiliki keterkaitan antara satu sama lain.
Pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik
bagi masyarakat Indonesia. Hal ini berkaitan dengan sila kedua Pancasila yang
berbunyi “Kemanuasiaan yang adil dan beradab”. Oleh karena itu, tidak dapat
dipungkiri bahwa Pancasila membangun sistem etika di Indonesia dengan peranan
yang besar.
Pancasila bukan sebuah pedoman yang berlangsung dengan sifat normatif
atau praksis. Akan tetapi, pancasila merupakan suatu sistem nilai-nilai etika dan
sumber hukum, meliputi norma moral maupun norma hukum. Norma
tersebutharus dijelaskan lebih lanjut dalam norma-norma etika, moral, maupun
norma hukum dalam kehidupan kenegaraan maupun kebangsaan.
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah konsep pancasila sebagai sistem etika negara Indonesia?
2. Apa alasan diperlukannya pancasila sebagai sistem etika?
3. Bagaimana menggali sumber historis, sosiologis, politis tentang pancasila
sebagai sistem etika?
4. Bagaimana membangun argumen tentang dinamika dan tantangan pancasila
sebagai sistem etika?
5. Bagaimana mendeskripsikan esensi dan urgensi pancasila sebagai sistem
etika?
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Norma Moral
Norma Moral berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari
sudut baik maupun buruk, sopan atau tidak sopan, susila atau tidak susila.
2. Norma Hukum
Suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu
tempat dan waktu tertentu dalam pengertian ini peraturan hukum. Dalam
pengertian itulah Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber
hukum.
3
dalam bahasa Latin dikenal dengan kata “mores” yang berarti kesusilaan, tingkat
salah satu perbuatan (lahir, tingkah laku), kemudian perkataan mores tumbuh dan
berkembang menjadi moralitas yang mengandung arti kesediaan jiwa akan
kesusilaan. Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas
bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi dua
kelompok.
Menurut Syahrizal (2012), Etika adalah suatu ilmu yang membahass tentang
bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau
bagaimana kita harus menggambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan
dengan berbagai ajaran moral. Menurut Mudhofir (2009), Etika adalah ilmu yang
membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran tertentu
atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai ajaran
moral. Kedua kelompok etika itu adalah sebagai berikut:
1. Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap
tindakan manusia.
2. Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam
hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai
individu (etika individual) maupun mahluk sosial (etika sosial)
4
5. Suatu standar yang fundamental yang dipegang oleh seseorang ketika
bertingkah laku bagi dirinya dan orang lain.
6. Suatu “objek nilai” suatu hubungan yang tepat dengan sesuatu yang
sekaligus membentuk hidup yang berharga dengan identitas kepribadian
seseorang. Objek nilai mencangkup karya seni, teori ilmiah, teknologi,
objek yang disucikan, budaya, tradisi, lembaga, orang lain, dan alam itu
sendiri.
Selain itu, menurut Setiadi (2005) pancasila memiliki kedudukan baik untuk
pribadi, kelompok, dan bernegara yaitu :
1. Etika sebagai ilmu, kumpulan tentang kebajikan, penilaian dari perbuatan
seseorang
2. Etika sebagai perbuatan, perbuatan kebajikan.
3. Etika sebagai filsafat, mempelajari pandangan-pandangan, persoalan-
persoalan yang berhubungan dengan kesusilaan.
5
proses perkembangan. Pandangan dalam etika teleologi yaitu bahwa suatu
tindakan dilihat berdasarkan tujuan atau akibat dari perbuatan itu. Etika teleologi
membantu kesulitan etika deontologi ketika menjawab apabila dihadapkan pada
situasi konkrit yakni ketika dihadapkan pada dua atau lebih kewajiban yang
bertentangan satu dengan yang lain. Jawaban yang diberikan oleh etika teleologi
bersifat situasional yaitu memilih mana yang membawa akibat baik meskipun
harus melanggar kewajiban, nilai norma yang lain. Etika teleologi digolongkan
menjadi dua yaitu sebagai berikut:
a. Egoisme etis, memandang bahwa tindakan yang baik adalah tindakan yang
berakibat baik untuk pelakunya.
b. Utilitarianisme menilai bahwa baik buruknya suatu perbuatan tergantung
akibatnya terhadap banyak orang. Dikatakan baik apabila mendatangkan
manfaat yang besar dan memberi manfaat bagi sebanyak mungkin orang.
Etika utilitarianisme lebih bersifat realistis, terbuka terhadap beragam
alternatif tindakan dan berorientasi pada kemanfaatan yang besar dan
menguntungkan banyak orang.
6
kehidupannya. Sila ketuhanan mengandung dimensi moral berupa nilai
spiritualitas yang mendekatkan diri manusia kepada Sang Pencipta, ketaatan
kepada nilai agama yang dianutnya. Sila kemanusiaan mengandung dimensi
humanus, artinya menjadikan manusia lebih manusiawi, yaitu upaya
meningkatkan kualitas kemanusiaan dalam pergaulan antarsesama. Sila persatuan
mengandung dimensi nilai solidaritas, rasa kebersamaan (mitsein), cinta tanah air.
Sila kerakyatan mengandung dimensi nilai berupa sikap menghargai orang lain,
mau mendengar pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak kepada orang
lain. Sila keadilan mengandung dimensi nilai mau peduli atas nasib orang lain,
kesediaan membantu kesulitan orang lain (Winarno, 2016).
Secara singkat etika pancasila dapat diartikan sebagai berikut yaitu:
1. Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk
pada nilai-nilai Pancasila.
2. Suatu perbuatan dikatakan “Baik” bukan hanya apabila tidak bertentangan
dengan nilai-nilai tersebut, namun juga sesuai dan mempertinggi nilai-nilai
Pancasila tersebut.
3. Nilai-nilai Pancasila meskipun merupakan kristalisasi nilai yang hidup
dalam realitas sosial, keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa
Indonesia, namun sebenarnya nilai-nilai Pancasila juga bersifat universal
dapat diterima oleh siapapun dan kapanpun.
7
Hakikat Pancasila sebagai sistem etika terletak pada hal-hal sebagai berikut:
a. Hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa
Tuhan sebagai penjamin prinsip-prinsip moral. Hal ini berarti segala hal
yang dilakukan oleh warga negara bersumber dari norma agama. Setiap
prinsip dan nilai-nilai moral yang berdasarkan pada norma agama,
merupakan sebuah keharusan yang dilakukan oleh pengikut-pengikutnya
(Kemenristekdikti, 2016).
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki nilai-nilai dan hakikat yang
meliputi empat sila lainnya. Dalam sila ini terkandung nilai bahwa negara
yang didirikan merupakan pengejewantahan tujuan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, oleh karena itu segala hal
yang berkaitan dengan moral dan etika dalam suatu negara harus dijiwai
atas nilai-nilai dan norma agama yang dianutnya (Sulaiman, 2015).
b. Hakikat sila kemanusiaan terletak pada actus humanus, merupakan tindakan
manusia yang mengandung implikasi dan konsekuensi moral yang berbeda
dengan actus homini yaitu tindakan manusia yang biasa. Setiap tindakan
kemanusiaan yang memiliki implikasi moral yang dilakukan dengan cara
dan sikap yang baik dan beradab sehingga akan menghasilkan tata pergaulan
antar manusia dan antarmakhluk yang berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan
tertinggi yaitu kebajikan dan kearifan (Kemenristekdikti, 2016).
Dalam sila ini terdapat hal-hal yang berkaitan dengan prinsip asasi,
diantaranya kecintaan terhadap sesama manusia, kejujuran, kesamaderajatan
manusia, keadilan dan keadaban (Asmaroini, 2017).
c. Hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan untuk hidup bersama sebagai
warga bangsa yang mementingkan masalah bangsa diantas kepentingan
individu atau kelompok. Sistem etika yang berlandaskan pada semangat
kebersamaan, solidaritas sosial akan melahirkan kekuatan untuk
menghadapi penetrasi nilai yang bersifat memecah belah bangsa
(Kemenristekdikti, 2016).
d. Hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah untuk mufakat.
Artinya, menghargai diri sendiri sama halnya dengan menghargai orang lain
8
(Kemenristekdikti, 2016). Hakikat rakyat merupakan sekelompok manusia
sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa, yang bersatu yang bertujuan
mewujudkan harkat dan martabat manusia dalam suatu wilayah negara.
Dalam menentukan pilihan pada pengambilan keputusan diharapkan untuk
menjunjung tinggi asa musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang
beradab (Sulaiman, 2015).
e. Hakikat sila keadilan sosial nagi seluruh rakyat Indonesia merupakan
perwujudan dari sistem etika yang tidak menekankan pada kewajiban
semata (deontologis) atau menekankan pada tujuan belaka (teleologis),
tetapi lebih menonjolkan keuatamaan (virtue ethics) yang terkandung dalam
nilai keadilan itu sendiri (Kemenristekdikti, 2016).
Dalam sila kelima ini, terdapatnya beragam nilai dari empat sila
diantaranya, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai dan cita kebangsaan, serta
demokrasi pemusyawaratan itu dapat diperoleh keadilan sosial. Disatu sisi
perwujudan keadilan sosial harus mencerminkan imperatif etis keempat sila
lainnya. Dalam visi keadilan sosial menurut Pancasila, yang dikehendaki adalah
keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani, juga
keseimbangan antara pemenuhan hak sipil dan politik dengan hak ekonomi, sosial
dan budaya (MPR RI, 2013).
9
c. Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi dasar analisis bagi berbagai
kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara negara sehingga tidak keluar dari
semangat negara kebangsaan yang berjiwa Pancasilais.
d. Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi filter untuk menyaring
pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat sebagai
dampak globalisasi yang memengaruhi pemikiran warga negara.
10
BAB III
PEMBAHASAN
11
Kasus 2 : Penggunaan media massa.
Dikatakan baik : Jika dalam menggunakan media massa melakukan
silaturahim dan memperbanyak teman.
Dikatakan buruk : Jika dalam menggunakan media massa melakukan
kejahatan. Seperti penculikan.
Keterangan : Bukan berdasarkan tujuannya melainkan niat dan prosesnya.
12
segala paham golongan maupun perseorangan. Ketentuan dalam pembukaan UUD
1945 yaitu, ”…..maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu
Undang- Undang Dasar Negara Indonesia” menunjukkan sebagai sumber hukum.
Nilai dasar yang fundamental dalam hukum mempunyai hakikat dan kedudukan
yang kuat dan tidak dapat berubah mengingat pembukaan UUD 1945 sebagai cita-
cita negara (staatsidee) para pediri bangsa sekaligus perumus konstitusi (the
framers of the constitution).
Di samping itu, nilai- nilai Pancasila juga merupakan suatu landasan
moral etik dalam kehidupan kenegaraan yang ditegaskan dalam alinea keempat
Pembukaan UUD 1945 bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa
berdasar atas kemanusiaan yang adil dan beradab. Konsekuensinya dalam
penyelenggaraan kenegaraan antara lain operasional pemerintahan negara,
pembangunan negara, pertahanan-keamanan negara, politik negara serta
pelaksanaan demokrasi negara harus senantiasa berdasarkan pada moral
ketuhanan dan kemanusiaan.
Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara Republik Indonesia
merupakan nilai yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing
silanya. Untuk lebih memahami nilai-nilai yang terkandung dalam masing-masing
sila Pancasila, makadapat diuraikan sebagai berikut:
13
3. Persatuan Indonesia
Persatuan mengandung pengertian bersatunya bermacam- macam corak
yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan. Persatuan Indonesia dalam sila
ketiga ini mencakup persatuan dalam arti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya
dan keamanan. Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami
seluruh wilayah Indonesia. Persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis
dalam kehidupan.
Adapun makna dan maksud istilah beradab pada sila kedua, “Kemanusiaan
yanga dil dan beradab” yaitu terlaksananya penjelmaan unsur-unsur hakikat
manusia, jiwa raga, akal, rasa, kehendak, serta sifat kodrat perseorangan dan
makhluk Tuhan Yang Maha Esa sebagai causa prima dalam kesatuan majemuk-
tunggal. Hal demikian dilaksnakan dalam upaya penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernagara yang bermartabat tinggi.
Pancasila sebagai sistem etika menjelaskan bagaimana seseorang harus
bertindak sesuai dengan nilai dan moral yang berlaku untuk menciptkan kondisi
yang aman dan damai. Maka dari itu, selain pancasila sebagai sistem etika untuk
pribadi, pancasila juga sebagai sistem etika dalam bermasyarakat serta berpolitik
dalam sebagai berikut:
14
1. Implementasi Etika Nilai dan Moral Kehidupan Bermasyarakat
Dalam kehidupan kita akan selalu berhadapan dengan istilah nilai dan
norma dan juga moral dalam kehidupan sehari-hari. Dapat kita ketahui bahwa
yang dimaksud dengan nilai sosial merupakan nilai yang dianut oleh suatu
masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh
masyarakat. Sebagai contoh, orang mengangap menolong memiliki nilai baik,
sedangkan mencuri bernilai buruk. Demikian pula, guru yang melihat siswanya
gagal dalam ujian akan merasa gagal dalam mendidik anak tersebut.
Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam
segala tingkah laku dan perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan
tindakan dan pandangan hidup seseorang dalam masyarakat. Itu adalah yang
dimaksud dan juga contoh dari nilai. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
norma sosial adalah patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu.
Norma sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-
perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan
norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar
bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk.
Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam
masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan. Tingkat
norma dasar didalam masyarakat dibedakan menjadi 4 (empat) yaitu cara,
kebiasaan, tata kelakuan, dan adat istiadat. Misalnya orang yang melanggar
hukum adat akan dibuang dan diasingkan ke daerah lain.
15
Selanjutnya, pencasila mengatur kehidupan berdemokrasi dalam batang
tubuh UUD 1945. Hal yang perlu diperhatikan agar pelaksanaan pemilihan umum
yang demokratis yaitu harus senantiasa memegang teguh prinsip
konstitusionalisme sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (2) UUD 1945, yaitu
“Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar”. Prinsip demikian merupakan wujud penguatan berdemokrasi dan
pembangunan sistem etika, terutama dalam pelaksanaan pemilu. Artinya, apabila
pelaksanaan pemilu telah menyimpang dari ketentuan sebagaimana diatur dalam
UUD 1945 maka pelaksanaan hasil pemilu perlu ditinjau ulang sehingga sesuai
dengan prinsip berdemokrasi yang dibangun dalam UUD 1945 sebagai
generalisasi dari Pancasila yang berkedudukan sebagai hukum tertinggi dalam
sistem hukum di Indonesia.
Upaya untuk mengatasi berbagai kecurangan dalam pemilu, UUD 1945
mengatur pelaksanaan pemilu demokratis, yaitu untuk menjaga konsistensi prinsip
konstitusionalisme agar pelaksanaan pemilu tetap berdasarkan pada koridor
hukum yang senantiasa menjunjung tinggi etika berpolitik, ditangani oleh
lembaga peradilan tata negara yaitu Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai lembaga
pengawal konstitusi (the guardian of the constitution). Implikasinya, pelaksanaan
pemilu mengarah pada prinsip sebagaimana diatur dalam UUD 1945 termasuk
Pancasila.
Dengan demikian, bila seluruh rakyat Indonesia mengkuti nilai-nilai yang
tertanam dalam pancasila, maka Indonesia mampu menjadi negarayang maju serta
beradab. Namun kenyataannya, masih banyak penyimpangan etika yang terjadi di
Negara Indonesia ini, bahkan tidak jarang dilakukan oleh para remaja yang
merupakan generasi emas bangsa Indonesia.
16
menunggu angkot bersama dua temannya. Tiba-tiba saja mereka dihampiri pelajar
dari sekolah lain yang berjumlah sekitar Sembilan orang dan mengendarai empat
sepeda motor. “Melihat kejadian tersebut, dua teman korban melarikan diri lebih
dulu. Sementara korban lari tertinggal paling belakang”, kata Kapolsek Balaraja
Kompol Wiwin Setiawan, Tanggerang, Banten, Selasa (10/1/2017).
1. Bekali siswa dengan pengetahuan agama yang sesuai dengan pancasila yaitu
sila pertama dan menekankan nilai-nilai akhlak dan budi pekerti.
2. Perlunya pengawasan orang tua dengan menjalin komunikasi yang baik
dengan anak dan menjauhkan anak dari hal-hal yang negatif.
3. Mengikuti kegiatan tambahan di sekolah seperti pramuka dan kegiatan
social lainnya untuk menyalurkan energi berlebih pada siswa.
4. Ajarkan anak cara bermusyawarah agar tidak mudah terprovokasi dan tidak
mempercayai berita yang tidak sesuai dengan fakta.
17
5. Pengawasan sekolah, sekolah harus membuat aturan-aturan yang khusus
pada siswa-siswanya untuk meminimalisir ketegangan siswa antar sekolah.
6. Hindari kumpul-kumpul setelah pulang sekolah untuk menghindari
terjadinya pertikaian antar sekolah.
7. Jalin silaturahmi antar sekolah agar siswa mempunyai rasa persaudaraan
bukan permusuhan.
18
baik dan buruk itu eksis dalam kehidupan manusia, maksudnya godaan untuk
melakukan perbuatan selalu muncul. Ketika seseorang menjadi penjabat dan
mempunyai peluang untuk melakukan tindakan buruk (korupsi), maka hal tersebut
dapat terjadi pada siapa saja. Oleh karena itu, simpulan Archie J. Bahm,
“Memaksimalkan kebaikan, minimalkan keburukan” (Bahm, 1998)
Ketiga, kurangnya rasa perlu berkontribusi dalam pembangunan melalui
pembayaran pajak. Hal tersebut terlihat dari kepatuhan pajak yang masih rendah,
padahal peranan pajak dari tahun ke tahun semakin meningkat dalam APBN.
Pancasila sebagai sistem etika akan dapat mengarahkan wajib pajak untuk secara
sadar memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik. Dengan kesadaran pajak
yang tinggi maka program pembangunan yang tertuang dalam APBN akan dapat
dijalankan dengan sumber penerimaan dari sektor perpajakan. Pajak yang telah
dibayar oleh masyarakat salah satunya digunakan untuk membiayai pendidikan di
Indonesia, membangun gedung sekolah, mendanai Bantuan Operasional Sekolah,
maupun untuk membeli buku-buku pelajaran agar jutaan anak Indonesia dapat
terus bersekolah.
Keempat, pelanggaran hak-hak asasi manusia dalam kehidupan bernegara di
Indonesia ditandai dengan melemahnya penghargaan seseorang terhadap hak
pihak lain. Kasus-kasus pelanggaran HAM yang dilaporkan diberbagai media,
seperti penganiayaan terhadap pembantu rumah tangga, penelantaran anak-anak
yatim oleh pihak-pihak yang seharusnya melindungi, kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT), dan lain-lain. Kesemuanya itu menunjukkan bahwa kesadaran
masyarakat terhadap nilai-nilai pancasila sebagai sistem etika belum berjalan
maksimal. Oleh karena itu, di samping diperlukan sosisalisasi sistem etika
pancasila, diperlukan pula penjabaran sistem etika ke dalam peraturan perundang-
undangan tentang HAM (Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM).
Kelima, kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap berbagai aspek
kehidupan manusia, seperti kesehatan, kelancaran penerbangan, nasib generasi
yang akan datang, global warming, perubahan cuaca, dan lain sebagainya. Kasus-
kasus tersebut menunjukkan bahwa kesadaran terhadap nilai-nilai pancasila
sebagai sistem etika belum mendapat tempat yang tepat di hati masyarakat.
19
Masyarakat Indonesia dewasa ini cenderung memutuskan tindakan berdasarkan
sikap emosional, mau menang sendiri, keuntungan sesaat, tanpa memikirkan
dampak yang ditimbulkan dari perbuatannya. Contoh yang paling jelas adalah
pembakaran hutan di Riau sehingga menimbulkan kabut asap. Oleh karena itu,
pancasila sebagai sistem etika perlu diterapkan ke dalam peraturan perundang-
undangan yang menindak tegas para pelaku pembakaran hutan, baik pribadi
maupun perusahaan yang terlibat. Selain itu, penggiat lingkungan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara juga perlu mendapat
penghargaan.
20
3.3.1 Sumber historis
Pada zaman Orde Lama, Pancasila sebagai sistem etika masih berbentuk
sebagai Philosofische Grondslag atau Weltanschauung. Artinya, nilai-nilai
Pancasila belum ditegaskan ke dalam sistem etika, tetapi nilai-nilai moral telah
terdapat pandangan hidup masyarakat. Masyarakat dalam masa orde lama telah
mengenal nilai-nilai kemandirian bangsa yang oleh Presiden Soekarno disebut
dengan istilah berdikari (berdiri di atas kaki sendiri). Pada zaman Orde Baru,
Pancasila sebagai sistem etika disosialisasikan melalui penataran P-4 dan
diinstitusionalkan dalam wadah BP-7.
Ada banyak butir Pancasila yang dijabarkan dari kelima sila Pancasila
sebagai hasil temuan dari para peneliti BP-7. Berikutr adalah butir butir pancasila
dan cara pengamalannya:
21
g. Berani membela kebenaran dan keadilan.
h. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia. Oleh karena itu, dikembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerja sama dengan bangsa lain.
3. Persatuan Indonesia
a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, keselamatan bangsa dan
bernegara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
c. Cinta tanah air dan bangsa.
d. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang
berbhineka tunggal ika.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawara-tan/ Perwakilan
a. Sebagai warga negara dan warga masyarakat mempunyai kedudukan,
hak, dan kewajiban yang sama dengan mengutamakan kepentingan
negara dan masyarakat.
b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
e. Dengan itikad yang baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil putusan musyawarah.
f. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.
g. Putusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan, dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
22
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
a. Mengembangkan perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
b. Bersikap adil.
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d. Menghormati hak-hak orang lain.
e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
f. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
g. Tidak bersifat boros.
h. Tidak bergaya hidup mewah.
i. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
j. Suka bekerja keras.
k. Menghargai hasil karya orang lain.
l. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.
23
dalam hal bermusyawarah memakai prinsip “bulat air oleh pembuluh, bulat kata
oleh mufakat”. Masih banyak lagi mutiara kearifan lokal yang bertebaran di bumi
Indonesia ini sehingga memerlukan penelitian yang mendalam.
Anda diminta mencari dan menggali sumber sosiologis tentang berbagai
kearifan lokal di Indonesia yang terkait dengan sistem etika berdasarkan sila-sila
Pancasila. Kemudian, mendiskusikan dalam kelompok Anda berbagai bentuk
kearifan lokal (local wisdom) dan hambatan lokal (local constraint) dalam
kelompok etnis tertentu.
24
Selain itu, pancasila juga memiliki beberapa nilai yang berhubungan dengan
etika yang diantaranya adalah:
25
Dari sini dapat disimpulkan bahwa sebagai bangsa yang besar sudah
sepantasnya seluruh masyarakat Indonesia untuk senantiasa menjujnjung etika dan
moral dalam segala kondisi. Hal ini karena etika sudah menjadi darah daging dan
sangat kental kaitannya dengan pancasila yang merupakan ideologi bangsa
Indonesia.
26
1. Tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Lama berupa
sikap otoriter dalam pemerintahan sebagaimana yang tercermin dalam
penyelenggaraan negara yang menerapkan sistem demokrasi terpimpin. Hal
tersebut tidak sesuai dengan sistem etika Pancasila yang lebih menonjolkan
semangat musyawarah untuk mufakat.
2. Tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Baru terkait
dengan masalah NKK (Nepotisme, Kolusi, dan Korupsi) yang merugikan
penyelenggaraan negara. Hal tersebut tidak sesuai dengan keadilan sosial
karena nepotisme, kolusi, dan korupsi hanya menguntungkan segelintir
orang atau kelompok tertentu.
3. Tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada era Reformasi berupa eforia
kebebasan berpolitik sehingga mengabaikan norma-norma moral. Misalnya,
munculnya anarkisme yang memaksakan kehendak dengan
mengatasnamakan kebebasan berdemokrasi.
27
menerbitkan Sk, Nomor 25/ DIKTI / KEP/ 1985. Dampak dari beberapa kebijakan
pemerintah tentang pelaksanaan penataran P-4, terdapat beberapa perguruan tinggi
terutama perguruan tinggi swasta yang tidak mampu menyelenggarakan penataran
P-4 pola 100 jam sehingga tetap menyelenggarakan mata kuliah pendidikan
pancasila tanpa penataran P-4 pola 45 jam. Dirjen Dikti mengeluarkan kebijakan
yang memperkokoh keberadaan dan menyempurnakan penyelenggaraan mata
kuliah pendidikan pancasila, yaitu :
28
ketersediaan sumber daya. Adapun tantangan yang bersifat eksternal, untuk
memahami dinamika dan tantangan Pancasila pada era globalisasi. Dirjen Dikti
mengembangkan esensi materi pendidikan Pancasila yang meliputi :
1. Pengantar perkuliahan pendidikan Pancasila
2. Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia
3. Pancasila sebagai dasar Negara
4. Pancasila sebagai Ideologi Negara
5. Pancasila sebagai sistem Filsafat
6. Pancasila sebagai sistem etika
7. Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu.
29
berkomitmen dan bertujuan agar dapat memberikan kontribusi terhadap
pelaksanaan kewajiban perpajakan tempat kerja secara baik dan benar.
Demikian bahwa keberadaan pendidikan Pancasila merupakan suatu
program studi di perguruan tinggi. Oleh karena itu, menjadi keharusan Pancasila
disebarluaskan secara benar, antara lain melalui mata kuliah di perguruan tinggi.
Karena mahasiswa sebagai bentuk perubahan muda dimasa depan yang akan
menjadi pembangunan dan pemimpin bangsa dalam setiap tingkatan lembaga-
lembaga di Negara, lembaga daerah dan sebagainya. Dengan demikian,
pemahaman nilai-nilai Pancasila dikalangan mahasiswa amat penting, yang
berprofesi sebagai pengusaha, pegawai swasta, pegawai pemerintah, dan
sebagainya. Semua masyarakat mempunyai peran penting terhadap kejayaan
bangsa di masa depan.
30
masyarakat. Manusia merupakan makhluk yang memiliki etika, yang mana setiap
manusia harus menampakkan dirinya sebagai makhluk yang mampu bersikap dan
bertindak dengan adil dan beradab. Kemanusiaan yang adil terletak pada titik
dimana tidak mengganggu kebebasan orang lain. Sedangkan kemanusiaan yang
beradab terletak pada titik dimana mampu memberikan rasa solidaritas dan saling
tolong menolong sebagai sesama manusia tanpa harus membedakan-bedakan.
Pada sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia, terdapat hakikat bahwa setiap
tindakan dan tingkah laku betujuan untuk mencipkatan rasa persatuan dan
kesatuan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ketika suatu
bangsa memiliki rasa persatuan dan solidaritas yang kuat, maka akan
menempatkan kepentingan bangsa diatas kepentingan individu ataupun kelompok.
Tidak hanya itu, budaya barat ataupun segala hal yang dapat memecah belah
bangsa dapat di hindari oleh rasa persatuan antar warga negara.
Pada sila keempat yaitu Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, terdapat hakikat
mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.
Saat melakukan pengambilan keputusan dalam suatu kelompok akan mensermin
etika yang baik dan sopan seperti, tidak memaksakan kehendak, menghormati dan
menghargai setiap pemikiran ataupun pendapat yang disampaikan orang lain.
Dilakukannya musyawarah bertujuan agar dapat memperoleh suara bulat atau
mufakat untuk menghindari adanya tindakan anarkis ataupun tindakan-tindakan
yang tidak dikehendaki lainnya.
Pada sila kelima yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia,
terdapat hakikat bahwa setiap tindakan yang dilakukan dalam menonjolkan nilai
keadilan sebagai perwujudan dalam sistem etika. Dengan adanya keadilan, maka
akan memberikan tingkat kesejahteraan dan kemakmuran bagi setiap warga
negara. Seluruh kekayaan alam dapat dipergunakan sesuai dengan fungsinya dan
dapat dibagikan sesuai dengan potensi masing-masing. Dengan meningkatnya
kesejahteraan, maka tidak hanya hak untuk hidup saja, tetapi juga adanya
kesetaraan dalam hal pendidikan.
31
3.5.2 Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika
Pancasila sebagai sistem etika terdapat hal-hal penting atau urgent yang
terdapat dalam kelima sila yang saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan,
yang meliputi hal-hal diantaranya: pertama, mampu dalam mengimplementasikan
nilai-nilai yang dimiliki Pancasila sebagai sistem etika. Menjadikan Pancasila
sebagai pedoman mengenai hal yang akan dilakukan dan apabila tidak maka dapat
mengetahui dampak dan akibat karenanya.
Kedua, Pancasila sebagai sistem etika dapat dijadikan sebagai
pengembangan dimensi moralitas dalam diri setiap individu sehingga mampu
dalam menampilkan sikap yang bermoral, spiritual serta beretika dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, mahasiswa dapat mengembangkan
karakter Pancasilais yang dapat diwujudkan dalam berbagai sikap, diantaranya
bersikap jujur, disiplin, bertanggung jawab dan sikap positif lainnya.
Ketiga, Pancasila sebagai sistem etika dapat dijadikan sebagai pedoman
dalam mengambil keputusan ataupun kebijakan oleh perwakilan lembaga negara.
Tidak hanya bagi perwakilan lembaga negara saja, Pancasila juga dapat dijadikan
pedoman oleh setiap warga negara. Setiap keputusan yang diambil harus bisa
mempertanggungjawabkannya baik itu sesuai dengan kaidah hukum ataupun
norma yang berlaku.
Keempat, semakin berkembangnya globalisasi Pancasila dapat dijadikan
sebagai penyaring akan budaya-budaya yang masuk ke dalam lingkungan
kehidupan masyarakat. Dengan memiliki jiwa Pancasila sebagai pedoman dalam
bertindak masyarakat dapat bertindak secara selektif dalam menerima budaya-
budaya luar yang masuk. Masyarakat dapat membedakan budaya dan kegiatan
yang dapat diadopsi ataupun yang seharusnya tidak diadopsi atau tidak dianutkan.
32
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pancasila sebagai sistem etika berfungsi mengatur pola kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.di dalam pancasila terdapat nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Hal tersebut
dapat membentuk perilaku masyarakat Indonesia dalam menjalankan
kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Pancasila sebagai sistem etika dapat mengatur perilaku kehidupan
sehingga pelanggaran norma-norma kehidupan bernegara seperti korupsi,
(penyalah guunaan kekuasaan dapat di hapuskan).
4.2 Saran
1. Penerapan pancasila diharapkan dapat dilaksanakan dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara, sehingga pola kehidupan masyarakat teratur
dan manusiawi.
2. Diharapkan pembaca dapat memahami bahwasannya pancasila berperan
sebagai sistem etika kehidupan dan mengatur pola kehidupan masyarakat.
33
DAFTAR PUSTAKA