Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

MATERI PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

DOSEN PENGAMMPU : Dr. Mangido Nainggolan, S.Th., M.Si.

Oleh:

Kelompok 2
Rein Zafero (6223111133)
Pardomuan H Simalango (6223111104)
Rijal ananda batubara (6223111027)
Ody alfonsius ginting (6233111026)

Kelas : PJKR C 22

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis
Panjatkan ke Hadirat Allah
SWT karena berkat
limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyusun makalah ini
tepat
pada waktunya. Makalah yang
berjudul “Pancasila” ini
membahas tentang nilai – nilai
Pancasila. Dalam penyusunan
makalah ini, penulis
banyak mendapat tantangan
dan
hambatan akan tetapi dengan
bantuan dari berbagai pihak
tantangan itu bisa teratasi.
Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang
telah membantu dalam
penyusunan makalah ini,
semoga
bantuannya mendapat
balasan yang setimpal dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis
menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari
bentuk
penyusunan maupun
materinya. Kritik konstruktif
dari pembaca sangat
penulis
harapkan untuk
penyempurnaan makalah
selanjutnya. Akhir kata
semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat
kepada kita sekalian.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis
Panjatkan ke Hadirat Allah
SWT karena berkat
limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyusun makalah ini
tepat
pada waktunya. Makalah yang
berjudul “Pancasila” ini
membahas tentang nilai – nilai
Pancasila. Dalam penyusunan
makalah ini, penulis
banyak mendapat tantangan
dan
hambatan akan tetapi dengan
bantuan dari berbagai pihak
tantangan itu bisa teratasi.
Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang
telah membantu dalam
penyusunan makalah ini,
semoga
bantuannya mendapat
balasan yang setimpal dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis
menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari
bentuk
penyusunan maupun
materinya. Kritik konstruktif
dari pembaca sangat
penulis
harapkan untuk
penyempurnaan makalah
selanjutnya. Akhir kata
semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat
kepada kita sekalian.
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena


berkatlimpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
tepatpada waktunya. Makalah yang berjudul “Pancasila” ini membahas tentang nilai –
nilaiPancasila. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan
danhambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnyakepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
semogabantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulismenyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentukpenyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulisharapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah
inidapat memberikan manfaat kepada kita sekalian
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila memiliki peran - peran yang sangat penting bagi masyarakat berbangsa
danbernegara di Indonesia. Peran Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila sebagai cita –
citabangsa, Pancasila sebagai pedoman atau landasan hidup bagi bangsa Indonesia, dan
Pancasilasebagai jiwa bangsa Indonesia. Pancasila sebagai sistem etika tujuannya
untukmengembangkan dimensi moral pada setiap individu sehingga dapat mewujudkan sikap
yangbaik dalam berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
Menurut Aristoteles, pengertian etika menjadi dua yaitu Terminius Technikus
danManner and Custom. Terminius Technikus merupaka etika yang dipelajari
sebagai ilmupengetahuan yang mempelajari suatu problema tindakan atau perbuatan
manusia. SedangkanManner and Custom merupakan suatu pembahasan etika yang
berhubungan atau berkaitandengan tata cara dan adat kebiasaan yang melekat dalan kodrat
manusia atau in herent inhuman nature yang sangat terkait denag arti baik dan buruk suatu
perilaku, tingkah laku atauperbuatan manusia.
Etika Pancasila adalah cabang yang terkandung dalam sila Pancasila digunakan
untukmengatur kehidupan masyarakat berbangsa, dan bernegara di Indonesia.
Dalam etikaPancasila dikemukakan nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,
dan keadilan.
B. Rumusan Masalah
 Pengertian Sistem Etika
 Pancasila Sistem Etika
 Perlunya Pancasila sebagai Sistem Etika
 Pancasila sebagai Sistem Etika Politik Indonesia
 Dinamika dan Tantanga Pancasila sebagai Sistem Etika

C. Tujuan
 Untuk mengetahui Konsep Pancasila sebagai Sistem Etika.
 Untuk mengetahui Alasan dan Argumen tentang Dinamika Pancasila sebagai Sistem
Etika.
 Untuk mengetahui Tantangan dan Esensi Pancasila sebagai Sistem Etika

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika Dan Etika Politik Indonesia


Apa itu etika? Dalam percakapan sehari-bari dan dalam berbagai tulisan sangat sering
seseorang menyebut istilah etika, meskipun sangat sering pula seseorang menggunakannya
secara tidak tepat. Sebagai contoh penggunaan istilah 'etika pergaulan, etika juralistik, etika
kedokteran' dan lain-lain, padahal yang dimaksud adalah etiket, bukan etika. Etika harus
dibedakan dengan etiket, Etika adalah kajian ilmiah terkait dengan etiket atau moralitas.
Dengan demikian, maka istilah yang tepat adalah etiket juralistik, etiket kedelte, etiket
juralistik, etiket kedokteran, dan lain-lain. Etiket secara sederhana dapat diarikan sebagai.
aturan kesusilaan/sopan santun. Seperti yang dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Moeljono, dkk., 1988: 237) membedakan antara etiket dengan etika. Etiket
tatacara dalam masyarakat beradab dalam memelihara hubungan baik antara sesama manusia
Sedangkan etika adalah; (a) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak
dan kewajiban moral (akhlak). (b) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
Perbedaan etiket etika, ada empat perbedaannya yaitu sebagai berikut.
1. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan haruş dilakukan manusia.
2. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Bila tidak ada orang lain hadir atau tidak ada
saksi mata, etiket tidak berlaku.
3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan,bisa saja
dianggap sopan dalam kebudayaan lain.
4. Jika kita berbicara tentang etiket, kita hanaya memandang manusia dari segi labiriah
saja, sedangkan etika menyangkut manusia dari segi dalam
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa etika adalah suatu ilmu tentang
perilaku atau moral manusia yang berhubungan dengan perilaku baik atau perilaku buruk,
yang sering orang menyebut etika dengan istilah moral
Jika etika berhubungan dengan moralitas maka istilah 'etika' dapat dilakukan melaluí
bermacam-macam pendekatan untuk memahaminya yaitu etika deskriptif, etika normatif, dan
melaetika.
1. Eika deskriptif yaitu bidang etika ang berusaha menjelaskan pengalaman secara
deskriptif melukiskan dan tidak memberikan penilaian.
2. Etika noratif yaitu membahas tentang perkembangan yang dapat diterima tentang apa
yang harus dilakukan, berhubungan dengan penilaian dengan perilaku manusia
3. Metactika yaitu pemahaman tentang istilah-istilah atau dipakai dalam memberikan
penjelasan tentang etika.

B. pancasila Sebagai Sistem Etika


Pancasila pada hakikatnya adalah satu kesatuan nilai yang di dalamnya mengandung
nilai dasar yakni Ketubanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi-kerakyatan, dan keadilan.
Nilai-nilai Pancasila itu merupakan pilihan-pilihan nilai yang digunakan dasar atau landasan
dalam kehidupan berbangsa dan bermegara Indonesia. Setiap warga negara Indonesia
hendaknya menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila. Menjunjung tinggi artinya ada kemajuan
dan kesediaan warga masyarakat Indonesia untuk menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai
landasan dan pengarah tingkah lakunya dalam kehidupan berbamgsa dan bernegara.
Pancasila sebagai sistem etika artinya Pancasila sebagai sarana orientasi bagai usaha manusia
Indonesia untuk menjawab suatu pertanyaan yang amat fundamental: bagaimana saya harus
hidup dan berindak dalam berinteraksi dengan sesama manusia dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara (Margono, dkk., 2002: 72).
Pancasila sebagai sistem etika berarti Pancasila merupakan kesatuan sila-sila Pancasila, sila-
sila Pancasila itu saling berhubungan, saling berja sama untuk suatu tujuan tertentu dan
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Pancasila sebagai sistem tika,
bertujuan untuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, bebangsa,
dan bernegara (Taniredja, dkk., 2012: 72).
Etika yang dijiwai nilai-nilai sila-sila Pancasila merupakan etika Pancasila, yang meliputi:
a. Eika yang dijiwai oleh nilai-nilai dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa, merupakan
etika yang berlandasakan pada kepercayaan dan ketaqwaan kepada Tuban Yang Maha
Esa.
b. Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai dari sila Kemanusiaan yang adil dan beradab
merupakan ctika yang menujunjung tinggi nilai-nilai kemanusian.
c. Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai dari sila Persatuan Indonesia, merupakan etika yang
menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselematan bangsa dan
negara di atas kepentingan pribadi dan golongan
d. Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai dari sila Kerakyatan yang dipimpin
permusyarawatan/perwakilan, dalam hikmat kebijaksanaan oleh merupakan etika
yang menghargai kedudukan, hak dan kewajiban warga masyarakat/warga negara,
sehingga tidak memaksakan pendapat dan kehendak orang lain.
e. Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai dari sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, merupakan etika yang menuntun manusia untuk mengembangkan sikap
adil terhadap sesama manusia, mengembangkan perbuatan-perbuatan-perbuatan uhur
yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong royongan.

C. Perlunya Pancasila Sebagai Sistem Etika


Perlunya Pancasila sebagai bermasyarakat, bebangsa, dan bernegara bertujuan untuk:
(a) memberikan landasan etik moral bagi seluruh komponen bangsa dalam menjalankan
kehidupan kebangsaan dalam berbagai aspek; (b) menentukan pokok-pokok etika kehidupan
berbangsa, bemegara, dan bermasyarakat; dab (c) menjadi kerangka acuan dalam
mengevaluasi pelaksanaan nilai-nilai etika dan moral dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara (Winamo, 2012:85-86).
Etika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara sebagaimana dituangkan dalam
Ketetapan MPR No. VIMPR/Tahun 2001 tentang etika kehidupan berbangsa meliputi etika
sebagai berikut.

1. Etika Sosial dan Budaya


Etika Sosial dan Budaya bertolak dari rasa kemanusiaan mendalam dengan
menampilkan kembali sikap jujur, saling peduli, yang saling memahami, saling
menghargai, saling mencintai, dan saling menolong diantara eueses mamusia dan
warga bangsa.
2. Etika Politik dan Pemerintahan
Etika Politik dan Pemerintahan dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang
bersih, efisien, dan efektif serta menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang
bercirikan keterbukaan, rasa bertanggung jawab, tanggap akan aspirasi rakyat,
menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan, kesediaan untuk menerima pendapat
yang lebih benar, serta
menjunjung tinggi hak asasi manusia dan keseimbangan hak dan kewajibandalam
kehidupan berbangsa.
3. Etika Ekonomi dan Bisnis
Etika Ekonomi dan Bisnis dimaksudkan agar prinsip dan perilaku ekonomi dan bisnis,
baik oleh perseorangan, institusi, maupun pengambil keputusan dalam bidang
ekonomi dapat melahirkan kondisi dan realitas ekonomi yang bercirikan persaingan
yang jujur, berkeadilan, mendorong berkembangnya etos kerja ekonomi, daya tahan
ekonomi dan kemampuan saing, dan terciptanya suasana kondusif untuk
pemberdayaan ekonomi yang berpihak kepada rakyat kecil melalui kebijakan secara
berkesinambungan.
4. Elika Penegakan Hukum yang Berkeadilan
Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan dimaksudkan untuk menumbuhkan
kesadaran bahwa tertib sosial, ketenangan dan keteraturan bidup bersama hanya dapat
diwujudkan dengan ketaatan terhadap hukum dan seluruh peraturan yang berpihak
kepada keadilan. Keseluruban aturan hokum yang menjamin tegaknya supremasi dan
kepastian hukum sejalan dengan upaya pemenuhan rasa keadilan yang hidup dan
berkembang di dalam masyarakat.
5. Etika Keilmuan
Etika Keilmuan dimaksudkan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, ilmu
pengetahuan dan teknologi agar warga bangsa bangsa mampu menjaga harkat dan
martabatnya, berpihak kepada kebenaran untuk mencapai kemaslahatan dan kemajuan
sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya.
6. Elika Lingkungan
Etika Lingkungan menegaskan pentingnya kesadaran menghargai dan melestarikan
lingkungan hidup serta penataan tata ruang secara berkelanjutan dan
bertanggungjawab.

D. Pancasila Sebagai Etika Politik Indonesia


Pancasila merupakan dasar etika politik bagi bangsa Indonesia. Hal ini mengandumg
pengertian nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila menjadi sumber etika
politik yang harus selalu mewarai dan diamalkan dalam kehidupan politik bangsa Indonesia
baik oleh rakyat ataupun oleh penguasa. Oleh karena itu dapat dikatakan kehidupan politik
yang meliputi berbagai aktivitas politik dinilai etis, jika selalu berpijak pada Ketuhanan Yang
Maba Esa, kemanusian yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yan dipimpin
oleh hikmah kebijaksaaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta selału ditujukan untuk
mencapai keadilan permusyawaratan/perwakilan serta selału ditujukan untuk mencapai
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, ctika politik menuntut agar
kekuasaan dalam negara dijalankan sesuai dengan asas legalitas (legitimasi hukum), yaitu
dijalankan sesuai dengan hukum yang berlaku; disahkan dan dijalankan secara demokrastis
(legitimasi demokrasi), dan dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip moral (egitimasi moral)
(Suseno, 2001: 115) Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki tiga dasar tersebut.
Dalam pelaksanaan penyelenggaraan negara, baik it yang kekuasaan, kebijakan umum,
pembagian serta berhubungan dengan kewenangan harus berdasarkan prinsip-prinsip yang
terkandung dalam Pancasila. Dengan demikian, Pancasila merupakan sumber moralitas
dalam dalam proses penyelenggaraan negara, terutama dalam hubunganya dengan legitimasi
kekuasaan dan hukum. Pelaksanaan kekwasaan dan penegakkan hukum dinilai bermoral jika
selalu berdasarkan Pancasila, bukan berdasarkan kepentingan penguasa belaka. Jadi Pancasila
merupakan tolok ukur moralitas suatu penggunaan kekuasaan dan penegakkan hokum.
E. Dinamika Dan Tantangan Pancasila Sebagai Sistem Etika
Problem implementasi etika dewasa ini menurut Mahfud MD (2012:5-9) karena
adanya pengabaian moral dan etika berlangsung secara massif di hampir semua segi
kehidupan berbangsa dan bernegara. Etika mengalamai proses marginalisasi secara serius
sedemikian ruga. Pergeseran nilai akibat transaksi informasi global dan pola piker pragmatis-
materialisme telah berimbas pada peminggiran etika. Di pentas politik, etika politik sudah
lama tiarap. Di bidang pemerintaban, etika aparat pemerintahan semakin merosot.
Di bidang sosial, etika dalam pergaulan antarsesama warga semakin tergerus oleh
berbagai bal, mulai dari pergeseran nilai sebagai imbas modernitas derasnya arus informasi
yang tak terbendung, sampai menyeruaknya kembali politik identitas. Di bidang hukum, yang
terjadi sekarang adalah hokum dibuat dan titegakkan tanpa bertumpu pada etika, moral, dan
hati, dan natı nurani sehingga menjauhi rasa keadilan, Sejak terjadinya krisis multi dimensi,
muncul ancaman yang serius terhadap persatuan dan kesatuan bangsa dan terjadinya
kemunduran dalam pelaksanaan etika politik, yang melatarbelakangi munculnya TAP MPR
No VI Tahun 2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa. Krisis multi dimensi mengakibatkan
terjadinya konflik sosial yang berkepanjangan, demonstrasi dimana-mana, munculnya
keinginan rakyat untuk integrasi bangsa, dan lain-lain. Hal ini akibat dari menurunnya sikap
sopan santun dan budi lubur dalampergaulan sosial, menurunnya tingkat kejujuran dan sikap
amanah dalam kehidupan berbangsa, pengabaian terhadap ketentuan hukum dan peraturan
yang dibabkan oleh faktor-faktor dari dalam maupun luar negeri (Pasaribu, 2013: 46). Faktor-
faktor dari dalam negeri antara lain:
a) Melemahnya penghayatan dan pengamalan ajaran agama di kalangan aparatur, serta
munculnya pemahaman ajaran agama yang sempit dan keliru.
b) Sistem sentralisasi pemerintah di -masa lalu yang mengakibatkan terjadinya
penumpukan kekuasaan di pusat dan pengabaian kepentingan daerah.
c) Tidak berkembangnya pemahaman dan penghargaan atas kebhinnekaan dan
kemajmukan dalam kehidupan berbangsa.
d) Terjadinya ketidak-adilan ekonomi dalam lingkup yang luas dan dalam kurun waktu
yang panjang, sehingga melewati ambang batas kesabaran masyarakat.
e) 5.Kurangnya keteladanan dalam sikap dan prilaku sebagian pemimpi bangsa.
f) Tidak berjalannya penegakan hukum secara optimal, dan lemahnya kontrol sosial
dalam mengendalikan perilaku yang menyimpang dari etika.
g) Terjadinya pembatasan kemampuan budaya lokal, daerah dan nasional dalam
merespon pengaruh negatif dari budaya luar
h) Meningkatnya prostitusi, pomnografi, perjudian, serta pemakaian, peredaran dan
penyeludupan narkotika
Sementara faktor-faktor dari luar negeri meliputi :
a) Pengaruh globalisasi kehidupan.
b) Makin kuatoya intensitas intervensi kekuatan global dim perumusan kebijakan
nasional.
F. Makna Dan Aktualisasi Sila-Sila Pancasila Dalam Bernegara
1. Makna dan Aktualisasi Sila Ketuahanan Yang Maha Esa Dalam Kehidupan Bernegara
Ketuhanan yang Maha Esa mengandung pengertian dan keyakinan adanya Tuhan yang
Maha Esa, pencipta alam semesta beserta isinya Keyakinan adanya Tuhan yang maba Esa
itu bukanlah suatu dogma atau kepercayaan yan tidak dapat dibuktikan kebenarannya
melalui akal pikian,. melainkan suatu kepercayaan yang berakar pada pengetahuan yang
benar yang dapat diuji atau dibuktikan melalui kaidah-kaidah logika

2. Makna dan Aktualisasi Sila Kemanusiaan Yang Adil dan BeradabDalam Kehidupan
Bernegara
Kemanusiaan yang adil dan beradab menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan
mengajarkan untuk menghormati harkat martabat manusia dan menjamin hak-hak asasi
manusia. Nilai ini didasarkan pada kesdaran bahwa manusia adalah sederajat, maka
bangsa Indonesia merasa dirinya bagian dari seluruh umat manusia, karena itu
dikembangkanlah sikap hormat- menghormati dan bekerja sama dengan bangsa-bangsa
lain.
Kemanusiaan yang bearadab mengandung bahwa pembentukan hukum harus
menunjukkan karakter dan ciri-ciri hukum ari masunia yang beradab. Hukum baik yang
berupa perundang-undangan dan setiap putusan hukum harus sesuai dengan nilai-nilai
kemanusiaan. Perlakuan terhadap manusia dalam Pancasila berarti menempatkan
sekaligus memperlakukan setiap manusia Indonesia secara adil dan beradab.
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang
didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma
dan kebudayaan umumnya. Pada prinsipnya, Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah
sikap dan perbuatan manusia yang sesuai dengan kodrat hakikat manusia yang berbudi,
sadar nilai dan berbudaya.

3. Makna dan Aktualisasi Sila Persatuan Indonesia Dalam Kehidupan


Bernegara Sila persatuan Indonesia, mengandung pemahaman hukum bahwa setiap
peraturan hukum mulai undang-undang hingga putusan pengadilan harus mengacu pada
terciptanya sebuah persatuan warga bangsa. Pesatuan Indonesia merupakan implementasi
Nasionalisme, bukan Chauvinisme dan menuju pada Nasionalisme menyendiri. Yang
kebangsaan bukan kekeluargaan bangsa-bangsa, menuju persatuan dunia, menuju
persaudaraan dunia, Nasionalisme dan intemasionalisme menjadi satu terminologi, yaitu
Sosio Nasionalisme.

4. Makna dan Aktnalisasi Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan Dalam Kehidupan Bernegara Makna yang terkandung
dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah sebagai berikut:

1) Hakikat sila ini adalah demokrasi. Demokrasi dalam arti umum, yaitu pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Secara sederhana, demokrasi yang dimakud
adalah melibatkan segenap bangsa dalam pemerintahan baik yang tergabung dalam
pemerintahan dan-kemudian adalah peran rakyat yang diutamakan.
2) Permusyawaratan. Artinya, mengusahakanputusan secara bulat, dan sesudah itu
diadakan tindaķan bersama. Di sini terjadi simpul yang penting, yaitu mengusahakan
keputusan secar bulat. Bulat yang dimaksud adalah hasil yang mufakat, artinya
keputusan itu diambil dengan kesepakatan bersama.
3) Dalam melaksanakan keputusan diperlukankejujuran bersama. Dalam hal ini perh
diingat.babwa keputusan bersama. Dalam hal ini perlu diingat bahwa keputusan
bersama dilakukan secara bulat sehingga membawa konsekuensi adanya kejujuran
bersama: Perbedaan secara umum demokrasi di Barat dan di Indonesia, yaitu terletak
pada permusyawaratan, Permusyawaratan diusahakan agara dapat menghasilkan
keputusan-keputusan yang diambil secara bulat.

5. Makna dan Aktualisasi Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Dalam
Kehidupan Bernegara
Nilai keadilan sosial mengamanatkan bahwa semua warga Negara memmiliki hak yang
sama dan bahwa semua orang sama di hadapan hukum. Sila keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia mengandung nilai- nilai bahwa ectiap peraturan hukum , baik ndang-
undang maupub putusan pengadilan mencerminkan semangat keadilan. Penegakan
hukum dan keadilan ini ialah wujud kesejahteraan manusia lahirdan batin, sosial dan
moral. Kesejahteraan rakyat lahir batin, terutama terjaminnya keadilan sosial bagi seluruh
rakyat, yaitu sandang, kebebasan beragama/kepercayaan.
Dalam sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila
pertama,kedua, ketiga sampai keempat. Dalam sila ini mengandung nilai yang merupakan
tujuan negara sebagai tujuan dalam hidup bersama. Maka nilai keadilan sosial yang harus
terwujud dalam kehidupan bersama adalah keadilan yang didasari dan dijiwai oleh
hakikat keadilan manusia, Yaitu, keadilan manusia dengan dirinya sendiri, manusia
dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat, bangsa dan negara serta hubungan
manusia dengan Tuhannya.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Etika politik Pancasila adalah suatu proses pengambilan keputusan dan kebijakan
lainnya yang harus dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, karena Pancasila mempunyai nilai yang
sangat fundamental sebagai dasar falsafah Bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum
dalam UUD 1945. Oleh karena itu, setiap warga Negara dan penyelenggara Negara harus
mempelajari, memahami, menghayati dan mengamalkan Pancasila dalam segala bidang
kehidupan berbangsa bernegara dan bermasyarakat, karena Pancasila merupakan suatu
landasan moral etik dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.
SARAN
Menyadari bahwa kami masih jauh dari kata sempurna, untuk ke depannya
kamisebagai penulis akan berusaha untuk membuat makalah dengan lebih baik
lagi.Demikianlah makalah ini kami buat, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuanpembaca sekalian. Kami mohon maaf jika ada kesalahan ejaan dalam penulisan
kata dankalimat yang kurang jelas, kurang dimengerti dan lugas. Dan kami juga
mengharapkansaran dan kritik dari pembaca sekalian demi kesempurnaan makalah

Anda mungkin juga menyukai