Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

Di Susun Oleh :

Kelompok 8 :
Suryandika Awang Juliansah (4122015)
Abiyan Nur (4122024)

Dosen Pengampu
Abdullah Rikza, S.L, M.P

SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG
2022
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puja puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia
dan rahmatNya, kami sebagai penyusunan makalah yang berjudul “Pendidikan Pancasila”
dapat menyelesaikan Makalah dengan deadline yang sudah ditentukan dan berjalan dengan
baik dan lancar, untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan pancasila Yang diberikan
oleh Dosen Bapak Abdullah rikza, s.lp,M.P kepada kami Kelompok delapan. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan yang harus
diperbaiki. Oleh karena itu demi kesempuranaan, kami mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik. Kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi para pembaca pada umumnya.

Jombang, 21 September 2022

Penulis
1. Pengertian Etika
a. Menurut Bahasa
Secara bahasa kata ‘etika’ lahir dari bahasa Yunani ethos  yang artinya
tampak dari suatu kebiasaan. Dalam hal ini yang menjadi perspektif objeknya
adalah perbuatan, sikap, atau tindakan manusia. Pengertian etika secara khusus
adalah ilmu tentang sikap dan kesusilaan suatu individu dalam lingkungan
pergaulannya yang kental akan aturan dan prinsip terkait tingkah laku yang
dianggap benar.
Sedangkan pengertian etika secara umum adalah aturan, norma,
kaidah, ataupun tata cara yang biasa digunakan sebagai pedoman atau asas
suatu individu dalam melakukan perbuatan dan tingkah laku. Penerapan norma
ini sangat erat kaitannya dengan sifat baik dan buruknya individu di dalam
bermasyarakat.

b. Menurut Para Ahli


Ahmad Amin
Etika adalah suatu ilmu yang menjelaskan hal yangberkenaan dengan
arti baik dan buruk serta apa yang semestinya dilakukan oleh manusia, selain
itu menyatakan sebuah tujuan yang harus dicapai manusia dalam perbuatannya
dan menunjukkan arah untuk melakukan apa yang semestinya dilakukan oleh
manusia.

Aristoteles
Merupakan seorang filsuf asal Yunani dan murid dari Plato
berpendapat dengan membagi etika menjadi 2 pengertian, yakni Terminius
Technicus dan Mannerand Cutom. Terminius Technicus merupakan etika
sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari problema tingkah laku atau
perbuatan individu (manusia), sedangkan Manner and Cutom merupakan
pengkajian etika berkaitan dengan tata cara dan adat yang melekat dalam diri
individu, serta terkait dengan baik dan buruknya tingkah laku, perbuatan,
ataupun perilaku individu tersebut.

Drs. H. Burhanudin Salam


Etika adalah suatu cabang ilmu filsafat yang berbicara mengenai hal
yang berkaitan dengan nilai -nilai dan norma yang bisa menentukan perilaku
manusia dalam kehidupan sehari-hari.

James J. Spillane SJ
Etika merupakan hal mempertimbangkan dan memperhatikan perilaku
manusia dalam mengambil keputusan yang mana hal tersebut berkaitan
dengan moral. Etika lebih tertuju pada penggunaan akal budi manusia dengan
objektivitas dalam menentukan benar, salah, baik dan buruknya serta tingkah
laku seseorang terhadap orang lain.
2. Etika Pancasila
a. Pancasila Sebagai Dasar Etika Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara.
Sebagaimana dipahami bahwa sila-sila Pancasila adalah merupakan suatu
sistem nilai, artinya setiap sila memang mempunyai nilai akan tetapi sila – sila
tersebut saling berhubungan, saling ketergantungan secara sistematik dan diantara
nilai satu sila dengan sila lainnya memiliki tingkatan. Oleh karena itu dalam
kaitannya dengan nilai-nilai etika yang terkandung dalam pancasila merupakan
sekumpulan nilai yang diangkat dari prinsip nilai yang hidup dan berkembang
dalam masyarakat.
Nilai-nilai tersebut berupa nilai religius, nilai adat istiadat, kebudayaan dan
setelah disahkan menjadi dasar Negara terkandung di dalamnya nilai kenegaraan.
Dalam kedudukannya sebagai dasar filsafat Negara, maka nilai-nilai pancasila
harus dijabarkan dalam suatu norma yang merupakan pedoman pelaksanaan
dalam penyelenggaraan kenegaraan, bahkan kebangsaan dan kemasyarakatan.
Terdapat dua macam norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu
norma hukum dan norma moral atau etika. Sebagaimana diketahui sebagai suatu
norma hukum positif, maka pancasila dijabarkan dalam suatu peraturan
perundang-undangan yang ekplisit, hal itu secara kongkrit dijabarkan dalam tertib
hukum Indonesia.
Namun, dalam pelaksanaannya memerlukan suatu norma moral yang
merupakan dasar pijak pelaksanaan tertib hukum di Indonesia. Bagaimanapun
baiknya suatu peraturan perundang-undangan kalau dilandasi oleh moral yang
luhur dalam pelaksanaannya dan Negara, maka tentu saja hukum tidak akan
mencapai suatu keadilan bagi kehidupan kemanusian.
Selain itu, secara kausalitas bahwa nilai-nilai pancasila adalah berifat objektif
dan subjektif. Artinya esensi nilai-nilai pancasila adalah universal yaitu
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Sehingga memungkinkan dapat diterapkan pada Negara lain yang mungkin
saja namanya bukan pancasila. Artinya jika suatu Negara menggunakan prinsip
filosofi bahwa negara berketuhanan, berkemanusiaan, berpersatuan,
berkerakyatan, dan berkeadilan, maka negara tersebut pada hakikatnya
menggunakan dasar filsafat dari nilai sila-sila pancasila.

3. Pancasila sebagai solusi Problematika sosial Bangsa


Soal Peringatan 1 Juni 1945, Mangindaan menjelaskan bahwa pada saat
itu berlangsung peristiwa bersejarah. Kala itu, para pendiri bangsa sedang
bersidang dalam BPUPKI untuk merumuskan dasar negara Indonesia merdeka
yang menuntut segera diwujudkan. "Bung Karno kemudian mengeluarkan lima
prinsip dasar. Dari itu, dirumuskan dan akhirnya menjadi Pancasila sebagai dasar
negara, yang tercantum dalam alinea ke empat pembukaan UUD 1945," imbuh
Mangindaan.
Dalam perjalanannya hingga kini, Pancasila sebagai dasar dan jiwa
bangsa diterima seluruh rakyat Indonesia. Rt Pancasila gampang sekali dicerna
sebab isinya tidak asing untuk rakyat. "Pancasila sudah membuktikan selama ini
telah melampaui ruang dan waktu. Serta menjadi perekat semua komponen
bangsa dan merekatkan juga menjadi pemersatu semua anak bangsa yang sangat
majemuk," ujarnya. Oleh karenanya, Mangindaan menekankan bahwa Pancasila
harus dipelajari terus, digali, dipahami, dan dipraktikkan. Pancasila, menurutnya,
tidak berjiwa statis tapi sangat dinamis. Untuk mencapai itu, butuh konsistensi
masyarakat terutama pemimpin dan pejabat negara menjadikan Pancasila sebagai
landasan berpikir dan membuat kebijakan untuk masyarakat. "Saya mengajak
rakyat, jadikan Pancasila sebagai pedoman hidup dan penyemangat dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara," ucap Mangindaan. Silaturahmi Kebangsaan
digelar dalam bentuk Seminar Ketatanegaraan bertema "Pancasila Ideologi
Bangsaku, Gotong Royong Semangat Negeriku" dengan narasumber Guru Besar
Ilmu Hukum Tata Negara Unpad, Guru Besar Sosiologi UNPAD Prof. Dr.
Ganjar Kurnia dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil.
Daftar Pustaka
-2022 StudeerSnel B.V., Keizersgracht 424, 1016 GC Amsterdam, KVK: 56829787, BTW:
NL852321363B0
-

Anda mungkin juga menyukai