Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI ETIKA DALAM KEHIDUPAN


NASIONAL BANGSA DAN NEGARA

OLEH
LA DINI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK


JURUSAN JURNALISTIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa,
karena dengan limpahan rahmat dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini ”. Shalawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah dan
zaman tidak berakhlaq kepada zaman yang berilmu pengetahuan dan berakhlaq mulia
seperti yang kita rasakan pada saat sekarang ini.
Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak dosen pembimbing yang telah
membimbing dan mempercayakan kami untuk membuat makalah ini. Karena tanpa
bimbingan bapak, kami tidak bisa menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan
dari teman-teman mahasiswa untuk melengkapinya dari sumber-sumber lain yang
sesuai dan bagi bapak Pembina/bapak dosen yag melihat kekurangan dari makalah
penulis ini, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun
guna penyusunan makalah yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat berguna dan memberi manfaat bagi kami
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Kendari, 7 Oktober 2023

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap negara di dunia memiliki dasar negaranya sendiri yang digunakan


sebagai acuan dalam kehidupannya sehari-hari. Masing-masing dasar negara dari
berbagai Negara di dunia memiliki ciri khas tersendiri sesuai dengan
karakteristik negara tersebut. Seperti Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
yang juga menjadi identitas Indonesia di mata dunia. Pancasila juga sebagai
sumber dari segala sumber hukum menurut UUD 1945 (Berbangsa & Susanto,
2016).
Pada hakikatnya, Pancasila bukan hanya hasil dari sebuah perenungan serta
pemikiran para tokoh pendiri bangsa, melainkan juga sebagai ideologi negara
yang diangkat dari kebudayaan, adat istiadat, serta kebiasaan leluhur Indonesia.
Dalam kata lain, Pancasila berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang kemudian
dijadikan pandangan hidup untuk mencapai tujuan bersama. Pancasila juga
memuat norma-norma mendasar yang digunakan sebagai tolak ukur dalam
memandang dan menentukan segala bentuk penyelenggaraan negara oleh
pemerintah dan masyarakat (Cholisin, 2012). Lima sila Pancasila memiliki nilai-
nilai luhur bangsa Indonesia sehingga harus dipahami serta diimplementasikan
oleh setiap warga negara Indonesia. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam
Pancasila tersebut bersifat mengikat setiap tatanan kehidupan bermasyarakat.
Nilai-nilai tersebut juga menjadikan Pancasila sebagai ideologi Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Selain sebagai pandangan hidup dan ideologi negara, Pancasila juga memiliki
system etika sebagai bentuk pengimplementasian Pancasila dalam segala aspek
kehidupan. Sistem etika tersebut berasal dari gagasan nilai-nilai pancasila. Sistem
etika Pancasila memiliki konsep yang berfungsi sebagai pandangan dalam
menyelesaikan permasalahan yang mengakar di Indonesia secara rasional. Sebab
permasalahan-permasalahan tersebut berasal dari kurangnya perhatian terhadap
pengimplementasian Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penulisan makala ini sebagai berikut.

1. Apakah Pengertian Dari Etika ?


2. Apa Pengertian Pancasila Sebagai System Etika
3. Bagaimana Urgensi Etika Pancasila Bagi Kehidupan Bangsa

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah ini sebagai


berikut.

1. agar mahasiswa lebih memahami pengertian dari etika


2. untuk mengetahui pengertian pancasila sebagai system etika
3. untuk mengetahui urgensi etika pancasila bagi kehidupan bangsa
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Pancasila

Seperti yang sudah diketahui bahwa Pancasila merupakan bentukan dari dua
kata yang berasal daru Bahasa Sansekerta, yakni Panca dan Sila. Panca memiliki
arti lima dan sila berarti dasar. Sehingga jika digabungkan Pancasila adalah lima
dasar. Dasar yang dimaksud yakni Pancasila sebagai dasar negara Republik
Indonesia yang berjumlah lima. Hal ini sejalan dengan arti terminology menurut
Sukarno pada sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Pancasila juga
merupakan hasil pemikiran secara mendalam para tokoh pendiri bangsa yang
kemudian sepakat menjadikan lima butir Pancasila sebagai landasan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara (Mubarok, 2017). Pancasila dinilai sudah
ada sejak zaman dahulu dan tidak dibentuk dengan begitu saja. Pancasila
dibentuk oleh sejarah dan kebiasaan adat istiadat masyarakat Indonesia, seperti
gotong royong, kebersamaan, serta nilai ketuhanan walaupun kepercayaan yang
dianut berbeda dengan masyarakat Indonesia pada zaman sekarang. Pada saat itu,
pembentukan Pancasila sebagai dasar negara bertujuan agar selalu dihormati,
dihargai, dijaga, serta diimplementasikan oleh setiap individu masyarakat tanpa
adanya keraguan (Habibullah, 2019).
2. Etika
Etika dalam bahasa Yunani adalah Ethos yang merupakan istilah untuk
perasaan, kebiasaan, adat istiadat, watak, serta cara berpikir untuk melakukan
suatu perbuatan atau tindakan yang baik atau buruk, sedangkan dalam pengertian
etimologisnya etika merupakan ilmu yang membahas tentang segala kebiasaan
atau adat istiadat. Sementara itu, dalam bahasa prancis yakni Etiquete yang
memiliki arti sebuah peraturan yang mengatur dan menetapkan segala tingkah
laku dalam kehidupan sosial atau kehidupan dengan orang lain (Hudiarini, 2017).
Masyarakat Indonesia lebih mengenal etika sebagai tatakrama yang mengacu
kepada sebuah kajian mengenai segala perilaku yang sifatnya baik dan bersifat
dapat diterima oleh masyarakat. Masyarakat umumnya bependapat bahwa
prinsip-prinsip etika diantaranya:

1. Kejujuran

2. Integritas

3. Komitmen

4. Adil

5. Peduli

6. Bertanggung jawab

7. Menaati apa yang telah disepakati

Etika juga dipandang sebagai filsafat moral yang berarti pemikiran yang
rasional tentang mengapa dan bagaimana manusia harus menjalankan moralitas
tertentu serta bagaimana manusia dapat bertanggung jawab atas perbuatan
moralitas tersebut (Subekti, 2013).

3. Pancasila Sebagai Suatu Sistem Etika

Pancasila sebagai sistem etika berarti mendasarkan penilaian baik dan


buruk pada nilai-nilai Pancasila, yakni nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Suatu perbuatan disebut baik bukan
hanya bila bertentangan dengan nilai-nilai tersebut, tapi, juga sesuai dan
mempertinggi nilai-nilai Pancasila itu. Walaupun nilai-nilai Pancasila
merupakan kristalisasi nilai yang hidup dalam realitas kehidupan bangsa
Indonesia, namun, nilai-nilai tersebut sebenarnya juga bersifat universal dan
dapat diterima oleh siapapun dan kapanpun. Mengacu pada nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya, Pancasila dapat menjadi sistem etika yang sangat
kuat. Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang ada tidak hanya bersifat mendasar,
namun, juga realistis dan dapat diterapkan. Makna Pancasila sebagai sistem
etika berkaitan dengan nilai-nilai yang sangat mendasar dalam kehidupan
manusia. Nilai yang pertama adalah ketuhanan. Secara hierarki, nilai ini
merupakan nilai tertinggi karena menyangkut nilai yang bersifat mutlak.
Seluruh nilai kebaikan diturunkan dari nilai ketuhanan. Suatu perbuatan dapat
dikatakan baik jika tidak bertentangan dengan nilai, kaedah dan hukum tuhan.
Nilai kedua, yakni kemanusiaan. Prinsip pokok dalam nilai kemanusiaan
Pancasila adalah keadilan dan keadaban. Suatu perbuatan disebut baik apabila
sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang didasarkan pada konsep keadilan
dan keadaban. Selanjutnya, nilai yang ketiga, yaitu persatuan. Perbuatan dapat
dikatakan baik apabila tidak hanya berlandaskan satu nilai, tetapi juga harus
dapat memperkuat persatuan dan kesatuan. Nilai keempat adalah kerakyatan.
Dalam nilai kerakyatan, terkandung nilai lain yang sangat penting, yaitu nilai
hikmat/kebijaksanaan dalam permusyawaratan. Nilai-nilai ini berorientasi
pada tindakan yang mengandung nilai kebaikan tertinggi. Berdasarkan nilai
kerakyatan, suatu perbuatan belum tentu baik jika disetujui atau bermanfaat
untuk orang banyak. Akan tetapi, perbuatan itu dapat disebut baik jika atas
dasar musyawarah yang di dasarkan pada konsep hikmah/kebijkasanaan. Nilai
yang kelima, yakni keadilan. Apabila kata adil pada sila kedua mengacu pada
manusia selaku individu, maka nilai keadilan pada sila kelima lebih diarahkan
pada konteks sosial. Suatu perbuatan dikatakan baik jika sesuai dengan prinsip
keadilan masyarakat luas. Nilai keadilan menjadikan setiap individu sebagai
partner yang bebas dan sama derajatnya.
4. Aliran – Aliran Etika

Ada beberapa aliran etika yang dikenal dalam bidang filsafat, meliputi :

a. Etika Keutamaan (Etika Kebajikan)


Etika Keutamaan (Etika Kebajikan) adalah teori yang mempelajari
keutamaan (virtue), artinya mempelajari tentang perbuatan manusia itu baik
atau buruk. Etika kebajikan ini mengarahkan perhatiannya kepada
keberadaan manusia, lebih menekankan pada “Saya harus menjadi orang yag
bagaimana ?”. Beberapa watak yang terkandung dalam nilai keutamaan
adalah baik hati, ksatriya, belas kasih, terus terang, bersahabat, murah hati,
bernalar, percaya diri, penguasaan diri, sadar, suka bekerja bersama, berani,
santun, jujur, terampil, adil, setia, bersahaja, disiplin, mandiri, bijaksana,
peduli, dan tolersn.
b. Etika Teleologis
Etika Teleologis adalah teori yang menyatakan bahwa hasil dari
tindakan moral menentukan nilai tindakan atau kebenaran tindakan dan
dilawankan dengan kewajiban. Seseorang yang mungkin berniat sangat baik
atau mengikuti asas – asas moral yang tertinggi, akan tetapi hasil tindakan
moral itu berbahaya atau jelek, maka tindakan tersebut dinilai secara moral
sebagai tindakan yang tidak etis. Etika teleologis ini menganggap nilai moral
dari suatu tindakan dinilai berdasarkan pada efektivitas tindakan tersebut
dalam mencapai tujuannya. Etika teleologis ini juga menganggap bahwa di
dalamnya kebenaran dan kesalahan suatu tindakan dinilai berdasarkan tujuan
akhir yang diinginkan. Aliran-aliran etika teleologis, meliputi eudaemosisme,
hedonism, utilitarianisme.
5. Urgensi Etika Bagi Kehidupan Bangsa

Pentingnya Pancasila sebagai system etika terkait dengan problem yang


dihadapi bangsa Indonesia sebagai berikut :
a. Banyaknya kasus korupsi yang melanda Negara Indonesia sehingga dapat
melemahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
b. Masih terjadinya aksi terorisme yang mengatasnamakan agama sehingga
dapat merusak semangat toleransi dalam kehidupan antar umat beragama,
dan meluluhkantahkan semangat persatuan atau mengancam disintegrasi
bangsa.
c. Masih terjadinya pelanggaran HAM dalam kehidupan bernegara.
d. Kesenjangan antara kelompok masyarakat kaya dan miskin masih menandai
kehidupan masyarakat Indonesia.
e. Ketidakadilan hukum yang masih mewarnai proses peradilan di Indonesia.
f. Banyaknya orang kaya yang tidak bersedia membayar pajak dengan benar
Kesemuanya itu memperlihatkan pentingnya dan mendesaknya peran dan
kedudukan Pancasila sebagai sistem etika karena dapat menjadi tuntunan atau
sebagai Leading Principle bagi warga Negara untuk berperilau sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila.
Etika Pancasila diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara sebab berisikan tuntunan nilai- nilai moral yang hidup. Namun,
diperlukan kajian kritis-rasional terhadap nilai-nilai moral yang hidup tersebut
agar tidak terjebak ke dalam pandangan yang bersifat mitos.
Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila
Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, dalam etika Pancasila
terkandung nilai – nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk perilau manusia Indonesia dalam
semua aspek kehidupannya. Sila ketuhanan mengandung dimensi moral berupa
nilai spiritualitas yang mendekatkan diri manusia kepada Sang Pencipta, ketaatan
kepada nilai agama yang dianutnya. Sila kemanusiaan mengandung dimensi
humanus, artinya menjadikan manusia lebih manusiawi, yaitu upaya
meningkatkan kualitas kemanusiaan dalam pergaulan antar sesama. Sila
persatuan mengandung dimensi nilai solidaritas, rasa kebersamaan (mitsein),
cinta tanah air. Sila kerakyatan mengandung dimensi nilai berupa sikap
menghargai orang lain, mau mendengar pendapat orang lain, tidak memaksakan
kehendak kepada orang lain. Sila keadilan mengandung dimensi nilai mau peduli
atas nasib orang lain, kesediaan membantu kesulitan orang lain.Etika Pancasila
itu lebih dekat pada pengertian etika keutamaan atau etika kebajikan. Meskipun
corak karena etika Pancasila tercermin dalam empat tabiat saleh, yaitu :
a. Kebijaksanaan, artinya melaksanakan suatu tindakan yang didorong oleh
kehendak yang tertuju pada kebaikan serta atas dasar kesatuan akal – rasa
- kehendak yang berupa kepercayaan yang tertuju pada kenyataan mutlak
(Tuhan) dalam memelihara nilai-nilai hidup kemanusiaan dan nilai-nilai hidup
religious.
b. Kesederhanaan, artinya membatasi diri dalam arti tidak melampaui batas
dalam hal kenikmatan.
c. Keteguhan, artinya membatasi diri dalam arti tidak melampaui batas dalam
menghindari penderitaan.
d. Keadilan artinya memberian sebagai rasa wajib kepada diri sendiri dan
manusia lain, serta terhadap Tuhan terkait dengan segala sesuatu yang telah
menjadi haknya.
6. Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Etika Pancasila

Faktor internal yang menyebabkan minimnya penerapan nilai Pancasila


bisa disebabkan berbagai hal. Salah satu contoh, sistem pendidikan Indonesia
yang kurang memperhatikan pembelajaran moral dan etika. Kita bisa melihat
bahwasanya standar pendidikan dan kelulusan sekolah-sekolah ditentukan oleh
pelajaran-pelajaran seperti Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, dan Bahasa
Inggris. Tidak satupun dari seluruh pelajaran tersebut yang menitik beratkan
pembelajaran kepada aspek moral dan etika. Sehingga dari pembelajaran
tersebut, hanya akan melahirkan siswa-siswa yang materialistis.
Sedangkan dari faktor eksternal adalah banyaknya pengaruh budaya dan
peradaban luar negeri yang menyebabkan anjlok dan luruhnya jati diri bangsa
yang telah dirangkum dalam Pancasila. Kita sangat menyayangkan
penyalahgunaan kebebasan seperti yang telah didengungkan oleh negara lain
tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Sebenarnya, HAM tersebut sudah termasuk
kedalam Pancasila, yaitunya dalam sila keadilan sosial. Saat ini, kebebasan
HAM telah disalahgunakan menjadi sebuah alibi dan pembenaran atas kesalahan
yang telah dilakukan oleh seseorang. Misalnya saja, alasan kebebasan HAM
dan hak ber- ekspresi yang seakan-akan ingin “memperbolehkan” masyarakat
untuk berpakaian “buka-bukaan”. Mereka membuat seolah-olah apa yang
mereka lakukan adalah merupakan kebebasan yang hakiki. Tentusaja hal ini
sangat bertentangan dengan prinsip yang tertuang dalam sila ke- dua Pancasila
“Kemanusiaan yang adil dan BERADAB”. Dan hal tersebut bukanlah budaya
dan kebiasaan bangsa Indonesia. Penerapan nilai-nilai Pancasila harus tetap
dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia agar tetap menjadi Bangsa
Indonesia yang benar-benar Indonesia. Karena pada dasarnya Pancasila
adalah pondasi dasar negara yang terus dipegang erat oleh bangsa Indonesia
yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas dan etika.
BAB 3
PENUTUP

Pancasila sangat diperlukan sebagai system etika untuk memberikan


pedoman dan arahan agar setiap tindakan yang dilakukan oleh masyarakat
Indonesia berpedoman pada sikap moral yang berlandaskan Pancasila. Setiap
tindakan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia sebagai cerminan dari
pelaksanaan Pancasila. Pancasila sebagai sistem etika dapat diamalkan dengan
melaksanakan setiap pengamalan di setiap butir Pancasila.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tentu akan menemui
banyak tantangan, begitu pula tantangan Pancasila sebagai sistem etika.
Tantangan dihadapi untuk dimenangkan, begitu pula dengan tantangan
Pancasila sebagai sistem etika. Jika Bangsa Indonesia sudah menerapkan etika
di setiap butir Pancasila, maka tantangan Pancasila sebagai sistem etika dapat
terselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Berbangsa, S., & Susanto, D. B. (2016). Pancasila Sebagai Identitas Dan Nilai
Luhur Bangsa: Analisis Tentang Peran Pancasila Sebagai Modal. Jurnal
Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 2(1), 44–52.
Cholisin. (2012). Pancasila Sebagai Ideologi Negara dan Relevansinya Dengan
Kondisi Saat Ini. Universitas Negeri Yogyakarta, 1–8.
N, susilawati. 2020. Penerapan Pancasila Sebagai Sistem Etika Bangsa
Indonesia Jurnal Prajaiswara Volume 1 Number 1 Month June Year
2020

Anda mungkin juga menyukai