Aron Samosir
Abstrak
Penelitian ini fokus pada kajian transformasi arsitektur tradisional rumah adat
Batak Toba di Kabupaten Tobasa, Provinsi Sumatera Utara. Kajian ini dilakukan
untuk memberikan pemahaman menyeluruh tentang keberadaan tranformasi
arsitektur tradisional terhadap bagunan modern yang ada di lokasi penelitian
dimana substansi dari arsitektur tradisional tersebut merupakan warisan leluhur
etnik Batak Toba yang memiliki makna filosofis. Pendekatan yang digunakan
dalam adalah pendekatan interdisiplin dengan metode penelitian kualitatif yang
mendeskripsikan kondisi transfoemasi di lokasi penelitian. Beberapa teori yang
digunakan dalam mendukung penelitian ini adalah teori antropologi budaya, teori
ritual, teori semiotika, teori fungsional, teori post modern, teori arsitektur, dan
teori transformasi. Data-data dikumpulkan melalui, studi pustaka, observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
144
rumah adat. Rancangan yang sejarah yang bisa dikenang oleh
mencakup bentuk, ukuran, fungsi dan generasi berikutnya tentang
pembuatan ornamen erat kaitannya kandungan makna historis dan sosial
dengan sistem religi yang diyakini budaya. Hal ini merupakan suatu hal
oleh etnik tertentu. Demikian halnya yang sangat penting sebab di era
dengan pembuatan rumah adat pada globalisasi saat ini, seiring dengan
etnik Batak Toba memiliki gaya laju perkembangan teknologi dan
asitektur tersendiri yang merupakan informasi yang serba canggih, cepat
salah satu kekayaan bangsa dalam hal dan beragam, keberadaan bangunan
seni dan rancang bangun. Dalam dengan arsitektur tradisional turut
kehidupan masyarakat Batak Toba, memberikan keunikan dan otentisitas
rumah adat dianggap sesuatu yang tersendiri yang merupakan
sakral karena dalam pembagian dan karakteristik etnik tertentu.
fungsi rumah adat tersebut terdapat Pelestarian dan pengembangan
nilai-nilai kosmologis dan filosofis arsitektur tradisional merupakan salah
sebagai dasar pendirian bangunan. satu indikator penting yang
Penguatan nilai filosofis lebih memperkaya khasanah wajah
diperkuat oleh makna ragam gorga lingkungan sebuah kawasan yang
(ornamen) yang menghiasi bagian menunjukkan karakteristik etnik serta
depan rumah adat. kearifan lokal dari etnik setempat.
Peninggalan karya arsitektur Mewujudkan karya arsitektur yang
tradisional rumah adat Batak Toba proporsional, holistik, baik dan
merupakan salah satu rekaman mantap pada sekarang maupun di
sejarah dalam bentuk nyata yang masa yang akan datang, merupakan
memberi gambaran kontinuitas salah satu persyaratan utamanya
kehidupan masyarakat dari masa lalu, adalah hubungan atau keterkaitan
kini, dan berlanjut pada masa yang dengan masa lampau. Banyak karya
akan datang. Peninggalan karya arsitektur bermutu belajar dari
arsitektur sekaligus sebagai bukti arsitektur terdahulu, dimana arsitertur
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, Pascasarjana
Unversitas Negeri Medan
145
terdahulu dapat memberikan inspirasi mengangkat ciri khas setiap daerah
kepada para arsitek generasi dari segi karya arsitektur.
berikutnya didalam mengembangkan Tipe khas rumah adat Batak
kreativitasnya baik dari aspek teknik Toba adalah bentuk atapnya
maupun artistiknya. melengkung dan pada ujung atap
Perkembangan karya sebelah depan, kadang-kadang
arsitektur tradsional Batak Toba di dilengkapi tanduk kerbau, sehingga
Kabupaten Toba Samosir cukup rumah adat itu terlihat seperti kerbau.
beragam dan telah menghasilkan Punggung kerbau adalah atap yang
banyak karya yang cukup melengkung, sedangkan kaki-kaki
representatif, salah satunya adalah kerbau diwujudkan dalam bentuk
memasukkan unsur desain arsitektur tiang-tiang pada kolong rumah.
tradisional pada bangunan modern. Mengingat masyarakat tradisional
Kecenderungan untuk memakai Batak Toba belum mengenal ukuran
kembali keunggulan strategi desain dengan meter, mereka menggunakan
arsitektur tradisional yang kemudian tatacara mengukur dengan depa
menjadi inspirasi desain arsitektur (dopa), jengkal (jongkal), asta,
modern adalah suatu usaha untuk langkah (langka), sehingga setiap
bertindak lebih baik terhadap rumah adat cenderung memiliki
lingkungan dalam konteks ukuran yang berbeda.
penampilan wajah arsitektur rumah Rumah tinggal adalah satu
adat Batak Toba pada gedung-gedung institusi, bukan hanya struktur yang
perkantoran milik pemerintah atau dibuat untuk serangkaian tujuan yang
swasta. Usaha ini mendukung untuk sangat kompleks. Bangunan rumah
menciptakan suatu desain yang baik adalah suatu gejala struktural, yang
di Kabupaten Toba Samosir, hal ini bentuk dan organisasinya sangat
umumnya diterapkan pada rancangan dipengaruhi oleh lingkungan kultur
bangunan kantor pemerintah, yang yang dipunyai (Rapoport,1969:76).
merupakan salah satu usaha untuk Dengan demikian perkembangan
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, Pascasarjana
Unversitas Negeri Medan
146
arsitektur rumah adat tradisional dan sebagainya) atau pengalihan
Batak Toba di Kabupaten Toba menjadi bentuk yang berbeda namun
Samosir cukup menarik untuk diteliti, mempunyai nilai-nilai yang sama,
di mana banyak ditemukannya desain perubahan dari satu bentuk atau
bangunan yang menerapkan arsitektur ungkapan menjadi suatu bentuk yang
rumah tradisional (rumah adat) pada mempunyai arti atau ungkapan yang
desain bangunan kantor pemerintah sama mulai dari struktur permukaan,
maupun pada bangunan tugu/makam. fungsi, perubahan bentuk atau
Di wilayah Kabupaten Toba Samosir penampilan, atau karakter atau
pada umumnya desain atau penempatan dari, mengubah dan
arsitektur bangunan kantor pengakuan, mengubah/mengganti
pemerintah, swasta, maupun bentuk atau penampilan luarnya,
monumen, tugu atau makam mengubah kondisi, alam, fungsi.
cenderung mentransformasikan Transformasi merupakan
arsitektur tradisional terhadap perubahan rupa dari sesuatu yang
bangunan modern yang mencakup mencakup bentuk, sifat, fungsi, dan
bentuk dan ragam gorga (ornamen) berbagai hal dari bentuk asli ke
yang bertujuan untuk memunculkan bentuk yang relatif berbeda sesuai
karakter/ciri arsitektur tradisional dengan keinginan atau kepentingan
rumah adat Batak Toba. generasi tertentu. Dengan demikian
Dalam proses transformasi transformasi tidak hanya merupakan
tersebut terjadi perubahan yang saluran, tetapi lautan kreativitas yang
mencakup: fungsi, bentuk geometri bersungguh-sungguh dan jujur pada
bangunan, lingkungan dan elemen, yang memiliki cukup resiko,
penggunaan material (bahan), yang ketertiban dan upaya. Terdapat suatu
dapat mempengaruhi kondisi termal kecenderungan bahwa saluran
bangunan. Dapat dikatakan bahwa transformasi dapat sangat menolong
transformasi mempunyai pengertian dalam mencapai tujuan. Transformasi
perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi merupakan resultan kompleksitas dari
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, Pascasarjana
Unversitas Negeri Medan
147
upaya untuk mengubah, mengalihkan, mencapai nilai yang sama-sama dapat
menyatukan beberapa hal dalam diterima
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana proses transformasi 3. Bentuk dan makna gorga yang
arsitektur tradisional rumah adat terdapat pada bangunan yang
Batak Toba terhadap bangunan- mengalami transformasi
bangunan di Toba Samosir? arsitektur tradisional rumah adat
2. Bagaimana bentuk transformasi Batak Toba terhadap bangunan-
arsitektur tradisional rumah adat bangunan di Toba Samosir.
Batak Toba terhadap bangunan-
bangunan di Toba Samosir?
TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mendeskripsikan proses bangunan-bangunan di Toba
transformasi arsitektur tradisional Samosir.
rumah adat Batak Toba terhadap 3. Untuk menjelaskan bentuk dan
bangunan-bangunan di Toba makna gorga yang terdapat pada
Samosir. bangunan yang mengalami
2. Untuk mengetahui bentuk transformasi arsitektur tradisional
transformasi arsitektur tradisional rumah adat Batak Toba terhadap
rumah adat Batak Toba terhadap bangunan-bangunan di Toba
Samosir.
HASIL PENELITIAN
148
Balige sebagai pusat pemerintahan, Toba melalui transformasi arsitektur
menunjukkan berbagai keprihatinan. dan kesenian tradisional dalam bentuk
Sebab arsitektur bangunan-bangunan bagunan serta gorga (ornamen) yang
baru atau bangunan modern pada terdapat pada bangunan-bangunan
umumnya telah mengadopsi arsitektur modern.
modern, tanpa memperhatikan unsur Jika diamati bangunan gedung-
arsitektur tradisional, baik dari aspek gedung instansi pemerintahan dan
bentuk maupun penggunaan unsur beberapa gedung swasta, selain
seni tradisional seperti gorga menggunakan arsitektur tradisional
(ornamen) yang yang digunakan yang ada pada rumah adat Batak Toba
untuk menghiasi bagunan modern. yang khas dengan bentuk dan ragam
Transformasi arsitektur gorga (ornamen atau hiasan) pada
kesesenian tradisional terhadap bangunannya, bangunan pemerintah
arsitek bangunan modern di kawasan juga secara sengaja menggunakan
budaya tertentu dalam hal ini seni sebagian dari arsitektur tradisional
budaya Batak Toba di kawasan tersebut terutama pada bentuk dan
Balige,Toba Samosir dengan penggunaan gorga pada bagian
sendirinya akan memberi nilai tambah depan. Namun pada bagian-bagian
khususnya apresiasi terhadap tertentu didesain berdasarkan
kesenian tradisional etnik Batak Toba arsitektur modern seperti penataan
yang menunjukkan karakteristik dan ruang, dan halaman depan.
kearifan lokal yang dapat memberi Sementara pada bagian dalam tidak
spirit kepada masyarakat Balige dan terdapat sentuhan ornamen atau
masyarakat umum yang datang atau hiasan lokal berupa gorga (ornamen),
berkunjung ke kawasan tersebut. lukisan atau seni ukir atau seni patung
Dalam hal ini baik masyarakat yang menunjukkan ciri khas Batak
setempat maupun pendatang, dengan Toba. Mestinya hal ini juga
sendirinya dapat melihat atau merupakan bagian penting dalam
menikmati kekayaan budaya Batak sebuah transformasi arsitektur dalam
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, Pascasarjana
Unversitas Negeri Medan
149
rangka memperindah bangunan material, yang dapat mempengaruhi
pemerintah. Untuk lebih kondisi termal bangunan yang
menunjukkan lukisan atau karya berkaitan dengan pengatur suhu udara
seniman Batak Toba di bagian dalam pada bangunan. Dalam konteks
gedung, dapat dibeli atau dipesan oleh bangunan balerong ( bagunan pasar
pemerintah dalam upaya kepentingan tradisional) yang dibangun dengan
tersebut. Persoalan yang mendasar meniru gaya arsitektur rumah adat
adalah masalah niat atau kepedulian Batak Toba, tentu telah mengalami
pemerintah setempat. Dengan adanya transformasi dalam banyak hal,
upaya transformasi seperti ini dengan terutama dalam penggunaan ukuran
sendirinya akan dapat meningkatkan dan bahan material. Akan tetapi dari
apresiasi seni di kalangan masyarakat aspek artistik, secara fisik keberadaan
atau para tamu yang berkunjung ke balerong (pasar tradisional) tersebut
dalam gedung tersebut. akan menunjukkan ciri khas arsitektur
Dalam proses transformasi tradisional Batak Toba yang memiliki
tersebut terjadi perubahan dalam daya tarik tersendiri di tengah
berbagai hal yang mencakup fungsi bangunan-bangunan modern yang
atau kegunaan bangunan, bentuk mengitarinya.
geometri bangunan, lingkungan dan
Gambar 1. Balerong (Pasar Tradisional) Bergaya Arsitektur Rumah Adat Batak Toba
di Balige, Toba Samosir.
Dalam konteks ini balerong (pasar tradisional)
transformasi arsitektur berorientasi merupakan sarana atau tempat
pada fungsi objek bangunan dimana bertransaksi antar penduduk dari
150
berbagai daerah. Dengan demikian (perbandingan panjang dan lebar),
dari segi luas bangunan, balerong pola denah (single zone layer
jauh lebih besar dari ukuran luas pattern), bentuk panggung, posisi
rumah adat. Demikian halnya dengan bukaan (cross ventilation), dan
bentuk bagian dalam dimana pada orientasi bangunan terhadap kondisi
balerong tidak memiliki sekat-sekat lingkungan sejalan dengan fungsi dan
sebagaimana halnya pada rumah adat penggunaanya di era modern.
dimana setiap sekat memiliki fungsi Transformasi arsitektur
dan makna tertentu. Dalam bangunan rumah adat tradisional
menyikapi transformasi arsitektur ini, Batak Toba terhadap arsitektur
etnik Batak Toba dapat menyikapinya modern yang diimplementasikan pada
sebagai sesuatu hal yang lumrah, bangunan modern tampak telah
sebagai dampak dari perubahan dan diterapkan pada berbagai perkantoran,
perkembangan zaman. Namun lebih dan pasar tradisional di Balige. Dalam
dari itu setidaknya arsitektur perspektif geometri bangunan, jelas
tradisional dapat dimunculkan sebagai akan mengalami perubahan dimana
sebuah karakteristik lokal. pada bangunan modern penggunaan
Menganalisis kondisi dari aspek panjang dan lebar bangunan relatif
termal bangunan, dengan melihat lebih besar dari rumah adat karena
pengaruh variabel desain dari masing- harus disesuaikan dengan fungsi
masing bangunan berdasarkan bangunan yang diperuntukkan untuk
parameter kenyamanan sistem pelayanan publik. Sedangkan pada
sirkulasi udara, dengan sendirinya arsitektur tradisional (rumah adat)
akan mengalami perubahan yang fungsi atau keperluannya hanya untuk
sangat signifikan. Berikut ini adalah kepentingan keluarga dalam
deskripsi transformasi yang terjadi kehidupan sehari-hari serta
pada bangunan kantor dengan bentuk kepentingan yang menyangkut
arsitektur tradisional meliputi: pelaksanaan upacara adat.
transformasi geometri bangunan
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, Pascasarjana
Unversitas Negeri Medan
151
Dari aspek tranformasi geometri pelayanan masyarakat. Demikian
bagunan yang mencakup ukuran halnya dengan penggunaan bukaan
panjang dan lebar atau ukuran luas yang mencakup penggunaan jendela
bangunan, tentu menunjukkan ukuran yang berkaitan dengan sirkulasi udara
yang berbeda karena secara fisik dan pencahayaan, dengan sendirinya
bangunan modern khususnya harus disesuaikan dengan fungsi
perkantoran atau pasar, telah bangunan.
mengalami perubahan struktur dasar Sejalan dengan dinamika
arsitektur rumah adat dengan kemajuan zaman, transformasi
arsitektur tradisional menjadi struktur arsitektur rumah adat Batak Toba dari
baru yang lahir dengan menerapkan bentuk arsitektur primitif ke arsitektur
kaidah transformasi modern yang di era modern mencakup peralihan
memiliki luas bangunan yang jauh penggunaan bahan bangunan.
lebih besar. Dari sisi denah, telah Transformasi tersebut berlangsung
terjadi transformasi dari yang dengan dinamika yang relatif lambat.
tradisional ke denah modern karena Perubahan penggunaan material
harus disesuaikan dengan fungsi tersebut mencakup penggunaan atap
gedung sebagai sarana pelayanan rumah dari bahan ijuk ke bahan seng,
publik dimana denah yang digunakan serta penggunaan cat yang merupakan
selain lebih luas, harus lebih praktis hasil dari industri modern, termasuk
dalam hal penggunaannya untuk perubahan teknik ikat pada atap ijuk
melayani masyarakat. Demikian ke penggunaan paku pada seng. Pada
halnya dari aspek bentuk dimana tahap ini bentuk rumah adat dan
arsitektur rumah adat Batak Toba prinsip penggunaan gorga serta
yang menggunakan panggung, tidak keyakinan terhadap makna gorga
diterapkan pada bangunan modern, masih tetap dipertahankan sepanjang
karena dianggap tidak praktis dalam tidak bertentangan dengan ajaran
hal fungsi, dimana gedung agama yang dianut.
perkantoran digunakan sebagai sarana
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, Pascasarjana
Unversitas Negeri Medan
152
Rumah Adat Kantor Bupati Toba Samosir
Gambar 2. Transformasi Arsitektur Rumah Adat Batak Toba Dalam Bangunan Kantor
Pemerintahan di Balige, Toba Samosir.
153
Pada bangunan modern tersebut seni patung, dan seni kerajinan,yang
terlihat bahwa arsitektur tradisional tidak diterapkan (digunakan) pada
masih di pertahankan. Perbedaannya interior arsitektur modern, maka
terdapat pada kolong (bara) dimana sangat penting agar potensi atau
pada bangunan modern, kolong telah keberadaan kesenian tradisional itu
beralih fungsi menjadi ruangan. dapat dimanfaatkan untuk menghiasi
Demikian halnya dengan posisi interior gedung sehingga para tamu
tangga, telah berada di dalam atau pengunjung yang datang dapat
bangunan. Dalam konteks ini nilai melihat kekayaan seni budaya yang
fungsi kolong rumah sebagai tempat ada pada etnik Batak Toba. Dari
kandang kerbau telah dihilangkan. aspek penggunaan material dan
Menurut pemilik rumah, kandang teknik bangunan telah menerapkan
kerbau telah dibuat secara tersendiri bahan dan teknik modern dengan
dengan jarak yang relatif jauh dari menggunakan beton dan besi. Dalam
rumah dengan alasan untuk menjaga hal ini penggunaan material kayu
kebersihan dan kesehatan dari pemilik telah jauh berkurang jika
rumah. dibandingkan dengan arsitektur
Mengingat begitu banyaknya tradisional yang banyak
jenis gorga atau ornamen, seni pahat, menggunakan kayu.
2. Transformasi Arsitektur Tradisional Rumah Adat Batak Toba Dari Segi
Bentuk Geometri
Melihat keberadaan bangunan tradisional yang sarat dengan unsur
modern di kota Balige, Kabupaten kesenian tradisional. Jika
Toba Samosir pada umumnya dibandingkan denagan keseluruhan
didominasi oleh arsitektur modern bangunan yang ada, ternyata hanya
tanpa adanya unsur arsitektur sedikit gedung-gedung modern yang
tradisional. Hal ini merupakan suatu mentransformasikan arsitektur
kondisi yang sangat memperihatinkan tradidional. Gedung-gedung tersebut
terhadap kelangsungan arsitektur antara lain, Kantor Bupati Tobasa,
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, Pascasarjana
Unversitas Negeri Medan
154
Gedung DPRD Tobasa, Pasar Pada umumnya etnik Batak
Tradisional, Museum Batak Toba, Toba yang selalu terbuka dengan
monumen, dan beberapa gedung milik perubahan, cenderung meninggalkan
swasta. Kondisi ini pada prinsipnya arsitektur tradisional karena dianggap
belum dapat mewakili transformasi dari aspek fungsi tidak praktis lagi.
arsitektur tradisional terhadap Seperti pengunaan kolong rumah
bangunan modern yang ada terutama sebagai kandang ternak, pintu masuk
di kawasan perkotaan. yang tidak praktis, dan berbagai hal
Bagunan dengan arsitektur lainnya. Kendadi dipertahankan,
tradisional berupa rumah adat Batak maka akan sulit untuk mencari bahan
Toba dengan konstruksi tradisional kayu sebagai material pembuatan
serta dihiasi dengan ragam gorga rumah. Alasan ini dapat diterima jika
sudah semakin sedikit, itupun hanya ditinjau dari aspek kesehatan
ditemukan di luar kawasan kota lingkungan dimana kandang ternak
Balige yakni di kawasan pemukiman tidak sesuai di kolong rumah, serta
yang disebut dengan huta yang pada penggunaan pintu masuk yang sangat
umumnya kondisi rumah-rumah adat tidak praktis terutama bagi orang
berarsitektur tradisional tersebut yang sudah relatif tua.
sudah tua. Ironisnya, ketika sebuah Bentuk arsitektur tradisional
rumah adat telah termakan usia dan yang digunakan pada rumah adat
tidak layak di huni lagi, maka pemilik tradisional Batak Toba yang
rumah sudah tidak layak pakai atau ditransformasikan atau
akan diganti dengan bangunan baru, diimplementasikan pada bagunan-
cenderung bagunan baru tersebut bangunan modern seperti terdapat
telah menggunakan konstruksi dan pada perkantoran, pasar dan berbagai
arsitektur modern. Kondisi ini secara bangunan wasta modern lainnya di
perlahan dengan sendirinya akan Balige, Toba Samosir, pada
menghilangkan bangunan dengan umumnya hanya mengambil bentuk
arsitektur tradisional. bangunan serta penggunaan ragam
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, Pascasarjana
Unversitas Negeri Medan
155
gorga atau ornamen yang terdapat atau mengikat dengan tali rotan atau
pada bagian luar. Pada aspek lain tali yang terbuat dari ijuk dan tidak
seperti penggunaan material serta menggunakan paku. Atap rumah
teknik bangunan sangat jauh berbeda. terbuat dari bahan ijuk. Wujud dari
Pada arsitektur rumah adat tradisional teknik ikat dalam bangunan
Batak Toba seluruh material atau tradisional rumah adat Batak Toba
bahan bangunan menggunakan bahan tersebut dapat dilihat pada gambar
kayu dimana setiap persambungan berikut.
kayu dilakukan dengan cara memahat
156
sangat mempengaruhi tidak hanya mengutamakan fungsi dan
terakomodasinya arsitektur tradisional efesiensi dari sebuah bangunan tanpa
terhadap bangunan modern adalah : memperhatikan unsur arsitektur
(1) adanya perubahan pola pikir dari tradisional yang dapat menunjukkan
etnik Batak Toba bahwa asitektur karakteristik berupa kesenian lokal.
modern dianggap jauh lebih praktis Sejalan dengan karakteristik
jika dibandingkan dengan arsitektur atau sifat etnik Batak Toba yang
tradisional yang menyangkut banyak terbuka terhadap perkembangan
aspek seperti, penggunaan bahan, zaman, dengan sendirinya berdampak
dimana bahan kayu sudah sangat pada seluruh sendi kehidupan,
langka, penggunaan tangga dianggap termasuk perubahan terhadap konsep
tidak praktis terutama bagi segmen religi atau sistem kepercayaan yang
generasi tua dimana kondisi fisiknya mencakup perubahan keyakinan
tidak memungkinkan lagi untuk terhadap makna filosofi bentuk
keluar dan masuk rumah melalui bangunan rumah, makna filosofi dari
tangga. (2) Faktor dominasi aspek masing-masing gorga. Perubahan ini
ekonomi dan teknologi dimana secara perlahan terjadi seiring dengan
masyarakat lebih memilih bahan masuknya misionaris Kristen ke
bagunan modern seperti beton. Tanah Batak serta faktor pendidikan
Bangunan-bangunan baru formal yang ditempuh. Konsepsi
seperti pusat pertokoan, perkantoran, makna filosofis dari arsitektur
hotel, bank, dan lain-lain tradisional serta makna filosofis dari
bermunculan yang kebanyakan ragam gorga dalam ajaran Kristen,
berupa bagunan susun yang mencakar sebagian besar tidak sesuai atau
langit dimana unsur seni khususnya bertentangan.
seni tradisional Batak Toba tidak Dalam konteks arsitektur rumah
mendapat perhatian secara adat, pada bangunan tertentu, telah
proporsional. Bagunan modern yang terjadi transformasi sebagai dampak
ada di Toba Samosir pada umumnya dari kemajuan zaman. Hal itu terlihat
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, Pascasarjana
Unversitas Negeri Medan
157
dari teknik bangunan yang digunakan dilakukan mengingat bahan ijuk pada
pada sebagian kecil rumah adat saat sekarang ini sudah sulit
tradisional Batak Toba yang dibangun ditemukan dan jika ada,
di era modern dari segi teknik pengerjaannya dianggap terlalu rumit
bangunan telah menerapkan dan otomatis akan menggunakan
penggunaan paku yang menggantikan bahan kayu yang lebih banyak.
teknik ikat. Bengitu juga dengan Demikian halnya dengan daya tahan,
penggunaan bahan bagunan terutama bahan seng relatif akan lebih tahan
pada bagian atap dari bahan ijuk ke dengan cuaca jika dibandingkan
bahan seng. Perubahan tersebut dengan bahan ijuk.
158
Rumah Adat Ruma Epper
159
PENUTUP
160
Para arsitek dan perencana harus dilihat sebagai aspek-aspek
profesional harus selalu berpegang yang saling mendukung, bukan
pada kode etik profesinya. Kaidah- berlawanan secara dikhotomis. Etnik
kaidah perencanaan dan perancangan Batak Toba perlu dilibatkan dalam
yang baik dan benar mesti proses perancangan dan perencanaan
dipertahankan untuk menangkal serta perancangan arsitektur melalui
tekanan-tekanan dari luar yang dialog yang bekesinambungan. Para
cenderung akan memencengkan karya arsitek di bidang arsitektur perlu
yang dirancang hanya untuk melakukan penelitian yang lebih
kepentingan kalangan tertentu dengan mendalam, khususnya mengenai
wawasan jangka pendek. Aspek falsafah dan konsep yang melandasi
ekonomi teknologi dan sosial-budaya perancangan arsitektur masa silam.
161
DAFTAR PUSTAKA
162