Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Suatu bangunan yang dirancang baik oleh seorang arsitek maupun mahasiswa arsitektur
tentu memerlukan ilmu konstruksi bangunan pada saat perancangan agar dapat menunjang
kenyamanan, keselamatan, komunikasi, dan mobilitas dalam bangunan yang dirancang. Dalam
ilmu konstruksi bangunan, mahasiswa akan mempelajari tentang elemen-elemen bangunan,
salah satunya adalah pengetahuan Utilitas Dasar sebagai salah satu penunjang suatu bangunan
sederhana. Utilitas adalah kelengkapan fasilitas dalam suatu bangunan.

Beberapa bangunan yang sudah dirancang kadang tidak dapat berfungsi dengan baik
apabila fasilitas yang digunakan tidak sesuai atau tidak lengkap untuk menunjang fungsi
bangunan tersebut. Hal tersebut dikarenakan sang arsitek kadang kurang memperhatikan
mengenai kelengkapan fasilitas dalam bangunan yang dirancang. Akibatnya pengguna ruang
tersebut menjadi tidak nyaman dan tidak puas dalam menggunakan ruang-ruang didalamnya.
Oleh karena itu, perancangan suatu bangunan harus memperhatikan dan menyertakan fasilitas
yang sudah dikoordinasikan dengan perancangan arsitektur, perancangan struktur dan interior
dari bangunan tersebut.

Sistem utilitas terdiri atas sistem plambing, pencahayaan, sistem sampah, penghawaan,
pengkondisian udara, dan sistem transportasi bangunan. Mahasiswa dalam memahami materi
sistem utilitas tidaklah cukup hanya didasari teori saja namun juga memerlukan studi terjun ke
lapangan secara langsung sehingga mahasiswa bisa melakukan perbandingan keadaan di
lapangan dengan teori yang sudah ada sehingga mahasiswa lebih memahami pengaplikasian
sistem utilitas itu sendiri.

Dengan adanya makalah ini, mahasiswa arsitektur akan memperoleh pengetahuan yang
cukup mengenai sistem utilitas dan pengaplikasiannya dalam suatu bangunan khususnya pada
bangunan bertingkat agar tercapai hasil yang cukup baik dalam perancangannya.

1
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana penerapan sistem utilitas terutama pada sistem pengkondisian udara yang
ada pada objek observasi?

2. Bagaimana perhitungan BTU/h pada setiap AC yang terdapat pada objek observasi?

3. Bagaimana perletakan AC indoor dan outdoor pada objek observasi?


1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui penerapan sistem pengkondisian udara pada bangunan yang


diamati.
2. Untuk dapat menghitung kebubutuhan BTU/h pada setiap AC yang terdapat pada
objek observasi.
3. Untuk mengetahui perletakan AC indoor dan outdoor pada objek observasi.

1.4. Manfaat

Manfaat dari penulisan ini antara lain :

a. Mahasiswa

 Menambah pemahaman dan pengetahuan mengenai sistem pengkondisian


udara pada sebuah bangunan yang dalam penugasan ini bangunan berlantai,
minimal lantai 2 (proyek ataupun sudah jadi).
 Menambah wawasan tentang sistem pengkondisian udara yang ideal pada
bangunan sehingga bangunan yang nantinya akan direncanakan bisa menjadi
lebih baik jika telah mengetahui jenis sistem pengkondisian udara yang tepat
dan sesuai dengan luas bangunan yang akan dirancang.

b. Masyarakat

 Memberikan wawasan kepada masyarakat mengenai sistem pengkondisian


udara yang meliputi bagaimana sistem pengkondisian udara tersebut, serta dapat
mengetahui jenis sistem pengkondisian udara yang tepat digunakan pada rumah
tinggal masing–masing.

c. Tim Pengajar

2
 Mengetahui sejauh mana pemahaman mahasiswa mengenai sistem
pengkondisian udara.
 Mengetahui sejauh mana efektifitas system SCL (Student Centre Learning)
pada mahasiswa.
 Sebagai referensi kedepannya dalam memberikan mata kuliah sains bangunan
dan utilitas.
 Mengetahui arah tugas apakah sudah tepat sasaran atau sebaliknya.

3
BAB II

METODOLOGI DAN OBJEK PENELITIAN

2.1 Metode Penelitian


Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang
digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi juga merupakan analisis teoritis
mengenai suatu cara atau metode, penelitian merupakan suatu penyelidikan yang
sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha
yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan
jawaban. Setiap orang mempunyai motivasi yang berbeda, di antaranya dipengaruhi
oleh tujuan dan profesi masing-masing. Motivasi dan tujuan penelitian secara umum
pada dasarnya adalah sama, yaitu bahwa penelitian merupakan refleksi dari keinginan
manusia yang selalu berusaha untuk mengetahui sesuatu. Keinginan untuk memperoleh
dan mengembangkan pengetahuan merupakan kebutuhan dasar manusia yang
umumnya menjadi motivasi untuk melakukan penelitian.
Dari pengertian di atas, dalam suatu penelitian diperlukan adanya validasi data,
dengan disertai bukti-bukti yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Guna
mendapatkan data yang valid tersebut, pada penelitian ini, penulis menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
Tahapan ini meliputi survey terhadap beberapa rumah tinggal di sekitar kawasan
Denpasar yang memiliki kriteria sesuai yang tertera pada tuntutan tugas. Setelah
dilakukan survey terhadap beberapa rumah kemudian dipilih rumah yang paling
cocok untuk diobservasi yang berlokasi di Jalan Mudutaki Perum Tegaljaya Permai
Blok 2 No.3, Dalung, Kuta Utara dengan waktu penelitian hari Sabtu, 7 Desember
2015.
2. Tahap Observasi (penelitian langsung ke lapangan, wawancara terhadap pihak
terkait, dan melakukan pengukuran serta pemeriksaan)
metodologi yang digunaan pada saat observasi adalah :
a. Metode Survey
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara langsung terhadap
penghuni rumah tinggal tersebut tentang komponen, kelengkapan dan cara kerja
dari sistem sampah pada bangunan tersebut yang mereka ketahui.

4
b. Metode Pengukuran dan Penelitian Langsung ke Lapangan
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pengukuran dan penelitian
langsung terhadap sistem sampah pada rumah tersebut. Yang disurvey meliputi
: apa saja jenis sampah yang diproduksi, sistem pewadahan sampah, sistem
pemilahan sampah, sistem pengangkutan sampah ke luar tapak
c. Metode Studi Pustaka dan Perbandingan
Metode ini dilakukan dengan cara membandingkan data dari hasil observasi
langsung dengan pengukuran dan penelitian dengan data dari bestek rumah
tinggal yang dimiliki oleh pemilik rumah.

3. Tahap Pengumpulan
Teknik dan Alat Pengumpulan Data

a. Teknik Pengumpulan Data


Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data dimulai dari tahap survey
bangunan, wawancara, observasi, dokumentasi berupa foto serta
pengukuran. Dengan bahan yang diobservasi adalah sistem sampah yang
ada pada rumah tinggal tersebut. Survey bangunan yang sesuai dengan
tuntutan tugas kemudian melakukan wawancara dengan pertanyaan yang
berkaitan tentang sistem sampah pada objek. Setelah itu kami melakukan
observasi dilakukan dengan cara melihat situasi dan kondisi dari sistem
utilitas yang terpasang pada objek secara langsung. Selain melihat, peneliti
juga mengamati bagaimana sistem kerja pada utilitas tersebut. Selain
melakukan observasi, kami juga melakukan teknik pengumpulan data
dengan cara mengumpulkan foto dan mengukur beberapa alat dari sistem
utilitas menggunakan alat pengukur berupa meteran. Foto juga salah satu
cara yang efektif dalam melakukan penelitian. Dengan bantuan kamera atau
alat digital lainnya, objek yang diamati akan dapat didokumentasikan
dengan baik, jelas, dan lebih nyata.
b. Alat Pengumpulan Data
Oleh karena teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
foto dan mengukur, maka alat pengumpulan datanya adalah lembar
observasi yang berupa sketsa-sketsa yang mendukung penelitian beserta

5
foto dokumen pribadi peneliti mengenai objek yang diobservasi dan alat
pengukur berupa meteran.

2.2 Metode Pembahasan

Metode Pembahasan / Analisis merupakan metode yang digunakan untuk


melakukan analisis terhadap sistem dan komponen sistem yang diamati. Metode yang
digunakan dalam melakukan analisis adalah dengan cara membandingkan sistem yang
telah ada pada obyek observasi dengan prinsip–prinsip dan teori–teori dasar dalam
merancang sebuah utilitas bangunan. Analisis dilakukan berdasarkan prinsip–prinsip
dan teori-teori yang telah dipahami dari hasil pembelajaran mahasiswa dalam
mengikuti perkuliahan Sains Bangunan dan Utilitas 1. Tidak lupa metode analisis ini
juga menggunakan pengamatan obyek secara langsung. Dengan adanya pengamatan
secara langsung maka penulis dapat merasakan aspek–aspek kenyamanan, keamanan,
dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan serta menentukan seberapa berhasilnya
sebuah sistem utilitas bekerja pada suatu bangunan

6
BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Pengertian Sistem Pengkondisian Udara

Pengkondisian udara adalah suatu sistem yang digunakan untuk mengatur dan
mempertahankan udara yang meliputi temperatur, kelembaban relatif, kecepatan sirkulasi
udara, maupun kualitas udara dalam suatu ruangan untuk mencapai kondisi yang sesuai
dengan persyaratan kenyamanan.

Secara umum, pengertian dari AC (Air Conditioner) adalah suatu rangkaian mesin yang
memiliki fungsi sebagai pendingin udara yang berada di sekitar mesin pendingin tersebut.
Secara khusus, pengertian dari AC (Air Conditioner) adalah suatu mesin yang digunakan
untuk mendinginkan udara dengan cara mensirkulasikan gas refrigerant berada di pipa yang
ditekan dan dihisap oleh kompresor.

Mesin pengkondisian udara atau yang lebih kita kenal dengan sebutan (AC–Air
Conditioning) atau sistem tata udara yang dipusatkan menggunakan unit penghantar udara
(Air Handling Unit / AHU).

Gambar 3.1

Komponen AC

7
Mesin tata udara terdiri atas kompresor yang berfungsi untuk mengalirkan zat
pendingin (refrigerant) ke dalam pipa tembaga yang berbentuk kumparan (coil). Udara
ditiupkan oleh kipas udara (blower dan fan) di sela-sela kumparan tadi, sehingga panas
yang ada dalam udara diserap oleh pipa refrigerant dan kemudian mengembun. Udara yang
melalui kumparan, dan telah diserap panasnya, masuk ke dalam ruangan dalam keadaan
sejuk/dingin. Selanjutnya udara dalam ruang dihisap dan proses penyerapan panas diulang
kembali.

Konsep pendingin udara diketahui telah diterapkan di Romawi Kuno dan Persia abad
pertengahan. Pendingin modern muncul dari kemajuan dalam ilmu kimia selama abad 19,
dan pendingin udara skala besar listrik pertama ditemukan dan digunakan pada tahun 1902
oleh Willis Haviland Carrier.

3.2 Perkembangan Sistem Pengkondisian Udara


a. Romawi kuno

Pada masa itu air disalurkan melalui terowongan air dan diedarkan di dinding
rumah-rumah tertentu untuk mendinginkan rumah mereka.

b. Persia abad pertengahan

Teknik yang dipakai di persia pada masa itu serupa dengan teknik Romawi Kuno,
mereka melibatkan penggunaaan dari tangki air dan menara angin untuk mendinginkan
bangunan selama musim panas.

c. Sekarang

Seiring dengan perkembangan zaman, perusahaan-perusahaan elektronik mulai


membuat AC dengan teknologi yang dapat membunuh virus dan bakteri juga
menghemat biaya listrik. Plasmacluster dan Inverter merupakan teknologi yang saat ini
digunakan oleh produsen AC. Plasmacluster dirancang dapat membunuh virus dan
bakteri di dalam ruangan, sementara inverter dikatakan dapat menghemat energi lebih
dari 10%.

8
3.3 Tujuan Sistem Pengkondisian Udara

Supaya temperatur, kelembaban, kebersihan, kesegaran, dan volume distribusi udara


pada suatu ruangan dapat dicapai dan dipertahankan pada tingkat keadaan yang diinginkan
sesuai fungsi ruang tersebut.

3.4 Sasaran Sistem Pengkondisian Udara

Terdapat dua sasaran sistem pengkondisian udara, yakni :

• Sistem pengkondisian udara untuk kenyamanan, yaitu untuk kenyamanan kerja bagi
penghuni/manusia yang ada pada ruang tersebut.

• Sistem pengkondisian udara untuk industri, yaitu sistem AC yang diperlukan untuk
bahan, barang, atau peralatan yang ada pada suatu ruang (dengan tidak melupakan
keberadaan manusia yang ada di dalam ruang tersebut).

3.5 Jenis-jenis Sistem Pengkondisian Udara


3.5.1 Sistem Ekspansi Langsung (sistem udara penuh/sistem langsung/direct cooling).

Sistem ini dimaksudkan untuk penggunaan AC yang satu perangkatnya


berfungsi untuk mengkondisikan ruang-ruang yang relatif kecil, seperti rumah
tangga, kantor-kantor kecil, dsb. Artinya peralatan yang dipasang langsung
menghembuskan udara seperti suhu yang diinginkan pada ruang tersebut.

Udara luar didinginkan secara langsung dengan refrigerant/bahan pendingin


pada alat AC, lalu didistribusikan ke dalam ruangan. Jenis yang umum digunakan
adalah AC Window dengan kapasitas 0,5 – 2 PK, AC Split Unit dengan kapasitas
0,5 – 3 PK. Pada bangunan besar/tinggi, jarang digunakan, tidak efisien karena
ducting (pipa udara) harus dipasang sepanjang posisi vertikal maupun horizontal
pada keseluruhan gedung. Jenis-jenis sistem AC jenis ekspansi langsung :

9
a. Sistem Ekspansi Langsung Jenis Sentral. Pada sistem ini terlihat ducting terhubung
pada setiap lantai

Gambar 3.2

Bagan AC Air to Air System jenis sentral

b. Sistem Ekspansi Langsung Jenis Unit. Pada sistem ini terlihat masing-masing unit
terpisah.

Gambar 3.3

Bagan AC Air to Air System jenis unit

3.5.2 Sistem Pengkondisian Udara secara sentral (sistem air udara/sistem tidak
langsung)

AC sentral seperti ini dipergunakan untuk mengkondisikan udara pada ruangan-


ruangan yang besar dan kompleks, seperti terminal bandara, mall, hotel-hotel,
gedung-gedung besar, dan sebagainya. Pada sistem ini, pada dasarnya, mesin AC

10
(besar) dipusatkan di satu tempat, lalu dari sana disebarkan ke masing-masing unit,
disalurkan melalui saluran yang disebut ducting.

Udara didinginkan menggunakan air dingin (cold water). Pengkondisian udara


dibantu dengan air yang diproses dingin (cold water). Ducting (pipa udara) terpisah
pada setiap lantai berupa ducting horisontal. Sistem ini banyak digunakan pada
bangunan besar dan tinggi, dengan refrigerator sebagai pendingin air, dan akan
digunakan sebagai pendingin udara yang akan disupply ke ruang-ruang.

Gambar 3.4

Bagan AC Water to Air System sistem sentral

Pada umumnya, AC sentral terdiri atas unit-unit sebagai berikut :

1. Water Cooled Water Chiller

Water cooled water chiller adalah tempat berprosesnya air untuk didinginkan.
Media pendingin yang digunakan disebut refrigerant atau freon.

Gambar 3.5

Mesin Refigerator

11
2. Chilled Water & Condenser Water Pump

Chilled Water & Condenser Water Pump, berfungsi untuk mensirkulasikan air
yang sudah didinginkan oleh unit chiller tadi ke AHU (Air Handling Unit).

3. Cooling Tower Unit

Cooling Tower Unit, berfungsi sebagai pendingin unit kondenser pada unit
chiller, dengan media yang digunakan adalah air.

Gambar 3.6

Cooling Tower

4. Air Handling Unit (AHU)

Air Handling Unit (AHU) dan fungsinya untuk mengkondisikan fresh air
(udara segar) yang akan didistribusikan ke ruang yang dilayani. AHU
menangani kapasitas yang lebih besar, atau boleh dikatakan “agen”.

Gambar 3.7

AHU

12
5. Fan Coil Unit (FCU)

Fan Coil Unit (FCU) fungsinya mengkondisikan fresh air (udara segar)
yang akan didistribusikan ke ruang yang dilayani. FCU menyalurkan di ruangan
yang lebih kecil.

3.6 Kebutuhan BTU AC

Hubungannya dengan AC adalah : BTU menyatakan kemampuan mengurangi


panas/mendinginkan ruangan dengan luas dan kondisi tertentu dalam 1 jam. Orang awam
menyebut kekuatan AC dengan PK, sebenarnya yang dibutuhkan adalah satuan input
(watt) dan output (BTU/h).

1 PK = 735, 5 watt/jam = 0,986 HP

Misal AC 1 PK – butuh tenaga listrik 735,5 watt – bisa juga 750 watt dalam 1 jam;
ditambah rugi daya, kipas pendingin indoor-outdoor, 1 PK = 1 KWh = 1000 watt.

Rumus untuk menentukan kebutuhan BTU AC:

( L x W x H x I x E ) / 60 = kebutuhan BTU

L = panjang ruang (dalam feet)

W = lebar ruang (dalam feet)

H = tinggi ruang (dalam feet)

I = 10 (jika ruang berinsulasi), 18 (jika tidak berinsulasi)

E = 16 (utara), 17 (timur), 18 (selatan), 20 (barat)

1 meter = 3,28 feet

Kapasitas AC berdasarkan PK:

AC ½ PK = ± 5000 BTU/h

AC ¾ PK = ± 7000 BTU/h

AC 1 PK = ± 9000 BTU/h

AC 1 ½ PK = ± 12000 BTU/h

13
AC 2 PK = ± 18.000 BTU/h

Ruangan ber-AC harus tertutup dan tidak boleh ada yang merokok sebab suhu
diinginkan tercapai volume udara di ruangan tetap, ruangan tertutup = tidak bocor = isi
tetap. Sirkulasi udara di ruangan ber-AC lambat, racun rokok bisa menumpuk.BTU
diperhitungkan dengan tepat agar pemakaian listrik tepat, pemanfaatan AC tepat.
Misalnya : BTU butuh 4000, pakai AC 1 PK mengakibatkan ruangan dingin berlebihan
dan boros listrik. Demikian pula sebaliknya, BTU butuh 9000, pakai AC ½ PK maka AC
akan lama mencapai suhu yang diinginkan.

3.7 Beban Kalor yang Mempengaruhi Perencanaan AC


Perimeter heat load, yaitu kalor yang masuk dari luar ke dalam ruangan, misalnya
radiasi sinar matahari lewat jendela, induksi sinar matahari melalui dinding, atap dan
sebagainya. Interior heat load, yaitu kalor yang bersumber dari dalam ruang, misalnya :
panas tubuh manusia, panas alat/perlengkapan ruang dan sebagainya.

Beban kalor alat AC

 Beban kalor udara luar yang masuk ke dalam alat AC

 Beban kalor blower dan motor AC

 Beban kalor kebocoran dari saluran ducting

3.8 Jenis-jenis AC yang Sering Digunakan:

1. AC Split

Komponen penyusun AC split dibagi menjadi 2 unit, yaitu:

 indoor (filter udara, evaporator dan blower, expansion valve, dan controll unit).

 outdoor (kompesor, kondenser, kondenser blower, refrigerant filter)

Antara 2 unit ini dihubungkan dengan dua saluran refrigerant. Satu untuk
evaporator dengan kompresor, sedangkan yang lainnya untuk refrigerant filter dengan
expansion valve serta kabel power untuk memasok arus listrik bagi kompresor dan
kondenser blower.

14
Kelebihan : bisa dipasang pada ruangan yang tidak berhubungan dengan udara luar
dan suara di dalam ruangan tidak berisik.

Kekurangan : pemasangan pertama/pembongkaran butuh tenaga terlatih demikian pula


perawatan dan pemeliharaannya serta harganya lebih mahal.

2. AC Window

Semua komponen AC terpasang pada satu base plate, kemudian base plate beserta
semua komponen AC dimasukkan dalam kotak plat sehingga menjadi satu unit
kompak. Biasanya dipilih karena keterbatasan ruangan, misalnya pada rumah susun.
Umumnya aman dari pencurian karena besar.

Kelebihan: pemasangan pertama/pembongkaran serta pemeliharaan mudah


dilaksanakan dan harganya murah.

Kekurangan: karena komponen AC terpasang pada base plate yang posisinya dekat
dengan ruangan yang didinginkan, cenderung berisik terutama dari kompresor, tidak
semua ruangan dapat dipasang AC ini karena dipasang dengan bagian kondenser
menghadap ke tempat terbuka supaya udara panas dapat dibuang ke alam bebas.

3. AC Sentral

Udara dari ruangan didinginkan pada cooling plant di luar ruangan, kemudian
udara yang telah dingin dialirkan kembali ke dalam ruangan tersebut. Biasanya cocok
digunakan di mall atau hotel.

Kelebihan: suara di dalam ruangan tidak berisik sama sekali, estetika dalam ruangan
terjaga karena tidak ada unit indoor.

Kekurangan: perencanaan, instalasi, operasional dan pemeliharaan butuh tenaga


terlatih, apabila terjadi kerusakan waktu beroperasi maka dampaknya akan dirasakan
oleh seluruh ruangan, pengaturan temperatur hanya dapat dilakukan pada central
cooling plant, dan biaya investasi awal, biaya operasional serta pemeliharaan tinggi.

15
4. Standing AC

Jenis AC ini cocok digunakan pada kegiatan-kegiatan situasional karena posisinya


dan bentuknya yang mudah dipindahkan, seperti acara seminar, dan lain-lain.

3.9 Sistem Ducting

1. Sistem Ducting “PETI”

Pada sistem ini hanya ada satu ducting yang dihubungkan pada banyak diffuser
ruang. Sistem ini lebih sederhana dibandingkan sistem lain.

Gambar 3.8

Sistem Ducting “PETI”

2. Sistem Ducting “SALURAN TUNGGAL”

Pada sistem ini setiap satu kelompok lubang diffuser dihubungkan dengan satu
ducting ke mesin. Jadi kalau ada 6 kelompok diffuser harus ada 6 ducting ke mesin
AHU.

Gambar 3.9

Sistem Ducting “SALURAN TUNGGAL”

16
3. Sistem Ducting “SALURAN MELINGKAR”

Sistem ini memakai 2 ducting utama yang terhubung melingkar. Banyak


digunakan pada industri dan rumah tinggal.

Gambar 3.10

Sistem Ducting “SALURAN TUNGGAL”

17
BAB IV

TINJAUAN OBJEK

3.1 Identitas Objek Observasi

LOKASI OBJEK

Gambar 3.1

Lokasi Objek

Sumber: Google Maps, 2017

Nama Pemilik Objek Bangunan : dr. Putu Gede Indra Suyasa, S.Ked
Ni Made Suartini

Nama Proyek/Fungsi Bangunan : Rumah Tinggal Pribadi

Lokasi dan alamat proyek/bangunan : Jalan Tukad Citarum, Gg no 1, Denpasar


Selatan, Bali

Tahun dibangun : 2014

18
Gambar 3.2

Perspektif Rumah (Objek Observasi)

Sumber: Dokumentasi Pribadi

3.2 Tinjauan Umum Rumah

Berdasarkan pada penugasan yang kami peroleh, kami melakukan observasi


pada bangunan Rumah Lantai Dua yang beralamat di Jalan Tukad Citarum, Gg no 1,
Denpasar Selatan, Bali Rumah ini memiliki bentuk persegi panjang dan memanjang ke
belakang kea rah timur. Fungsi bangunan sebagai tempat beristirahat setelah melakukan
aktifitas di luar rumah.

Civitas dari rumah berjumlah 4 orang yang terdiri dari sepasang suami istri
dan 2 anak laki-laki dan perempuan. Pemilik rumah berprofesi sebagai seorang dokter
umum (suami) dan ibu rumah tangga (istri) sedangkan anak laki-laki seorang
mahasiswa di universitas warmadewa dan anak perempuan duduk di bangku sekolah
menengah pertama (smp). Aktifitas dari penghuni antara lain di hari biasa pada pagi
hari ketiga civitas pergi untuk bekerja dan bersekolah sedangkan ibu melakukan
kegiatan rumah tangga,hingga sore hari ketiga civitas kembali ke rumah kemudian

19
mandi, makan dan beristirahat. Pada hari libur, keempat civitas beristirahat atau keluar
rumah untuk berlibur.

Adapun pembagian yang terdapat pada rumah ini. Pada lantai 1 merupakan area
publik dan semi publik yang terdiri ruang keluarga, dapur, ruang makan, gudang, toilet
dan teras belakang, sedangkan pada lantai 2 merupakan area private civitas, area private
ini memang di khususkan pada lantai 2 karena menurut pemilik agar terhindar dari
kebisingan. Area private ini terdiri dari 3 kamar tidur yang berukuran 3500mm x 3000mm
yang terdiri dari 1 kamar tidur utama, 2 kamar tidur anak, selain itu pada lantai 2 terdapat
1 kamar mandi utama yang berukuran 3000mm x 1200mm dan 1 kamar mandi anak
2000mm x 1500mm, dan juga terdapat merajan pada lantai 2

Berikut ini adalah gambar denah, tampak, serta potongan bangunan hasil observasi:

20
21
22
23
BAB V

DATA DAN PEMBAHASAN

5.1 Sistem Pengkondisian Udara Objek Observasi

Pada objek yang diobservasi terdapat tiga (2) ruangan yang menggunakan AC,
dengan menggunakan sistem ekspansi langsung. Sistem ini merupakan sistem dimana
setiap satu perangkat AC menghembuskan udara secara langsung untuk mengkondisikan
udara pada ruang yang relatif kecil sesuai dengan suhu yang diinginkan pengguna
ruangan.

Jenis AC yang digunakan adalah AC split, dengan komponen sebagai berikut.

 Indoor : grille, evaporator, motor fan indoor, blower, capacitor fan, filter udara,
thermistor, remote controller, PCB/modul.
 Outdoor : body, compressor, kondensor, capacitor compressor, motor fan outdoor,
capacitor fan outdoor, kapiler, filter dryer, kran valve, overload.

Kebutuhan BTU/h ( satuan kemampuan mendinginkan udara dengan luas dan


kondisi tertentu dalam waktu 1 jam) dapat di tentukan dengan rumus :

𝑳𝒙𝑾𝒙𝑯𝒙𝑰𝒙𝑬
= kebutuhan BTU/h
𝟔𝟎

Keterangan:
L = panjang ruang (dalam feet)
W= lebar ruang (dalam feet)
H= tinggi ruang (dalam feet)
I= 10 (jika ruang berinsulasi), 18 (jika tidak berinsulasi)
E= 16 (utara), 17 (timur), 18 (selatan), 20 (barat)
Nb: 1 meter = 3,28 feet
Kapasitas AC berdasarkan PK:
AC ½ PK = ± 5000 BTU/h
AC ¾ PK = ± 7000 BTU/h
AC 1 PK = ± 9000 BTU/h
AC 1 ½ PK = ± 12000 BTU/h

24
AC 2 PK = ± 18.000 BTU/h
5.2 Perhitungan Kebutuhan BTU/h
Perhitungan kebutuhan BTU/h diperlukan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan suatu alat pengkondisian udara khususnya AC untuk mendinginkan suatu
ruangan dalam waktu 1 jam. Hal ini pula menjadi alasan kami untuk menghitung BTU/h
AC pada objek observasi untuk mengetahui apakah AC yang digunakan dengan dimensi
ruang sudah sesuai dengan standard.
5.2.1 AC pada Lantai 2 (Kamar Tidur Utama) dan (Kamar Tidur Anak1)
Pada lantai 2 terdapat dua ruangan yang mengggunakan Panasonic CS-
YN5SKJ, yaitu pada kamar tidur utama dengan kekuatan 1PK. Dimensi kamar tidur
ini (pxlxt) adalah 3.5m x 3m x 3m. Letak AC yaitu di sebelah timur ruangan, dengan
layout peletakan AC sebagai berikut.

Gambar 5.1
Layout penempatan AC lantai 1
Sumber : Dokumen Pribadi

25
Perhitungan kebutuhan BTU :
Diketahui :
L = 3.5m = 11,482 feet
W = 3m = 9.84 feet
H = 3m = 9.84 feet
I = 10
E = 20
Ditanya :
Kebutuhan BTU/h
Jawab :
LxWxHxIxE
Kebutuhan BTU/h =
60
11,482x9.84x9.84x10x20
=
60
= 3705.838 BTU/h
Jadi, untuk penggunaan AC berkekuatan 1PK pada kamar tidur utama ini
sudah tepat atau sesuai standar.

Gambar : Penempatan AC pada kamar tidur utama (kiri), penempatan AC pada kamar tidur anak (kanan)

Sumber : Dokumentasi Pribadi

26
Gambar : Penempatan Air Buangan AC berada di belakang bangunan

Sumber : Dokumentasi Pribadi

27
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, dapat kami tarik kesimpulan bahwa sistem


pengkondisian udara yang terdapat pada objek menggunakan sistem ekspansi langsung.
Sistem ini sangat efektif digunakan pada rumah tinggal dengan dimensi ruang yang
relatif kecil. Jenis AC yang digunakan adalah AC split. Dalam penentuan kekuatan AC
yang diperlukan, dapat dibantu dengan menghitung kebutuhan BTU/h. Pada objek
observasi, antara kebutuhan BTU/h dengan kekuatan AC yang digunakan sudah sesuai
dengan standard.

Sistem pemipaan untuk air buangan AC tidak merusak estetika pada hunian
tersebut, dikarenakan letaknya yang dibuat tersembunyi atau jauh dari jangkauan mata,
baik penghuni maupun tamu yang berkunjung ke rumah tersebut. Air buangan AC
dialirkan menuju halaman belakang.

6.2 Saran
Melihat posisi AC yang terdapat pada objek, sebaiknya dipindah, karena dari
letaknya, udara yang berhembus keluar dari AC langsung mengenai penghuni yang
tidur di dalam kamar tersebut. Hal tersebut secara jangka panjangnya dapat
menyebabkan gangguan kesehatan bagi penghuni.

28
DAFTAR PUSTAKA

http://engineeringbuilding.blogspot.co.id/2011/02/jenis-sistem-pengkondisian-udara.html

29
30

Anda mungkin juga menyukai