Anda di halaman 1dari 14

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

MATA KULIAH :

ARSITEKTUR INDONESIA

DOSEN:

1. Prof. Dr. Ir. Putu Rumawan Salain, MSi.


2. Prof. Dr. Ir. A. A. Ayu Oka Saraswati, MT.
3. Ni Made Mitha Mahastuti, ST., MT.
4. I Wayan Wiryawan, ST., MT.
5. Dr. Ir. Ni Ketut Ayu Siwalatri, MT.
6. Ni Luh Putu Eka Pebriyanti, ST., MSc.

OLEH :

PUTU INTAN SANTIKA MURTI (1805521110)


SEMESTER GANJIL

TAHUN AJARAN 2019/2020

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmatNYA kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Arsitektur
Indonesia dengan baik dimana mata kuliah ini membahas tentang tempat ibadah
pasca kemerdekaan di Indonesia. Semoga dengan adanya makalah ini dapat
menjadi pegangan dan sumber informasi untuk para pembaca dan juga untuk
memperlancar saya dalam mengikuti proses pembelajaran mata kuliah Arsitektur
Indonesia.

Tentunya makalah ini masih belum sempurna, karena makalah ini masih
memerlukan penjelasan yang lebih rinci lagi. Diharapkan dengan adanya makalah
ini dapat berguna bagi seluruh pembacanya, dan semoga informasi dalam makalah
ini dapat diterapkan dalam kehidupan nyata.

Denpasar, 29 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................. 2

Daftar Isi ............................................................................................................. 3

BAB I Pendahuluan........................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................5

1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................5

BAB II Pembahasan...........................................................................................6

2.1 Pengertian Arsitektur Ibadah..........................................................................6

2.2Perkembangan arsitektur Hindu di Indonesia.....................................................6

2.3 Perkembangan Arsitektur Islam di Indonesia..........................................7

2.3 Perkembangan Arsitektur Kristen di


Indonesia..................................................10

3.2 Pembahasan Pura Meduwe Karang


.....................................................................12

BAB III Penutup.................................................................................................16

4.1 Kesimpulan.....................................................................................................16

4.2 Saran...............................................................................................................16

Daftar Pustaka......................................................................................................17
BAB I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Arsitektur Indonesia berkembang pesat sedari negara kita ini merebut
kemerdekaannya. Sejak saat itulah bermunculan banyak arsitek yang
membangun karya – karya Arsitektur di Indonesia baik sebagai ciri khas
maupun untuk mengenang masa-masa sejarah Indonesia arsitektur tersebut
dipengaruhi oleh keanegaragaman budaya, sejarah, dan geografi di Indonesia.
Negara Indonesia sendiri adalah negara yang mempunyai banyak budaya,
agama dan lain sebagainya dimana kita saling menghargai berbagai macam
penganut agama dan kepercayaan. Oleh karena itu, arsitektur keagamaan atau
peribadahan tersebar luas dan bermacam-macam di Indonesia.

Perkembangan arsitektur keagamaan ini menunjukkan bahwa terdapat


aspek instrinsik yang perlu dipertimbangkan dalam merancang sebuah
bangunan, contohnya seperti budaya dan agama.

Pada makalah ini, penulis akan memberikan penggambaran tentang


bagaimana Arsitektur Ibadah pasca kemerdekaan yang ada di Indonesia,
periode perkembangannya, beserta coraknya. Makalah ini dibuat penulis
dalam rangka menempuh mata kuliah Arsitektur Indonesia pada Jurusan
Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Udayana.
1.2 Rumusan Masalah
1. apakah yang dimaksud dengan Arsitektur Ibadah?
2. Bagaimana perkembangan arsitektur ibadah pasca kemerdekaan?
3. Bagaimana penjelasan contoh dari bangunan yang menunjukkan Arsitektur
Ibadah pasca kemerdekaan di Indonesia dan bagaimana filosofinya?
1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :

a. Lebih memahami tentang apa yang dimaksud dengan arsitektur ibadah


pasca kemerdekaan.
b. Dapat mendeskripsikan dan memahami bagaimana perkembangan
Arsitektur Ibadah pasca kemerdekaan di Indonesia.
c. Mengetahui dan memahami bangunan ibadah pasca kemerdekaan.

1.3 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang dikemukakan dalam penulisan ini yaitu :

a. Sebagai dasar untuk mempermudah memahami bagaimana perkembangan


Arsitekur Ibadah di Indonesia beserta contoh bangunan-bangunan yang
ada saat ini (pasca kemerdekaan).

b. Dapat dijadikan acuan sebagai sumber bacaan, terutama bagi para


mahasiswa arsitektur untuk lebih mudah mencari refrensi guna menambah
wawasan dan pengetahuan di bidang arsitektur.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Arsitektur Ibadah

Arsitektur Indonesia dipengaruhi oleh keanekaragaman budaya, sejarah


dan geografi di Indonesia. Para penyerang, penjajah, dan pedagang membawa
perubahan kebudayaan yang sangat memperuhi gaya dan teknik konstruksi
bangunan Walaupun arsitektur keagamaan tersebar luas di seluruh pelosok
Indonesia, seni arsitektur ini berkembang pesat di Pulau Jawa. Pengaruh
sinkretisasi agama di Jawa meluas sampai ke dalam arsitektur, sehingga
menghasilkan gaya-gaya arsitektur yang berkhas Jawa untuk bangunan-
bangunan ibadah agama Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen.

Pada umumnya agama yang berkembang di Indonesia saat ini merupakan


dari tempat lain (bersumber dari tempat lain) yang dibawa dan disebarkan
oleh para pedagang atau pendeta pada jaman dulu ketika mereka datang ke
Indonesia.

2.2 Perkembangan Arsitektur Ibadah di Indonesia

2.2.1. Perkembangan Arsitektur Hindu di Indonesia

Perkembangan Agama Hindu dan Budha yang telah mempengaruhi sistem


pemerintahan, kepercayaan, sosial dan budaya masyarakat juga tampak pada
arsitekturnya.

Candi adalah istilah dalam Bahasa Indonesia yang merujuk kepada sebuah
bangunan keagamaan tempat ibadah peninggalan purbakala yang berasal dari
peradaban Hindu-Buddha. Bangunan ini digunakan sebagai tempat pemujaan
dewa-dewi ataupun memuliakan Buddha. Akan tetapi, istilah 'candi' tidak hanya
digunakan oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah saja, banyak situs-situs
purbakala non-religius dari masa Hindu-Buddha Indonesia klasik, baik sebagai
istana (kraton), pemandian (petirtaan), gapura, dan sebagainya, juga disebut
dengan istilah candi.

Candi merupakan bangunan replika tempat tinggal para dewa yang sebenarnya,
yaitu Gunung Mahameru. Karena itu, seni arsitekturnya dihias dengan berbagai
macam ukiran dan pahatan berupa pola hias yang disesuaikan dengan alam
Gunung Mahameru. Candi-candi dan pesan yang disampaikan lewat arsitektur,
relief, serta arca-arcanya tak pernah lepas dari unsur spiritualitas, daya cipta, dan
keterampilan para pembuatnya misalnya candi Borobudur , Prambanan dan lain
sebagainya.

2. Terminologi Candi

Penafsiran yang berkembang di luar negeri — terutama di antara penutur bahasa


Inggris dan bahasa asing lainnya — adalah; istilah candi hanya merujuk kepada
bangunan peninggalan era Hindu-Buddha di Nusantara, yaitu di Indonesia dan
Malaysia saja (contoh: Candi Lembah Bujang di Kedah). Sama halnya dengan
istilah wat yang dikaitkan dengan candi di Kamboja dan Thailand. Akan tetapi
dari sudut pandang Bahasa Indonesia, istilah 'candi' juga merujuk kepada semua
bangunan bersejarah Hindu-Buddha di seluruh dunia; tidak hanya di Nusantara,
tetapi juga Kamboja, Myanmar, Thailand, Laos, Vietnam, Sri Lanka, India, dan
Nepal; seperti candi Angkor Wat di Kamboja dan candi Khajuraho di India.
Istilah candi juga terdengar mirip dengan istilah chedi dalam bahasa Thailand
yang berarti 'stupa'.

3. Lokasi Sebaran Candi di Indonesia Di Indonesia, candi dapat ditemukan di


pulau Jawa, Bali, Sumatera, dan Kalimantan, akan tetapi candi paling banyak
ditemukan di kawasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kebanyakan orang
Indonesia mengetahui adanya candi-candi di Indonesia yang termasyhur seperti
Borobudur, Prambanan, dan Mendut. Pada suatu era dalam sejarah Indonesia,
yaitu dalam kurun abad ke-8 hingga ke-10 tercatat sebagai masa paling produktif
dalam pembangunan candi. Pada kurun kerajaan Medang Mataram ini candi-candi
besar dan kecil memenuhi dataran Kedu dan dataran Kewu di Jawa Tengah dan
Yogyakarta. Hanya peradaban yang cukup makmur dan terpenuhi kebutuhan
sandang dan pangannya sajalah yang mampu menciptakan karya cipta arsitektur
bernilai seni tinggi seperti ini. Beberapa candi yang bercorak Hindu di Indonesia
adalah Candi Prambanan, Candi Jajaghu (Candi Jago), Candi Gedongsongo,
Candi Dieng, Candi Panataran, Candi Angin, Candi Selogrio, Candi Pringapus,
Candi Singhasari, dan Candi Kidal. Candi yang bercorak Buddha antara lain
Candi Borobudur dan Candi Sewu. Candi Prambanan di Jawa Tengah adalah
salah satu candi Hindu-Siwa yang paling indah. Candi itu didirikan pada abad ke-
9 Masehi pada masa Kerajaan Mataram Kuno.

2.2.2 Contoh bangunan ibadah pasca kemerdekaan

1. Masjid Syuhada

https://web.facebook.com/masjidsyuhadayogyakarta?_rdc=1&_rdr

https://twitter.com/syuhada_kita
Masjid syuhada adalah salah satu bangunan ibadah pasca kemerdekaan
yang terletak di Yogyakarta ,tepatnya Jalan I Dewa Nyoman Oka 13, Kotabaru,
Yogyakarta Masjid itu selesai dibangun dan diresmikan pada tanggal 20
September 1952.

Pembangunan Masjid Syuhada Yogyakarta dimaksudkan untuk memenuhi


kebutuhan masyarakat muslim pada umumnya dan secara khusus memberi
penghargaan kepada masyarakat muslim di Yogyakarta yang banyak
menyumbangkan bagi masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Lebih dari itu
juga dimaksudkan sebagai monumen guna memperingati para pahlawan yang
gugur syahid mempertahankan proklamasi kemerdekaan RI.

Pada 17 Agustus 1950 ditetapkanlah garis kiblat di atas tanah yang


sekarang berdiri bangunan masjid. Sementara itu, pada 23 September 1950 atau
11 Dzulhijjah 1369 bertepatan dengan Hari Raya Qurban kedua, Sri Sultan
Hamengku Buwono IX yang ketika itu selaku Menteri Pertahanan Republik
Indonesia, meletakkan batu pertama pembangunan masjid. Dua tahun kemudian
tepatnya pada 20 September 1952 seluruh bangunan selesai dan dilakukan
pembukaan secara resmi yang bertepatan dengan Tahun Baru Hijriyah, 1
Muharram 1372.

https://www.tagar.id/tagarphoto/40676/masjid-syuhada

Masjid ini menerapkan konsep arsitektur islam, adapun beberapa ciri –ciri
yang menunjukan bangunan ini adalah bangunan arsitektur islam.\
1. Atap

Atap berbentuk kubah , yang mencirikan arsitektur islam , terdapat tiga


atap dan atap yang paling tengah merupakan atap yang berfungsi sebagai
vocal point.

2. Jendela

Jendela dari masjid Syuhada ini berbentuk melengkung , seperti ciri khas masjid
pada umumnya. Jendela ini berfungsi sebagai fungsi jendela / bukaan pada
umumnya yakni sebagai sirkulasi udara.
3. Pintu

Pintu masjid Syahuda memiliki bentuk yang menyerupai atap


masjid , yakni berbentuk kubah yakni sebagai symbol agama islam

Kubah merupakan salah satu unsur arsitektur yang selalu


digunakan. Kubah ini berbentuk seperti separuh bola, atau seperti
kerucut yang permukaannya melengkung keluar. Terdapat juga bentuk
'kubah piring' (karena puncak yang rendah dan dasar yang besar) dan
'kubah bawang' (karena hampir menyerupai bentuk bawang).

4. Bangunan secara keseluruhan


Analisa bangunan secara keseluruhan bangunan memiliki kesan
kuno dan tetap mempertahankan ciri khas masjid kuno agar tetap
memiliki nilai-nilai keagamaan , dan nilai-nilai kemerdekaan
Indonesia (penanda kemerdekaan republik Indonesia).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan akhir dari data yang
sudah dijelaskan pada bab 2 dan bab 3 untuk tempat beribadah umat agama.
Kesimpulan yang didapat , yaitu:

 Bentuk bangunan ibadah pasca kemerdekaan kebanyakan mengikuti


budaya dan juga kepercayaan tradisi masing-masing daerah tersebut
dan bangunan ibadah yang dibangun pasca kemerdekaan kebanyakan
memberi makna tentang sejarah kemerdekaan Indonesia.

 Pada bangunan yang penulis pilih untuk dianalisis, digunakan sebagai


pedoman untuk menelaah beberapa karakteristik bangunan Arsitektur
pasca kemerdekaan seperti contoh-contoh pura , masjid dan gereja
yang tertera diatas.

3.2. Saran

Adapun saran yang diberikan oleh penulis, yaitu:

 Pada banguan ibadah pasca kemerdekaan sebaiknya diolah dan


dipertahankan ciri khas asli dari bangunan tersebut.

 Apabila ingin melakukan suatu perubahan atau renovasi sebaiknya


dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai sakral dari bangunan itu
sendiri mengingat bangunan ibadah yang dibangun pasca
kemerdekaan kebanyakan memang dibangun untuk mengenang masa-
masa sejarah kemerdekaan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

https://situsbudaya.id/sejarah-gereja-santa-maria-de-fatima-jakarta/

https://www.google.com/search?q=masjid+istiqlal&safe=strict&client=firefox-b-
d&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwjU27eUwZ7mAhXab30KHR
kGCRQQ_AUoAXoECBUQAw&biw=1366&bih=654

https://www.google.com/search?
q=gereja+santa+maria+de+fatima&safe=strict&client=firefox-b-
d&source=lnms&sa=X&ved=0ahUKEwj8i5b4wZ7mAhVYXn0KHQi5BFsQ_A
UIDCgA&biw=1366&bih=654&dpr=1

https://meisianasantoso.wordpress.com/2015/10/05/gereja-katolik-santa-maria-de-
fatima-toasebio/

https://id.wikipedia.org/wiki/Pura_Meduwe_Karang

Anda mungkin juga menyukai