Anda di halaman 1dari 2

ARSITEKTUR RAMAH LINGKUNGAN

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian


yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan
lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan
perkotaan,arsitektur lanskap, hingga ke level mikro yaitu
desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk
kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut. bangunan yang baik haruslah
memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan /
Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan
koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi
unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan
fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur
fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun
psikologis. Dalam sebuah perancangan, dalam suatu wilayah pembangunan
paling tidak mempunyai 30% unsur hijau. Arsitektur hijau, mencakup keselarasan
antara manusia dan lingkungan alamnya. Memperhatikan hubungan antara
ekologi dan arsitektur, yaitu hubungan antara massa bangunan dengan makhluk
hidup yang ada disekitar lingkungannya, tak hanya manusia tetapi juga flora dan
faunanya. Arsitektur sebagai sebuah benda yang dibuat oleh manusia harus
mampu menunjang kehidupan dalam lingkugannya sehingga memberikan timbal
balik yang menguntungkan untuk kedua pihak. Pendekatan ekologis dilakukan
untuk menghemat dan mengurangi dampak - dampak negatif yang ditimbulkan
dari terciptanya sebuah massa bangunan, akan tetapi dengan memanfaatkan
lingkungan sekitar. Contoh terapannya yaitu, munculnya trend green design.
Apabila tidak memperhatikan adanya bagian unsur hijau maka sering
terjadinya banjir di daerah perkotaan, dimana hampir semua bagian ditutup
dengan lapisan perkerasan sehingga memicu terjadinya air permukaan yang
menimbulkan banjir. Terkait dengan hal ini maka disini sangat diperlukan
keselarasan antara Arsitek, Peraturan Daerah dan Pemilik bangunan sehingga
peran Arsitek dapat menciptakan suatu wadah atau ruang sebagai kelangsungan
hidup manusia yang memungkinkan tercapainya kondisi optimal bagi
pengembangan masyarakat sebagai pemakai dan terpeliharanya fungsi-fungsi
alam dalam kesinambungan yang dinamis.
Salah satu contoh Arsitektur ramah lingkungan di sini adalah Taman
Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, yang menunjukkan banyaknya lingkungan
hijau di site bangunan tersebut dan pembuatan taman pada atap sehingga
membuat dampak positif untuk mengurangi dampak global warming. Seperti
Pembuatan the "Artificial Sungai" dibuat sepanjang sisi barat laut situs untuk
membantu mengumpulkan air hujan untuk didaur ulang dan mengganti pagar
sebagai batas ramah antara taman dan sekitarnya.

Sumber :https://hartoyo-sw-nd.blogspot.com

Pada saat ini gaya arsitek cendrung mengarah ke gaya arsitektur


internasional yang mana ciri dan jatidiri daerah Indonesia sering terlupakan,
sehingga sulit membedakan mana karya yang baik dan cocok untuk Indonesia.
Sikap Arsitek harus berubah, dimana seorang arsitek harus memahami
reaksi manusia yang terlibat guna dicarikan pemecahannya bila akan timbul
konflik, karena disini seorang Arsitek bukan hanya menuangkan sebuah misi ke
dalam perencanaan saja, tetapi arsitek berkewajiban secara etis sampai obyek
bangunan tersebut benar-benar berfungsi.
Adanya pemahaman terhadap nilai-nilai dan norma-norma yang terdapat
di lingkungan sosial masyarakat merupakan hal yang perlu dilakukan oleh
Arsitek sebagai dasar pijak dalam menciptakan karya arsitekturalnya. Sehingga,
hasil yang diwujudkan akan merupakan arsitektur yang akrab dengan
lingkungannya serta mudah dicerna apa makna dan pesan yang disampaikannya
tanpa meninggalkan ciri khas dari budaya lingkungannya. Seperti perlunya
desain rancangan tradisional.

Anda mungkin juga menyukai