Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 3

ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN

Muh Rafly Hidayatullah


220211502042
Arsitektur B

JURUSAN
PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
PROGRAM STUDI
ARSITEKTUR
Konsep Arsitektur Lingkungan berkaitan dengan berbagai elemen perencanaan dan perancangan
meliputi perencanaan tata kota, landscape planning, urban design, interior maupun eksterior serta
struktur konstruksi bangunan yang memperhatikan kondisi fisik alam yang meliputi air, tanah, udara,
iklim, cahaya, bunyi dan kelembapan. Arsitektur lingkungan sangat berkaitan erat dengan arsitektur
hijau (green architecture) karena sama – sama berhubungan dengan sumber daya alam. Arsitektur
lingkungan juga merupakan wujud bagian dari berbagai karakter desain arsitektur berkelanjutan yang
berupaya meminimalkan dampak negatif lingkungan dari bangunan dengan efisiensi dan moderasi
dalam penggunaan bahan, energi, ruang pengembangan, dan ekosistem secara luas. Arsitektur
berkelanjutan menggunakan pendekatan sadar untuk energi dan konservasi ekologi dalam desain
lingkungan binaan. Istilah ‘ekologi’ pertama kali di perkenalkan oleh Ernst Haeckel, ahli ilmu hewan
pada tahun 1869 sebagai ilmu interaksi antara segala jenis makhluk hidup dan lingkungannya (Egerton,
2019), Jadi Ekologi dapat di defenisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dan lingkungannya. Sedangkan Arsitektur lingkungan atau yang dikenal dengan eco-
house muncul di tahun 1970 di saat harga bahan bakar minyak tinggi Eko-arsitektur melihat bangunan
sebagai bagian dari ekologi yang lebih besar dari planet bumi ini, dan bangunan sebagai bagian dari
habitat hidup. Hal ini bertentangan dengan gagasan yang lebih umum dari banyak arsitek, yang melihat
sebuah bangunan sebagai sebuah karya seni (Roaf, 2001).
Arsitektur ekologi yang kita kenal sekarang tumbuh dari gelombang advokasi lingkungan yang
populer di Amerika Serikat pada tahun 1960- an. Gerakan ini menggabungkan sejumlah faktor seperti
penghormatan terhadap cara penduduk asli Amerika hidup dengan alam, dan penentangan terhadap
penyebaran perkotaan dan pinggiran kota yang berkembang pesat di seluruh AS. Para aktivis
lingkungan ini bereksperimen dengan struktur kehidupan dan bagaimana kehidupan mereka
berinteraksi dengan ekosistem lokal. Pada tahun 1969, Ian McHarg, seorang arsitek lanskap,
menerbitkan "Design With Nature"; sebuah buku tentang arsitektur ekologi yang mempromosikan ide-
ide yang telah dieksplorasi selama dekade terakhir. Sejak itu, arsitektur ekologi terus berkembang, baik
secara teknologi maupun popularitas. Pada abad ke-21, arsitektur hijau menjadi topik penting, seiring
dengan semakin pentingnya ruang hijau di lingkungan perkotaan.
Arsitektur ekologi kontemporer bertujuan untuk memerangi gaya arsitektur lazim yang merusak
bumi.Britannica, bangunan bertanggung jawab atas terjadinya kerusakan alam karena menghabiskan
lebih dari setengah sumber daya dunia pada awal abad ke-21. Ini termasuk: - 16% dari sumber daya air
tawar - 30-40% dari semua pasokan energi - 50% dari semua bahan mentah yang diambil dari
permukaan bumi - 40-50% dari TPA - 20-30% gas emisi rumah kaca.Saat ini, hubungan antara
lingkungan dan arsitektur berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Banyaknya terjadi bencana
alam speperti banjir, gempa adalah tanda bahwa alam ini sudah tidak seimbang. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya bangunan pencakar langit, hilangnya area hijau dan area peresapan air yang menjadi
berbagai jenis bangunan termasuk rumah tinggal dan perkembangan kota yang sangat pesat. Arsitektur
lingkungan merujuk pada penggunaan kembali material, penggunaan sumber energi alternatif,
konservasi energi, dan penentuan tapak yang cermat. Menerapkan semua struktur ini saat merancang
dan membangun akan menghasilkan arsitektur yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Dampak dari berkembangnya Arsitektur lingkungan adalah semakin banyak pemahaman tentang efek
perubahan iklim dan semakin banyak orang beralih ke arsitektur ramah lingkungan untuk memerangi
kerusakan yang telah terjadi dan meminimalkan kerusakan konstruksi di masa depan. Kota-kota di
seluruh dunia menggunakan Indeks atau penilaian bangunan hijau untuk mengukur tingkat keramahan
bangunan terhadap lingkungan. Kota-kota menggunakan standar penilaian bangunan hijau untuk
melakukan pengukuran tingkat ekologi bangunan-bangunan di setiap tahunnya. Di tahun 1960-an telah
terjadi peningkatan besar pada bangunan fosil. Namun gaya seperti itu yang dikenal dengan arsitektur
brutalist dan modernis tidak lagi sepopuler antara tahun 1960-an dan 1980-an, Saat ini masyarakat lebih
sadar untuk bisa hidup berdampingan dengan alam secara harmonis. Namun pengembangan kota secara
drastic saat ini menjadi tantangan. Perubahan iklim dapat dirasakan dimana-dimana.Sehingga desain
bangunan yang memperhatikan lingkungan saat ini adalah alternatif yang sangat berharga.Ketika
gerakan arsitektur ekologi kontemporer dimulai, begitu pula gerakan arsitektur yang menentangnya
dalam segala hal. 1960-an dan seterusnya, telah terjadi peningkatan besar pada bangunan fosil.
Bangunan arsitektur memiliki fungsi dalam menciptakan kebutuhan ruang untuk mewadahi aktifitas
penggunanya (manusia). Agar dapat melakukan aktifitas degan baik, maka faktor kenyamanan menjadi
penting. Salah satu hal yang berkaitan dengan kenyamanan adalah kondisi iklim yang sangat
dipengaruhi oleh kondisi fisik suatu wilayah. Maka untuk mewujudkan kenyamanan didalam bangunan
seorang arsitek harus bisa memahami keadaan lingkungan sekitar tapak serta menganalisisnya sabagai
dasar pengambilan keputusan didalam mendesain sebuah bangunan. Rumah merupakan salah satu jenis
bangunan yang paling lama dan sering ditempati, karena dari tempat ini sesorang memulai dan
mengakhiri aktivitas hariannya. Oleh karena itu pertimbangan kenyamanan bangunan sangatlah
penting. Selain memperhatikan iklim, sebuah karya arsitektur harus juga dituntut mampu menonjolkan
sisi estetika melalui pola bentukan, material, dan lainnya. Hal ini juga termasuk perumahan, dimana
selain nyaman sebuah perumahan yang bagus juga akan memberikan nilai prestis tersendiri bagi
penghuninya Pengadaan perumahan, khususnya untuk kelompok masyarakat berpenghasilan rendah di
daerah perkotaan telah menjadi permasalahan dunia. Ini khususnya menjadi permasalahan yang
mensyaratkan penanganan dengan urgensi tinggi bagi kota-kota di negara yang sedang berkembang.
Namun, belum banyak negara yang telah secara sukses menangani kebutuhan ini, seperti halnya
Singapore dan Hong Kong. Response terhadap masalah penyediaan tempat bermukim yang layak
berkompetisi dengan permasalahan serta kepentingan lain yang juga dipandang memiliki urgensi
penanganan tinggi. Ini termasuk: intensifnya arus urbanisasi, tingginya kepadatan penduduk,
keberadaan pemukiman kumuh (slums dan squaters), kemacetan, peningkatan tindak kejahatan, polusi,
dan keterbatasan infrastruktur pendukung operasional perkotaan sehari-hari (Suartika 2010a, 2013).
Kondisi ini malah telah menjadi bagian dari rentetan pemandangan yang menjadi karakter kehidupan
perkotaaan di negara-negara berkembang, termasuk Asia (Jack 2006).
Arsitektur lingkungan sangat berkaitan erat dengan arsitektur hijau (green architecture) karena sama –
sama berhubungan dengan sumber daya alam. Konsep dari bangunan dengan karakter bangunan hijau
adalah sebagai berikut:
• Sustainable
(Berkelanjutan) Berkelanjutan yang berarti bangunan tetap bertahan dan berfungsi seiring zaman,
konsisten terhadap konsepnya yang menyatu dengan alam tanpa adanya perubahan – perubuhan yang
signifikan tanpa merusak alam sekitar.
• Earthfriendly
(Ramah Lingkungan) Bangunan harus ramah terhadap lingkungan yang berarti tidak merusak
lingkungan. Perusakan lingkungan bisa disebabkan penggunaan/ eksploitasi material alam secaa
berlebihan; penggunaan energi pada bangunan secara berlebihan.

• High Performance Building


(Bangunan dengan Performa yang Baik) Bangunan yang ramah lingkungan harus memiliki sifat High
Performance Building yang berfungsi untuk mengurangi penggunaan energi dengan memanfaatkan
energi yang berasal dari alam. Contohnya dengan penggunaan panel surya (solar cell) yang mengubah
cahaya matahari menjadi sumber energi yang dapat ditempatkan pada bangunan sebagai pembangkit
tenaga listrik. Contoh lainnya adalah dengan penggunaan material yang dapat di daur ulang. Hal ini
dapat membantu di dalam memgurangi limbah/ sampah sehingga menjaga lingkungan
Arsitektur lingkungan yang merupakan wujud dari arsitektur berkelanjutan memiliki konsep dan
karakter yang menyatu dengan alam tanpa adanya perubahan-perubahan tanpa merusak alam. Arsitektur
berkarakter lingkungan meliputi aspek – aspek berikut:
1.Material Organik
Material yang di maksud secara ekologi adalah material yang ramah lingkungan, dan mudah di dapat,
sebenarnya tidak larangan jika harus menggunakan bahan – bahan modern yang ada, hanya saja volume
penggunaan yang harus ada kesepakatan, di samping bahan konvensional secara umum dan modern.
2,Sirkulasi Udara
Bangunan Ekologi secara umum memaksimalkan sirkulasi udara secara alami dan memminimalkan
penggunaan udra buatan seprti AC, Kipas angin, Exhause, dll. Jendela serta ventelasi yang di terapkan
pada bangunan harus juga di sesuai dengan arah angin, penerapan atap bangunan tradisional adalah
salah satu solusi untuk memberikan kenyamanan dalam ruang,atap yang tinggi juga membuat udara
dapat mengatur pola sirkulasinya, Angin juga berlaku dapat kasar terhadap lingkungan serta fisik
bangunan,jadi Laina Hilma Sari, Zahriah, Muslimsyah, Abdul Munir 13 perlu di adakan antisipasi
terhadap pengaruh negative angin, seperti, pembuatan ventilasi / bukaan secara maksimal, pemasangan
tirai – tirai, penaman pohon – pohon atau tanaman yang sesuai dengan kondisi lingkungan.
3. Bentuk Masa Bangunan
Bentuk masa bangunan secara ekologi, yaitu pengadopsian bentuk – bentuk yang ramah lingkungan,
seperti: Bentuk Arsitektur Tradisional local, Bentuk masa bangunan lebih terbuka sehingga ada
keterikatan antara lingkungan dan bangunan atau sebaliknya, di mensi bangunan di olah semaksimal
mungkin sehingga tidak terjadinya perbedaan yang mencolok terhadap bangunan penduduk local,
bentuk bangunan juga di sesuaikan dengan material yang di gunakan
4. Penghijauan (Vegetasi)
Penghijauan sangatlah penting untuk tetap terjaganya kualitas lingkungan yang berkelanjutan,
penerapan bangunan di daerah – daerah lingkungan hutan yang terjaga dan di lindungi dapat
menimbulkan resiko yang berpotensi terhadap kerusakan lingkungan, seperti yang telah kita bahas di
atas, bahwa perencanaan bangunan harus di melalui studi lingkungan terlebi dahulu.

Arsitektur memiliki kontribusi di dalam memberikan dampak positif dan negatif ternadap lingkungan.
Kontribusi positif hadir dengan melihat konsep dan hakikat dari arsitektur seperti yang dicetuskan oleh
Marcus Pollio Vitruvius (1486) yang mendefinisikan arsitektur sebagai kesatuan dari
kekuatan/kekokohan (firmitas), keindahan (venustas), dan kegunaan/fungsi (utilitas). Amos Rappoport
(1981) mendefinisikan arsitektur sebagai ruang tempat hidup manusia, yang lebih dari sekedar fisik,
tapi juga menyangkut pranata-pranata budaya dasar.
Perkembangan teknologi material di bidang konstruksi berkembang sangat cepat dan sebagian besar
material konstruksi bersumber dari alam. Oleh karena itu, konsep material keberlanjutan adalah sangat
penting sebagi upaya untuk menjaga keberadaan material agar tetap terjamin ketersediaannya di masa
akan datang. Sebagai contoh, konsep reuse material bangunan dan recycle limbah konstruksi dan
bongkaran bangunan adalah langkah yang perlu diterapkan untuk menjamin ketersediaan material di
alam. Langkah penting lainnya adalah potensi pengurangan limbah dan penggunaan material alami di
area sekitar tapak, penggunaan material daur ulang dan konsumsi energi selama proses transportasi.
Untuk menggantikannya, salah satu alternatif material berkelanjutan yang banyak ditemukan di
Indonesia adalah bambu. Bambu telah dikenal sebagai bahan berkelanjutan, tetapi hanya digunakan
dalam skala kecil misalnya untuk furnitur. Namun, meskipun merupakan sumber daya berkelanjutan,
banyak orang menganggap bambu sebagai bahan buangan. Terbukti, penggunaan bambu sering
digunakan untuk membuat alat sederhana dengan desain tradisional untuk kehidupan sehari-hari.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan, pembangunan
berkelanjutan pun menjadi isu global sehingga menuntut para pelaksananya yang datang dari berbagai
sektor untuk lebih memperhatikan lingkungan, termasuk juga di sektor konstruksi. Segala aspek dalam
sektor industri ini dituntut untuk menerapkan pendekatan yang lebih ramah lingkungan, mulai dari
persiapan, teknologi yang diterapkan, teknis pelaksanaan, produk yang dihasilkan hingga proses
akhirnya. Definisi pembangunan berkelanjutan yang paling sering dikutip adalah dari Brutland Report.
Menurut versi ini, pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan
generasi masa kini tanpa mengorbankan generasi masa mendatang.
Dari sisi masalah lingkungan, mengadopsi metode konstruksi berkelanjutan tentunya akan
mengurangi dampak negatif proyek konstruksi terhadap lingkungan. Namun di luar masalah
lingkungan, terdapat manfaat yang lebih nyata dari penerapan konstruksi berkelanjutan ini. Bangunan
ramah lingkungan (Green building) memiliki biaya operasional yang lebih rendah. Penelitian juga
menunjukkan bahwa penggunaan teknologi berkelanjutan yang terbaru dalam proses konstruksi,
berpotensi menghasilkan penghematan dalam setahunnya. Dengan mengurangi limbah, terjadi
penghematan secara langsung pada proyek konstruksi dalam kaitannya dengan pengurangan biaya yang
Berkelanjutan Ekologi Di samping itu, melalui penggunaan kendaraan proyek dengan lebih efisien,
maka akan menghemat biaya bahan bakar. Ada satu hal lagi yang juga bisa memberikan keuntungan
bagi perusahaan konstruksi yang menerapkan konstruksi berkelanjutan, yaitu dapat meningkatkan
reputasi perusahaan dengan menunjukkan rasa tanggung jawab sosial perusahaan tersebut. Diharapkan
konstruksi berkelanjutan melalui desain bangunan yang harmonis dengan alam pada akhirnya dapat
mendukung dan menjaga ekosistem lingkungan agar tidak punah. Hal itu selaras dengan prinsip utama
dalam pembangunan berkelanjutan, yaitu menjaga bumi dalam kondisi yang tetap dapat mendukung
kehidupan di masa mendatang. Konstruksi berkelanjutan tidak dapat lepas dari pembangunan
berkelanjutan. Sebagai konsep, pembangunan berkelanjutan mencakup dari semua segi kehidupan,
mulai dari kebijakan politik pemerintah, strategi bisnis, hingga gaya hidup. Mencakup tidak hanya
permulaan tapi mencakup juga mengenai hasil akhir. Realisasinya pembangunan berkelanjutan bersifat
kompleks dan harus menerapkan sistem indisipliner. Definisi berkelanjutan muncul pertama kali pada
tahun 1987 dari “Brutland Report”, pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi
kebutuhan generasi masa kini tanpa mengorbankan generasi masa depan dalam memenuhi
kebutuhannya dimasa mendatang. Dalam konteks pembangunan di masa mendatang, pembangunan
berkelanjutan mencakup 3 hal, yakni berkelanjutan sosial, berkelanjutan ekonomi, dan berkelanjutan
ekologi.
Konstruksi Berkelanjutan menjadi konsep yang sesuai untuk mencegah kerusakan lingkungan terus
berlanjut dan memutuskan mata rantai eksploitasi sumber daya alam (SDA) yang tidak terbarukan.
Dengan menerapkan pembangunan yang ramah lingkungan atau konstruksi yang berkelanjutan dapat
meminimalisasi penumpukan limbah sisa pembangunan dan mampu mereduksi pemakaian sumber
daya alam yang jumlahnya kian waktu semakin berkurang. Dari konsep green construction ini limbah
limbah sisa pembangunan yang masih bagus dapat digunakan secara berkelanjutan dari proyek satu ke
proyek yang lainnya yang secara tidak langsung sudah menghemat pemakain sumber daya alam, dalam
hal ini manajer proyek sebagai orang berwenang mengatur , mengawasi dan pembuat keputusan sangat
berpengaruh dalam penghematan sumber daya alam yang dipakai. Mengingat akan konstruksi
berkelanjutan dapat tercipta jika pembangunan tersebut dapat memenuhi tiga tujuan sekaligus, yaitu
aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Proses pembangunan konstruksi memiliki nilai penghasil
limbah dengan jumlah yang cukup besar,
Hampir sekitar seperlima dari semua limbah yang berkaitan dengan kegiatan industri adalah milik
industri konstruksi. Limbah ini dihasilkan pada setiap tahap dalam proyek konstruksi yang normal, dari
pemilihan bahan dan material, pengolahannya, pengemasan, transportasi, penggunaannya di lapangan,
kegiatan perbaikan hingga pembuangannya. Pada awalnya, pemahaman akan sustainabilitas dalam
pembangunan konstruksi hanya menekankan bagaimana mengatasi permasalahan yang tidak lebih dari
terbatasnya sumber daya yang ada, yang hingga saat ini tetap menjadi dasar sebuah proyek
pembangunan konstruksi, yaitu keterbatasan akan biaya, waktu dan mutu. Kemudian pemahaman
tersebut berkembang, dengan menekankan lebih kepada permasalahan teknis dalam konstruksi, seperti
material, komponen bangunan, teknologi konstruksi dan pelestarian energi yang berkaitan dengan
konsep desain. Sedangkan saat ini, pemahaman akan sustainabilitas dalam dunia konstruksi semakin
jauh berkembang, dan lebih menekankan kepada permasalahan non-teknis, dan ini sangat penting untuk
mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, aspek-aspek non-teknis ini antara lain seperi aspek
ekonomi, aspek sosial, aspek kebudayaan, warisan-warisan budaya dan lainnya. Hal ini mengingat
bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan salah satu hal yang dapat menjadi pemicu dan
pendorongnya adalah kegiatan jasa konstruksi, dan terutama penerapan akan konsep konstruksi
berkelanjutan didalamnya.
Permasalahan akan resource-conscious design (kesadaran akan keterbatasan sumber daya) adalah
pusat untuk penerapan konstruksi berkelanjutan, dimana tujuan utamanya adalah meminimalisasi
konsumsi sumber daya alam dan dampaknya terhadap sistem ekologi. Konstruksi berkelanjutan
mempertimbangkan peran dan potensi antar ekosistem untuk meyediakan pelayanan yang sinergis
antara pembangunan dan lingkungan. Hambatan dari Penerapan Konstruksi Berkelanjutan Dari
pemaparan yang ada, dapat diketahui bahwa sedikit banyak penerapan dari konstruksi berkelanjutan
akan mempengaruhi terhadap kualitas lingkungannya, dan jelas pengaruh yang diberikannya adalah
pengaruh positif terhadap lingkungan. Ini merupakan salah satu keuntungan yang didapat dengan
menerapkan konstruksi berkelanjutan, akan tetapi jika hanya ini yang menjadi dasar keuntungannya,
kemungkinan penerapan dari konstruksi berkelanjutan hanya akan dilakukan pada pembangunan
infrastruktur Negara atau fasilitas umum, karena jelas ini merupakan investasi yang harus dilakukan
oleh Negara untuk kepentingan masa depannya. Akan tetapi jika kita lihat dari sisi swasta, kecil
kemungkinan para investor ingin menerapkan konstruksi berkelanjutan pada investasi mereka, karena
keuntungan yang kurang jelas bagi apa yang mereka investasikan. Maka dari itu perlu nominal yang
jelas akan keuntungan dari menerapkan konstruksi berkelanjutan, sehingga konsep ini tidak hanya
menciptakan bangunan-bangunan dengan proses dan hasil yang ramah lingkungan tetapi juga dapat
dijadikan sebagai konsep dalam bisnis yang menjanjikan, sehingga penerapannya akan menjadi menarik
dan dapat menjual, yang dalam pandangan investor adalah meraih keuntungan
Melalui teknologi kita dapat menghemat atau melestarikan energi dan memenuhi kebutuhan
pembangunan yang berkelanjutan,enam logika dalam pendekatan yaitu eko-teknik; eko-sentris; eko-
kebudayaan; ekosocial; eko-medis dan eko - estetik ( Guy dan Farmer ), Dua pendekatan yang paling
erat hubungannya dengan teknologi dan kesehatan material yaitu eko-teknik dan ekomedis (Sylvie.
2011). Eko – teknik mengandung pemahaman bahwa apa saja yang menyangkut masalah lingkungan
hidup dapat diatasi oleh teknologi. Energi dapat diperoleh dari daur ulang panas matahari,emisi karbon
dan polusi dapat diatasi dengan teknologi tinggi, sejauh penyelesaiannya bertanggung jawab terhadap
kelestarian lingkungan dan memerhatikan konstruksi yang berkelanjutan (continuous and green
construction). Eko-medis mengandung pemahaman kesehatan lingkungan secara menyeluruh, dimana
penggunaan material konstruksi semakin alami semakin ramah lingkungan akan baik untuk kesehatan
masyarakat, karena itu pemanfaatan bahan bangunan alami dan unsur-unsur kesehatan dari alam seperti
orientasi matahari,aliran udara segar sangat dianjurkan, dengan teknologi yang inovatif dapat
memanfaatkan unsurunsur alami untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh penghuni bangunan,
itulah yang dipahami bahwa dalam lingkungan dan bangunan yang sehat terdapat lingkungan
berkelanjutan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pada dasarnya industri konstruksi merupakan salah satu pengguna
sumber daya alam terbesar. Akan tetapi, sifat terbatas dari sumber daya alam dan perubahan iklim yang
terjadi beberapa dekade terakhir ini telah meningkatkan keprihatinan berbagai pihak yang pada akhirnya
mendorong perusahaan konstruksi untuk mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan. Hal
tersebut menjadi landasan dilakukannya pembangunan sektor konstruksi berkelanjutan (sustainable
construction).
DAFTAR PUSTAKA
Novianto Prambudi. 2018. Faktor-faktor penghambat dalam Penerapan Konstruksi
Berkelanjutan pada Proyek Konstruksi Indonesia. Makassar: Universitas Hasanuddin
Wirawati, Sylvie. 2011. Penggunaan Teknologi Bahan Inovatif Pada Pembangunan
Berkelanjutan. Jakarta: Universitas Tarumanegara (Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3, ISBN :
979-587-395-4)
Dewiyanti, Dhini, et al. "JURNAL LINGKUNGAN BINAAN INDONESIA (JLBI)." Jurnal
Lingkungan Binaan Indonesia 10 (2021): 4.
Utomo, Heru Prasetiyo, Fitry Aditya Fananiar, and Jullinar Dwi Pangesti. "Pengaruh Kondisi
Lingkungan Terhadap Bentuk Bangunan Arsitektur." Jurnal Arsitektur 11.1 (2021): 25-32.

Anda mungkin juga menyukai