A. Arsitektur
Arsitektur berasal dari bahasa Yunani arche dan tectoon. Arche berarti yang asli, yang
utama, yang awal, yang sejati, yang prototype, dan sebagainya.
Tectoon aslinya berarti tukang kayu, tukang bangunan, kemudian menerima arti lebih luas
yang bersangkut paut dengan yang stabil, tidak roboh, sesuai dengan hukum Gravitasi.
Architectoon artinya Pembangunan yang utama atau sebenarnya: tukang bangunan yang
pertama (Mangunwijaya, 1998).
B. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berupa keadaan, wujud dan sifat dari yang ada dan
berinteraksi dengan bangunan dalam “konteks” arsitektur secara utuh. Lingkungan dalam
kaitan ini berarti “environment” sebagai tafsiran dari keadaan/sifat sekitar.
Salah satu segi yang mendukung perencanaan dan perancangan arsitektur sebagai suatu
keseluruhan,yang menitik beratkan pada “pewadahan spatial” yang dibutuhkan arsitektur,
sesuai dengan tujuan kegunaannya bagi manusia.
Arsitektur Lingkungan sangat berkaitan erat dengan srsitektur hijau (green architecture) karena
sama sama berhubungan dengan sumber daya alam. Konsep dari bangunan dengan karakter
bangunan hijau adalah sebagai berikut :
Sustainable (Berkelanjutan)
Berkelanjutan yang berarti bangunan tetap bertahan dan berfungsi seiring zaman,
konsisten terhadap konsepnya yang menyatu dengan alam tanpa adanya perubahan
– perubahan yang signifikan tanpa merusak alam sekitar.
Earthfriendly (Rumah Lingkungan)
Bangunan harus ramah terhadap lingkungan yang berarti tidak merusak lingkungan.
Perusakan lingkungan bisa disebabkan penggunaan/ eksploitasi material alam secara
berlebihan.
High Performance Building (Bangunan dengan Performa yang Baik)
Bangunan yang ramah lingkungan harus memiliki sifat High Performance Building
yang berfungsi untuk mengurangi penggunaan energi dengan memanfaatkan energi
yang berasal dari alam. Contohnya dengan penggunaan panel surya (solar cell) yang
mengubah cahaya matahari mrnjadi sumber energi yang dapat ditempatkan pada
bangunan sebagai pembangkit tenaga listrik. Contoh lainnya adalah dengan
penggunaan material yang dapat di daur ulang. Hal ini dapat membantu di dalam
mengurangi limbah/sampah sehingga menjaga lingkungan.
2. ARSITEKTUR VS LINGKUNGAN
Seiring semakin kuatnya isu lingkungan, arsitektur hijau menjadi tren pembangunan di saat ini.
Arsitektur hijau merupakan pendekatan dalam pembangunan sebuah bangunan dengan
meminimalisasi dampak buruk bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
Perlu diketahui, arsitektur hijau pada dasarnya bertujuan untuk merancang bangunan yang
ramah lingkungan. Ramah lingkungan yang dimaksud adalah dapat mengurangi jejak karbon dan
berkelanjutan.
Jika kita mencoba mencari penelusuran tentang arsitektur hijau dan lingkungan pasti yang
muncul adalah gedung-gedung tinggi yang berhiaskan tanaman-tanaman, kaca-kacabesar, dan
bukaan-bukaan yang banyak. Tetapi, benarkah aplikasi arsitektur hijau yang sering kita lihat
merupakan solusi dalam menekan efek negatif perubahan iklim yang terus menghantui kota?
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan, sisi-sisi buruk yang dibahas bukan untuk menghentikan gerakan arsitektur hijau.
Melainkan, untuk sedikit mundur ke belakang dan mempertimbangkan kembali bagaimana
seharusnya usaha kita untuk melindungi dan merawat alam kita.
Arsitektur alam, seperti terdapat misalnya pada ilmu bumi, selalu membentuk suatu peredaran alam
yang tertutup, misalnya seperti peredaran air di bawah ini.
Di Afrika Timur, hidup suku dinkas yang kebudayaannya berdasar atas pengertian peredaran
alam yang tertutup. Matahari terbit dan
terbenam dan matahari akan Kembali besok.
Musim hujan dan musim kemarau, memulai
dan berhenti dan musim hujan dan musim
kemarau akan Kembali tahun depan. Tetapi
manusia lahir, Mati dan tidak akan Kembali lagi.
Manusia menjadi symbol yang merusak
peredaran alam yang tertutup?
Jikalau kita mau memahami arsitektur sebagai peredaran alam, seperti arsitektur alam, maka
arsitektur itu dapat dinilai sebagai arsitektur manusia. Arsitektur bukan lagi merupakan suatu ilmu
Teknik atau ilmu perencanaan atau kesenian mata-mata, melainkan suatu ilmu intedisiplin
Peradaban dan kebudayaan merupakan sifat yang sangat penting bagi manusia dan masyarakat
terutama di bidang arsitektur.
Ir. Hindro T. Soemardjan menulis dalam makalahnya yang berjudul Pendidikan arsitektur dan
pembangunan nasional = Sebuah pendekatan budaya:
Arsitektur adalah cerminan kebudayaan. Arsitektur sebagai suatu karya kesenian habya bisa tercapai
dengan dukungan masyarakat yang luas, berbeda dengan karya seni Lukis atau seni patung mislanya
bisa terlahir hanya dengan usaha satu orang seniman saja. Untuk melahirkan karya arsitektur
diperlukan selain arsitek. Juga ahli-ahli Teknik lainnya, industry bahan, sekelompok pelaksana,
teknologi dan lain-lain. Oleh karnanya, patutlah dikatakan bahwa arsitektur adalah
pengejawantahan (manisfestasi) dari kebudayaan manusia. Atau dengan kata lain arsitektur selalu
dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat.
Ir. Hindro T. Soemardjan menggambarkan proses pembentukan budaya dan manifestasi arsitektonis
sebagai berikut:
Fungsi menentukan arti. Perlindungan terhadap kehidupan manusia ialah tujuan pembangunan.
Fungsi melindungi tidak boleh dicampur dengan fungsionalisme sebagai gaya arsitektur. Pengertian
fungsi tentunya jauh lebih luas. Pada alam, semuanya bersifat fungsional, semua mempunyai fungsi,
dan jikalau arsiktektur biologis dapat diterapkan sebagai semacam tiruan arsitektur alam maka
semuanya juga berfungsi.
Analisis site, sintesik dan perencanaan sebaiknya diperkembangkan dalam rangka kerja sama antara
arsitek atau perencana, ahli seni pertamanan, ahli geologi, insinyur dan seterusnya secara
interdisipliner.
Bangunan dan kontruksinya dibutuhkan manusia antara lain untuk menghadapi pengaruh iklim.
Faktor penting untuk membangun perlindungan terhadap cuaca dan iklim ialah, penyinaran, suhu,
kelembaban udara, ventilasi dan sebagainya.
Dari ahli fisika dan ahli kimia kita ketahui bahwa energi dan materi masing-masing dapat
ditransformasi tanpa kita kehilangan sesuatu. Pembangunan merupakan penggunaan energi dan
materi (bahan bangunan) secara terarah. Arsitektur menjadi bukan sekedar kesenian yang bebas
memilih beton bertualang atau plastic, melainkan harus mempertagungjawabkan soal energi dan
bahan bangunan.
Pengertian cara membangun dan kontruksi bangunan mempunyai kaitan dengan pembangunan
biologis sehingga antara keduanya sebenarnya tidak berbeda. Menurut prof. H. Ronner pada buku
context 29-Bauweisen, Baustrukturen, Bausysteme Zurich 1975) cara membangun atau jenis
bangunan adalah bagaimana dan dari apa suatu bangunan tersebut
4. RESUME BUKU ARSITEKTUR DAN LINGKUNGAN HEINZ FRICK BAB 6 DAN 7
Lingkungan alam
Sifat cara pemilihan dan pengelolaan atas tanah serta bangunan baik oleh pemerintah
maupun masyarakat, ikut menjadi faktor penentu dalam pembangunan pemukiman maupun
kelangsungan
kehidupan
manusia sehari-hari.
Beberapa butir
yang perlu kita sadari
dalam pembentukan
lingkungan alam adalah sebagai berikut :
Ribuan tahun diperlukan cuaca untuk menyediakan tanah lahan dan btu atau produk gunung api
Air hujan dan air tanah merupakan sumber daya utama bagi tumbuh-tumbuhan setempat
Perencanaan yang mempergunakan sumber alam yang terbatas, terutama dalam bentuk
kima/sintetis, seharusnya di hindarkan
Binatang dan tumbuh-tumbuhan biasanya menyesuaikan diri dengan lingkungan alam setempat
Penanaman dan tumbuh-tumbuhan merupakan sumber utama makanan manusi dan sebagai
penyedia udara murni
Lingkungan sekitar
Dengan pertambahan penduduk yang tinggi terutama di negara-negara berkembang,
kerusakan lingkungan alam makin lama makin berat contohnya tanah longsor, kebakaran hutan dan
sebagainya.
Walaupun mungkin lingkungan sosial bertentangan dengan faktor ekonomi maka mengenai
lingkungan sosial dan ekonomi seoptimal mungkin menurut daftar/gambar contohnya saja tuntutan
mahasiswa
Pada bangunan biologis, bahan bangunan menentukan bentuk, konstruksi dan arsitektur
bangunan. Disamping itu dapat dipastikan bahwa biasanya bahan bangunan yang digunakan untuk
bangunan tradisional mennjadi lebih murah harganya, lebih sederhana dan mudah
digunakan/diterapkan, tersedia di tempat/local, seimbanga dengan iklim setempat sesuai dengan
kepandaian tukang-tukang setempat.
5. ARSITEKTUR BERKELANJUTAN
Menurut James Stevens Curl dan Susan Wilson (Penulis Kamus Arsitektur Oxford),
“Arsitektur Berkelanjutan adalah arsitektur yang tidak membuang energi, tidak membutuhkan
perawatan yang mahal, dan bukan bangunan yang memiliki isolasi yang buruk atau terlalu banyak
kaca." Desain berkelanjutan dapat meningkatkan kualitas hidup dengan menghilangkan kebutuhan
energi yang tidak terbarukan. Ketika solusi desain menyertakan energi berkelanjutan untuk
meningkatkan fungsi desain itu, pekerjaan dilakukan secara gratis. Ini adalah cara memahami dan
menghubungkan dengan lokasi, kondisi lingkungan dan tempat.
Konektivitas
Rancang hubungan antara proyek, lokasi, komunitas, dan ekologi. Hubungan antara
penggunaan sumber daya lokal dan pasokan regional energi berkelanjutan adalah elemen
penting dalam proses desain berkelanjutan. Buat perubahan minimum agar sistem alami
berfungsi.
Lokal
Desain dengan dan untuk apa yang telah berkelanjutan di lokasi selama berabad-abad, yaitu
struktur tradisional. Desain yang berkelanjutan juga
mengedepankan penggunaan material lokal sehingga
mengurangi biaya angkut dan eksploitasi sumber
daya di suatu tempat.
Umur Panjang
Desain harus dilakukan untuk generasi mendatang
dan yang mencerminkan arsitektur berkelanjutan
dan desain yang diadopsi oleh generasi sebelumnya.
Merenovasi dan menggunakan kembali infrastruktur yang ada adalah salah satu pendekatan
desain berkelanjutan yang paling efektif.
Bangunan ini berdiri sebagai proyek yang mengubah gelombang pembangunan menuju arsitektur
hijau di Amerika dengan menerapkan ekologi penuh pada bangunan yaitu : cahaya, udara, energi,
dan manusia kesehatan dan kesejahteraan yang menyeluruh.
3) Museum Etnografi
Museum Etnografi di Budapest, Eropa. Museum ini adalah bangunan dengan ukuran 34.000 persegi.
Bentuk desain yang dinamis ini selaras dengan lingkungan dan taman sehingga seperti
berkomunikasi dengan perkotaan sekitar.