Anda di halaman 1dari 16

Tugas

PENGETAHUAN LINGKUNGAN

ARSITEKTUR HIJAU

Oleh

Muh. Yasin ali jani


P3B117059

PRODI DIII TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2019

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah konservasi terkait

“Arsitektur Hijau, Energi Bersih dan Transportasi Hijau" ini. Sholawat serta salam

semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad

SAW yang telah menunjukkan jalan yang lurus kepada kita berupa ajaran agama

Islam yang sempurna dan menjadi anugerah bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi

tugas dalam mata kuliah pendidikan konservasi dengan judul "Konservasi Terkait

Arsitektur Hijau, Energi Bersih dan Transportasi Hijau ". Disamping itu, kami

mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam pembuatan maalah ini sehingga dapat disusun hingga selesai.


Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat.

Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan

kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan

makalah ini di waktu yang akan datang.


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerusakan lingkungan yang mengglobal antara lain disebabkan karena

pemanasan global (gas-gas yang menyerap dan menahan panas dari matahari

sehingga mencegah kembali keruang angkasa), penyusutan ozon, hujan asam

(berkaitan dengan pembakaran bahan bakar fosil yang akan bercampur dengan

uap air di awan), sampah padat, dan penyusutan cadangan mineral. Utamanya di

Indonesia, Indonesia adalah negara yang memasuki taraf kritis dalam usaha

mengurangi pemanasana global, seperti di daerah Riau yang seringkali diselimutii

kabut asap sebagai bukti buruknya kesadaran serta upaya rakyat Indonesia dalam

membentuk lingkungan yang ramah, baik serta sehat.


Tidak lepas dari campur tangan manusia, dimana manusia adalah

kontributor terbesar dalam perusakan lingkungan. Seperti halnya tentang

pembangunan yang menggunakan bahan-bahan dari alam yang diambil secara

berlebihan, bahan bakar alat transportasi yang pembakarannya tidak sempurna,

yaitu bensin dengan nilai oktan dibawah 8 sehingga menghasilkan gas CO yang

berbahaya tidak hanya bagi manusia, tetapi bagi alam yakni merusak lapisan ozon.

Berdasarkan banyaknya masalah-masalah mengenai lingkungan yang

disebabkan oleh manusia, harus ada upaya penanggulangan atau setidaknya

mengurangi besarnya tingkat kontribusi manusia dalam perusakan lingkungan.

Beberapa cara yang dapat dilakukan diantaranya yang pertama adalah

pembangunan dengan konsep arsitektur hijau. Arsitektur hijau adalah arsitektur

yang minim konsumsi sumber daya alam termasuk energi, air dan material, serta
minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Arsitektur hijau adalah

suatu pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk meminimalisasi

berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan. Yang

kedua adalah transportasi berbahan bakar yang ramah lingkungan atau biasa

disebut dengan transportasi hijau. Dan yang terakhir adalah penggunaan energi

bersih, yaitu suatu program dengan upaya pemanfaatan sumber energi terbarukan

serta penggunaan teknologi energi yang efisien dengan budaya hemat energi.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang diatas adalah :

1. Apa pengertian arsitektur hijau ?

2. Apa pengertian transportasi hijau ?


BAB II
PEMBAHASAN

1. Arsitektur Hijau

Green Architecture atau sering disebut sebagai Arsitektur Hijau adalah

arsitektur yang minim mengonsumsi sumber daya alam, ternasuk energi, air, dan

material, serta minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.

Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan perencanaan bangunan yang

berusaha untuk meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada

kesehatan manusia dan lingkungan.


Sebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk

terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang

lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber

energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal.

Penggunaan material-material yang bisa didaur-ulang juga mendukung

konsep arsitektur hijau, sehingga penggunaan material dapat dihemat. Suatu

bangunan belum bisa dianggap sebagai bangunan berkonsep Arsitektur hijau

apabila bangunan tersebut belum bersifat ramah lingkungan. Maksud dari Ramah

Lingkungan disini bukan hanya berarti tidak merusak lingkungan, namun juga

memiliki area hijau yang mampu menyumbang penghijauan di wilayah bangunan

serta energi yang tidak merusak ekosistem lingkungan. Oleh karena itu bangunan

berkonsep green architecture mempunyai sifat ramah terhadap lingkungan sekitar.


Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya

di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan di

mana mereka tinggal. Istilah keberlanjutan menjadi sangat populer ketika mantan

Perdana Menteri Norwegia GH Bruntland memformulasikan pengertian

Pembangunan Berkelanjutan (sustaineble development) tahun 1987 sebagai

pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia masa kini tanpa

mengorbankan potensi generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka

sendiri.

Keberlanjutan terkait dengan aspek lingkungan alami dan buatan,

penggunaan energi, ekonomi, sosial, budaya, dan kelembagaan. Penerapan

arsitektur hijau akan memberi peluang besar terhadap kehidupan manusia secara

berkelanjutan. Aplikasui arsitektur hijau akan menciptakan suatu bentuk arsitektur

yang berkelanjutan.
Untuk pemahaman dasar arsitektur hijau yang berkelanjutan, meliputi di

antaranya lansekap, interior, dan segi arsitekturnya menjadi satu kesatuan. Dalam

contoh kecil, arsitektur hijau bisa juga diterapkan di sekitar lingkungan kita.

Misalnya, dalam perhitungan kasar, jika luas rumah adalah 100 meter

persegi, dengan pemakaian lahan untuk bangunan adalah 60 meter persegi, maka

sisa 40 meter persegi lahan hijau, Jadi komposisinya adalah 60:40. Selain itu

membuat atap dan dinding menjadi konsep roof garden dan green wall. Dinding

bukan sekadar beton atau batu alam, melainkan dapat ditumbuhi tanaman

merambat. Selain itu, tujuan pokok arsitektur hijau adalah menciptakan eco

desain, arsitektur ramah lingkungan, arsitektur alami, dan pembangunan

berkelanjutan.
Selain itu, arsitektur hijau diterapkan dengan meningkatkan efisiensi

pemakaian energi, air dan pemakaian bahan-bahan yang mereduksi dampak

bangunan terhadap kesehatan. Arsitektur hijau juga dapat direncanakan melalui

tata letak, konstruksi, operasi dan pemeliharaan bangunan.

A. PENGELOLAAN AIR
Dalam perencanaan sebuah bangunan, seorang arsitek selalu dihadapkan

pada masalah pengolahan air. Air hujan adalah salah satu yang perlu manajemen

yang baik supaya tidak mengganggu kenyamanan hidup kita. Air hujan jamaknya

dialirkan melalui saluran-saluran (vertikal maupun horizontal) yang ada di dalam

lahan sebelum diteruskan ke sistem drainase kota. Pengaliran dengan

mengandalkan sistem drainae kota ini terbukti sudah tidak efektif dalam

mengelola air hujan.


Banjir besar di Jakarta tahun 2002 dan 2007 adalah bukti betapa lemahnya

sistem drainase kota menghadapi air hujan. Terlepas dari tingginya curah hujan,

sistem drainae kebanyakan kota di Indonesia memang sudah tidak memadai

karena semrawutnya tata ruang. Selain itu, kebiasaan hidup masyarakat

membuang sampah ke sungai dan tinggal di bantaran kali juga menyebabkan

kurang berartinya sistem drainase dalam menghadapi limpahan air hujan.


Salah satu alternatif pengolahan air hujan adalah menggunakan lubang

resapan biopori ditemukan oleh Ir. Kamir R. Brata, Msc, seorang Peneliti Institut

Pertanian Bogor (IPB). Resapan biopori meningkatkan daya resapan air hujan

dengan memanfaatkan peran aktifitas fauna tanah dan akar tanaman.Lubang

resapan biopori adalah lubang silindris berdiameter 10-30 cm yang dibuat secara

vertikal ke dalam tanah dengan kedalaman sekitar 100 cm. Dalam kasus tanah

dengan permukaan air tanah dangkal, lubang biopori dibuat tidak sampai melebihi

kedalaman muka air tanah. Lubang kemudian diisi dengan sampah organik untuk

memicu terbentuknya biopori.


Biopori adalah pori-pori berbentuk lubang (terowongan kecil) yang dibuat

oleh aktifitas fauna tanah atau akar tanaman. Kehadiran terowongan/lubang-

lubang biopori kecil tersebut secara langsung akan menambah bidang resapan air.

Sebagai contoh, bila lubang dibuat dengan diameter 10 cm dan dengan kedalaman
100 cm, maka luas bidang resapan akan bertambah sebanyak 3140 cm² atau

hampir 1/3 m².


Sementara, suatu permukaan tanah berbentuk lingkaran dengan diamater 10

cm, yang semula mempunyai bidang resapan 78.5 cm² setelah dibuat lubang

resapan biopori dengan kedalaman 100 cm, luas bidang resapannya menjadi 3.218

cm². Lubang biopori disebar dalam jarak tertentu sesuai dengan luas lahan yang

hendak dicover. Selain itu, biopori juga bisa diterapkan diselokan yang seluruhnya

tertutup semen. Dibutuhkan dua sampai tiga kilogram sampah lapuk untuk sebuah

lubang biopori.
Agar orang yang menginjaknya tidak terperosok, lubang ditutup dengan

kawat jaring. Selain memperbesar bidang resapan melalui aktivitas organisme

tanah, lubang resapan biopori juga memiliki dapat mengubah sampah organik

menjadi kompos. Lubang resapan biopori "diaktifkan" dengan memberikan

sampah organik didalamnya.


Sampah inilah yang akan menjadi sumber energi bagi organisme tanah

untuk melakukan kegiatan melalui proses dekomposisi. Sampah yang telah

didekompoisi ini dikenal sebagai kompos. Melalui proses seperti itu maka lubang

resapan biopori akan berfungsi sekaligus sebagai "pabrik" pembuat kompos.

Kompos dapat dipanen pada setiap periode tertentu dan dapat dimanfaatkan

sebagai pupuk organik pada berbagai jenis tanaman. Sampai saat ini belum

ditemukan apa yang menjadi kelemahan lubang biopori. Sampah organik yang ada

pada lubang biopori dirasa tidak akan mengganggu karena cepat diuraikan.
Sampah akan sulit diuraikan jika lubang resapan terlalu besar dan tidak

disebar. Karena itu sampah harus disebarkan, jangan hanya berada disatu tempat.

Hasilnya itu juga bisa dijadikan kompos. Memakai lubang resapan biopori adalah
tampaknya merupakan langkah yang bijak dalam merencanakan sebuah

lingkungan binaan. Arsitek sebagai perencana seyogyanya tidak hanya

memikirkan kepentingan bangunan yang dirancangannya, tetapi juga memikirkan

bagaimana rancangannya itu dapat mandiri dan tidak menambah beban sistem

drainase kota.
Karena lahan perkotaan telah telanjur disesaki bangunan, maka sasaran

perolehan sel-sel hijau daun beralih pada hamparan atap datar gedung-gedung

yang justru lebih banyak dibanjiri cahaya matahari. Sebenarnya gerakan atap hijau

telah muncul di Jepang sejak awal abad ke-20 melalui konsep eco-roof, tetapi sifat

pengembangannya masih ekstensif.


Atap hijau jenis ini ditandai struktur atap beton konvensional dengan biaya

dan perawatan taman relatif murah karena penghijauan atap hanya mengandalkan

tanaman perdu dengan lapisan tanah tipis. Ketika Jepang semakin ketat menjaga

lingkungan melalui pemberlakuan berbagai tolok ukur bangunan ramah

lingkungan, para perancang mulai berpacu mencari solusi cerdas dalam

memanfaatkan bidang datar atap bangunan.


Salah satunya adalah intensifikasi taman atap, atau upaya memadukan

sistem bangunan dengan sistem penghijauan atap sehingga dapat diciptakan taman

melayang (sky garden). Berbeda dengan atap hijau ekstensif yang hanya

menghasilkan taman pasif, atap hijau intensif dapat berperan sebagai taman aktif

sebagaimana taman di darat.


Dengan lapisan tanah mencapai kedalaman hingga dua meter, atap hijau

intensif mensyaratkan struktur bangunan khusus dan perawatan tanaman cukup

rumit. Jenis tanaman tidak hanya sebatas tanaman perdu, tetapi juga pohon besar

sehingga mampu menghadirkan satu kesatuan ekosistem. Walaupun investasi


yang dibutuhkan untuk membuat atap hijau cukup tinggi, bukan berarti upaya

peduli lingkungan ini bertentangan dengan semangat mengejar keuntungan

ekonomi, terbukti kini banyak fasilitas komersial yang menerapkan konsep atap

hijau intensif. Salah satu di antaranya adalah Namba Park, sebuah mal gaya hidup

di pusat kota Osaka.


Manfaat atap hijau bukan hanya sebatas peningkatan nilai estetika dan

penghematan energi, pengurangan gas rumah kaca, peningkatan kesehatan,

pemanfaatan air hujan, serta penurunan insulasi panas, suara dan getaran, tetapi

juga penyediaan wahana titik temu arsitektur dengan jaringan biotop lokal.

Perannya sebagai "batu loncatan" menjembatani bangunan dengan habitat alam

yang lebih luas seperti taman kota atau area hijau kota lainnya
Prinsip-prinsip arsitektur hijau :

a. Hemat energi / Conserving energy : Sungguh sangat ideal apabila

menjalankan secara operasional suatu bangunan dengan sedikit

mungkin menggunakan sumber energi yang langka atau membutuhkan

waktu yang lama untuk menghasilkannya kembali. Solusi yang dapat

mengatasinya adalah desain bangunan harus mampu memodifikasi

iklim dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah

lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan memanfaatkan

potensi matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain bangunan

agar hemat energi, antara lain :

1) Bangunan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan

pencahayaan dan menghemat energi listrik.


2) Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk

energi thermal sebagai sumber listrik dengan menggunakan

alat Photovoltaic yang diletakkan di atas atap. Sedangkan atap

dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding timur-barat atau

sejalur dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan sinar

matahari yang maksimal.

3) Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya

rendah. Selain itu juga menggunakan alat kontrol

penguranganintensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya

memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat

terang tertentu.

4) Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat

mengatur intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan

masuk ke dalam ruangan.

5) Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak

menyilaukan, yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas

cahaya.

6) Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas

dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk

melalui lubang ventilasi.

7) Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan

lift.
b. Memperhatikan kondisi iklim / Working with climate : Melalui

pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan

lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam,

iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian

bangunan, misalnya dengan cara:

1) Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.

2) Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk

mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.

3) Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya

dengan membuat kolam air di sekitar bangunan.

4) Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan

ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai

kebutuhan.

c. Meminimalkan Sumber Daya Baru / Limitting new resources : Suatu

bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada

dengan meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir

umur bangunan dapat digunakan kembali unutk membentuk tatanan

arsitektur lainnya. Mendesain dengan mengoptimalkan kebutuhan

sumberdaya alam yang baru, agar sumberdaya tersebut tidak habis dan

dapat digunakan di masa mendatang. Penggunaan material bangunan

yang tidak berbahaya bagi ekosistem dan sumber daya alam.

d. Tidak berdampak negative bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni

bangunan tersebut / Respect for site : Bangunan yang akan dibangun,


nantinya jangan sampai merusak kondisi tapak aslinya, sehingga jika

nanti bangunan itu sudah tidak terpakai, tapak aslinya masih ada dan

tidak berubah.( tidak merusak lingkungan yang ada ).

e. Menanggapi keadaan tapak dari bangunan / Respect for site :

Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya.

Hal ini dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi,

bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan

cara sebagai berikut.

1) Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang

mengikuti bentuk tapak yang ada.

2) Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan

mendesain bangunan secara vertikal.

3) Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak

lingkungan. Menetapkan seluruh prinsip – prinsip green

architecture secara keseluruhan: Ketentuan diatas tidak baku,

artinya dapat kita pergunakan sesuai kebutuhan bangunan kita.

f. Memperhatikan pengguna bangunan / Respect for user :

Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang

sangat erat. Kebutuhan akan green architecture harus memperhatikan

kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan

pengoperasiannya.

g. Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di

atas menjadi satu dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip green


architecture pada dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena saling

berhubungan satu sama lain.

DAFTAR PUSTAKA

Bast, E dan Srinivas,K. Mencari Definisi air bersih. 11 September 2016 .

www.hijauku.com/2011/08/22/mencari-definisi-energi-bersih/

Doni. Arsitektur Hijau. 10 September 2016.

https://virtualarsitek.wordpress.com/artikel/sejarah-arsitektur/tipologi

Hardati, P, dkk. 2016. Pendidikan Konservasi. Kerjasama dengan Pusat

Pengembang Kurikulum MKU MKDK Unnes

Mahajani, Izrak. Green Architecture. 10 September 2016.

http://gospoth.blogspot.co.id/2013/03/green-architecture.html

Meta. Green Transport. 10 September 2016

.http://blog.unnes.ac.id/nurchalimah/2015/11/26/green-transport-

transportasi-hijau/

Anda mungkin juga menyukai