Universitas Brawijaya
arviollisa17@gmail.com
081258089643
TEKNOLOGI ATAP HIJAU MENGGUNAKAN TANAMAN
PANGAN LOKAL SEBAGAI STRATEGI PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN DALAM UPAYA MENGHADAPI
DEGRADASI LINGKUNGAN
[2]
Prianto, E., 2007. Rumah Tropis Hemat Energi Bentuk Keperdulian Global Warming. Jurnal
Pembangunan Kota Semarang RIPTEK, 1(1), pp.1-10.
[3]
Limas, A.V., Perdana, A., Nandhika, W. and Tannady, H., 2014. PEMBAHASAN MENGENAI
EFEK URBAN HEAT ISLAND DAN SOLUSI ALTERNATIF BAGI KOTA JAKARTA. J@ TI
UNDIP: JURNAL TEKNIK INDUSTRI, 9(1), pp.29-34.
Putri Ayunda Dipta Arviollisa
Universitas Brawijaya
arviollisa17@gmail.com
081258089643
Tumbuhan yang digunakan untuk membuat atap hijau tidak memiliki kriteria
khusus, namun disarankan untuk menggunakan tumbuhan merambat agar tidak
membebani media atap hijau dan mencegah kerusakan media yang dikarenakan oleh
pertumbuhan akar tanaman. Untuk memaksimalkan fungsi dari atap hijau, dapat
digunakan tanaman pangan lokal seperti krokot, poh-pohan, garut, kemangi, dan ubi
jalar. Penggunaan tanaman pangan lokal pada atap hijau akan menambah fungsi
menjadi atap hijau produktif. Selain itu, penggunaan tanaman pangan lokal ini sesuai
untuk diterapkan di Indonesia karena di samping keragaman tanaman pangan lokal
yang berlimpah, hal ini mendorong masyarakat untuk membudidayakan dan
mengonsumsi bahan pangan lokal yang tentunya berkhasiat bagi kesehatan.
Bangunan dengan atap hijau dapat membuat ruangan menjadi lebih sejuk. Hal
ini dapat mengurangi penggunaan AC yang memiliki dampak negatif bagi lingkungan
yakni menyebabkan pemanasan global. Atap hijau dapat menyaring air hujan menjadi
air tanah secara alami sehingga menghemat energi dan ruang untuk instalasi
penyaringan air. Pengurangan penggunaan AC akan menghemat jauh lebih banyak
energi listrik yang digunakan.
Dalam sektor lingkungan, atap hijau menggunakan tanaman pangan lokal
dapat menjadi sebuah solusi terbaik untuk degradasi lingkungan. Sebab, atap hijau
dapat menyaring air hujan menjadi air tanah yang terbebas dari zat asam maupun
polusi, mengurangi volume air yang memenuhi saluran drainase sehingga mampu
mengurangi banjir, mengurangi konversi lahan hijau menjadi lahan pertanian,
mengurangi karbon dioksida, dan mengurangi berbagai dampak negatif perubahan
iklim. Atap hijau dengan menggunakan tanaman pangan lokal juga dapat
menyediakan habitat baru bagi serangga dan burung.
Dalam sektor ekonomi, atap hijau menggunakan tanaman pangan lokal
memberikan banyak keuntungan. Atap hijau dengan tanaman pangan lokal dapat
menjadi peluang bisnis baru bagi penyedia bibit-bibit tanaman lokal maupun
penghasil bahan pangan lokal. Atap hijau multifungsional tersebut dapat menaikkan
nilai produksi dari hasil tanaman pangan lokal.
Bangunan dengan atap hijau menggunakan tanaman pangan lokal akan
merangsang masyarakat untuk mengolah lahannya secara mandiri. Penggunaan
tanaman pangan lokal pada atap hijau akan mendorong perlahan perubahan pola
makan masyarakat menjadi lebih baik dengan tingkat gizi lebih berkualitas. Budidaya
tanaman pangan lokal
[2]
Prianto, E., 2007. Rumah Tropis Hemat Energi Bentuk Keperdulian Global Warming. Jurnal
Pembangunan Kota Semarang RIPTEK, 1(1), pp.1-10.
[3]
Limas, A.V., Perdana, A., Nandhika, W. and Tannady, H., 2014. PEMBAHASAN MENGENAI
EFEK URBAN HEAT ISLAND DAN SOLUSI ALTERNATIF BAGI KOTA JAKARTA. J@ TI
UNDIP: JURNAL TEKNIK INDUSTRI, 9(1), pp.29-34.