Anda di halaman 1dari 6

PENGGUNAAN ATAP RUMAH SEBAGAI TAMAN

UNTUK MENURUNKAN SUHU PANAS DALAM RUANGAN


Ari Rahadini
Program Studi Arsitekur Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
Gedung E1 Fakultas Teknik Kampus Sekaran Gunung Pati UNNES
Email: ayik12@yahoo.com

ABSTRAK
Isu pemanasan global merupakan isu yang sangat penting saat ini. Pada dasarnya isu pemansan global dekat dengan keseharian
masyarakat. Sentral dari pembicaraan soal pemanasan global adalah mengurangi emisi karbon akibat dari efek gas-gas rumah kaca.
Rumah-rumah kaca bukan berarti bangunan dengan jendela kaca atau pintu kaca. Gas rumah kaca ada enam jenis, yaitu gas
karbondioksida (CO2), metan (CH4), nitrous oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFCs), perfluorokarbon (PFCs), dan sulfur heksafluorida
(SF6). Penetapan ini sesuai dengan Kerangka Kerja PBB untuk Konvensi tentang Perubahan Iklim (UNFCC). Keenam gas ini memiliki
efek menahan radiasi panas dari matahari di atmosfer sehingga menyebabkan suhu permukaan bumi meningkat. Kota-kota di daerah
tropis semakin panas. Hal tersebut sebetulnya dapat dikurangi dengan adanya penghijauan kota. Namun kini penghijauan kota
mengalami permasalahan tersendiri dikarenakan terbentur permasalahan keterbatasan lahan. Penciptaan Roof Garden atau taman di
atap rumah tinggal merupakan implementasi dari prinsip desain arsitektur yang berwawasan lingkungan. Vegetasi dalam taman pada
ketinggian tertentu merupakan salah satu upaya dalam merespon kondisi iklim sehingga tercipta keseimbangan termal dalam iklim
mikro bangunan. Secara alamiah vegetasi mampu memproduksi oksigen serta menyaring polusi udara. Selain itu vegetasi pada atap
bangunan mampu menyerap panas dari cahaya matahari dan dapat menjaga suhu ruangan di bawahnya agar tetap nyaman. Dalam
makalah ini akan dibandingkan suhu antara ruang dengan roof garden diatasnya dengan ruang yang memiliki atap datar beton tanpa
taman diatasnya disertai ilustrasi untuk mempermudah pemahamannya. Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya penurunan
suhu ruang yang cukup signifikan akibat adanya taman pada atap rumah tinggal.
Kata Kunci : roof garden, penurunan suhu, ruangan, atap datar

PENDAHULUAN
Seperti yang telah diuraikan diatas, isu pemanasan global
sangatlah dekat dengan keseharian hidup masyarakat pada
umumnya terutama di kota besar, sebenarnya banyak cara
yang dapat dilakukan untuk (setidaknya) membantu
mengurangi dampaknya sekecil apapun itu. Tujuan pokok
tata kota kontemporer yaitu mencapai kualitas taman dan
hutan kota yang luasnya minimal 20 persen dari wilayah
kota, dengan jarak dari perumahan sebaiknya tidak
melebihi 300 m, serta utilitas dan banyaknya taman [1].
Penghijauan kota seharusnya mudah dicapai (di dalam inti
setiap kampung dan dekat kawasan industri/ perumahan
kecil) dan dinikmati secara gratis oleh masyarakat [2].
Penghijauan kota dalam bentuk taman dan hutan kota akan
memenuhi kebutuhan dasar tersebut. Taman kota tidak
harus selalu luas sekali karena manfaat bagi masyarakat
akan lebih besar jika taman kota, walaupun kecil, berada
dekat dengan tempat tinggal mereka.
Selain penghijauan dengan taman kota, dengan semangat
tidak bergantung terhadap pemerintah penghijauan dapat
secara optimal dilakukan diantaranya dengan penghijauan
secara benar dalam skala rumah tangga yaitu pekarangan.
Bila ini dilakukan yang pasti lingkungan secara lokal
(pemukiman penduduk kota) akan mendapatkan manfaat
dari sikap yang benar terhadap lingkungan, yang sekaligus
membantu mengurangi dampak pemanasan global secara
lokal.
Emisi gas rumah kaca bisa dikurangi dimulai dari rumah
kita dengan cara melakukan penghematan energi dengan
mengurangi konsumsi listrik dengan berbagai cara, atau

dengan menyumbangkan sedikit sarana penyerap karbon,


yaitu dengan penanaman pohon. Menanam pohon secara
langsung juga akan berefek mendinginkan rumah dan bisa
berfungsi menyerap air. Sehingga untuk menyerap karbon,
setidaknya yang ada disekitar setiap rumah penduduk kota
adalah sebuah pohon dan sebidang taman rumput.
Bangunan biologik dan ekologik mempunyai bayangan
alternatif ke arah perumahan dan kota karena seimbang
dengan alam. Cara pembangunan yang menunjang secara
aktif kesehatan penghuninya di masa depan sangat
menentukan. Rumah tinggal yang propilaktik dan berfungsi
sebagai regenerator psikologis dan sosial. Hasil psikologis
dan fisik dari tumbuh-tumbuhan menunjukkan kehidupan
tumbuh-tumbuhan
lingkungan
bersifat
tenang,
mengeluarkan zat asam (oksida), menghisap zat arang
(CO2), menyerap kebisingan dan debu, mengatur
kelembaban udara. Akibat dari tumbuh-tumbuhan yang
positif terhadap perumahan dan kota menyebabkan
perkembangan konstruksi dinding dan atap yang dihijaukan
serta pengembangan elemen dinding dan atap yang
hidroponik dan plastroponik maka akan terjadi bahan
bangunan yang hidup, arsitektur ekologis aktif, biotektur.
Air merupakan bahan bangunan yang paling penting pada
bangunan dengan model seperti ini. Sehingga perlu adanya
suatu simbiosis mutualisme dengan tumbuh-tumbuhan
sebagai sistem pembangunan [3]
Dalam Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang dan Permendagri Nomor 1 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan
A-383

ISBN 978-979-18342-1-6

Perkotaan ditetapkan, RTH kawasan perkotaan 30 persen,


20 persen RTH Publik, dan 10 persen RTH privat.
Pada lingkungan hunian terkecil belum ada
pemberdayaan RT/RW sebagai sistem penggerak utama
warga untuk penghijauan lingkungan perumahan seperti
misalnya penanaman suatu jenis pohon yang sejenis dalam
satu lingkungan perumahan. Hal ini selain bermanfaat
untuk lingkungan juga bermanfaat dari segi estetis. Selain
itu, bisa juga dibuat taman lingkungan yang berfungsi
sebagai daerah resapan. Selain manfaat lingkungan dan
estetis, penanaman pohon juga bisa menjadi identitas
kawasan. Perencanaan pembangunan pada jaman Belanda
yang berwawasan lingkungan telah menerapkan hal
tersebut. Setiap wilayah dikembangkan dengan dinamai
dengan pohon sebagi identitas misalnya peterongan, johar.
Halaman atau pekarangan rumah penduduk merupakan
ruang terbuka hijau yang cocok untuk mendukung gerakan
penghijauan kota. Apabila setiap penduduk memiliki
kesadaran untuk menanami halaman rumahnya dengan
tanaman maka penghijauan kota dapat dikatakan berhasil
[4]. Dengan bertambahnya populasi hunian di suatu kota,
jumlah populasi pepohonan pun akan bertambah bila di
setiap rumah ditanami dengan pohon penghijauan.
Keterbatasan lahan merupakan kendala dalam memenuhi
standar RTH kawasan perkotaan. Selain itu pertambahan
penduduk yang cepat pasti terjadi di sebuah kota yang
dinamis menyebabkan lahan pekarangan di kota semakin
sempit. Penduduk kota kebanyakan hanya memiliki rumah
dengan lahan yang terbatas. Mereka juga cenderung ingin
memanfaatkan lahannya sebagai tambahan bangunan.
Halaman yang sempit disemen atau diperkeras dengan
material lainnya untuk dijadikan garasi atau parkir
kendaraan di halaman rumah, tempat jemur cucian, tempat
istirahat, atau keperluan lain. Halaman yang sudah
mengalami pengerasan ini tak berfungsi lagi sebagai
penyerap air atau pun ruang terbuka hijau.
Namun demikan bagi rumah dengan luas lahan sempit
tersebut, masih ada peluang untuk melakukan penghijauan
yang bisa membantu penyerapan karbon, yaitu di atap. Atap
taman ini dapat merupakan alternative bagi penduduk kota
yang tidak memiliki lahan yang cukup luas untuk dijadikan
taman. Atap rumah datar yang digunakan taman dapat
mengurangi suhu rumah dibawahnya. Hal ini sangat
kontradiksi dengan rumah dengan atap datar yang tidak
memiliki pelindung di atasnya. Kegiatan di dalam ruang
dibawahnya menjadi tidak nyaman karena suhu yang terjadi
di dalam ruang tersebut sama dengan suhu luar terkadang
lebih panas karena keterkungkungan sifat ruang.
Dengan adanya taman pada sebuah rumah dengan
minimal satu pohon maka akan mengurangi dampak
pemanasan suhu pada tingkat lokal. Jika suatu perumahan
konsisten untuk menerapkannya bisa signifikan hasilnya
dalam membantu menyerap karbon demi mengurangi efek
pemanasan global dan bisa menambah RTH Privat. Karena
sekarang pemerintah sudah sangat sulit untuk bisa
memenuhi ketetapan 20 persen RTH. Dengan menyediakan
taman pada tiap rumah maka artinya mereka juga selain
membantu lingkungan juga membantu pemerintah
menyelesaikan permasalahan tentang Ruang Terbuka Hijau.
ROOF GARDEN
Penghijauan rumah dalam arti luas adalah segala upaya
untuk memulihkan, memelihara, dan meningkatkan kondisi
lahan, dinding dan atap agar dapat dimanfaatkan secara

optimal, baik sebagai pengatur tata air, suhu, pencemaran


udara atau pelindung lingkungan [5]. Seperti yang telah
diuraikan diatas akibat terbatasnya lahan, pekotaan belum
bisa memenuhi standar RTH sebesar 30 persen dari luas
lahan kota sedangkan perumahan-perumahan penduduk
seringkali tidak punya pekarangan dikarenakan kebutuhan
ruang yang besar di lahan yang kecil. Bila keadaan
demikian dapat dilakukan penghijauan pada dinding dan
atap yang berfungsi [6] sebagai:
1. Penghasil O2. Tanaman sebagai penghijauan rumah
dalam pertumbuhannya menghasilkan 02 yang
diperlukan bagi mahkluk hidup untuk bernapas.
2. Pengatur lingkungan (iklim mikro), vegetasi akan
menimbulkan hawa lingkungan setempat sejuk, nyaman
dan segar.
3. Pencipta lingkungan hidup (ekologis). Penghijauan
dapat menciptakan ruang hidup bagi mahkluk hidup di
alam. Penyeimbangan alam (adaptis) merupakan
pembentukan tempat-tempat hidup bagi satwa yang
hidup di sekitarnya.
4. Perlindungan (protektif) terhadap kondisi fisik alami
sekitarnya (air hujan, angin kencang, dan terik matahari
serta perubahan temperature yang besar yang terisolir
oleh lapisan rumput/ tanaman yang bersifat melindungi
[7]
5. Keindahan (estetika). Dengan terdapatnya unsur-unsur
penghijauan yang direncanakan secara baik dan
menyeluruh akan menambah keindahan kota.
6. Kesehatan (hygiene), misalnya untuk terapi mata karena
penghijauan mengikat gas dan debu.
7. Mengurangi kebisingan di dalam gedung, terutama pada
atap bertanaman yang menambah bobot (massa) sebagai
penanggulangan suara/ bising
8. Rekreasi dan pendidikan (edukatif). Jalur hijau dengan
aneka vegetasi mengandung nilai-nilai ilmiah,
menciptakan ruang yang bermanfaat bagi aktifitas
manusia
9. Sosial politik ekonomi
Pengaruh suhu terhadap ruangan dapat diatur dengan
konstruksi atap yang selain melindungi manusia terhadap
cuaca, juga memberikan perlindungan terhadap radiasi
panas dengan sistem penyejuk udara secara alamiah [8]

Gambar 1. Atap pada Taman sebagai perlindungan


terhadap panas dan penyejuk udara alamiah
Roof garden pada prinsipnya merupakan sebuah taman
yang terletak pada ketinggian tertentu pada bangunan yang
umumnya terdiri dari elemen vegetasi dan berbagai elemen
alam yang lain. Dalam perspektif pemikiran green
architecture, roof garden dapat berfungsi untuk

A-384
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009

menciptakan suatu kondisi iklim mikro yang ideal pada


bangunan. Pengkondisian iklim mikro suatu bangunan
dapat diupayakan melalui pemanfaatan vegetasi sebagai
pemecah angin (wind-breaks), menyerap polusi karbon dan
menghasilkan oksigen baru hasil dari proses fotosintesa,
memperbaiki tatanan ekosistem dan memberikan rasa
nyaman bagi pengguna bangunan.
Istilah iklim mikro mengacu pada ruang lingkup daerah
yang diselidiki termasuk pada ukuran perbedaan iklim,
timbul dari suatu lingkungan buatan seperti bangunan,
permukaan-permukaan keras, tanaman atau pada alam
sendiri.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan untuk memberi
keseimbangan thermal melalui iklim mikro adalah radiasi
sinar matahari, kalor dan suhu (temperature), pergerakan
arah angin, kelembaban udara.
Guna mendapatkan kenyamanan bagi pengguna
bangunan sekaligus meningkatkan kinerja bangunan maka
diupayakan untuk menciptakan keseimbangan thermal
melalui iklim mikro bangunan yang didasari oleh empat hal
di atas.
Radiasi matahari merupakan faktor utama terjadinya
perpindahan kalor ke dalam bangunan. Hal inilah yang
mempengaruhi tingkat kenyamanan bagi pengguna
bangunan. Sedangkan secara alami metabolism tubuh
manusia juga menghasilkan kalor, selain mengalami
perpindahan kalor dari dinding bangunan yang terkena sinar
radiasi matahari tadi.
Perencanaan roof garden sangat sesuai pada lahanlahan rumah yang terbatas yang tidak memungkinkan
adanya taman pada lahan di dasar kapling rumah. Selain itu
atap hijau ini mempunyai keuntungan untuk mengurangi
tingkat pergerakan air hujan, memperbaiki estetika urban
dan menaikkan biodiversi urban pada tingkat kawasan [9].

PERBANDINGAN SUHU

Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif kualitatif,


berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari kajian
kepustakaan dan pengamatan lapangan.
Pengamatan dilakukan dengan membandingkan suhu
antara rumah dengan taman diatasnya dengan rumah atap
datar tanpa taman diatasnya pada waktu dan jam yang
sama. Waktu penelitian diambil pada masa memasuki
musim panas (musim kemarau) sedangkan jam penelitian
dilakukan pada pagi, siang dan malam. Pengamatan ini
digunakan untukmendukung kajian pustaka. Perbandingan
suhu ini digunakan untuk mengetahui dampak dengan
adanya taman di atap rumah.
Dalam penelitian ini juga diadakan pengamatan terhadap
rumah dengan atap taman diatas beserta kegunaan taman
tersebut terhadap rumah tersebut.
Kesulitan yang didapatkan adalah akses kedalam rumah
roofgarden tersebut sehingga pengukuran suhu tidak bisa
maksimal seperti pengukuran suhu pada rumah tanpa roof
garden.
RUMAH DENGAN ROOF GARDEN

PERENCANAAN ROOF GARDEN

Perencanaan roof garden membutuhkan perencanaan


yang cermat karena perlu perhatian khusus pada sistem
struktur yang mengatur penyimpanan, pengaliran air pada
lapisan teretentu di Roofgarden tersebut.
Ada dua tipe roof garden yaitu intensive dan ekstensive.
Taman ekstensif hanya membutuhkan kedalaman tanah
sekitar 1-5 inchi atau sekitar 2,54 10,17 cm. Jenis ini
merupakan jenis roof garden yang paling tradisional dan
sederhana. Struktur atap beton konvensional dengan biaya
dan perawatan taman relatif murah karena penghijauan atap
hanya mengandalkan tanaman perdu dengan lapisan tanah
tipis. Roof garden jenis ini hanya merupakan taman pasif.
Sedangkan jenis taman Intensif merupakan taman aktif
seperti halnya taman yang berada di permukaan tanah.
Taman intensif membutuhkan kedalaman tanah yang relatif
lebih tinggi untuk ditanamkan pada atap rumah, struktur
yang lebih kuat untuk menahan beban yang lebih berat.
Pada struktur atap juga harus sudah diperhitungkan multi
layer konstruksi yang merupakan elaborasi sistem
pengairan dan drainase air. Dengan lapisan tanah mencapai
kedalaman hingga dua meter, atap hijau intensif
mensyaratkan struktur bangunan khusus dan perawatan
tanaman cukup rumit. Jenis tanaman tidak hanya sebatas
tanaman perdu, tetapi juga pohon besar sehingga mampu
menghadirkan satu kesatuan ekosistem.

gambar 2. Rumah Roof Garden Jl. Pandanaran 129 (Rumah


Keluarga Aven Siswoyo).
Rumah ini memiliki konsep dasar Modern yang
berhubungan dengan alam, memiliki tiga level Roof Garden
yaitu ada lantai dua, lantai tiga dan lantai mezanin di antara
lantai tiga dan lantai empat dengan luasan Roofgarden yang
cukup luas mencapai 30 % dari luas atap. Tanaman yang
digunakan sebagai elemen Roofgarden terdiri dari dua
elemen yaitu jenis tanaman ground floor berketinggian 7
cm yaitu jenis rumput Jepang dan tanaman semak dengan
ketinggian 50 cm 200 cm yang berupa pohon palem dan
pohon perdu lainnya. Roof Garden ini dilengkapi dengan
fasilitas play ground untuk keluarga berupa fasilitas
permainan anak seperti ayunan.
Roofgarden pada bangunan ini memiliki peranan sebagai
berikut:
1. Respon terhadap sinar dan cahaya matahari
Roof Garden pada rumah ini cukup berhasil
menghambat radiasi di sebagian atap rumah karena
luasannya yang terbatas yaitu hanya 30 % dari luasan
atap. Roof Garden ini menggunakan sistem lapisan
media tanam sebagai berikut

A-385
ISBN 978-979-18342-1-6

2.

Penurunan kalor dan menjaga temperatur ruangan

gambar 3. Lapisan Roof Garden.


Pengadaan balkon pada tiap lantai bangunan
dikombinasikan dengan Roof Garden sehingga cahaya
matahari tidak langsung masuk ke dalam ruangan.
Cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan adaah
hasil refleksi dengan Roof Garden yang ada, sehingga
tidak menghasilkan efek silau. Pemilihan letak bukaan
jendela juga sangat bagus yaitu di sebelah timur,
sehingga dapat menerima sinar matahari pagi yang sehat
dan terhindar dari sinar matahari sore yang panas.
Penggunaan level lantai yang berbeda dan terdapat
mezanin, dengan model terassering atau split level ini
dapat memudahkan sirkulasi pembuangan air.
Radiasi panas matahari yang mengenai dinding
bangunan dapat dihambat dengan adanya Roof Garden
di atas tritisan pada lantai 1 dan 2 saja

Gambar 6. Roof Garden Digunakan untuk Penurun


Suhu Ruangan dan Suhu Lokal
Pada tanggal 29 Mei
1. Pada pagi hari suhu luar ruangan sebesar 31 0
sedangkan suhu ruangan di bawah roof garden di
dalam lebih rendah 10C sebesar 300C
2. Pada siang hari suhu luar ruangan sebesar 320C
sedangkan suhu di dalam sebesar 300C yang berarti
turun sebesar 20C
3. Pada malam hari suhu luar ruangan sebesar 300C
dan suhu di dalam ruangan dalam sebesar 27.50C
yang berarti juga mengalami penurunan sebesar
2.50 C
Rumah atap efektif menurunkan suhu di dalam rumah
hingga 30C dan memungkinkan untuk menurunkan suhu
lingkungan 50C di lingkungan perumahan jika dibuat
massal, atau bila rumah berjarak berdekatan (hal ini
perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk memperkuat
dugaan ini)
3. Respon terhadap pergerakan dan arah mata angin=

gambar 4. Bagian Atap Rumah yang Tidak Bertaman.

gambar 5. Bagian atap Rumah yang Bertaman.


gambar 7. Pergerakan Angin.
Pergerakan angin terutama pada lantai atas bangunan
tentunya memiliki tekanan besar. Vegetasi pada Roof
Garden di bangunan ini sebagian besar berkarakteristik
A-386
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009

tanaman perdu dan semak sehingga tidak dapat optimal


mengarahkan angin. Taman yang ada merupakan taman
ekstensif, yang cenderung pasif.
Rumah ini terletak pada kawasan bangunan tinggi yang
sangat potensial untuk menjadi daerah pergerakan angin
linier yang biasa terjadi pada daerah yang banyak
berdiri bangunan tinggi. Peran vegetasi pada bagian
lantai tinggi sebaiknya didesain untuk menjadi pemecah
angin sehingga tidak terlalu keras ketika menerpa
dinding bangunan. Pada Roof Garden Rumah ini
karakteristik vegetasinya yang berupa tanaman perdu,
tidak dapat berfungsi sebagai pemecah angin terutama
pada lantai atas yang anginya relatif kencang.
Roof Garden yang diletakkan pada atap tritisan
membuat tekanan suhu udara di sekitarnya menjadi
lebih rendah. Hal ini secara alamiah membuat udara
bergerak dari daerah bertekanan lebih tinggi. Idealnya
hal ini dapat dimanfaatkan untuk memperlancar
pergerakan angin masuk ke dalam ruangan melalui
jendela yang ada. Prinsip cross ventilation dengan
memanfaatkan pergerakan angin tidak diterapkan pada
bangunan ini dan untuk pengkondisian temperatur
dalam ruangan digunakan AC. Padahal dengan adanya
pergerakan angin dalam ruangan juga ikut mempercepat
penguapan panas yang dihasilkan oleh tubuh manusia.
4. Sebagai elemen estetika bangunan
Roof Garden ini membuat kenyamanan bagi para
pengguna bangunan karena menciptakan kesan sejuk
dan ramah. Selain itu roof garden ini merupakan area
bermain bagi anak-anak pemilik rumah.

RUMAH ATAP DATAR TANPA ROOF GARDEN

atau kemarau. Namun demikian pada tanggal 28 Mei


keadaan cuaca mendung. Adapun hasil penelitian yang
didapat yaitu
1. Tanggal 27 Mei 2008
Pada pagi hari, suhu ruangan dan suhu luar sama yaitu
320C. Siang hari suhu ruangan lebih rendah 10C yaitu
320C dengan suhu luar yaitu 330C. Sore hari suhu ruang
dan suhu luar sama yaitu 330C. Pada malam hari suhu
ruangan lebih tinggi yaitu 330C dari pada suhu luar
320C.
2. Tanggal 28 Mei 2008
Pada pagi hari suhu ruangan lebih rendah 20C yaitu
290C dan suhu luar yaitu 310C. Siang hari suhu ruangan
sama dengan suhu luar yaitu 300C. Sore hari suhu ruang
dan suhu luar sama yaitu 330C. Pada malam hari suhu
ruangan lebih tinggi yaitu 340C dari pada suhu luar
yaitu 320C.
3. Tanggal 29 Mei 2008
Pada pagi hari suhu ruangan lebih rendah yaitu 300C
dan suhu luar yaitu 310C. Siang hari suhu ruangan sama
dengan suhu luar yaitu 320C. Sore hari suhu ruang dan
suhu luar sama yaitu 340C.Pada malam hari suhu
ruangan lebih tinggi yaitu 330C dari pada suhu luar
320C.
Suhu ruangan pada malam hari menjadi tidak nyaman
untuk dihuni apalagi digunakan untuk istirahat pada malam
hari. Hal ini dikarenakan karena sifat batu
Jenis rumah seperti ini sangat cocok untuk di tanami
taman di atap rumahnya. Atap datar beton yang langsung
terkena sinar matahari menyebabkan ruangan di bawahnya
menjadi tidak nyaman dihuni terutama pada malam hari.
Selain karena cross ventilation yang tidak diaplikasikan
secara optimum. Sehingga suhu ruangan selalu tinggi.
Pemanfaatan atap datar menjadi taman akan berkontribusi
menurunkan suhu tertinggi diluar sebesar 340C menjadi
antara 310C sampai 290C yang mana suhu 290C merupakan
suhu terendah ruangan yaitu pada pagi hari.

gambar 8. Perumahan Jl. Pondok Jaya IV,


Jakarta Selatan
Perumahan ini memiliki konsep dasar Modern
Minimalis dengan optimasi lahan. Perumahan ini terdiri
dari tiga rumah dengan atap bangunan merupakan struktur
beton datar. Tampak depan bentuk atap menyerupai bentuk
atap pelana namun demikian bentuk tersebut cuma
aksesoris saja, sebennarnya atapnya tetap merupakan atap
datar. Lahan yang dimiliki adalah lahan terbatas untuk
pengembangan ruang. Permasalahan yang dihadapi
perumahan ini adalah ruangan yang berada di lantai 2 yaitu
yang berbatasan langsung dengan atap beton tersebut
mengalami kenaikan suhu yang signifikan pada siang hari
maupun pada malam hari.
Penelitian dilakukan pada tanggal 27 Mei 2008 hingga
29 Mei 2008, dengan asumsi sudah memasuki masa kering

gambar 9. Rumah Atap Datar Biasa Pada Siang Hari.

A-387
ISBN 978-979-18342-1-6

gambar 10. Rumah Atap Datar Biasa Pada Malam Hari.


Perumahan ini memiliki merupakan rumah kopel
sehingga antara satu rumah dengan rumah yang lain saling
bersentuhan. Aplikasi Roof Garden akan mengurangi suhu
ruangan dibawahnya dan suhu lokal lingkungan
perumahannya sebesar 30C - 50C. Pada perumahan jenis
kopel ini bila pada masing-masing atap rumah diaplikasikan
model taman maka masing-masing rumah akan saling
mempengaruhi keadaan suhu lokal menjadi turun sebesar
50C.
Roof garden bila diaplikasikan pada perumahan maka
akan sebanding dengan adanya penghijauan atau taman
lingkungan di pemukiman. Tentunya dengan banyaknya
pengaplikasian roof garden pada lahan terbatas di
pemukiman padat penduduk akan meberi kontribusi pada
penurunan suhu lokal lingkungan serta membantu
menambah jumlah presentase RTH pada sebuah kota.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Seluruh permukaan bangunan harus terlindungi dari
sinar matahari secara langsung. Dinding dapat dibayangi
oleh pepohonan. Atap perlu diberi isolator panas atau
penangkal panas. Langit-langit umum dipergunakan untuk
mencegah panas dari atap merambat langsung ke bawahnya
[10]
Penggunaan Roof garden pada bangunan dengan lahan
yang terbatas sangatlah tepat, selain bisa memaksimalkan
ruangan sekaligus bisa membantu menurunkan suhu lokal
selain juga suhu ruangan rumah tersebut. Penurunan suhu
bisa mencapai 30C - 50C. Pada atap datar biasa suhu
ruangan hampir selalu sama dengan suhu luar, namun
demikian pada malam hari suhu dalam ruangan justru lebih
tinggi daripada suhu luar ruangan. Pemanfaatan atap
sebagai taman dalam skala perumahan akan menyebabkan
penurunan suhu lokal pemukiman itu sebesar 50C. Kota
akan diuntungkan dengan banyaknya pemanfaatan roof
garden oleh penduduknya.
Penelitian ini belumlah selesai, penelitian yang akan
dilakukan adalah penggunaan atap rumah pada 3 (tiga)
rumah di Jl. Pondok Jaya IV Jakarta selatan dengan
penggunaan roof garden. Penelitian yang akan datang
adalah mambandingan ketiga rumah tersebut dengan
komposisi rumah pertama menggunakan media tanah
sebagai dasar roof garden, rumah kedua tidak menggunakan
roof garden, dan rumah ketiga menggunakan media ijuk
sebagai dasar komponen penanaman roof garden.

Saat ini Roof garden banyak yang tidak menggunakan


media tanah lagi. Tanah memiliki beban masa yang besar
dan berat. Roof Garden sebaiknya memilih media yang
lebih ringan agar konstruksi atap atas tidak menahan beban
terlalu besar. Hal ini dikarenakan selain karena berat masa
tanah juga berkaitan dengan aspek perawatan taman. Media
tanah harus disiram sehingga saluran endapannya akan
menjadi berwarna cokelat dan dapat membuat kotor lantai
atas. Media tanam tanah bisa digantikan dengan humus,
kompos, batu-batuan apung, sabut kelapa atau ijuk yang
diberikan sedikit lapisan pasir di atasnya. Karena dibuat di
lantai atas yang bebas dari naungan apa pun dan
mendapatkan sinar matahari lebih, penguapan lebih cepat
terjadi. Dengan kondisi seperti tadi bila menggunakan
media tanam berupa tanah, maka dapat menyerap dan
meneruskan panas. Jadi bila bagian di atasnya panas, maka
menjadi ikut panas. Berbeda halnya dengan media alternatif
seperti ijuk atau kompos tadi. Media ini berfungsi
menyimpang dari kebiasaan tanah. Sebagian dari media
alternatif itu dapat menahan panas sehingga tidak terjadi
penguapan.
REFERENSI
[1] Frick, H. dan T.H Mulyani (2006). Arsitektur
Ekologis. Jogjakarta: Penerbit Kanisius. pp 88
[2] Alexander, C (1977) A Pattern Language. Edisi ke 12. New York: Oxford University Press.pp 305
[3] Frick, H. (2003). Arsitektur dan Lingkungan.
Jogjakarta: Penerbit Kanisius. pp 88
[4] Nazzarudin (1996). Penghijauan Kota.. Jakarta: PT.
Penebar Swadaya.pp 29
[5] Frick, H. dan T.H Mulyani (2006). Arsitektur
Ekologis. Jogjakarta: Penerbit Kanisius. pp 107
[6] Frick, H. dan T.H Mulyani (2006). Arsitektur
Ekologis. Jogjakarta: Penerbit Kanisius. pp 108
[7] Neufert, E (1999), Data Arsitek Jilid 2. Jakarta:
Penerbit Erlangga. pp 80-84
[8] Frick, H. dan FX. B. Suskiyatno (2006). Dasar-dasar
Eko-Arsitektur. Jogjakarta: Penerbit Kanisius.pp 62
[9] Arthur, S. and Wright, G.B ( 2005). Recent and Future
Advances in Roof Design and Performance. Building
Serv. Eng Res Technol. 26. pp 337-348
[10] Satwiko, P (2005).
Arsitektur Sadar Energi.
Jogjakarta : Penerbit Andi pp 67

A-388
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009

Anda mungkin juga menyukai