Dewasa ini masalah keberlanjutan ramai diperbincangkan di semua bidang kehidupan manusia, isu
sustainable development diawali dari pernyataan pentingnya kesadaran banyak pihak tentang berbagai isu
lingkungan global yang dirasakan semakin memperhatikan sebagai dampak dari pembangunan. Semua hal
tersebut tentunya berhubungan juga dengan lanskap kota yang ada, bagaimana lanskap kota yang
berkembang ini menjadi pengendali keseimbangan antara lahan yang natural dengan artifisial yang kemudian
dapat menjadi kunci keberlanjutan dan pengendali sumber daya alam dari fenomena atau isu-isu kota yang
ada. Masalah kepadatan bangunan menjadi salah satu masalah terbesar yang ada di kota akibat urbanisasi,
selain itu juga adanya urban sprawl yaitu pembangunan yang tidak merata dan tersebar dimana-mana.
Sustainable development dalam aktivitasnya memanfaatkan seluruh sumberdaya, guna meningkatkan
kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, maka muncul konsep-konsep kota sebagai upaya
pembangunan berkelanjutan di lingkup kota itu sendiri seperti sustainable city. Sustainable cities merupakan
lingkup yang lebih sempit dari konsep sustainable development, biasa disebut dengan eco-city, yaitu suatu
kota yang dirancang dengan mempertimbangkan dampak lingkungan, dihuni oleh orang yang berdedikasi
untuk minimalisasi input yang diperlukan dari output energi, air dan makanan, dan sisa dari panas, polusi, dan
polusi air.1 Lingkup yang diatur dalam suatu cakupan kota dengan memperhatikan ekologi. Konsep dasar dari
teori ini adalah tetap berpegang teguh pada pemanfaatan sumber daya lingkungan secara berkeadilan,
dengan meninggalkan ecology footprint yang seminal mungkin. Teori-teori lain yang digunakan berdampingan
dengan teori ini adalah teori smarth growth/compact city yaitu teori tentang penataan kota yang mampu
tumbuh secara wajar dengan potensi dan ketersediaan sumberdaya yang ada, namun jauh dari sprawl. Pada
intinya mengatur tentang sistem transportasi dan mendekatkan fungsi-fungsi yang ada di dalam sebuah kota
dengan prinsip efisiensi dan efektifitas sehingga dapat mengurangi urban heat island dan albedo.
1
Lulut Andi. -. Teori Rancangan Kota Berkelanjutan.
https://www.academia.edu/3314740/teori_rancang_kota_berkelanjutan_tugas_kuliah_[diakses 17/092019]
2
M. Zakir Tazkiatun, Rika Hernawati. 2018. Analisis Fenomena UHI Berdasarkan Hubungan Antara Kerapatan Vegetasi Dengan Suhu
Permukaan. http://journals.itb.ac.id/index.php/ijog/article/view/9994/3821 [diakses 17/09/2019]
3
Wikipedia. 2018. Pulau Bahan Perkotaan. https://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_bahang_perkotaan [diakses 17/09/2019]
4
Erwin Hermawan. -. Fenomena UHI Pada Beberapa Kota Besar di Indonesia Sebagai Salah Satu Dampak Perubahan Lingkungan
Global. https://docplayer.info/54926488-Fenomena-urban-heat-island-uhi-pada-beberapa-kota-besar-di-indonesia-sebagai-salah-satu-
dampak-perubahan-lingkungan-global-erwin-hermawan.html.
Gambar 2. Landscape for Sustainability [diakses 17/09/2019]
Sumber : https://meetingoftheminds.org/designing-
for-future-sustainable-landscapes-8529
11 September 2019 4
Kuliah 4 Sustainable Urban Space and Landscape DesignYunia Nurlia 2017420055
5
Andrew V. Limas, Adrians Perdana. -. Pembahasan Mengenai Efek Urban Heat Island dan Solusi Altenatif Bagi Kota Jakarta. [diakses
17/09/2017]
6
Wikipedia. 2019. Lanskap Berkelanjutan. https://id.wikipedia.org/wiki/Lanskap_berkelanjutan
7
Yetty Setiyaningsih. 2017. Pengelolaan Aset Lansekap Kota Secara Berkelanjutan. [diakses 17/09/2019]
11 September 2019 4