Anda di halaman 1dari 4

Nama : Bung Subakti Utomo AURORA 4.

0 ITERA
NIM : 118240061
Hari : Minggu, 21 April 2022
Stadium Generale ke 2
Pembicara : Sigit Kusuma Wijaya, S.T., MSc., IAI., GP.

GREEN DESIGN APROACH In SUSTAINABLE ARCHITECTURE

Perubahan iklim menjadi problem yang sampai saat ini masih dalam masalah baik dalam
maupun luar negeri yang skala bahkan sampai dunia. Tanpa disadari, lambat hari perubahan
iklim dunia semakin berubah secara drastis. Perubahan iklim tentunya buka karena
disebabkan oleh kegiatan manusia akan tetapi hampir sebagian besar oleh kegiatan
manusia. Konsepnya perubhan iklim ada pada panas bumi yang masuk ke bumi akan tetapi
sukar untuk di pantulkan, alhasil panas tadi akan terperangkap dan membuat suhu bumi
menjadi naik dan setiap tahun suhu menjadi naik. Kenaikan suhu mengakibatkan beberapa
mahluk hidup sukar untuk bertahan hidup atau beradaptasi karena tiap mahluk hidup
memiliki batas hidup dalam konteks suhu dan kelembaban.

Peningkatan tersebut seperti karbondioksida yang terus naik, permukaan air laut pun naik,
kemudian bongkahan es di kutub utara ikut mencair, dan gas emisi rumah kaca. Kemudian
sejalan adanya perubahan iklim mengakibatkan dampak juga pada krisis kebutuhan pangan
yang mengakibatkan kebutuhan pokok menjadi naik. Di Indonesia rentan terjadi bencana
alam akibat pemanasan global. Kepadatan penduduk juga mendukung adanya laju
pemanasan global karena hampir aktifitas kegiatan yang menyebabkan pemanasan global.
Sebagai contoh di Jakarta sebagai kota yang pemukimannya sangat padat secara komplek
dan kurang terkontrol.

Keberlanjutan perlu diterapkan mulai dari sekarang agar ekosistem tetap terjaga. Didunnia
arsitek salah satu wadah yang digunakan tentang bagaimana penataan dan pengelolaan kota
yag baik, teratur dan tetap berpedoman tentang konsep berkelanjutan. Hal ini yang perlu
dipertimbangkan seperti ketahanan pangan, energi, sistem menejemen pembuangan. tahap
dalam mengkonsep adanya desain yang berkelanjutan ada tiga tahap yakni pre-design,
design, dan post-design. Tiga tahap tadi banyak mempertimbangkan pada social dan
lingkungan. Tentunya perlu dari kita untuk menerapkan seperti menghasilkan sendiri
energy dan air, adaptasi iklim yang baik, bebas polusi, bangunan yang sehat, dan sistem
bangunan yang terpadu.

Di Indonesia sudah ada wadah yang mengkaji, meriset dan menilai adanya perubahan iklim
dan memberikan soluasinya yakni Green Building Councils (GBC) atau yang dikenal
sebagai Green Ship. Cara peran dari GBC bertanggung jawab pada masalah masalah
perubahan iklim yang terjadi seperti bangunan-bangunan besar yang ada dan arsitek
dituntut untuk meiliki peran lebih. Green Ship memiliki kategori yang dipelajari tentang
disiplin struktur, konservasi energy dan air, daur dan siklus yang berkelanjutan. Maka dari
itu GBC memiliki target pada tahun 2030 semua bangunan baru beroperasi pada net zero
carbon dan tahun 2050 100% bangunan beroperasi pada net zero carbon. Konsep GBC
tetap berpedoman pada 17 goals SDGs yang sudah ditetapkan oleh dunia.

Pemggunaan barang kontruksi atau bahan interior suatu bangunan perlu melihat banyak
aspek seperti efisiensi energi yakni penggunaan energy lebih hemat, konservasi air yakni
penggunaan air lebih hemat dan kesejahteraan penghuni dengan tidak memberikan efek
jangka pendek dan panjang bagi penghuni. Pada saat ini dianjurkan tidak menggunakan
barang yang mengandung bahan Volitle organic compounds (VOCs) yang sangat
merugikan bagi kesehatan penghuni. Dan sangat dianjurkan menggunakan material prefab
karena bahan yang ramah lingkungan karena sedikit menghasilkan limbah, sisa produk atau
limbah bisa di daur ulang, dan bahkan mampu mengurangi waktu kontruksi dan pekerja.
Penggunaan ini juga diterapkan dan wajib pada daerah indoor.

Penerapan bangunan hijau sudah banyak dilakukan diberbagai dunia seperti bangunan
Taman Kanak-kanak yang ada di Vietnam hampir terlihat dari luar full hijau, Menara BCA
yang ada di Indonesia, di Bangkok juga ada universitas yang berbasih urban farming,
kemudian di singapur terdapat rumah sakit berbasis urban farming atau bercocok tanam.
Pembicara juga memilki konsep bangunan yang berbasis pertanian karena mampu
menghasilkan bahan makanan sendiri. Pada atap bangunan dibuat area untuk bercocok
tanaman. tanaman yang dapat ditanam seperti tanaman merambat atau menjutai tidak
terlalu tinggi. Tentunya banyak bbahan material bangunan yang memiliki cahaya sebagai
sumber energy bagi tanmaan yang ada di indoor.

Sebagai agen perubahan manusia juga harus meiliki tahap relasi antara alam dan manusia
dengan tahap pertama takut akan alam ini akan habis, percaya diri agar mampu beradaptasi
dengan baik, agresif dan penaklukan manusia penguasa, tanggung jawab dan peduli akan
hal yang dilakukan. Berfikir atau konsep pikiran tntang eco-logical bukan ego-logical
karena kita menggap semua elemen itu penting dan tidak hanya kita yang menggunakan.
Ada pesan logika tentang sesuatu bahan alam yang ada tentunya ada bukan Karena warisan
akan tetapi pinjaman yang harus dikembalikan setelah kita menggunakan sama dengan apa
yang sudah kita gunakan.
Bukti Mengikuti Webinar :

Anda mungkin juga menyukai