Anda di halaman 1dari 7

INTERIOR GREEN DESIGN ATAU ECO DESIGN

Pengertian

Pada era saat ini dimana kerusakan terhadap lingkungan semakin parah setiap harinya,
manusia dituntut untuk lebih perduli terhadap keberlanjutan lingkungan hidup. Pemanasan global
yang diakibatkan oleh polusi dari aktifitas manusia, dan juga perusakan hutan untuk kebutuhan
manusia menyebabkan alam semakin kehilangan daya dukung kehidupannya. Oleh karena itu,
kesadaran terhadap keberlanjutan lingkungan ini harus diterapkan dalam segala aspek kehidupan
manusia. Hal ini tentu memerlukan peran dari berbagai pihak, salah satunya adalah peran
seorang desainer, baik yang berprofesi sebagai arsitek, desainer interior, produk, grafis, maupun
desainer di bidang lainnya. Peran penting seorang desainer terhadap edukasi pengguna terhadap
kesadaran lingkungan telah dimulai dari konsep, pemilihan bahan/material yang akan digunakan,
sistem produksi, hingga marketing.

Konsep desain yang ramah lingkungan ini dikenal dengan istilah ‘green design’. Green design
ini adalah suatu konsep untuk memperkenalkan metode perancangan yang ramah lingkungan,
serta efisiensi dan efektifitas penggunaan energi serta sumber daya yang digunakan. Metode
perancangan berkonsep ‘green design’ ini dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, serta
pemakaian di tangan pengguna.

Dalam jurnal yang ditulis oleh Rachmayanti & Roesli, (2014), Green Architecture adalah
suatu bentuk metode perancangan arsitektur ataupun interior bangunan yang mampu
meminimalisir berbagai pengaruh serta elemen desain yang dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia ataupun lingkungan. Dengan menggunakan pendekatan ini, diharapkan bangunan dapat
memberikan manfaat lebih bagi pengguna, antara lain bangunan dapat lebih tahan lama, hemat
energi, minimalisasi biaya perawatan bangunan, dan bangunan dapat lebih nyaman dan sehat
untuk ditinggali.

Tujuan utama dari Green Architecture adalah menciptakan eco design, desain yang ramah
lingkungan, alami, serta berkelanjutan. Arsitektur hijau juga dapat diterapkan dengan
meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan pemakaian bahan-bahan yang dapat mereduksi
dampak negatif dari sekitar bangunan terhadap kesehatan. Perancangan Arsitektur hijau meliputi
tata letak, konstruksi, pengoperasian dan pemeliharaan bangunan. Konsep ini sekarang mulai
dikembangkan oleh berbagai pihak menjadi Bangunan Hijau (green building).
Sejarah

Secara geografis, wilayah Indonesia berada di sekitar garis khatulistiwa. sehingga dalam setahun
matahari melintasi ekuator sebanyak dua kali posisi matahari tepat berada di ekuator berulang
pada setiap tanggal 23 Maret dan 22 September, sehingga secara otomatis akan mengalami iklim
tropis yang bersifat panas, dan juga lembab. Indonesia memiliki dua musim yaitu musim
kemarau dan musim hujan. Iklim yang seperti itu menyebabkan wilayah Indonesia panas yang
mengundang banyak curah hujan atau hujan naik tropika. Sekitar bulan April sampai dengan
bulan September, matahari berada di Utara ekuator dan pada Oktober-Maret matahari berada di
Selatan. Pada saat matahari berada di utara ekuator, sebagian wilayah Indonesia mengalami
musim kemarau, sedangkan saat matahari ada di Selatan, sebagaian besar wilayah Indonesia
mengalami musim penghujan.

Tingkat kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup dan perubahan iklim, khususnya
dalam bidang arsitektur – interior dan lingkungan, dalam beberapa tahun belakangan ini
meningkat dengan tajam. Gerakan hijau yang tengah berkembang pesat saat ini tidak hanya
bertujuan untuk melindungi sumber daya alam, tetapi juga untuk diimplementasikan sebagai
upaya efisiensi penggunaan energi serta meminimalisir kerusakan lingkungan. Tentunya akan
sangat bermanfaat apabila dilakukan secara merata, bersama dan berkelanjutan. Sosialisasi
terhadap upaya-upaya adaptasi terhadap perubahan iklim terus dilakukan pemerintah Indonesia,
tetapi tidak semua elemen masyarakat sudah mengetahui dan paham mengenai hal tersebut.
Terbukti dari merebaknya permasalahan SBS (sick building syndrome) pada bangunan-bangunan
perkantoran di Indonesia.

Sick building syndrome, adalah kondisi di mana timbul permasalahan kesehatan dan
ketidaknyamanan yang disebabkan oleh kualitas udara dan polusi udara dalam bangunan yang
ditempati sehingga mempengaruhi produktivitas penghuni. Hal ini disebabkan karena beberapa
hal antara lain: ventilasi udara yang buruk, pencahayaan alami kurang, emisi ozon mesin
fotokopi, polusi dari perabot dan panel kayu, asap rokok, dan lain sebagainya. Bentuk solusi
yang menjadi pilihan adalah dengan menerapkan konsep Green Architecture, atau Green
Building yang kini sudah mulai dijalankan oleh pemerintah.

Gedung perkantoran yang baik, seharusnya memiliki lingkungan kerja yang fleksibel dan
berteknologi canggih, serta memenuhi persyaratan keamanan, kesehatan, kenyamanan, dan dapat
bertahan lama selain juga memiliki faktor keindahan dalam penataannya. Diperlukan perhatian
khusus dalam hal pemilihan material ataupun finishing interior dan perlengkapan aksesoris
interior, khususnya di ruang masuk utama (Foyer) atau Lobby, ruang konferensi (meeting room),
dan area lain yang dapat diakses langsung oleh publik. Permasalahan dalam penerapan Green
Architecture Dan Green Building untuk membantu menyehatkan kembali bangunan perkantoran
yang sudah mengalami SBS diperlukan untuk kenyamanan dan kesehatan bagi pengguna.
Green Architecture adalah pendekatan perencanaan arsitektur atau interior bangunan yang
berusaha meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan bagi kesehatan manusia maupun
lingkungan. Usaha Green Architecture ini memiliki manfaat-manfaat bagi pengguna, antara lain
bangunan lebih tahan lama, hemat energi, perawatan bangunan menjadi minimal, lebih nyaman
untuk ditinggali, serta lebih sehat bagi pengguna. Konsep Green Architecture memberi dampak
yang positif untuk membantu menggulangi masalah lingkungan, khususnya tentang issue
pemanasan global.

Aspek pembentuk Design

A. Bentuk dan Orientasi Bangunan Arah orientasi bangunan sebaiknya tidak menghadap ke
arah barat dikarenakan cahaya pada sore hari lebih bersifat panas dan meyilaukan.

B. Shading dan Reflektor Shading light shelf bermanfaat mengurangi panas yang masuk ke
dalam bangunan namun tetap memasukan cahaya dengan efisien. Dengan light shelf, cahaya
yang masuk kedalam bangunan dipantulkan ke ceiling. Panjang shading pada sisi luar light shelf
ditentukan sehingga sinar matahari tidak menyilaukan aktifitas manusia di dalamnya. Cahaya
yang masuk dan dipantulkan ke ceiling tidak akan menyilaukan namun tetap mampu
memberikan cahaya yang cukup.

B. Sistem Penerangan Sistem penerangan dalam bangunan menggunakan intelegent lighting


system yang dikendalikan oleh main control panel sehingga nyala lampu dimatikan
secara otomatis oleh motion sensor & lux sensor. Dengan begitu, penghematan energi
dari penerangan ruang akan mudah dilakukan.
D. Water Recycling System Water Recycling System berfungsi untuk mengolah air kotor dan air
bekas sehingga dapat digunakan kembali untuk keperluan flushing toilet ataupun sistem
penyiraman tanaman. Dengan sistem ini, penggunaan air bersih dapat dihemat dan menjadi salah
satu aspek penting untuk menunjang konsep green building. Gambar 3.2 Shading dan Reflektor
Sumber : http://air.eng.ui.ac.id/show_image.jpg 65 | P a g e

E. Green Roof Green Roof merupakan layer atau lapisan struktur konstruksi hijau yang terdiri
dari media pertumbuhan/tanah dan media Tanaman diatas sebuah bangunan

3.3. Pendekatan Arsitektur Modern

Konsep Green Architecture (Aspek Pembentuk Design)

Pada rumah tinggal, konsep Green Design dapat diaplikasikan melalui cara-cara berikut ini:

1. BANYAKNYA BUKAAN

Yang dimaksud bukaan pada bangunan adalah pintu, jendela, taman dalam ruang, skylight
(jendela pada atap). Dengan memperbanyak bukaan pada suatu bangunan, maka akan
meminimalisir pemakaian energi listrik yang digunakan untuk lampu atau air conditioner
ruangan. Dengan memaksimalkan penggunaan cahaya dan sirkulasi alami juga akan lebih
menyehatkan baik secara psikis maupun psikologis penghuni bangunan.
Maksimalisasi bukaan pada suatu bangunan untuk mengurangi penggunaan lampu. Sumber:
httpstructhome.com; anchordeco.com  (04/02/2020. 14.32 WIB)

2.PENGGUNAAN TANAMAN DALAM RUANG

Tanaman hijau alami telah terbukti mampu menyegarkan pandangan mata dan suasana ruang
secara keseluruhan. Dalam beberapa penelitian juga membuktikan bahwa peletakan tanaman
hijau dalam ruangan juga mampu meningkatkan produktifitas penghuni ruang. Metode peletakan
tanaman dalam ruang itu sendiri dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satu
caranya adalah dengan menggunakan vertical garden, penggunaan tanaman sansievera dalam
pot, taman mini di belakang/ tengah ruangan, ,maupun tanaman sebagai hiasan ruang.

Maksimalisasi bukaan pada suatu bangunan untuk mengurangi penggunaan lampu. Sumber:


httpstructhome.com; anchordeco.com  (04/02/2020. 14.32 WIB)

3.MENGGUNAKAN MATERIAL DAUR ULANG

Konsep daur ulang dengan mengolah kembali barang bekas yang tidak terpakai menjadi
barang dengan nilai fungsi guna yang baru, adalah suatu tindakan praktis dari kepedulian
terhadap lingkungan.
4. MENGOLAH SUMBER DAYA SECARA MANDIRI

Konsep Green Design akan lebih maksimal apabila suatu bangunan mampu mendapatkan dan
mengolah energi yang dibutuhkannya sendiri. Hal paling sederhana adalah dengan penggunaan
sel surya untuk menghasilkan listrik yang dibutuhkan untuk peralatan elektronik yang ada pada
suatu bangunan. Sedangkan lebih kompleksnya, suatu bangunan diharapkan dapat mengolah
kebutuhan air dan memiliki pengelolaan sampahnya sendiri.

Keunggulan Green Design

 Meningkatkan kualitas udara di dalam rumah

Rumah hijau memiliki bukaan yang cukup sehingga mampu menghalau udara yang kurang bagus
untuk tetap berada di rumah. Sejumlah permasalahan kesehatan seperti sesak napas dan alergi
bisa dihindari dengan menerapkan konsep rumah hijau. Salah satunya dengan menggunakan
ventilasi kamar dan jendela semaksimal mungkin.

 Kelembaban dapat terjaga

Rumah hijau pun bisa menjaga kelembaban di dalam rumah. Sebuah penelitian membuktikan,
kelembaban dan suhu optimal yang ada di konsep rumah hijau bisa meningkatkan fokus
seseorang hingga 5%.
Itu karena kelembaban yang tinggi disebabkan oleh peningkatan karbondioksida sehingga bisa
menghambat konsentrasi dan membuat seseorang cepat merasa lelah. Hal itu tentunya tidak
ditemukan di dalam rumah hijau.

 Bisa memacu produktivitas

Cahaya alami yang datang dari konsep rumah hijau bisa membuat penghuni merasa optimis dan
bahagia, sehingga timbul perasaan nyaman ketika tinggal di rumah hijau. Tidak hanya itu saja,
cahaya alami yang diiringi dengan penataan cahaya interior yang baik juga bisa meningkatkan
produktivitas seseorang dan membangun suasana yang kondusif.

 Bebas stress

Tanaman yang menghiasi rumah hijau telah dibuktikan oleh banyak studi bisa membantu
menyembuhkan berbagai penyakit mental. Itu karena kehadiran tanaman hias di rumah hijau
dapat menenangkan pikiran dan mengubah suasana hati menjadi lebih rileks.
Tanaman hias juga bisa memperbaiki kualitas udara dan membantu menciptakan lingkungan
yang lebih ramah bagi kesehatan penghuninya.

Anda mungkin juga menyukai