Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial e-ISSN 2540-7694 http://ejournal.upi.edu/index.

php/jpis
JPIS Volume 26, Nomor 2, Desember 2017 p-ISSN 0854-5251 jurnaljpis@upi.edu

Hubungan Pemanfaatan Bambu sebagai Bahan Kontruksi


Rumah Tahan Gempa dengan Perilaku Masyarakat dalam
Menjaga Pelestarian Lingkungan
Tineu Indrianeu
tineuindrianeu@gmail.com
Jurusan Pendidikan Geografi, Universitas Siliwangi Tasikmalaya

ABSTRACT
In 2009 Jayapura Village was hit by an earthquake with a strength of 7.3 on the Richter
Scale. Many homes were damaged by the quake. The purpose of this study is to analyze
the relationship between the utilization of bamboo as a home building material with
environmental preservation behavior of Jayapura Village residents. The study
population was 1,367 heads of households with a sample of 137 families. The method
used in this research is using sequential mixed methods. The result of the research
shows that there is a correlation between the two things which is indicated by the
correlation value of 0,501 (medium correlation).
Keywords: bamboo trees, earthquake resistant home, environmental conservation.

ABSTRAK
Pada tahun 2009 Desa Jayapura dilanda gempa bumi dengan kekuatan 7,3 Skala
Richter. Banyak rumah penduduk yang hancur akibat gempa tersebut. Tujuan
penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara pemanfaatan bambu sebagai
bahan konstruksi rumah dengan perilaku pelestarian lingkungan warga Desa
Jayapura. Populasi penelitian berjumlah 1.367 kepala keluarga dengan sampel
berjumlah 137 kepala keluarga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode campuran sekuensial (sequential mixed methods). Hasil
Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kedua hal tersebut yang
ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar 0,501 (korelasi sedang).
Kata Kunci: pohon bambu, rumah tahan gempa, pelestarian lingkungan.

PENDAHULUAN Tidak hanya sebagai kerajinan tangan


Pada tanggal 2 September 2009 yang bermanfaat secara ekonomis, tapi
Tasikmalaya dilanda gempa bumi dengan juga sebagai bahan kontruksi bangunan
kekuatan 7,3 Richter. Akibat gempa rumah tahan gempa. Sebagai contohnya,
tersebut, banyak bangunan seperti rumah-rumah bambu yang ada di
rumah, perkantoran, dan pertokoan yang Kampung Naga pada saat terjadi Gempa
rusak bahkan hampir rata dengan tanah. Tasikmalaya pada Tahun 2009. Rumah-
Desa Jayapura Kecamatan Cigalontang rumah itu tidak mengalami kerusakan.
Kabupaten Tasikmalaya merupakan Bahkan pada saat terjadi gempa,
wilayah yang terkena dampak paling penduduk Kampung Naga bersikap
parah. Dominasi vegetasi yang ada di tenang dan tidak mengalami kerugian
Kecamatan Cigalontang hampir tersebar materi. Belajar dari bencana gempa bumi
merata banyak ditanamnya pohon tersebut, masyarakat Desa Jayapura
bambu, baik di lahan perkebunan memanfaatkan pohon bambu sebagai
penduduk ataupun di sepanjang jalannya material untuk rumah tahan gempa.
juga banyak dijumpai tanaman pohon Tujuan penelitian adalah rumusan
bambu. Bambu memiliki banyak manfaat. kalimat yang menunjukkan adanya

219 Tineu Indrianeu | Pemanfaatan Pohon Bambu sebagai Bahan Konstruksi …


JPIS | Volume 26, Nomor 2, Desember 2017
sesuatu hal yang diperoleh setelah bambu memperbaiki kualitas simpanan
penelitian selesai [1]. Adapun tujuan dari air tanah.
penelitian ini diantaranya: (1) Untuk Bambu mempunyai sifat
menjelaskan pemanfaatan pohon bambu elastisitas atau kelenturan pada
sebagai bahan kontruksi rumah tahan batangnya sehingga bambu tumbuh
gempa di Desa Jayapura Kecamatan dengan kokoh walaupun tanaman
Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya; dan bambu itu tumbuh semakin tinggi.
(2) Untuk menganalisis hubungan Walaupun diterjang angin yang sangat
pemanfatan pohon bambu sebagai kuat bambu akan tetap tumbuh dan
bahan kontruksi rumah tahan gempa dan berdiri. Disamping kekuatan bambu
hubungannya dengan perilaku cukup tinggi, kekuatan tarik pada bagian
masyarakat dalam pelestarian kulit bambu untuk beberapa jenis bambu
lingkungan di Desa Jayapura Kecamatan melampaui kuat tarik baja mutu sedang,
Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya. ringan, sangat cepat pertumbuhannya
(hanya perlu 3-5 tahun sudah siap
KAJIAN LITERATUR ditebang), berbentuk pipa beruas
Bambu sebagai Alternatif Bahan sehingga cukup lentur untuk
Kontruksi Rumah Tahan Gempa dimanfaatkan sebagai kolom, namun
Rumah merupakan tempat utama untuk bambu juga mempunyai kelemahan
saling berinteraksi antar anggota berkaitan dengan keawetannya [3].
keluarga agar keakraban muncul di Untuk memperoleh keawetan
dalamnya. Rumah dari waktu ke waktu dalam pemakaian bambu, masyarakat
pun mengalami perubahan fisik dan pun sudah mengenal dan mempunyai
desainnya pun semakin modern. Bahkan cara-cara pengawetan secara tradisional,
dapat menyaingi gedung-gedung seperti metode perendaman,
bertingkat perkantoran atau biasa yang pengasapan dan pemasukan larutan
disebut rumah susun atau apartemen- bahan kimia ke dalam bambu. Diperoleh
apartemen. Rumah tahan gempa adalah metode pengawetan yang efektif
sebuah teknologi baru bagi masyarakat. dengan menggunakan larutan bahan
Penerapannya membutuhkan cara kimia yang dimasukkan ke dalam batang
berpikir yang baru, serta penyesuaian bambu secara tekanan.
terhadap kondisi lokal [2].
Penggunaan bahan baku dengan Persyaratan Bambu untuk Rumbutampa
tanaman bambu dapat meningkatkan (Rumah Bambu Tahan Gempa)
perkembangan industri lokal secara Dalam kaitan struktur bangunan
berkelanjutan, meningkatkan ekonomi yang tahan gempa, titik kritis terletak
lokal dan menciptakan lapangan kerja di pada sambungan setiap rangka [2].
mana mereka bermukim. Tujuan Terdapat tiga filosofi rumah ramah
memasyarakatkan pemanfaatan gempa [4], yaitu: (1) Bila terjadi gempa
tanaman bambu: (1) Tanaman bambu ringan, bangunan tidak boleh mengalami
efisien dalam menyerap karbon dari kerusakan, baik pada komponen non-
atmosfir; (2) Bahan bangunan bambu struktural maupun pada komponen
bisa tersedia secara berkelanjutan; (3) strukturalnya; (2) Bila terjadi gempa
Bambu memiliki jejak karbon yang lebih sedang, bangunan boleh mengalami
rendah dibanding baja, pvc, beton, dan kerusakan pada komponen non-
material bangunan pada umumnya; (4) strukturalnya akan tetapi komponen
Perakaran bambu bisa mencegah struktural tidak boleh rusak; (3) Bila
longsoran tanah kritis; dan (5) Rumpun terjadi gempa besar, bangunan boleh
mengalami kerusakan baik pada

Tineu Indrianeu | Pemanfaatan Pohon Bambu sebagai Bahan Konstruksi … 220


JPIS | Volume 26, Nomor 2, Desember 2017
komponen non-struktural maupun pada lunak. Amplitudo getaran tanah ini cukup
komponen strukturalnya, akan tetapi besar kurang lebih 30 cm. Selanjutnya,
jiwa penghuni bangunan tetap selamat, gaya yang ditimbulkan gempa terdiri dari
artinya sebelum bangunan runtuh masih dua yaitu gaya horisontal dan vertikal.
cukup waktu bagi penghuni bangunan Gaya horisontal merupakan gerakan atau
untuk keluar atau mengungsi ketempat pergeseran tanah akibat gempa secara
aman. mendatar atau bergelombang,
Bambu sebagai bahan bangunan sedangkan gaya vertikal adalah gaya
telah banyak ditulis oleh para ahli, salah yang diakibatkan oleh bergeraknya
satunya adalah “Ilmu Konstruksi komponen bangunan dari atas sampai
Bangunan Bambu” [5]. Masih banyak bawah, sehingga pusat beban berada
tulisan lain mengenai hal ini, dan mudah pada pondasi. Sebuah model rumah
dijumpai di internet. Namun tulisan tahan gempa secara visual harus terlihat
khusus tentang rumbutampa, rumah tidak bergetar ketika terjadi gempa.
bambu tahan gempa, masih sangat Sedangkan rumah yang labil secara visual
sedikit, karena arsitek dan ahli bambu akan terlihat bergetar atau bergoyang
belum tentu paham tentang gempa. [7].
Sebaliknya, ahli gempa belum tentu Agar bambu lebih berkualitas
paham tentang sifat bambu dan desain sebagai bahan bangunan rumbutampa,
rumah bambu. Rumah bambu yang diperlukan empat langkah dan proses
artistik telah banyak dibangun, namun yang seksama. Pertama, bambu dipilih
umumnya hanya menonjolkan sisi yang banyak tumbuh setempat, dari jenis
keindahan saja, belum tentu tahan yang biasa dipakai untuk bahan
terhadap goncangan gempa. Selain itu, bangunan, misal bambu betung
kenyataannya masih sangat sedikit yang (Dendrocalamus asper), bambu tali
membangun rumbutampa di daerah (Gigantochloa apus), bambu ori (Bambusa
rawan gempa. Mungkin wujudnya blumeana), bambu gombong
dianggap “ndeso”, kelas kampung, tidak (Gigantochloa pseudoarundinacea), dan
modern. Karena kurang sosialisasi dan bambu wulung (Gigantochloa
pembinaan, mereka lebih senang atroviolacea), dan berumur sekitar lima
membangun rumah beton atau tahun, yaitu bambu yang cukup kuat
pasangan batako yang diplester, dengan sebagai bahan bangunan, jangan terlalu
gaya Spanyol yang modern. muda dan jangan terlalu tua. Karena, jika
Getaran tanah yang disebabkan oleh terlalu muda masih banyak mengandung
gempa dapat digolongkan menjadi 3 zat pati, sehingga akan mudah rapuh
kelompok [6], yaitu: (1) Getaran tanah karena disenangi hewan kecil sejenis
yang merupakan goncangan tunggal rayap; dan jika terlalu tua, mudah
yang terjadi pada keadaan tanah yang mengalami retak atau pecah. Kedua,
keras, di mana jarak episentral dan waktu menebang bambu tidak boleh
kedalaman pusat gempa relatif agak sembarangan, paling baik di musim
kecil; (2) Getaran tanah sedang dengan kemarau, setelah pukul 12.00 siang, dan
lama waktu 20 – 30 detik dan arah tidak tidak pada bulan purnama atau bulan
teratur. Getaran tanah berfrekuensi gelap, yaitu ketika zat pati yang
sangat tidak merata di antara: 05-6 detik terkandung dalam batang bambu sedang
dengan amplitudo yang relatif cukup minimum. Jangan menebang bambu
besar kurang lebih 20 cm; (3) Getaran yang sedang beranak atau terdapat
tanah lambat dengan lama waktu 5 rebung di dekatnya, karena saat itu
menit dan memiliki arah yang seragam, kandungan zat pati dalam batang bambu
terjadi pada keadaan tanah yang agak sedang maksimum. Juga tidak menebang

221 Tineu Indrianeu | Pemanfaatan Pohon Bambu sebagai Bahan Konstruksi Bangunan …
JPIS | Volume 26, Nomor 2, Desember 2017
bambu ketika sedang berbunga, karena stabil, dan keras, serta harus mampu
pada saat itu kondisi bambu sedang mendukung seluruh berat dari bangunan
lemah. Kearifan lokal ini mungkin rumah. Bambu pondasi tidak boleh
dianggap hanya mitos, namun secara langsung bersinggungan dengan tanah,
ilmiah dapat dibenarkan Ketiga, bambu karena akan mudah lapuk. Struktur
hasil tebangan harus dirawat, diawetkan, tengah berupa dinding atau partisi
dan disimpan dengan benar sebelum diikatkan dengan tiang-tiang bambu
dipakai digunakan untuk rumbutampa. dengan ikatan tali ijuk yang kuat.
Banyak teknologi tradisional yang masih Struktur atas berupa atap berikut
handal untuk merawat dan kerangkanya harus diikat kuat pada
mengawetkan bambu, antara lain komponen-komponen lain terkait. Atap
dengan perendaman dalam air yang harus ringan supaya tidak membebani
mengalir, selama 1-3 bulan, atau bangunan rumah, dan tidak mudah lepas
direndam dalam air yang dicampur bila ada tiupan angin kencang.
dengan tumbukan akar tuba (Derris
elliptica). Proses perawatan bisa
dilanjutkan dengan pemanasan atau
pengasapan. Ketika proses pengasapan,
bambu yang bengkok bisa diluruskan
atau dibentuk sesuai kebutuhan. Setelah
proses perawatan dan pengawetan
selesai, bambu disimpan di tempat
teduh, tidak kena air hujan, dan tidak
langsung diletakkan di permukaan tanah.
Keempat, filosofi membangun
rumbutampa adalah rumah bambu yang
dapat menahan beban gempa, dengan
prioritas terciptanya suatu rumah bambu
yang mampu mencegah terjadinya
korban, nyaman huni, kemudahan
mendapatkan material bambu dan
pelaksanaan pembangunannya, dan
biayanya terjangkau masyarakat. Bentuk
rumbutampa harus sederhana dan
simetris. Pada dasarnya desain
rumbutampa adalah mengupayakan
seluruh komponen rumah, baik struktur
bawah (pondasi), struktur tengah
(dinding, pintu, jendela), dan struktur
atas (atap berikut kerangkanya) menjadi
satu kesatuan sistem yang utuh, dengan
sambungan ikatan tali ijuk
antarkomponen harus bersifat lentur
tetapi kuat, tidak mudah lepas atau
runtuh bila terjadi gempa. Struktur
bawah berupa bambu pondasi harus
diletakkan di atas beton yang menerus,
mengikuti denah bangunan, dan harus Gambar 1. Arah Rambatan Gelombang
menyatu dengan tanah dasar yang rata, Gempabumi

Tineu Indrianeu | Pemanfaatan Pohon Bambu sebagai Bahan Konstruksi … 222


JPIS | Volume 26, Nomor 2, Desember 2017
manusia merupakan hasil daripada
Ketika terjadi gempa, bangunan segala macam pengalaman serta
rumah dibebani gaya tekan, gaya tarik, interaksi manusia dengan lingkungannya
gaya lentur, dan gaya geser oleh yang terwujud dalam bentuk
rambatan gelombang badan (P dan S). pengetahuan, sikap dan tindakan.
Selain itu, juga dibebani gaya geser dan Dengan kata lain, perilaku merupakan
gaya puntir oleh rambatan gelombang respon/reaksi seorang individu terhadap
permukaan (L dan R) [8]. stimulus yang berasal dari luar maupun
dari dalam dirinya. Adapun indikator
Perilaku Masyarakat dalam Menjaga perilaku masyarakat dalam menjaga
Pelestarian Lingkungan pelestarian lingungan adalah : (1)
Anggota masyarakat yang harus Melakukan Penanaman Bambu Seacara
bertanggung jawab terhadap kelestarian Khusus, (2) Menjaga kelestarian Pohon
lingkungan hidup yang ada di Bambu, (3) kecenderungan pro-aktif
sekelilingnya seperti yang dikemukakan terhadap kegiatan pemeliharaan
dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun lingkungan.
2009 tentang Pengelolaan dan
Perlindungan Lingkungan Hidup pasal 6 METODE PENELITIAN
dan 7 yaitu: Metode yang digunakan dalam
1) Setiap orang berkewajiban penelitian ini adalah mixed methods.
memelihara kelestarian fungsi Penelitian ini merupakan suatu langkah
lingkungan hidup serta mencegah dan penelitian dengan menggabungkan dua
menanggulangi pencemaran dan bentuk yaitu penelitian kualitatif dan
perusakan lingkungan hidup. penelitian kuantitatif. Penelitian
2) Setiap orang yang melakukan usaha campuran merupakan pendekatan
dan atau kegiatan berkewajiban penelitian yang mengkombinasikan
memberikan informasi yang benar dan antara penelitian kualitatif dan penelitian
akurat mengenai pengelolaan kuantitatif [9]. Pendapat lain
lingkungan hidup. menyebutkan bahwa metode penelitian
3) Masyarakat mempunyai kesempatan kombinasi (mixed methods) adalah suatu
yang sama dan seluas-luasnya untuk metode penelitian yang
berperan dalam pengelolaan mengkombinasikan atau
lingkungan hidup. menggabungkan antara metode
Perilaku, lingkungan dan individu kuantitatif dan kualitatif untuk
saling berinteraksi satu dengan yang lain, digunakan secara bersama-sama dalam
ini berarti bahwa perilaku individu dapat suatu kegiatan penelitian, sehingga
mempengaruhi individu itu sendiri, dan diperoleh data yang lebih komprehensif
dapat mempengaruhi lingkungannya, valid, reliable dan obyektif [10].
demikian pula sebaliknya lingkungan Teknik yang digunakan dalam
dapat mempengaruhi individu. penelitian sequential exploratory ini
Salah satu karakteristik perilaku dilakukan secara berurutan dalam
manusia yang menarik adalah sifat pengumpulan datanya. Data yang
diferensialnya, maksudnya satu stimulus diambil baik data kualitatif maupun data
dapat menimbulkan lebih dari satu kuantitatif akan saling menunjang satu
respons yang berbeda dan beberapa sama lain.
stimulus yang berbeda dapat Pengumpulan data adalah
menimbulkan satu respons yang sama. pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-
Dari hasil penjelasan sebelumnya hal atau keterangan-keterangan atau
maka dapat diketahui bahwa perilaku karakteristik-karakteristik sebagian atau

223 Tineu Indrianeu | Pemanfaatan Pohon Bambu sebagai Bahan Konstruksi Bangunan …
JPIS | Volume 26, Nomor 2, Desember 2017
seluruh elemen populasi yang akan pasca gemabumi, yang merupakan salah
menunjang atau mendukung penelitian satunya adalah upaya dari mitigasi
[1]. gempabumi. Karena Desa Jayapura
merupakan desa yang rawan akan
Populasi dan Sampel gempabumi. Dalam pemanfaatan bambu
Populasi yang digunakan dalam di Desa Jayapura Kecamatan Cigalontang
penelitian ini, yaitu populasi penduduk Kabupaten Tasikmalaya. Dari hal
yaitu seluruh penduduk (Kepala tersebut mengenai pemanfaatan bambu
Keluarga) di Desa Jayapura Kecamatan sebagai bahan konstruksi rumah,
Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya mempunyai manfaat yang lebih besar
yang diklasifikasikan berdasarkan tempat untuk keselamatan jiwa manusia. Dalam
tinggal/dusun yang terkena dampak hasil penelitian penulis bahwa, hampir
gempa bumi dengan jumlah seluruh semua masyarakat memanfaatkan
populasi 1367 Kepala Keluarga (KK). bambu sebagai bahan konstruksi
Sampel yang digunakan dalam rumahnya. Pemanfaatan bambu sebagai
penelitian ini adalah Purposive Sampling bahan konstruksi rumah dimanfaatkan
yaitu pengambilan sampel ditunjuk sejak dulu. Bahkan bagi masyarakat yang
langsung dengan atas dasar perekonomian kurang membangun
pertimbangan. Berdasarkan lokasi rumahnya secara keseluruhan bahan
tempat tinggal kepala keluarga dengan konstruksi yang digunakan adalah
asumsi dan kategori dampak gempa bambu dan kayu (Rumah Panggung).
bumi yang berbeda-beda pada setiap
wilayah. Pengambilan jumlah sampel Respon Masyarakat tentang
sebenarnya tidak ada ketentuan, namun Pemanfaatan Pohon Bambu sebagai
tergantung pada tingkat homegenitas Bahan Kontruksi Rumah Tahan Gempa
populasi. Dalam penelitian ini terutama Dengan melakukan sosialisasi ke
populasi penduduk akan diambil masyarakat mengenai rumah bambu ini
sebanyak 10% dari jumlah 1367 KK yang masyarakat merespon secara positif
berada ditiap kedusunan di Desa karena memanfaatakan bahan bangunan
Jayapura Kecamatan Cigalontang yang tersedia di Desa Jayapura ini.
Kabupaten Tasikmalaya. Dengan respon masyarakat tersebut
maka Kepala Desa dan Elemen
HASIL DAN PEMBAHASAN masyarakat Desa Jayapura, secara
Pemanfaatan Pohon Bambu sebagai kesinambungan membangun fasilitas
Bahan Kontruksi Rumah Tahan Gempa sosial dari bahan bambu seperti
Melimpahnya potensi alam yang membangun Bale Pinter, Bengkel
dimiliki Desa Jayapura yaitu bambu yang Bambu, Bale Anyam, Bale Riung, dan
banyak dimanfaatan oleh masyarakat SDN. Singajaya. SDN. Singajaya ini
dari sejak dahulu, yang dimanfaatakan merupakan Sekolah Dasar Negeri yang
untuk berbagai jenis kebutuhan dalam ada di Desa Jayapura yang mengalami
berlangsungnya kehidupan masyarakat kerusakan bangunan yang parah. Dalam
Desa Jayapura. Salah satunya yaitu pembangunan rumah bambu dan
pemnfaatan bambu sebagai salah satu fasilitas sosial yang ada di Desa Jayapura
bahan konstruksi rumah. Sekarang ini merupakan sudah suatu ketetapan
pemanfaatan bambu sebagai bahan dalam peraturan Desa Jayapura ini yang
konstruksi dimanfaatkan untuk alternatif secara resmi ditetapkan pada akhir 2011
bahan konstruksi rumah tahan gempa dalam RPJMDES (Rencana
dengan upaya sebagai rekonstruksi dan Pembangunan Jangka Menengah Desa).
rehabilitasi bangunan Desa Jayapura

Tineu Indrianeu | Pemanfaatan Pohon Bambu sebagai Bahan Konstruksi … 224


JPIS | Volume 26, Nomor 2, Desember 2017

Gambar 2. Bangunan yang tidak mengalami kerusakan pasca gempa.

Gambar 3. Tahap rehabilitasi dan rekonstruksi kantor Desa Jayapura.

(A) (B) (C)


Gambar 4. Kantor Desa Jayapura sekarang (A) dan Rumah Warga Yang Menggunakan
Bambu sebagai Bahan Konstruksi (B dan C).

225 Tineu Indrianeu | Pemanfaatan Pohon Bambu sebagai Bahan Konstruksi Bangunan …
JPIS | Volume 26, Nomor 2, Desember 2017

Atap Dinding

Pintu Dinding dan Jendela


Gambar 5. Bagian rumah tahan gempa yang terbuat dari bambu.

Gambar 6. Pemanfaatan bambu sebagai bahan utama konstruksi rumah.

Gambar 7. Bale Pinter.

Tineu Indrianeu | Pemanfaatan Pohon Bambu sebagai Bahan Konstruksi … 226


JPIS | Volume 26, Nomor 2, Desember 2017

Gambar 8. Bengkel bambu.

(A) (B)
Gambar 9. Bale Anyam (A) dan Bale Riung (B).

Gambar 10. SDN Singajaya yang mengalami kerusakan pasca gempa.

227 Tineu Indrianeu | Pemanfaatan Pohon Bambu sebagai Bahan Konstruksi Bangunan …
JPIS | Volume 26, Nomor 2, Desember 2017

Gambar 11. SDN Singajaya setelah mengalami renovasi dan rekonstruksi dengan
menggunakan bambu sebagai bahan konstuksi.

Pengambilan data dilakukan pada


sampel penelitian yang berjumlah 137
Kepala Keluarga (KK), melalui angket
skala sikap yang berjumlah 32 item.
Berdasarkan Tabel 4.14 Hasilnya
diperoleh skor minimum 91 dan skor
maksimum 155, dengan jumlah 17.506,
nilai rata-rata (mean) yang diperoleh
responden sebesar 127,78 artinya
responden, artinya sikap responden
dalam melestarikan lingkungan pada Gambar 12. Histogram pemanfaatan
taraf cukup, skor yang sering muncul pohon bambu sebagai bahan konstruksi
(mode) pada responden adalah 140 dan rumah tahan gempa.
nilai tengah (median) adalah skor 128.
Standar deviasi yang diperoleh adalah
sebesar 17,148.
Pengambilan data dilakukan pada
sampel penelitian yang berjumlah 137
Kepala Keluarga sebanyak 29 item,
Berdasarkan Tabel 4.14 diperoleh skor
minimum sebesar 90 dan untuk skor
maksimum yaitu sebesar 160 dengan
jumlah 18.117 nilai rata-rata (mean) yang
diperoleh responden adalah 132,24, Gambar 13. Histogram perilaku
artinya perilaku masyarakat dalam masyarakat dalam menjaga pelestarian
menjaga pelestarian lingkungan pada lingkungan.
taraf cukup, skor yang sering muncul
(mode) pada responden adalah 160 dan SIMPULAN
nilai tengah (median) adalah skor 131. dan Pemanfaatan pohon bambu
standar deviasi 18,042. sebagai bahan kontruksi rumah.
Pemanfaatan pohon bambu sebagai

Tineu Indrianeu | Pemanfaatan Pohon Bambu sebagai Bahan Konstruksi … 228


JPIS | Volume 26, Nomor 2, Desember 2017
bahan kontruksi rumah tahan gempa, Meningkatan keterampilan
pada hakikatnya Rumah merupakan masyarakat dalam pembuatan rumah
kebutuhan primer yang meski terpenuhi, bambu agar dalam pembuatan rumah
karena rumah merupakan tempat bambu bisa lebih mudah dan murah.
berlindung dari serangan asing, berteduh Agar masyarakat pun bisa menajaga dan
dari teriknya panas matahari bahkan dari merawat rumah bambu tersebut agar
hujan sekalipun. Pemanfaatan pohon rumah bambu tidak cepat rusak.
bambu di manfaatkan baik struktur Perlu adanya penelitian lanjutan
bawah (pondasi), struktur tengah yang secara spesifik tentang
(dinding, pintu, jendela), dan struktur pemanfaatan bambu sebagai bahan
atas (atap berikut kerangkanya) menjadi kontruksi rumah tahan gempa yang lebih
satu kesatuan sistem yang utuh, dengan modern, agar masyarakat bisa
sambungan ikatan tali ijuk membangun rumah bambu dan lebih
antarkomponen harus bersifat lentur peduli terhadap upaya mitigasi gempa
tetapi kuat, tidak mudah lepas atau bumi.
runtuh bila terjadi gempa.
Terdapat hubungan antara DAFTAR PUSTAKA
pemanfaatan pohon bambu sebagai [1] Hasan, Iqbal. (2002). Pokok – Pokok
bahan kontruksi rumah tahan gempa Materi Metodologi Penelitian dan
dengan perilaku masyarakat dalam Aplikasinya. Jakarta: Ghalia
menjaga pelestarian lingkungan Indonesia.
ditunjukkan dengan nilai korelasi (r) [2] Prihatmaji, Y.P. (2007). Perilaku
sebesar 0,501 yang berada pada tingkat Rumah Tradisional Jawa "Joglo"
sedang. terhadap Gempa. Dimensi: Jurnal of
Architecture and Build Environment.
REKOMENDASI Volumer 35, Nomor 1, Juli 2007. p-
Perlu adanya peningkatan ISSN: 0126-219X, e-ISSN: 2338-7858.
pemahaman tentang karakteristik Tersedia di http://dimensi.petra.
bambu sebagai bahan kontruksi rumah, ac.id/index.php/ars/article/view/166
agar masyarakat tidak asal memilih 21
bambu yang akan digunakan sebagai [3] Mulyanto. (2008). Perencanaan
bahan kontruksi rumah. Karena Bangunan Rumah Sederhana Tahan
pengaruh terhadap ketahanan dan Gempa. (Online). Tersedia di http://
keawetan bambu sebagai bahan mulyantoblog.wordpress.com
kontruksi rumah, terutama rumah tahan diakses 14 maret 2011.
gempa. Apabila sesuai dengan [4] Nuryanto. (2013). Model Desain
ketentuannya rumah berbahan kontruksi Rumah Ramah Gempa di Desa
bambu akan awet dan tahan lama. Jayapura Kab. Tasikmalaya
Selain itu, diperlukan juga upaya Berbasiskan Arsitektur Tradisional
pemanfaatan pohon bambu yang lebih Sunda”. Laporan Penelitian
diprioritaskan oleh masyarakat sebagai Pembinaan Dosen Muda, Jurusan
bahan kontruksi rumah tahan gempa, Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK
karena dari hasil penelitian bahwa Desa Universitas Pendidikan Indonesia,
Jayapura merupakan kawasan yang LPPM-UPI.
rawan akan terjadi gempa bumi, [5] Frick, Heinz. (2004). Ilmu Kontruksi
sehingga upaya mitigasi dari gempa bumi Bangunan Bambu. Kanikasus:
tersebut untuk meminimalisir korban Anggota IKAPI: Yogyakarta.
jiwa dibangun rumah berbahan kontruksi
bambu sebagai rumah tahan gempa.

229 Tineu Indrianeu | Pemanfaatan Pohon Bambu sebagai Bahan Konstruksi Bangunan …
JPIS | Volume 26, Nomor 2, Desember 2017
[6] Frick, Heinz & Hesti M, Tri. (2006). ac.id/index.php/nalars/article/view/5
Pedoman Bangunan Tahan Gempa. 54/520
Kanisius: Yogyakarta. [8] Badan Geologi, Kementrian ESDM.
[7] Rini, J.A., Tiryadi, S., dan Yuwono, T. (2016). Geomagz: 10 Tahun Gempa
(2016). Perubahan Perilaku Yogyakarta. Volume 6, Nomor 2,
Membangun Rumah Pasca Gempa Juni 2016.
2006 di Yogyakarta - Studi Kasus [9] Creswell, John W. (2010). Research
Pengembangan 18 Rumah Bantuan Design Pendekatan Kualitatif,
JRF Di Kabupaten Bantul. Jurnal Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta:
Arsitektur Nalars. Volume 15, Nomor Pustaka Pelajar.
1, Januari 2016. p-ISSN: 1412 –3266 e- [10] Sugiyono (2011). Metode Penelitian
ISSN: 2549– 6832. Tersedia di Kuantitatif Kualitatif DAN R&D
https://jurnal.umj. (cetakan ke- 14). Alfabeta: Bandung.

Tineu Indrianeu | Pemanfaatan Pohon Bambu sebagai Bahan Konstruksi … 230

Anda mungkin juga menyukai