Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN SURVEY BAHAN DAN KONSTRUKSI

ARSITEKTUR RAKYAT DESA RANUPANI TENGGER


BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Indonesia adalah negeri yang kaya akan suku bangsa dan budaya. Dewasa ini, kebudayaan tradisional
yang ada di negeri ini mulai tergerus kemajuan teknologi yang semakin pesat. Begitu juga dengan rumah
tradisional yang semakin jarang ditemui dan berganti rumah-rumah modern.
Suku yang cukup terkenal di pulau Jawa salah satunya Suku Tengger yang bertempat tinggal di lereng
Gunung Bromo. Kebudayaan suku ini selain upacara-upacaranya yang berlangsung di Gunung Bromo, adalah
rumah tinggalnya yang khas terbuat dari material kayu. Hal ini merupakan adaptasi mereka terhadap iklim di
sekitar Gunung Bromo yang dingin. Hal ini sudah berlangsung dari ratusan tahun lalu, dengan pengetahuan yang
diwariskan secara turun temurun.
Rumah tradisional kayu sudah cukup jarang kita temui di kota. Dengan semakin sedikitnya rumah tradisional
kayu ini, sungguh miris rasanya sebab kita terancam tidak dapat mempelajari sistem struktur dan konstruksi yang
nenek moyang kita wariskan turun menurun, apalagi negeri kita merupakan negeri tropis yang lekat dengan
material kayu. Maka dari itu penulis memutuskan untuk mengkaji rumah tradisional kayu yang terletak di desa
Ranupane, kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
1.2

Rumusan Masalah
Masalah yang akan dikaji adalah bagaimana bentuk struktur dan konstruksi hunian tradisional suku Tengger di
desa Ranupane, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

1.3

Tujuan Tugas
Tujuan penulisan ini untuk mengekplorasi dan mengkaji sistem konstruksi dan struktur bangunan hunian
tradisional Suku Tengger di desa Ranupane, Kabupaten Lumajang.

1.4

Metode Pengumpulan Data


a.

Data Primer (observasi dan studi objek komparasi)


Metode pengumpulan data primer merupakan pengamatan secara langsung pada bangunan
tradisional di Desa Ranupane, Kabupaten Lumajang. Hal ini berguna agar dapat melihat secara
langsung bagaimana sistem struktur dan konstruksi bangunannya serta perilaku warga yang
menempatinya. Tidak hanya itu, metode ini memungkinkan untuk berlangsungnya
wawancara/tanya jawab kepada pemilik/warga/penghuni rumah tradisional yang akan dikaji.

b. Data Sekunder
Mengumpulkan data melalui foto, gambar, dokumen yang terkait dengan masalah yang akan dikaji,
yaitu rumah tradisional kayu di Desa Ranupane, Kabupaten Lumajang.

BAB II
PEMBAHASAN

PONDASI
Pondasi Menerus
Pondasi merupakan bagian bangunan yang menghubungkan bangunan dengan tanah. Pondasi tersebut harus
menjamin kestabilan bangunan terhadap berat gedung sendiri, beban berguna dan gaya-gaya luar seperti tekanan
angin, gempa bumi, dan lain-lain. (Heinz Frick dkk, 1998). . Pondasi ialah bagian dari suatu sistem rekayasa yang
meneruskan beban yang ditopang oleh pondasi dan beratnya sendiri ke dalam tanah dan batuan yang terletak di
bawahnya.

Pondasi menerus yang juga disebut pondasi langsung adalah jenis pondasi yang banyak dipakai untuk
bangunan rumah yang tidak bertingkat. Untuk seluruh panjang, jenis pondasi ini mempunyai ukuran yang sama
besar dan terletak pada kedalaman yang sama. Oleh karena itu untuk memasang pondasi menerus lebih dahulu
harus dibuatkan galian tanahnya dengan kedalaman yang sama. Yang kemudian dipasang profil-profil untuk
memasang pondasi sehingga diperoleh bentuk yang direncanakan.

Pondasi menerus dapat dibuat dari pasangan bata, dengan lebar dasar 2-3 kali tebal pasangan bata untuk
dindingnya, tapi biasanya hanya bangunan yang kecil saja. Bahan pondasi yang dapat mendukung beban
bangunan yang lebih besar dan banyak dipakai adalah pasangan batu kali. Batu kali ini diikat menjadi satu
kesatuan yang erat dan kuat dengan adukan perekat dari campuran 1kp: 1pc: 5ps. Sebelum pasangan batu kali
dibuat, bagian bawahnya diberi urug pasir setebal 20 cm dan batu kosongan satu lapis. Kemudian setelah
pasangan batu kali selesai di kerjakan, Lubang sisa di kanan kirinya di urug dengan pasir.

Untuk kondisi tanah yang sangat lembek, pondasi menerus ini dapat dibuat dari konstruksi beton bertulang
berupa balok sloof memanjang dengan bagian bawahnya diperbesar menjadi plat. Pondasi ini juga struktur yang
tahan gempa, karena itu cocok untuk pemukiman di daerah pegunungan atau lereng.

DINDING
Kita lihat konstruksi rumah tradisional Suku Tengger Desa Ranupane mempunyai kemampuan dalam beradaptasi
terhadap iklim setempat. Karena adanya faktor adaptasi terhadap iklim tersebut mengakibatkan adanya beberapa
perubahan dan perkembangan dalam penggunaan bahan dan material bangunan pada rumah tradisional
masyarakat Suku Tengger dari waktu ke waktu. Dilihat dari konstruksi rumah asli di Desa Ranupane, hanya
tersusun dari tembok berupa kayu dan gedeg, namun mempunyai kekuatan yang melebihi rumah dari dinding
bata.
Meskipun konstruksinya hanya terbuat dari kayu, rumah asli bisa tahan dari serangan binatang pengerat karena
dinding kayu atau gedeg tidak menempel dengan tanah. Antara tanah dan dinding terdapat jarak antara 5-10 cm.
Hal ini merupakan salah satu faktor ketahanan rumah Using hingga berpuluh-puluh tahun (Muktining Nur et al.
2009).
Bangunan Tradisional Tengger di Desa Ranupane menggunakan Dinding berbahan papan kayu yang disusun secara
teratur, dimana dinding papan kayu tersebut tidak memiliki rongga untuk ruang tidur dan ruang keluarga. Selain
karena zona privasi, juga untuk mengurangi hawa dingin yang masuk pada malam hari dan dengan lebih banyak
kayu, maka semakin banyak panas yang diserap.

Untuk bagian dapur, dinding diberi rongga atau pemasangan tiap papan kayu di beri jarak. Karena berguna
untuk sirkulasi dan asap dari kompor yang berbahan bakar kayu mudah keluar dari bangunan.

Dinding dari papan kayu yang bercelah,


sebagai sirkulasi asap dari kompor sehingga
tidak mengganggu sirkulasi udara dalam
rumah

Pemasangan papan kayu untuk bahan dinding masih menggunakan paku.

ATAP
Struktur atap yang digunakan berupa atap pelana berbahan kayu dan usuk menggunakan bahan seadanya,
bahan seadanya yang dimaksud seperti balok, potongan kayu yang kecil, dan bambu. Tetapi memiliki ukuran besar
dan diameter yang tak jauh berbeda.

Untuk Struktur dan jenis konstruksi yang digunakan menggunakan Atap Pelana. Karena konstruksi ini sederhana dan
memanjang sehingga mudah diterapkan untuk bangunan sederhana di lereng-lereng gunung. Konstruksi atap ini sesuai
dengan denah bangunan yang memanjang.

LANTAI
Lantai masih berupa tanah yang dipadatkan dan diupayakan dapat mewakili kriteria-kriteria bangunan tempat
tinggal yang mempunyai kemampuan beradaptasi dengan iklim. Namun kini seiring berjalannya waktu, warga
mulai menggunakan plesteran atau ubin sebagai elemen lantai dalam rumah.

Anda mungkin juga menyukai