Anda di halaman 1dari 4

ORNAMEN RUMAH MUSALAKI

Bentuk rumah adat musalaki persegi 4 dengan atap yang menjulang tinggi sebagai simbol
kesatuan dengan sang pencipta .bentuk atap diyakini memiliki bentuk seperti layar perahu
sebagaimana dalam cerita nenek moyang pertama suku ende-lio datang menggunakan
perahu.
Musalaki (kepala rumah keda) dan kolo na (kepala rumah besar) dimana keduanya diyakini
memiliki hubungan spiritual.
KERAJINAN TENUN IKAT MASYARAKAT ENDE-LIO

Sebagian besar masyarakat Ende-Lio hidup dari bercocok tanam, nelayan dan
beternak seperti kerbau kuda, sapi dan kambing. Jenis-jenis hewan tersebut
dipergunakan sebagai alat pembayaran mas kawin. Dan kehidupan masa lampau
juga sering memanfaatkan hewan kuda sebagai sarana transportasi. Selain profesi
tersebut hal yang sangat menonjol dari daerah suku Ende-Lio adalah kerajinan
tenun ikatnya. Meski demikian diantara kedua wilayah suku ini sedikit memiliki
perbedaan jenis kerajinan tenun ikat
Kerajinan Tenun Ikat Ende Kerajinan Tenun Ikat Lio
• Tenun ikat Ende dibuat dari bahan kapas yang dipilih • Ragam hias kain tenun ikat dari daerah ini diilhami oleh
oleh penenunnya sendiri. Benangnya kasar dan dicelup kain patola India berupa motif ceplok seperti jelamprang
warna biru indigo. Kain dihiasi dengan ragam hias pada kain batik. Selain motif ceplok kain dari Lio ini juga
bentuk geometris aneka warna yang cerah dan dihias dengan motif daun dan ranting.
menyolok. • Ciri khas motif tenun Lio yang lain adalah ukurannya
• Hasil tenunan di daerah Ende sedikit bergaya Eropa. yang kecil dengan bentuk geometris, manusia, biawak
• Tenun ikat Ende lebih banyak menggunakan warna dan lain-lain yang disusun membentuk jalur-jalur kecil
cokelat dan merah. Salah satu ragam hias kain tenun berwarna merah atau biru di atas dasar warna gelap.
Ende yang berbeda dengan kain tenun daerah-daerah Kain tenun Lio ini juga diberi hiasan tambahan atau
lainnya adalah hanya menggunakan satu motif pada aplikasi dengan manik-manik dan kulit kerang. Pakaian
bidang tengah-tengah kain. Motif tersebut diulang-ulang dengan hiasan khusus ini hanya dipergunakan dalam
dan baru berhenti pada jalur pembatas bermotif sulur di upacara-upacara adat tertentu.
kedua ujung kain yang menyerupai tumpal dan diberi • Kain tenun ikat dengan motif patola mempunyai nilai
hiasan rumbai-rumbai tinggi, yang diperuntukan khusus bagi kalangan raja-raja,
pejabat dan tokoh adat yang jumlahnya terbatas. Kain
tenun Lio dengan ragam hias patola ini juga hanya
dipergunakan di kalangan keluarga kepala adat atau
pendiri kampung yang disebut mosalaki. Bahkan kain
dianggap sangat istimewah hingga ikut dikuburkan
bersama jenazah seorang bangsawan atau raja.
SEJARAH SUKU ENDE-LIO
• Ende merupakan Kota Kabupaten yang terletak • Berbeda dengan sejarah perkembangan agama
di tengah-tengah pulau Flores, Propinsi Nusa Islam, Kristianitas, khususnya Katolik sudah
Tenggara Timur (NTT), Indonesia. Di wilayah dikenal oleh Penduduk Lio sejak abad ke-16.
Kabupaten Ende terdapat dua (2) suku yang Napak tilasnyanya diawali ketika tahun 1556
mendiami daerah tersebut, yakni suku Ende dan Pertugis tiba pertama kali di Solor dimana
Suku Lio. Pada umumnya suku Lio bermukim di seperti yang kita ketahui bahwa mayoritas
daerah pegunungan. Lokasinya sekitar wilayah masyarakat Protugis mengimani agama Katolik.
utara Kabupaten Ende. Dan suku Ende Selanjutnya tahun 1561 Uskup Malaka mengirim
bermukim di daerah pesisir yakni bagian selatan empat (4) Misonaris Dominikan untuk
Kabupaten Ende. mendirikan misi permanen di Flores. Diikuti
pembangunan benteng di Solor tahun 1566 oleh
• Pada dasarnya, bentuk kebudayaan kedua suku Pastor Antonio da Cruz sehingga mempermudah
ini hampir sama, yang membedakannya adalah penyebaran agama Kristen di daerah Flores
hasil pencampuran kebudayaan atau akulturasi. khususnya di daerah Lio. Tahun 1577 sudah
Budaya suku Lio merupakan perpaduan suku asli terdapat sekitar 50.000 orang Katolik di Flores
daerah Lio dengan ajaran Kristen Katolik yang
dibawah oleh bangsa Belanda. Sedangkan • Meskipun terdapat dua agama yang hidup
budaya suku Ende merupakan perpaduan dalam wilayah yang masih memiliki satu
budaya asli daerah Ende dengan budaya Islam rumpun kebudayaan kehidupan agama di
yang dibawah oleh pedagang-pedagang dari wilayah Ende-Lio memiliki berbagai kekhasan.
Sulawesi, yakni Makasar. Berhubung para Bagaimana pun hidup beragama di Ende-Lio
sebagaimana di daerah lainnya sangat diwarnai
pedagang dari Makasar tersebut telah oleh unsur-unsur kultural, yaitu pola tradisi asli
terlebih dahulu memeluk Islam, maka warisan nenek moyang. Di samping itu, unsur-
mereka juga menyebarkan ajaran Islam pada unsur historis, yakni tradisi-tradisi luar turut
masyarakat suku Ende yang waktu itu masih berperan pula dalam kehidupan masyarakat.
memeluk ajaran nenek moyang (animisme). Kedua unsur ini diberi bentuk oleh sistem
kebudayaan Flores sehingga di daerah Ende-Lio
terdapat semacam pencampuran yang aneh
antara kehidupan religius dan kekafiran (agama
nenek moyang)

Anda mungkin juga menyukai