DI SUSUN OLEH:
ANTROPOLOGI BUDAYA
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Penulis dapat menyelesaikan
makalah ini sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bangka Belitung adalah salah satu dari beribu pulau yang ada di
Indonesia. Bangka Belitung memiliki luas wilayah sebesar 81.725,14 km,
dengan batas wilayah, disebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa,
di sebelah utara berbatasan dengan Laut Natuna, di sebelah barat
berbatasan dengan Selat Bangka, dan di sebelah timur berbatasan
dengan Selat Karimata. Dahulu Bangka Belitung merupakan bagian dari
provinsi Sumatera Selatan, dan baru pada tanggal 21 November 2000
provinsi Bangka Belitung di tetapkan sebagai provinsi ke-31 oleh
Pemeritah Republik Indonesia. Dengan 6 kabupaten dan 1 kota yaitu
Kab. Bangka Barat, Kab. Bangka Selatan, Kab. Bangka Tengah, Kab.
Bangka Induk, Kab. Belitung timur, Kab. Belitung dan kota Pangkal
Pinang.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2. Senjata
a. Kedik Merupakan alat tradisional yang digunakan sebagai
alat pertanian. Alat ini digunakan di perkebunan terutama di
kebun lada. Dalam menggunakannya si pemakai harus berjongkok
dan bergerak mundur atau menyamping. Kedik biasanya
digunakan oleh kaum wanita karena alatnya kecil dan relatif lebih
ringan.
b. Parang adalah senjata tajam yang terbuat dari besi biasa.
Bentuknya relatif sederhana tanpa pernak pernik. Kegunaannya
adalah sebagai alat potong atau alat tebas (terutama selak
belukar) kala penggunanya keluar masuk hutan.
c. Siwar adalah senjata tradisional yang mirip dengan Golok
panjang. Siwar dibedakan dari ukuran panjang dan pendeknya.
Siwar ada dua yaitu Siwar Panjang dan Siwar Pendek.
2. Petambang Timah
Masyarakat melayu di Bangka memiliki kearifan lokal
untuk menjaga wilayahnya dari kehadiran tambang timah,
yaitu tradisi ampak.
Ampak adalah ditiadakannya pasir timah pada sebuah
wilayah. Artinya, pasir timahnya tidak ada. Jika pun ada
kualitasnya [kopong dan ringan], sehingga tidak memiliki
nilai jual. Ampak merupakan kearifan lokal masyarakat di
Bangka Belitung guna menjaga lingkungannya, dari
penambangan timah.
Secara teori, semua wilayah ini diperkirakan
mengandung timah, sebab bagian dari granite belt, yakni
batuan granit yang kaya akan mineral cassiterite atau the tin
belt yang terangkai dari Myanmar, Thailand, Malaysia,
Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, hingga Pulau
Karimata.
Beberapa wilayah di Kabupaten Bangka yang bebas
dari penambangan timah, tambang inkonvensional [TI],
antara lain Desa Balunijuk dan Desa Jade [Kecamatan
Merawang], Desa Mabet dan Desa Dalil [Kecamatan Bakam],
serta Desa Petaling [Kecamatan Mendo Barat].
F. Sistem Kesenian
Kesenian Tradisional Belitung meliputi antara lain seni
musik, seni tari, sastra tutur, dan teater rakyat, antara lain :
BEGAMBUS
Biasanya ditampilkan dalam berbagai acara kesenian rakyat
dan selamatan di Belitung. Kesenian ini sangat bernuansa Islami,
dimana syair-syair berisi petuah dinyanyikan seiring alunan
gambus.
BEGUBANG
Begubang kesenian Melayu Belitong yang umumnya
ditampilkan dalam suatu upacara atau syukuran dengan 2 atau 3
orang lelaki melantunkan pantun nasehat yang saling berkaitan
satu.
BEREBUT LAWANG
Jika masyarakat Betawi memiliki tradisi palang pintu,
masyarakat Belitung pun memiliki satu tradisi beradu pantun yang
biasa disebut berebut lawang. Sama seperti palang pintu, dalam.
BERIPAT BEREGONG
Beripat Beregong merupakan Sejenis pemainan adu
ketangkasan dengan menggunakan rotan sebagai alat pemukul.
Masing-masing pemain mengandalkan kemampuan menangkis
dan memukul punggung lawan.
BETIONG
Merupakan musik tradisional yang menampilkan atraksi
saling berbalas pantun dari para pemainnya, dengan alat musik
berupa 4 buah gendang, tawak-tawak dan piul (biola).
DUL MULOK
Dul Mulok merupakan sebuah drama tradisional berbahasa
melayu. Drama tradisional ini akan membawakan cerita rakyat
setempat dengan iringan alat musik gendang dan biola.
MUANG JONG
Muang Jong berarti melepaskan perahu kecil ke laut. Perahu
kecil tersebut berbentuk kerangka yang didalamnya berisikan
sesajian. “Ancak” yaitu rumah-rumahan juga berbentuk kerangka
yang melambangkan.
NIROK NANGGOK
Nirok Nanggok adalah wujud kearifan lokal masyarakat
Belitung ekosistem sungai. Ritual ini merupakan acara menangkap
ikan secara masal di Lemong Titi Jemang, Desa Kembiri,
Kecamatan Belitung.
STAMBUL FAJAR
Adalah sejenis musik keroncong berirama stambul dengan
pengaruh budaya islam yang kental. Biasanya dimainkan pada
malam hari hingga terbit fajar menjelang acara perayaan
pernikahan.
TARI CAMPAK
Tari campak di Belitung ini ada 2 macam yaitu Campak
Darat dan Campak Laut. Tarian ini adalah tari khas masyarakat
belitung dari suku sawang.
TARI SEPEN
Tari Sepen adalah tarian tradisional masyarakat kepulauan
Belitung yang di dalamnya terdapat unsur gerakan pencak silat.
Tarian ini merupakan tari tradisional dari daerah Bangka Belitung.
G. Sistem Pengetahuan
Dari jaman dahulu masyarakat Belitung terdiri dari berbagai
suku bangsa dan agama. Namun pada zaman sekarang rata-rata
agama disana adalah islam. Belitung juga terdapat sekolah-
sekolah islam dan pesantren, selain itu untuk lebih menunjang
pendidikan disana terdapat Universitas Bangka Belitung.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Bangka Belitung juga memiliki beragam suku dan budaya,
terutama suku Melayu dan Cina. Kedua suku ini hidup berdampingan
dan rukun di Bangka Belitung, sehingga tercipta selogan yang berbunyi
Thongin Fangin Yit Jong yang berarti China Melayu sama saja. Tidak
hanya suku, Bangka Belitung juga memiliki kuliner dan seni yang
beragam seperti, rumah adat Bangka Belitung yang bernama Rumah
Panggung, makanan khas Bangka Belitung seperti rusep, otak-otak,
lempah kuning, dan mie kuah ikan. Bangka Belitung juga memiliki
beberapa upacara adat, seperti Rebokasan, Mandi Belimau,
Nganggung, dan upacara adat yang paling terkenal yaitu upacara adat
Perang Ketupat.
B. Saran
Setiap suku bangsa memiliki kebudayaan dan adat istiadat yang
beragam dan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Keragaman
budaya yang ada di Indonesia dilandasi oleh toleransi hidup yang tinggi.
Indonesia juga memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika yang berarti
“berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan”. Adat istiadat yang dimiliki
oleh suatu daerah juga beraneka ragam dan bervariasi, hal tersebut
disebabkan oleh sifat budaya yang keberlangsungannya dilakukan
secara turun temurun dari generasi ke generasi.
DAFTAR PUSTAKA
JURNAL
Harsono, Siswo. 2008. Ekokritik: Kritik Sastra Berwawasan
Lingkungan. Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Vol. 32, No. 1:
30-50.
Juliasih K. 2012. Manusia dan Lingkungan dalam Novel ‘Life
in The Iron Mills’ Karya Rebecca Hardings Davis. Litera Vol. 11, No.
1: 83-97.
Maknuna, Laksari Lu’luil, dkk. 2013. Mantra dalam Tradisi
Pemanggil Hujan di Situbondo: Kajian Struktur, Formula, dan
Fungsi. Publika Budaya Vol. 1 No. 1: 1-15.
Suwirta, Andi. 2002. Buruh Perkebunan di Sumatera Timur:
Sebuah Tinjauan Sejarah. HISTORIA: Jurnal Pendidikan Sejarah,
No. 5, Vol. III: 19-31.
Uniawati. 2014. Nelayan di Lautan Utara: Sebuah Kajian
Ekokritik. Kandai Vol. 10, No. 2: 246-257.
Yunita, Lusia Selly. 2014. Bentuk dan Fungsi Simbolis
Tembang Dolonan Jawa. NOSI Vol. 2, No. 5: 472-478.
Internet:
Admin1001. 2014. Sejarah Singkat Marga-marga
Batak Karo, (online),
(http://dewantaragm.blogspot.co.id/2014/04/
sejarah-singkat-marga-marga- batak-karo.html, diposkan
30 April 2014).
118.97.35.230/lemlit/nasional/15.pdf