Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KEBUDAYAAN DAERAH BANGKA BELITUNG


PENDIDIKAN MULTIBUDAYA
Dosen Pengampu : Dra, Dwi Putranti, M.Pd

OLEH :

Nama : INTAN CHAHYA


Nim : 1500001104
Kelas : Bimbingan dan Konseling ( C )
Semester : 2

BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa atas segala
rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Makalah ini telah
saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.

Tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada :


Ibu Dra, Dwi Putranti, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah pendidikan
multibudaya
Teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian tugas saya ini

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Semoga makalah yang saya buat dapat bermanfaat untuk kita semua, Amin.

Yogyakarta, 13 Juli 2016

Intan chahya

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak


pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat
atau yang sering kita sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang
terdapat di Indonesia merupakan suatu bukti bahwa Indonesia merupakan
negara yang kaya akan budaya. kebudayaan daerah merupakan faktor
utama berdirinya kebudayaan yang lebih global, yang biasa kita sebut
dengan kebudayaan nasional. Maka atas dasar itulah segala bentuk
kebudayaan daerah akan sangat berpengaruk terhadap budaya nasional,
begitu pula sebaliknya kebudayaan nasional yang bersumber dari
kebudayaan daerah, akan sangat berpebgaruh pula terhadap kebudayaan
daerah / kebudayaan lokal.
Banyaknya budaya daerah di Indonesia ini sangat bermacam-
macam yaitu satu diantaranya ialah kebudayaan daerah Bangka, lebih
dikenal yaitu kepulauan bangkabelitung yang ber ibu kota kan
pangkalpinang. Bangkabelitung ialah gabungan dari 2 pulau yang terpisah
yaitu Bangka dan Belitung. Bangka Belitung juga termasuk wilayah yang
dekat dari sumatera selatan dan ia masuk ke dalam pulau sumatera. Di
Bangka pun banyak peninggalan sejarah, adat istiadat dan kesenian yang
bermacam-macam.
Karena kebudayaan merupakan kekayaan serta ciri khas suatu
daerah, maka menjaga, memelihara dan melestarikan budaya merupakan
kewajiban dari setiap individu, dengan kata lain kebudayaan merupakan
kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap suku bangsa.

B. Rumusan Masalah

1. Apa bahasa daerah yang digunakan budaya daerah Bangka ?


2. Bagaimana mata pencaharian di daerah Bangka ?
3. Bagaimana adat istiadat di daerah Bangka ?
4. Apa saja agama mayoritas yang ada di daerah Bangka ?
5. Apa saja kesenian yang ada di daerah Bangka ?
6. Bagaimana rumah adat di daerah Bangka ?
7. Bagaimana cara melestarikan praktik budaya Bangka ?
8. Bagaimana tata cara menyelesaikan konflik budaya Bangka ?

1
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui seperti apa bahasa daerah yang digunakan di daerah


Bangka
2. Untuk mengetahui bagaimana mata pencaharian budaya daerah
Bangka
3. Untuk mengetahui Bagaimana adat istiadat di daerah Bangka
4. Untuk mengetahui Apa saja agama mayoritas yang ada di daerah
Bangka
5. Untuk mengetahui Apa saja kesenian yang ada di daerah Bangka
6. Untuk mengetahui Bagaimana rumah adat di daerah Bangka
7. Untuk mengetahui Bagaimana cara melestarikan praktik budaya
Bangka
8. Untuk mengetahui Bagaimana tata cara menyelesaikan konflik budaya
Bangka

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bahasa daerah yang digunakan budaya daerah Bangka

Bahasa bangka lebih menggunakan bahasa melayu dan bahasa


bangka biasanya hampir sama dengan bahasa Indonesia, cuma ada
perubahan a menjadi e, saat percakapan biasanya di tambah embel-embel,,
ok, atau e, setiap desa bisa berbeda bahasa ataupun logat bahasa
biasanya pada akhir kata sering yang menggunakan huruf k, hanya
penulisan saja, tapi dibaca apostrop(‘)
biasanya kata hampir sama dengan bahasa indonesia, hanya saja terdapat
sedikit huruff yang diubah kebanyakan huruf a menjadi e.
Bangka belitung terdiri dari beberapa daerah kabupaten yang
memiliki perbedaan bahasa yang sangat mencolok. Diantara kabupaten
tersebut diantaranya :
Bangka barat dengan ibukota mentok
Bangka selatan dengan ibukota toboali
Bangka dengan ibukota sungailiat
Bangka induk dengan ibukota PangkalPinang

Bahasa Bangka,kalau disiasati hampir mirip dengan bahasa melayu dan


banyak modifikasi bahasa seperti contoh:
Kamu dalam bahasa daerahnya,
Belitung :kau
Sungailiat :ka
Pangkalpinang :ki
Kelapa :te
Dan perbedaan lain seperti konsonan e dan persingkatan modifikasi
seperti Mengapa, seharusnya mengape. tapi karena pemakai keseharian
maka berubah menjadi ngape.Adapun perbedaannya dengan bahasa
indonesia sangatlah minim kecuali pada titik-titik tertentu seperti :

Bahasa indonesia bahasa bangka

Kamu ka
Sebentar suwat
Nanti Dilek
Kapan semile
berapa berape
Jam jem
Ayo yu
Aku ko
Mau Nek

3
Belum lom
Seperti inde

Contoh dalam kalimat,


Aku suka sama kamu = Ku nek kek ka
Jangan bermain dijalan itu = Jen memein dijelen ya
Mau kemana = Nek kemane

Contoh dialog bahasa bangka


Ina : nek gi ngikot ko dek bisok ?
Ani : nek gi kemane emang e ?
Ina : nek maen ke pantai yang disungailiat ya, yo nek ngikot dek ?
Ani : nek ko, jam berape imang e ?
Ina : jam 8 lah siap-siap ok
Ani : aokla

B. Mata pencaharian budaya daerah Bangka

Di pulau timah ini, yaitu pulau Bangka Belitung sebagian besar


mayoritas penduduknya adalah Melayu dan Chinese, dan sebagian besar
penduduknya menggunakan kendaraan roda dua. Walaupun terkesan
mempunyai banyak perbedaan dalam Agama, berbahasa, suku, budaya,
tetapi kehidupan Masyarakat di Pulau Bangka Belitung tetaplah rukun dan
memiliki toleransi yang kuat terhadap orang lain, bahkan dikenal oleh
masyarakat dari luar bahwa masyarakat Bangka Belitung ramah tamah dan
menyenangkan. Hal itu bukanlah hanya sekedar berita bohong atau tipuan,
nyatanya saat terjadi peristiwa menggemparkan pada tahun 1998 di
Indonesia pada saat terjadi revolusi dari orde baru menuju reformasi,
keadaan di Indonesia sangatlah memprihatin dan banyak terjadi kerusuhan
dan aksi membunuh (terutama di Pulau Jawa). Keadaan pada saat itu di
Pulau Bangka Belitung sangatlah berbeda, masyarakat Bangka Belitung
bersikap seperti biasanya yaitu saling menjaga kerukunan dan hidup
damai. Saat itu sudah membuktikan bahwa kerukunan dan sikap toleransi
di masyarakat Bangka Belitung sudah menjadi kebiasaan dan budaya turun
temurun di sesamanya.

Mata Pencaharian masyarakat Bangka Belitung sebagian besar


masih bergantung sektor pertambangan, tetapi sudah ada sebagian yang
beralih ke sektor perkebunan terutama perkebunan kelapa sawit, karet,
lada, kayu senon (Belitung), dllnya. Pulau Bangka Belitung merupakan
Pulau penghasil timah terbesar di Indonesia bahkan di dunia, namun
penghasilan masyarakat Bangka Belitung dari sektor timah masih
dikatakan rendah. Timah ini didapatkan dengan susah payah dan dijual
dengan harga rendah ke penadah (pembeli timah), sedangkan harga timah
tersebut dapat dikatakan tinggi jika dijual dengan harga pasaran dunia.

4
Bukan hanya itu saja, terkadang harga tersebut dijadikan permainan oleh
orang-orang yang dapat mendominasi harga timah. Orang-orang yang
dapat mendominasi harga timah tersebut dapat dikatakan entah
membodoh-bodohi atau sengaja mempermainkan masyarakat Bangka
Belitung. Hal tersebut terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan
masyarakat Bangka Belitung tentang harga jual timah menurut harga
pasaran dunia untuk dijadikan patokan harga jual timah di Indonesia. Hal
tersebut juga kurangnya peranan Pemerintah dalam menentukan harga jual
timah di Indonesia untuk mendukung kesejahateraan Masyarakat Bangka
Belitung. Atau dapat dikatakan Pemerintah Indonesia hanya bisa
merencanakan dan merencanakan lagi tanpa ada pelaksanaan serta aksi
tegas dari pemerintah Indonesia. Padahal jika Pemerintah Indonesia dapat
mengatasi masalah dari Harga jual timah tersebut agar terjadi kelayakan
harga menurut pasaran dunia dan harga yang stabil dapat meningkatkan
pendapatan Negara dan juga Pemerintah Indonesia sukses dalam
menangani masalah harga jual timah, akan tetapi semua itu hanyalah
sebuah angan-angan yang tak mungkin dapat terjadi dengan pemerintahan
Indonesia yang kacau balau saat ini.

C. Adat istiadat di daerah Bangka

Tamat Ngaji / Betamat Massal

Tamat ngaji (betamat/tamatan Qur’an) merupakan upacara yang


dilakukan sebagai petanda bahwa seorang yang telah melaksanakan tamat
ngaji dianggap telah pandai membaca al-Qur’an. Upacara ini dilakukan
dalam rangka mensyukuri anak-anak khususnya dan remaja yang telah
menamatkan bacaan al-Qur’an.

Dalam tamat ngaji, peserta yang ikut dalam upacara tersebut


membaca surat-surat pendek dari al-Qur’an secara bergantian. Biasanya
pembacaan surat-urat pendek tersebut dimulai dari surat ad-Dhua sampai
an-Naas. Anak-anak dan remaja yang tidak (belum) pernah menamatkan
pembacaan al-Qur’an tentu tidak dapat ikut betamat. Namun bagi mereka
yang telah menamatkan al-Qur’an boleh mengikuti untuk kedua kalinya.

Bagi masyarakat Peradong, tamatnya anak-anak mereka membaca


30 juz al-Qur’an merupakan sesuatu yang sangat istimewa, sehingga perlu
disyukuri secara khusus. Ritual ini memiliki makna dan fungsi yang sangat
penting dalam pendidikan keagamaan di masyarakat karena orang yang
tidak mampu membaca al-Qur’an atau tidak fasih dalam membacanya
akan menanggung malu dan mendapat gunjingan dari masyarakat. Untuk
upacara ini, tampuk kegiatan dipegang oleh pak Penghulu mulai acara
berlangsung sampai selesai

5
Nganggung

Nganggung adalah suatu tradisi turun temurun yang hanya bisa


dijumpai di Bangka. Karena tradisi nganggung merupakan identitas
Bangka, sesuai dengan slogan Sepintu Sedulang, yang mencerminkan sifat
kegotong royongan, berat sama dipikul ringan sama dijinjing.

Dalam acara ini, setiap kepala keluarga membawa dulang yaitu


sejenis nampan bulat sebesar tampah yang terbuat dari aluminium dan ada
juga yang terbuat dari kuningan. Untuk yang terakhir ini sekarang sudah
agak langka, tapi sebagian masyarakat Bangka masih mempunyai dulang
kuningan ini.

Didalam dulang ini tertata aneka jenis makanan sesuai dengan


kesepakatan apa yang harus dibawa. Kalau nganggung kue, yang dibawa
kue, nganggung nasi, isi dulang nasi dan lauk pauk, nganggung ketupat
biasanya pada saat lebaran.

Adapun nganggung merupakan suatu kegiatan yang dilakukan


masyarakat dalam rangka memperingati hari besar agama Islam,
menyambut tamu kehormatan, acara selamatan orang meninggal, acara
pernikahan atau acara apapun yang melibatkan orang banyak. Nganggung
adalah membawa makanan di dalam dulang atau talam yang ditutup
tudung saji ke masjid, surau, atau balai desa untuk dimakan bersama
setelah pelaksanaan ritual agama.

Perayaan selama satu minggu menyambut Tahun Baru Imlek yang


diselenggarakan di Kota Sungailiat. Merupakan agenda tahuuanan
mengikuti hitungan Kalender Cina.

Upacara Adat Rebo Kasan

Upacara adat Tolak Bala disimbolkan dengan ‘ ketupat lepas ‘ dan


‘air wafa’ yang dilaksanakan secara turun temurun oleh penduduk desa Air
Anyir, Kecamatan Merawang. Merupakan agenda tahunan setiap tanggal
24 safar (hijriyah).

Perayaan Maulid Nabi

Peringatan Kelahiran Nabi Muhammad SAW yang diramaikan


dengan Tradisi Ngangung ( dimana setiap rumah membawakan makanan
dengan menggunakan dulang, yakni baki bulat besar) dan dimeriahkan
dengan berbagai lomba kesenian Islami. Merupakan kegiatan agenda
tahunan berdasarkan kalender Islam yang dipusatkan di Kecamatan Mendo
Barat.

6
Ritual Mandi Belimau

Upacara Adat membersihkan anggota tubuh dengan “air taubat”.


Kegiatan adat yang dilakukan masyarakat Dusun Limbung, Desa Jada
Bahrin dan Desa Kimak, Kecamatan Merawang. Kegiatan ini dilaksanakan
satu minggu sebelum datangnya bulan suci Ramadhan, mengambil tempat
di pinggir Sungai Limbung.

Bangka Ceria Imlek

Perayaan selama satu minggu menyambut Tahun Baru Imlek yang


diselenggarakan di Kota Sungailiat. Merupakan agenda tahuuanan
mengikuti hitungan Kalender Cina.

Sembahyang Kubur

Upacara ritual ziarah kubur untuk menghormati para leluhur yang


dilaksanakan di Perkuburan Kemujan Kota Sungailiat. Merupakan agenda
tahunan Kalender Cina

Selayang Pandang

Perang Ketupat merupakan salah satu ritual upacara masyarakat


Pantai Pasir Kuning, Tempilang, Bangka Barat. Upacara ini dimaksudkan
untuk memberi makan makhluk halus yang dipercaya bertempat tinggal di
daratan. Menurut para dukun, makhluk-makhluk halus itu bertabiat baik
dan menjadi penjaga Desa Tempilang dari roh-roh jahat. Oleh karena itu,
mereka harus diberi makan agar tetap bersikap baik terhadap warga desa.

Upacara ini memakan waktu selama dua hari. Hari pertama,


upacara dimulai pada malam hari dengan menampilkan beberapa tarian
tradisional mengiringi sesaji untuk makhluk halus yang diletakkan di atas
penimbong atau rumah-rumahan dari kayu menangor. Para dukun
kemudian memulai upacara. Hari kedua, upacara Perang Ketupat yang
dimulai dengan terlebih dahulu menampilkan tari Serimbang. Dukun laut
dan dukun darat bersanding membacakan mantra-mantra di depan ketupat
yang berjumlah 40 buah. Setelah itu, ketupat disusun rapi di atas tikar
pandan. Pemuda berjumlah 20 pun diatur berdiri berhadap-hadapan.
Mereka saling berebut dan saling lempar ketupat. Setelah suasana kacau,
salah seorang dukun meniup peluit tanda perang ketupat tahap pertama
selesai. Setelah itu dilanjutkan perang ketupat tahap kedua dengan proses
yang sama. Upacara Perang Ketupat itu kemudian diakhiri dengan upacara
Nganyot Perae (upacara menghanyutkan perahu mainan dari kayu ke laut
sebagai tanda mengantar para makhluk halus pulang agar tidak
mengganggu masyarakat Tempilang.

7
Tradisi Nuju Jerami

Merupakan salah satu bentuk rangkaian pesta adat yang bertepatan


dengan panen padi. Budaya ini sebagai ungkapan wujud syukur dan
permohonan kepada Tuhan sang pencipta alam semesta atas berlimpahnya
panen padi yang didapat saat itu dan dimasa yang akan datang.

D. Agama mayoritas yang ada di daerah Bangka

Pada Tahun 2011 jumlah tempat peribadatan di Kabupaten Bangka


terdiri dari Masjid sebanyak 182 unit, gereja 54 unit , Vihara 15 unit.,
Klenteng 60 unit, dan Citya 1 unit. Hingga akhir tahun 2011 jumlah nikah
yang tercatat di Kementerian Agama Kabupaten Bangka selama tahun
2011 berjumlah 2.848, sementara tahun 2010 sebanyak 2.756. Jika dilihat
berdasarkan agama /kepercayaan yang dianut, di Kabupaten Bangka
mayoritas penduduknya beragama Islam yakni sebanyak 247.316 jiwa atau
83,24 persen dari penduduk Bangka, agama Kristen Protestan 6.464 jiwa
(2,17 persen), Kristen Katolik 3.368 jiwa (1.13 persen), Budha 31.710 jiwa
(10.67 persen) Hindu 62 jiwa (0,02 persen), Konghucu 5.845 jiwa (1,97
persen), dan aliran kepercayaan 2.326 (0,8 persen).

E. Kesenian yang ada di daerah Bangka

Tarian Tradisional Bangka Belitung

Provinsi Bangka Belitung, memiliki dua pulau besar, pulau Bangka


dan pulau Belitung serta memiliki pulau kecil sebanyak 470 buah, hanya
50 pulau yang berpenghuni. Nuansa alamnya yang indah seperti terdapat
pantai-pantai yang indah disana dan hidup berukunan antar etnis.

8
Tari Sekapur Sirih

Tari sekapur sirih biasa ditarikan 10 sampai 12 penari. Diantara


para penari ini biasanya terdapat dua penari laki-laki yang berposisi di
belakang. penari membawa sebuah wadah yang berisi sirih sebagai tanda
kehormatan kepada para tamu penting yang datang di satu acara perhelatan
besar yang sedang digelar masyarakat Belitung.
Gerakan-gerakan lincah penari yang bergerak ke kanan dan kiri
diiringi musik tradisional gambus khas Belitung membuat tarian ini begitu
rancak. Gerakan penari seakan-akan memberikan isyarat selamat datang
kepada para tamu. Dalam salah satu gerakannya para penari ini
menerbangkan atau menyebarkan bunga-bunga sebagai tanda penolak
bala. Selain itu, para penari juga mendekati para tamu kehormatan yang
duduk di barisan terdepan dan memberikan sirih yang tersimpan dalam
sebuah kotak sebagai tanda kehormatan dan persahabatan kepada para
tamu yang datang.

Tari Campak

9
Tari Campak

Merupakan tarian tradisional dari daerah kepulauan Bangka


Belitung yang menggambarkan keceriaan dalam pergaulan remaja di sana.
Tarian ini biasanydibawakan oleh para penari pria dan wanita dengan
ekspresi dan gerakan yang menggambarkan kegembiraan. Tarian campak
ini biasanya dipentaskan dalam acara-acara seperti penyambutan tamu
besar, pernikahan dan lain-lain. Dahulu, tari Campak ini biasanya
dipentaskan pada waktu musim panen padi atau sepulang dari ume
(kebun). Tari Campak ini ditarikan oleh para penari pria dan wanita secara
berpasangan. Dalam pertunjukannya para penari menari dengan gerakan
yang lincah dan ekspresi penuh kegembiraan mengikuti alunan irama
musik pengiring. Di sela-sela tariannya para penari pria dan penari wanita
juga saling berbalas pantun yang menjadi ciri khas budaya Melayu. Dalam
Tari Campak ini biasanya ada juga saat dimana para penari mengajak
penonton untuk ikut menari, sehingga membuat pertunjukan Tari Campak
ini semakin meriah. Kostum yang digunakan oleh para penari Tari
Campak ini juga merupakan perpaduan budaya Melayu dan budaya Eropa.
Pada kostum penari wanita, penari menggunakan pakaian yang sangat
kental akan gaya busana Eropa seperti gaun panjang dan sepatu hak tinggi.
Sedangkan kostum penari pria sangat kental akan gaya busana Melayu
seperti kemeja, celana panjang, peci, dan selendang.
Akulturasi budaya pada Tari Campak ini juga terlihat dari musik
pengiringnya. Dalam pertunjukan Tari Campak ini diiringi oleh musik
pengiring seperti gong dan gendang yang merupakan musik asli budaya
lokal, serta akordion dan biola yang merupakan musik dari Eropa. Alat
musik tersebut dimainkan secara harmonis dan selaras dengan gerakan
para penarinya.

Tari Sepen

10
Tari Sepen

Merupakan tarian tradisional masyarakat kepulauan Belitung yang


di dalamnya terdapat unsur gerakan pencak silat. Tarian ini merupakan tari
tradisional dari daerah Bangka Belitung yang sangat kental akan budaya
melayu, baik dari segi kostum, pengiring dan beberapa gerakan di
dalamnya. Tari Sepen ini biasanya ditampilkan sebagai tarian selamat
datang pada acara penyambutan tamu besar yang datang kesana.
Gerakan pada Tari Sepen ini lebih mengutamakan kelincahan pada
gerakan tangan dan kaki. Setiap gerakan pada tarian ini tentu mempunyai
makna tersendiri di dalamnya. Tarian ini didominasi oleh gerakan tepuk
tangan yang diselaraskan oleh alunan musik pengiring. Selain itu formasi
penari yang sering berpindah-pindah namun tetap terlihat rapi sehingga
menghasilkan gerakan yang indah.
Kostum yang digunakan penari pada pertunjukan Tari Sepen ini
juga identik dengan busana khas melayu. Penari wanita biasanya
menggunakan busana seperti baju lengan panjang, celana panjang dan kain
yang menutupi pinggang. Selain itu pada bagian kepala ada yang
menggunakan kerudung, ada juga yang tidak menggunakan. Kostum
penari ini biasnya didominasi oleh warna-warna cerah yang
menggambarkan kegembiraan.
Dalam pertunjukan Tari Sepen ini diiringi oleh iringan musik dan
lagu-lagu yang sangat kental akan alunan musik tradisional melayu. Alat
musik pengiring Tari Sepen ini biasanya terdiri dari gendang, rebana,
biola, akordeon dan lain-lain. Untuk lagu pengiringnya merupakan lagu
khas masyarakat melayu Belitung.

11
Tari Beripat

Tari Beripat
Kalau dilihat, tari beripat merupakan perlombaan adu ketangkasan.
Yang mana ada dua orang penari membawa rotan. Setiap penari
mengandalkan keahlian menangkis dan memukul punggung lawan. Mana
luka yang paling sedikit dialah pemenangya. Dalam setiap gerakan,
diselingi gerak dan irama tari.

Tari Pendulang Timah

Tari Pendulang Timah

12
Tari Pendulang Timah kreasi Sanggar Tari Belitong Lesong
Batang, Kelurahan Lesung Batang, Kecamatan Tanjungpandan, Kabupaten
Belitung, merupakan tarian menggambarkan rakyat Bangka Belitung
mendulang Timah secara tradisional.Tarian ini ditarikan puluhan remaja
laki-laki tanpa baju. Mereka hanya mengenakan celana pendek dengan
tubuh yang dihiasi warna-warni dari campuran kaolin dan bahan pewarna
kue.

Tari Men Sahang Lah Mirah

Tari Men Sahang Lah Mirah

Tarian ini, merupakan kreasi Sanggar Seni Sepintu Sedulang,


menggambarkan masyarakat Bangka Belitung yang sedang bersuka-ria
dalam memanen hasil ladangnya yang berupa lada putih (sahang sebutan
untuk Bangka belitung) di mana dalam memanen hasil ladangnya itu tak
luput masyarakat Bangka Belitung selalu memanjatkan puji syukur pada
Allah, sang pencipta alam semesta ini, dalam memanen masyarakat
menggunakan Suyak, tempat untuk meletakkan hasil panennya yang
terbuat dari anyaman rotan atau bambu.

Tari Gi Ke Aik

13
Tarian ini, merupakan kreasi Sanggar Seni Sepintu Sedulang,
menggambarkan aktifitas masyarakat Bangka Belitung di waktu pagi hari
(terutama para wanita), mereka berbondong-bondong pergi ke Kulong
(sungai kecil) di mana para wanita trsebut seperti pada umumnya mencuci,
mandi (bebeasuh) dan setelah itu mereka pulang ke rumah dengan
membawa air dengan menggunakan guci.

Kain Cual

Mengenal Filosofi Kain Cual Khas Bangka Belitung : Jika kita


mengenal pakaian "Batik". Ragam motif pun tampak berbeda di masing-
masing daerah. Batik dari daerah Yogyakarta dikenal dengan salah satu
motifnya yaitu Sekar Jagad, Ciptoning, Udan Liris, dan sebagainya. Di
kota Solo kita mengenal motif batik Kawun, Truntum, dan sebagainya. Di
pulau Sumatera sendiri daerah Jambi kita mengenal motif batik kapal
sanggat, kuau berhias, durian pecah, dan sebagainya. Bahkan daerah lainya
yang belum disebutkan, masih memiliki mahakarya terbaiknya berupa
batik dari masing-masing daerah.
Tak terkecuali Bangka Belitung yang merupakan salah satu
Provinsi di Indonesia. Bangka Belitung sendiri dikenal dengan nama batik
nya yaitu batik cual atau kain cual. Beberapa motif kain cual diantaranya
yang sudah mendapatkan hak paten dari pemerintah antara lain Gajah
Mada, Ubur-ubur, Kembang Sumping, Merak, Kucing tidur, Burung
Hong, Bunga Cina, Kembang Setangkai, Naga bertarung, Kembang
Rukem, Bebek Setaman, Kembang Rukem Berantai dan Kembang
Setaman, Bebek-bebekan, Kembang Kenanga dan motif lain nya.
Jika diperhatikan, motif tersebut mengambil dari nama-nama
tumbuhan, hewan dan binatang berupa flora dan fauna. dari ragam motif di
atas pastinya memiliki filosofi tersendiri, hal tersebut dilihat dari corak
dan warna dari masing-masing motif kain cual. Misalnya saja, motif kain
cual bergambar bebek yang memiliki makna persatuan dan kesatuan dan

14
kain cual bermotif bunga yang melambangkan kesucian, keanggunan
rezeki dan segala kebaikan yang digunakan oleh pemakai.
Misalnya saja pada daerah Belitung Timur, motif batik cual yang
terkenal adalah motif gelas kopi yang mencerminkan pada suatu daerah
Kecamatan Manggar memang dikenal dengan minuman dengan aroma
menggoda bewarna hitam tersebut dengan sebutan 1001 warung kopi.
Beda lagi dengan motif naga pada kain cual yang melambangkan
kegagahan dan keperkasaan bagi si pemakai.
Pada masa dahulu, kain cual yang yang digunakan
menggambarkan status sosial yang dimiliki oleh seseorang. Biasanya
digunakan pada acara pesta perkawinan, menjadi pakaian kebesaran, serta
digunakan sebagai pakaian pengantin.
Masa kini, batik cual bukan hanya digunakan oleh orang tertentu
saja yang mana pada masa dulu, yang menggunakan batik cual
menandakan status sosial semata. Penggunanya pun merambah kesemua
kalangan. Mulai dari PNS - hingga masyarakat pada umumnya.

Bagaimana dengan harga kain cual ?


Kain cual terdiri dari dua jenis. Ada bahan hasil dari cetakan mesin
dan ada yang dibuat dari hasil tenun - pengerjaan secara manual oleh
orang yang sudah profesional dalamhal seni membatik cual. Harga kain
cual tergantung dari kualitasnya. Kain cual tenun kualitas baik, biasanya
dapat diukur dari kerumitan motif, lama pengerjaan dan bahan dasar kain.
Untuk kain tenun nomor satu, harga yang ditawarkan mulai
berkisar antara 7-18 juta. Untuk kain tenun kualitas nomor dua, harga yang
dikenakan sekitar 2,5-5 juta ke atas. Untuk harga kain tenun nomor tiga
harga berkisar 1,2 juta sampai 1,8 juta. * Kriyaela. Namun anda tak perlu
kuatir, kain cual dengan harga per meternya pada kisaran angka puluhan
ribu - hingga ratusan ribu juga ada.

F. Rumah adat di daerah Bangka

Rumah Panggung

Secara umum arsitektur di Kepulauan Bangka Belitung berciri


Arsitektur Melayu seperti yang ditemukan di daerah-daerah sepanjang
pesisir Sumatera dan Malaka.

Di daerah ini dikenal ada tiga tipe yaitu Arsitektur Melayu Awal,
Melayu Bubung Panjang dan Melayu Bubung Limas. Rumah Melayu
Awal berupa rumah panggung kayu dengan material seperti kayu, bambu,
rotan, akar pohon, daun-daun atau alang-alang yang tumbuh dan mudah
diperoleh di sekitar pemukiman.

15
Bangunan Melayu Awal ini beratap tinggi di mana sebagian
atapnya miring, memiliki beranda di muka, serta bukaan banyak yang
berfungsi sebagai fentilasi. Rumah Melayu awal terdiri atas rumah ibu dan
rumah dapur yang berdiri di atas tiang rumah yang ditanam dalam tanah.

Berkaitan dengan tiang, masyarakat Kepulauan Bangka Belitung


mengenal falsafah 9 tiang. Bangunan didirikan di atas 9 buah tiang,
dengan tiang utama berada di tengah dan didirikan pertama kali. Atap
ditutup dengan daun rumbia. Dindingnya biasanya dibuat dari
pelepah/kulit kayu atau buluh (bambu). Rumah Melayu Bubung Panjang
biasanya karena ada penambahan bangunan di sisi bangunan yang ada
sebelumnya, sedangkan Bubung Limas karena pengaruh dari Palembang.
Sebagian dari atap sisi bangunan dengan arsitektur ini terpancung. Selain
pengaruh arsitektur Melayu ditemukan pula pengaruh arsitektur non-
Melayu seperti terlihat dari bentuk Rumah Panjang yang pada umumnya
didiami oleh warga keturunan Tionghoa. Pengaruh non-Melayu lain
datang dari arsitektur kolonial, terutama tampak pada tangga batu dengan
bentuk lengkung.

G. Cara melestarikan praktik budaya Bangka

Salah satu cara untuk melestarikan seni dan budaya daerah


Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Kantor Perwakilan mengadakan
kegiatan pelatihan sanggar tari di Anjungan Provinsi Bangka Belitung di
Taman Mini Indonesia Indah yang secara rutin 2 (dua) kali seminggu pada
hari Selasa sore dan Sabtu pagi. Anggota sanggar tarinya saat ini ada 15
(lima belas) anak, yang dilatih oleh instruktur tari yang memang
memahami dan mengerti mengenai tarian khas dari Bangka Belitung.

16
Tarian yang dilatih pada sanggar tari di Anjungan antara lain Tari
Campak, Tari Zapin, Tari Kreasi dan lain-lain. Sanggar Tari di Anjungan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga mengikuti acara-acara pentas
tari di Taman Mini Indonesia Indah atau sering di minta untuk tampil
dalam berbagai kegiatan pada Kantor Perwakilan. Pada Anjungan Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung juga tersedia kostum-kostum tari untuk
menunjang penampilan peserta sanggar tari dalam setiap pementasannya.
Pengunjung Anjungan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat
melihat secara langsung proses latihan tari jika sedang dilaksanakan
pelatihan tari di Anjungan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Dengan melestarikan budaya daerah, kita juga dapat menjaga
budaya bangsa dari pengaruh budaya asing.

H. Tata cara menyelesaikan konflik budaya Bangka

Kita tahu bahwa keberagaman budaya dapat menimbulkan konflik dan


kerusuhan sosial. Sebenarnya, telah banyak upaya yang dilakukan oleh
pemerintah kita dalam mengatasi masalah sosial akibat keberagaman budaya.
Ahli-ahli ilmu sosial juga telah memberikan teori-teori pemecahan masalah
akibat konflik sosial budaya. Namun pengaruh pemecahan masalah tersebut,
tidak langsung dirasakan hasilnya oleh masyarakat.

1. Pendekatan Kearifan Lokal Tradisi Nganggung


Kearifan lokal masih ada dan masih berlaku didalam masyarakat
memiliki potensi untuk dapat mendorong keinginan hidup rukun dan
damai. Hal itu karena kearifan suatu tradisi lokal pada dasar nya memiliki
ajaran yang dimana mengajarkan perdamaian dengan sesamanya,
lingkungan alam sekitar dan tuhan. Pendekatan kearifan lokal dinilai
sangat tepat dalam menjalin kerukunan karena selama ini sudah
membudaya didalam kehidupan bermasyarakat Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung, juga masih memiliki nilai sacral dan tidak hanya
berorientasi pada perselisihan yang harus di akhiri di mata hukum. Dengan
adat lokal ini diharapkan resolusi konflik bisa menjauh dari kehidupan
bermasyarakat disini.
Nganggung adalah suatu kegiatan yang dimana kegiatan tersebut
mengadakan perjamuan makan, akan tetapi perjamuan makan itu, masing-
masing dari kepala keluarga dari suatu dusun membawa makanan nya
untuk dihidangkan bersama-sama disuatu tempat yang telah ditentukan.
Jadi misalnya di desa Nibung Kecamatan Puding Besar Kabupaten Bangka
Induk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akan diadakan acara
nganggung, dan kemudian acara itu akan diadakan di masjid, maka seluruh
kepala keluarga di desa tersebut melakukan kekgiatan memasak, dan hasil
masakan tersebut di bawa ke masjid yang telah ditentukan. Dan kemudian

17
makanan itu di tukar dengan makanan orang lain, dan dimakan secara
bersama-sama.
Seraya menyantap hidangan, distulah biasa nya terbuka
percakapan-percakapan yang menjadi topik bahasan nya. Misalnya ada
perkelahian pemuda antar kampung, sambil menikmati hidangan mereka
membicarakan solusi untuk ke depannya, agar ada maaf dan
menghapuskan dendam. Sehingga suasana yang tadi nya agak mencekam
diantara para pemuda antar kampung menjadi aman dan tertib kembali.
Apabila ada biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan akibat perkelahian
tersebut, maka secara bersama-sama seluruh masyarakat di kampung
tersebut memberikan bantuan apabila yang bersangkutan tidak mampu
untuk membayar biaya pengobatan.
Contoh kejadian di atas memperlihatkan kepada kita bahwa tradisi
Nganggung yang dilaksanakan oleh masyarakat dapat diterima sebagai
bentuk penyelesaian konflik yang terjadi tanpa harus melalui proses
panjang melalui media proses hukum sebagaimana yang diamanatkan oleh
undang –undang yang berlaku menurut KUHAP dan KUHP, akan tetapi
yang menjadi permasalahan adalah apakah ini berjalan sesuai dengan
semangat penegakan hukum yang berlaku di negara kita karena dari
beberapa konsep penyelesaian perkara di luar pengadilan yang ada baik itu
ADR ( alternatif Disputes resolution ) maupun restorative Justice belum
dipayungi oleh perangkat perundang – undangan di negara kita dan hal
inilah pula yang mendasari bahwa kearifan lokal Nganggung belum bisa
diterima sebagai bentuk penyelesaian perkara yang dapat dijadikan
pedoman kepolisian dalam menyelesaikan konflik di masyarakat apalagi
apabila kasus yang terjadi adalah tindak pidana murni yang jelas mengenai
aturan pasal dan aturan hukum yang ada di KUHAP dan KUHP.
Pada kenyataannya adalah bentuk penyelesaian konflik masyarakat
adat Melayu Bangka Belitung dengan metode nganggung dapat diterima
masyarakat dan dirasakan adil sebagai cara untuk menciptakan
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat. Perlu metode dan cara
– cara yang lebih arif dan bijaksana dalam mencari formula penanganan
konflik yang sejalan dengan semangat penegakan hukum seperti adanya
adanya batasan – batasan kasus apa saja yang bisa diselesaikan melalui
tradisi nganggung ini dan mana yang harus diselesaikan melalui
penegakan hukum agar menciptakan efek jera terhadap pelaku kejahatan.

2. Pendekatan Kepolisian Melalui Polmas


Polda Kepulauan Bangka Belitung merupakan Polda yang baru
berdiri, yang mana sebelum nya masuk ke dalam wilayah hukum Polda
Sumbagsel. Belitung sarat akan kekayaan hasil sumberdaya alam nya,
yang berupa mineral-mineral yang terkandung didalam tanah. Maka dari
itu, wilayah Bangka Belitung rawan akan kejadian penyelundupan-
penyelundupan, diantara nya penyelundupan pasir Timah. Hal ini jelas
sekali merugikan Negara dan masyarakat, sehingga Polda menindak tegas
setiap kegiatan penyelundupan. Kemudian banyak nya warga dari

18
Palembang, jawa, Maluku, Sulawesi dan papua yang merantau ke Bangka
menjadikan Provinsi ini secara kriminialitas maningkat.
Melalui bhabinkamtibmas diharapkan bahwa pelayanan kepolisian
berupa pendekatan sentuhan kepada masyarakat lebih terasa dekat kepada
masyarakat sehingga masyarakat tidak merasa jauh dengan sosok
pelayanan Polri, program kapolri untuk menghadirkan bhabinkamtibmas
satu desa satu anggota polisi diharapkan dapat segera terpenuhi agar
beberapa program – program kepolisian dapat dijalankan dengan sebaik –
baiknya. Sehingga Polri bisa mendengar segala informasi di setiap pelosok
atau sudut daerah, dan bisa sebagai jaringan informasi.
Program polmas yang dikembangkan oleh Polri dalam hal ini bisa
hadir dan dipadukan dengan konsep tepung tawar karena sasaran strategi
polmas itu sendiri adalah :
a. Tumbuhnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap potensi
gangguan kamtibmas di lingkungannya.
b. Meningkatnya kemampuan masyarakat bersama dengan polisi untuk
identifikasi masalah.
c. Meningkatnya kemampuan masyarakat yang ada bersama –sama
dengan polisi dengan cara yang tidak melanggar hokum
d. Meningkatnya kesadaran hukum masyarakat.
e. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam menciptakan keamanan
dan ketertiban masyarakat di lingkungannya.
f. Menurunnya peristiwa yang mengganggu kamtibmas masyarakat atau
komunitas.

Program Polmas dan nganggung sendiri adalah sama-sama


bertujuan untuk menyelesaikan konflik yang terjadi dengan melibatkan
peran aktif masyarakat untuk sadar hukum dan menurun nya peristiwa
yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (disingkat Babel) adalah


sebuah provinsi di Indonesia yang terdiri dari dua pulau utama yaitu Pulau
Bangka dan Pulau Belitung serta pulau-pulau kecil seperti P. Lepar, P.
Pongok, P. Mendanau dan P. Selat Nasik, total pulau yang telah bernama
berjumlah 470 buah dan yang berpenghuni hanya 50 pulau. Bangka
Belitung terletak di bagian timur Pulau Sumatera, dekat dengan Provinsi
Sumatera Selatan. Bangka Belitung dikenal sebagai daerah penghasil
timah, memiliki pantai yang indah dan kerukunan antar etnis. Ibu kota
provinsi ini ialah Pangkalpinang. Pemerintahan provinsi ini disahkan pada
tanggal 9 Februari 2001. Setelah dilantiknya Pj. Gubernur yakni H. Amur
Muchasim, SH (mantan Sekjen Depdagri) yang menandai dimulainya
aktivitas roda pemerintahan provinsi.
Selat Bangka memisahkan Pulau Sumatera dan Pulau Bangka,
sedangkan Selat Gaspar memisahkan Pulau Bangka dan Pulau Belitung.
Di bagian utara provinsi ini terdapat Laut Cina Selatan, bagian selatan
adalah Laut Jawa dan Pulau Kalimantan di bagian timur yang dipisahkan
dari Pulau Belitung oleh Selat Karimata.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebelumnya adalah bagian
dari Sumatera Selatan, namun menjadi provinsi sendiri bersama Banten
dan Gorontalo pada tahun 2000. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 Tentang
Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tanggal 21 November
2000 yang terdiri dari Kabupaten Bangka, Kabupaten Belitung dan Kota
Pangkalpinang. Pada tahun 2003 berdasarkan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2003 tanggal 23 Januari 2003 dilakukan pemekaran wilayah dengan
penambahan 4 kabupaten yaitu Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka
Selatan dan Belitung Timur. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
merupakan pemekaran wilayah dari Provinsi Sumatera Selatan.

A. Saran
Diharapkan selanjutnya kesadaran masyarakat khususnya kalangan
menengah keatas akan keindahan dan pesona kelenteng di Bangka. Penulis
berharap agar makalah ini dapat menjadi panduan sekaligus menginspirasi
para traveller untuk lebih mencatat detail perjalanan sehingga kedepannya
catatan perjalanan dapat dibaca dan berguna untuk banyak orang.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://christianbudiman000.wordpress.com/2012/11/27/budaya-dan-adat-
istiadat-bangka/
http://armandblog-armand.blogspot.co.id/2014/07/mari-mengenal-bahasa-
bangka_12.html
https://christianbudiman000.wordpress.com/2012/11/27/budaya-dan-adat-
istiadat-bangka/
https://wulandaridiah.wordpress.com/2013/01/21/adat-istiadat-bangka-
belitung/
http://www.negerikuindonesia.com/2015/09/tari-campak-tarian-
tradisional-dari.html
http://rachmat-bangkabelitung.blogspot.co.id/2012/02/provinsi-bangka-
belitung.html
http://hendravirmanto.blogspot.co.id/2014/10/tradisi-nganggung-adat-
masyarakat_5.html
http://perwakilan.babelprov.go.id/content/pelatihan-sanggar-tari-di-
anjungan-babel-di-tmii-sebagai-pelestarian-budaya-tari-bangka

21

Anda mungkin juga menyukai