Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KERAGAMAN BAHASA KANGEAN


Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa & Sastra Indonesia
yang dibina Oleh : NORMAWATI, S.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

Anni Farika

Saniatul Wafira

Erlin Sofiana

Firgiani Citra Rovely

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR


SMA NEGERI 1 ARJASA
Jalan Raya Bujutan
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan dan memerlukan banyak perbaikan. Untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah ini.

Pada kesempatan ini, dengan ikhlas kami menyampaikan terima kasih


yang tak terhingga kepada kedua orangtua kami, Bapak /Ibu guru dan teman-
teman yang telah memberikan bantuan dan partisipasinya baik dalam bentuk moril
maupun materiil untuk keberhasilan dalam penyusunan makalah ini.

Kami selaku penyusun berharap semoga makalah ini ada guna dan
manfaatnya bagi para pembaca. Amin.

Arjasa, Oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................................1

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4

A.    LATAR BELAKANG.......................................................................................4


B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................4
C. TUJUAN.........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5

A.    PENGERTIAN BAHASA KANGEAN.................................................................5


B.    TINGKATAN BAHASA KANGEAN...................................................................6
C.    SISI LAIN DARI BAHASA KANGEAN.............................................................7
D.    BAHASA MADURA DASAR............................................................................9
E.     BAHASA KANGEAN DI KOTA-KOTA PERANTAUAN.....................................9
BAB III PENUTUP..............................................................................................11

A.    SIMPULAN..................................................................................................11
B.     SARAN........................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Indonesia terdiri dari beragam pulau,suku bangsa dan bahasa yang
berbeda. Di masing-masing daerah tentu memiliki ciri khas dan bahasa daerah
masing-masing. Salah satunya adalah pulau Madura. Pulau Madura ini terletak di
sebelah Utara Jawa Timur.
Pulau Madura ini terdiri dari empat kabupaten. Yaitu Kabupaten
Bangkalan,Sampang,Pamekasan, dan Sumenep. Pulau yang dikenal sebagai
penghasil garam ini suhunya sangat panas,tanahnya tandus dan kering. Namun di
pulau ini kita dapat menemukan beberapa tempat wisata yang patut untuk
dikunjungi.Wisata pantainya yang tak kalah indah dengan tempat wisata di daerah
lain.Masyarakat pulau Madura ini juga dikenal dengan sifatnya yang arogan,
keras, dan dendam. Namun pernyataan itu tidak semuanya benar, disamping
sifatnya yang keras dan arogan masyarakat Madura ini juga dikenal ramah dan
sopan.
Pulau yang dikenal kental dengan logat bahasa yang unik memiliki beragam
budaya di dalamnya. Baik dari cara bahasa yang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari maupun dari seni tradisinya.Dalam hal ini kami akan membahas
mengenai bahasa yang digunakan masyarakat madura dalam kehidupan sehari-
harinya.

B. Rumusan masalah
1.      apa itu bahasa madura
2.      ada berapa tingkatan bahasa dalam bahasa madura
3.      Sisi lain bahasa Madura
4.      Bahasa madura dasar
5.      bahasa madura di kota- kota perantauan.

C. Tujuan
1.      untuk mengenal lebih dekat bahasa madura
2.      untuk mengetahui tingkatan bahasa madura dan penggunaan
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Bahasa Kangean


Bahasa madura adalah bahasa yang digunakan Suku kangean. Bahasa
kangean mempunyai penutur lebih kurang 15 juta orang. Kawasannya meliputi
Pulau kangean, hujung Timur Pulau Jawa atau di kawasan yang disebut kawasan
Tapal Kuda terbentang dari Pasuruan, Surabaya, Malang hingga ke Banyuwangi,
Kepulauan Kangean, Kepulauan Masalembo, hingga Pulau Kalimantan.
Di Pulau Kalimantan, masyarakat Madura bertumpu di kawasan Sambas,
Pontianak, Bengkayang dan Ketapang, Kalimantan Barat. Bagi kawasan
Kalimantan Tengah mereka bertumpu di daerah Kotawaringin Timur,
Palangkaraya dan Kapuas. Namun kebanyakan generasi muda Madura di kawasan
ini sudah hilang penguasaan terhadap bahasa ibunda mereka.
Setelah terjadi rusuhan antara etnik di Kalimantan (Sambas dan Sampit),
sebahagian besar masyarakat Madura kembali ke tanah kelahiran mereka.
Walaupun mereka masih berharap untuk kembali ke Kalimantan, etnik Dayak
bertegas untuk tidak menerima
mereka kembali.
Bahasa Madura merupakan cabang dari bahasa Austronesia ranting
Melayu-Polinesia, dan mempunyai persamaan dengan bahasa-bahasa daerah
lainnya di Indonesia. Bahasa Madura banyak dipengaruhi oleh Bahasa Jawa,
Melayu, Bugis, Tionghoa dan lain sebagainya.
Pengaruh bahasa Jawa amat kuat dalam bentuk sistem hieraki berbahasa
kesan pendudukan Kerajaan Mataram di Pulau Madura. Banyak juga kata-kata
dalam bahasa ini yang berakar dari bahasa Indonesia atau Melayu bahkan dengan
Minangkabau, tetapi dengan lafaz yang berbeda.
Dari semua pengaruh yang ada, bisa dikatakan bahwa Suku Madura adalah
suku dengan bilingual yaitu menguasai dua bahasa, Bahasa Madura dan Bahasa
Indonesia. Tidak menutup kemungkinan bahwa suku Madura ada yang menguasai
lebih dari dua bahasa, multilingual.
Sebagaimana bahasa-bahasa di daerah, di Madura juga terpecah menjadi
bermacam-macam dialek. Tetapi, yang di benarkan hanya ada empat dialek, yaitu:
dialek Bangkalan, dialek Pamekasan, dialek Sumenep dan dialek kangean.
Terlepas dari itu semua, faktor internalisasi, enkulturasi dan sosialisasi
termasuk faktor yang dominan dalam pembentukan karakter budaya. Bila suatu
masyarakat menjaga kelestarian budayanya, seperti menurunkannya kepada
keturunannya secara intensif yang terjadi adalah terbawanya budaya tersebut
dimanapun ia berada. Termasuk juga bahasa, bila suatu daerah diwajibkan untuk
bisa berbahasa daerah mereka, maka yang terjadi adalah lestarinya bahasa daerah
mereka meskipun dengan awal sifat yang mengikat.
B.     Tingkatan bahasa Kangean
   Apa sih “Enja’ Iye, Enggi Enten, dan Enggi Bunten” itu?
“Enja’ Iye, Enggi Enten, dan Enggi Bunten” merupakan ondegga basa (tinggatan
bahasa) dalam bahasa Madura. Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan bahsa
Madura memiliki tingkatan tertentu. Tiap tinggkatan memiliki karakter dan
ketentuan-ketentuan tertentu.
1.       Enja’Iye
Enja’ iye merupakan tingkatan bahasa paling rendah. Tingkatan ini
biasanya digunakan oleh  orang yang lebih tua umurnya kepada orang yang lebih
muda atau kepada teman yang sebaya atau seumuran. Misalnya seorang tua
kepada anaknya, kakak kepada adiknya atau teman sepermainan yang telah akrab.
Tapi pada tingkatan ini tidak diperbolehkan diucapkan oleh orang yang lebih
muda ke yang lebih tua.
Contoh:  
·         Berempa' arghena paona? (Mangganya berapa harganya?)
·         Be’en nyamanah bhender (kamu namanya betul)
·         Sengko’ terro ka be’en (aku cinta padamu)           
2.  Enggi Enten
Enggi enten merupakan tingkatan yang kedua. Pada tingkatan ini
penggunaan baha mulai diperhalus. Biasanya tingkatan bahasa ini digunakan oleh 
orang yang baru kenal, seorang pembicaraan antara mertua dan menantu, suami 
isteri.  Oleh karena itu dalam penggunaan ini antara kasar dan halus.
Contoh:
·         Sampeyan asmana lerres (kamu namanya betul)
·         Abdina terro ka sampeyan (aku cinta padamu)
·         Bula sanonto badhi ka pasara (saya sekarang akan ke pasar)

3.  Enggi Bhunten


Enggi bunten merupakan tingkatan bahasa yang paling tinggi. Penggunaan
ini dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua umurnya.
Seperti seorang anak kepada orang tuanya, seorang murid kepada gurunya.
Penggunaan bahasa dalam tingkatan ini sangat sopan.
·       Saponapa argheneppon paona? (Mangganya berapa harganya?)
·        Panjhenengan alongghua daq kamma? (kamu akan pergi kemana?)
·        Kaula mangken ka pasara (saya sekarang akan ke pasar)

Dalam kehidupan sehari-hari tingkatan bahasa ini sangatlah penting,


karena hal ini memberi batasan kepada kita dan memberi kita sebuah tata krama
yang amat baik, dengan siapa kita berbicara, mengetahui siapa lawan bicara kita,
hingga pada akhirnya kita tahu batasan yang harus di lakukan.
Salah satu budaya yang telah pudar adalah budaya berbahasa engghi-
bhunten bagi masyarakat Madura. Bahasa engghi-bhunten merupakan bahasa
terhalus di Madura setelah bahasa engghi-enten sebagai bahasa tingkat
pertengahan dan enje’-iyesebagai bahasa tingkatan paling kasar. Dalam tradisi
Madura, bahasa engghi-bhunten setingkat dengan bahasa kromo inggil dalam
tradisi Jawa.
C.    Sisi lain dari Bahasa Kangean
Bahasa Madura mempunyai sistem pelafalan yang unik. Begitu uniknya
sehingga orang luar Madura yang berusaha mempelajarinya pun mengalami
kesulitan, khususnya dari segi pelafalan tadi. Waktu satu tahun tidak mungkin
cukup untuk fasih Bahasa Madura, itu pengalaman seseorang yang pernah penulis
baca.
Dalam kehidupan sehari-hari istilah sastraberarti prosa atau puisi. Karya
sastra yang baik adalah karya sastra yang senantiasa mengandung nilai (value).
Salah satu karya sastra Madura adalah dungngeng yang biasa kita sebut dongeng.
Beberapa dungngeng Madura yang terkenal adalah dungngeng
kepahlawanan pangeran Tronojoyo, Potre Koneng, Asal muasal kerapan sapi,
Sakera, Ke’ lesap, Angling Darma Ambya Madura, dll.
Contoh yang kedua dari sastra populis adalah syi’ir. Syi’ir merupakan
rangkaian kata-kata indah yang membentuk kalimat-kalimat yang terpadu dan
biasanya syi’ir ini di baca di pesantren-pesanten, majlis ta’lim, dan walimatul urs.
Si’ir Madura tersusun dari 4 padda/biri (baris). Tiap padda terdiri dari 10 keccap
(ketukan). Tiap akhir suara pada padda mengandung pola a – a – a – a. Isi syi’ir
bermacam-macam, bergantung dari selera dan kesenangan serta tujuan dari
pembuatnya. Jenis-jenis syi’ir beraneka ragam seperti syi’ir yang menceritakan
kisah nabi, cerita orang mati siksa kubur, perhatian pada pendidikan, agama atau
akhlak.
Dungngeng dan syi’ir secara umum sering dijumpai keberadaannya dalam
masyarakat. Hal tidaklah aneh mengingat hubungan kekerabatan masyarakat
Madura dan jiwa relijius mereka masih sangat kuat dan kental sehingga tingkat
interaksi sosial dan kegiatan relijus mereka masih tinggi. Tingginya tingkat
interaksi sosial dan seringnya diadakan kegiatan relijius seperti pengajian dan
perayaan-perayaan agama, maenyebabkan kesempatan penyampaian sastra jenis
ini menjadi semakin besar pula. Karena sifatnya yang umum dan tumbuh
berkembang bersama tradisi-tradisi populis yang ada di pulau Madura inilah,
maka kadang sastra jenis ini disebut sastra primer.
Selain itu, pernakah anda memperhatikan orang-orang Madura bercakap-
cakap dalam bahasa Indonesia? yang terjadi ada dua hal. Yang pertama, mereka
berbicara bahasa Indonesia tetapi logatnya tetap bahasa Madura. Yang kedua logat
bahasa Madura mereka sedikit tidak kentara jika hanya sekali mendengar
mungkin terkesan logat Maduranya tidak ada. Bisa diambil kesimpulan bahwa
logat kemaduraan mereka masih ada meskipun dengan prosentase yang amat
kecil. Kadar itu ditentukan oleh tingkat pendidikan orang Madura tersebut, yang
logatnya kental itu seperti pedagang-pedagang asongan, dan sejenisnya yang
dinilai pendidikannya rendah. Sedangkan orang Madura yang berpendidikan
tinggi, terbiasa dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kadar logatnya
maduranya hampir tidak terdeteksi. Namun, logat tersebut tidak bisa terpisah dari
mereka. Logat mereka yang demikian itu bisa dinilai sebagai wujud keaslian
mereka sebagai putera daerah, dan sebagai cap alam bahwa mereka terlahir dari
golongan suku Madura.
D.    Bahasa Madura Dasar
Perkenalan dengan bahasa baru biasanya dimulai dengan ungkapan sehari-
hari, hal-hal yang umum dan juga hitungan angka yang bertujuan untuk
mempermudah ingatan, layaknya anak kecil yang belajar bahasa. Seperti halnya
bahasa lain bahasa Madura  juga mempunyai bahasa sehari-hari untuk pemula
yang baru belajar.
1.       Angka-angka
~     Settong = Satu
~     Dhuwwe’ = Dua
~     Tello’ = Tiga
~     Ampa’ = Empat
~     Lemma’ = Lima
~     Enem = Enam
~     Petoh = Tujuh
~     Bhellu’ = Delapan
~     Sanga’ = Sembilan
~     Sapoloh = Sepuluh
2.      Bahasa Madura dasar harian
~   Dhe’ remma kabereh? (huruf ‘e’ dibaca seperti kata telan, sedangkan ‘b’
terbaca seperti bh) = apa kabar..
~   Bheres = sehat
~   Ta’ tao / ta’ oneng = tidak tahu
~   Atore/ tore = silahkan
~   Iye (kasar), engghi (halus) = iya
Untuk penyusunan kalimat seperti halnya bahasa indonesia pada
umumnya, tidak ada banyak perubahan dan sesuai dengan kamus. Contoh : bapak
pergi ke pasar, bahasa Maduranya bapak/rama/aba entar ka pasar. Kata “ka”
berarti ke, contoh lain mbak minum air, bahasa Maduranya mbhuk ngenom aeng.
E.     Bahasa Kangean di kota-kota perantauan
Suku Madura terkenal sebagai suku perantau. Pernyataan tersebut bisa
dibuktikan dengan banyaknya orang-orang Madura di kawasan luar pulau jawa,
seperti jember, probolinggo, Pasuruan, Surabaya, Malang, hingga ke Kalimantan.
Dan sebagian besar dari mereka di negeri rantauan pekerjaannya adalah sebagi
pedagang.
Keintiman orang-orang Madura dalam bergaul dan berkomunikasi dengan
golongan lain rupanya lebih terbatas pada urusan pekerjaan saja. Mereka jarang
sekali bergaul secara mesra dengan pihak lain (bukan orang Madura) walaupun itu
merupakan tetangga dekat. Dari sinilah muncul anggapan bahwa orang Madura
kurang ramah.
Berbeda dengan di daerah Probolinggo, persebaran orang Madura ada di
daerah pinggiran kota karena tergusur oleh tuan rumah, orang Jawa. Keadaannya
terbalik di daerah ini, suku Madura menjadi suku minoritas kerana kalah
jumlahnya dengan suku jawa. Jadi bahasa Madura banyak digunakan oleh orang-
orang desa warga Probolinggo.
BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Bahasa Kangean merupakan salah satu bahasa dari 726 bahasa yang ada di
kepulauan Indonesia ini. Bahasa Kangean menjadi bahasa nomor empat yang
dipakai oleh warga Indonesia setelah bahasa Indonesia, bahasa Jawa, dan bahasa
Sunda.
Dalam perkembangannya bahasa Kangean mengalami pasang surut,
karena bersaing dengan bahasa-bahasa anak muda zaman sekarang. Dari tahun ke
tahun semakin menurun minat anak muda akan bahasa ini. Semoga ini termasuk
teori siklus, perubahan sosial ini  bukan menjadi perubahan yang sejati. Bila benar
demikian, maka akan ada masa lagi ketika masyarakat berminat  dengan bahasa
Madura.
Bahasa yang unik, bila dari pelafalan bahasanya terlihat kasar tetapi bila
sudah berbentuk tulisan terlihat sebagai bahasa yang berkompleksitas tinggi.
Menurut penulis bahasa yang indah bila berbentuk tulisan. Keunikan bahasa
Madura yang lain adalah tidak mengenal kata ganti orang ketiga, memiliki fonem-
fonem beraspirat dan tanaspirat, fungsi morfem yang tentunya tidak dimiliki
bahasa lain, logat Madura yang khas dan sulit ditiru, dungngeng dan syi’ir-
syi’irnya yang religious serta banyak hal lain yang mungkin belum terungkap.
B.     Saran
Bahasa merupakan perlambangan budaya suatu daerah. Suatu daerah dapat
dikenal dari model bahasanya. Dengan bahasa, pesan yang ingin kita sampaikan
bisa tersampai kepada lawan bicara kita. Bahasa muncul bisa dari kebiasaan.
Seseorang yang belajar bahasa lain akan lebih mudah bisa bila bahasa itu
dirangkai dalam kehidupannya. Dengan demikian, untuk menghindari kepunahan
bahasa Madura adalah dengan menggunakan bahasa tersebut dalam kehidupan
sehari-hari meskipun di negeri rantauan.

Anda mungkin juga menyukai