Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Dasar Pemikiran

Pembelajaran Bahasa Indramayu sesungguhnya sudah diberlakukan sejak tahun


1994 berdasarkan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Jawa Barat No. No. 849/102/Kep/A/1994. Pada kurun waktu
tersebut diberlakukan mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok), yakni (1) Bahasa Sunda,
dan (2) Bahasa Indramayu. Pembelajaran Bahasa Sunda diberlakukan di seluruh
sekolah di Jawa Barat berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Jawa Barat No.
6 Tahun 1996 tentang Pemeliharaan, Pembinaan, dan Pengembangan Bahasa, Sastra,
dan Aksara Sunda, yang menyebutkan bahwa bahasa daerah yang ada di Jawa Barat
adalah bahasa Sunda.
Perda Provinsi Jawa Barat itu kemudian direvisi menjadi Perda No. 5 Tahun
2003 Tentang Pemeliharaan, Pembinaan, dan Pengembangan Bahasa, Sastra, dan
Aksara Daerah di Jawa Barat. Perda tersebut menyatakan bahasa daerah di Jawa Barat
adalah bahasa Sunda, bahasa Cirebon, dan bahasa Melayu Betawi. Penyebutan bahasa
Cirebon memiliki dasar pemikiran sebagai bahasa daerah yang berada di wilayah
kultural Cirebon. Artinya, bahasa daerah yang berkembang di Indramayu disebut
sebagai bahasa Cirebon.
Perda Jawa Barat mengalami revisi kembali menjadi Perda No. 14 Tahun 2014
Tentang Revisi Perda No. 5 Tahun 2003 Tentang Pemeliharaan, Pembinaan, dan
Pengembangan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah di Jawa Barat. Perda tersebut
menyatakan bahasa daerah di Jawa Barat adalah bahasa daerah yang ada di Jawa
Barat. Dalam Perda tersebut tidak disebut lagi adanya tiga bahasa daerah sebagaimana
Perda No. 5/2003. Dengan demikian penyebutan nama mata pelajaran Bahasa
Indramayu dalam struktur dan muatan Kurikulum di Kabupaten Indramayu dijamin
dalam Perda No. 14/2014 tersebut.
Penetapan Bahasa Indramayu sebagai mata pelajaran muatan lokal, di samping
mata pelajaran Budi Pekerti perlu ditegaskan dengan penyusunan kurikulum, dan
disesuaikan dengan Kurikulum 2013. Hal itu juga ditegaskan dengan Peraturan
Gubernur Jawa Barat Nomor 69 Tahun 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal
Bahasa Daerah pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Sebagai tindak lanjut,
dipertegas pula dengan Surat Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Nomor
423.5/60-Set.Disdik tanggal 5 Januari 2015 perihal Penggunaan Kurikulum Mulok
Bahasa dan Sastra Daerah, serta Surat Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
No. 423/2372/Set-Disdik tanggal 26 Maret 2013 tentang Mata Pelajaran Bahasa
Daerah

Kurikulum Bahasa Indramayu 1


Secara esensial, bahasa daerah merupakan kekayaan budaya daerah yang hidup
selama berabad-abad dalam kehidupan masyarakat. Demikian pula bahasa Indramayu
yang sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat Indramayu yang mengandung
nilai-nilai tata krama, pengetahuan, dan budaya. Oleh karenanya, hal tersebut menjadi
suatu keharusan untuk masuk dalam kurikulum sekolah. Selain itu, sebagaimana
dilansir UNESCO (United Nation of Education, Social, and Cultural Organization)
banyak bahasa daerah yang sudah mengalami kepunahan dan terancam kepunahan.
UNESCO bahkan menetapkan tanggal 21 Pebruari sebagai Hari Bahasa Ibu
Internasional. Hal itu sebagai peringatan untuk mempertahankan, melindungi, dan
melestarikan bahasa daerah. Hal yang sama, sejalan juga dengan penjelasan dalam
UUD 1945, Bab XV, Pasal 36 yang mengatakan: “Bahasa Daerah itu merupakan
bagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup; Bahasa Daerah itu adalah salah satu
unsur kebudayaan nasional yang dilindungi oleh negara.”
Kebijakan Bahasa Daerah pada hakikatnya diatur oleh pemerintah. Kebijakan
Bahasa Daerah tercantum dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Otonomi
Daerah. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional disebutkan, penggunaan Bahasa Daerah diatur sebagai pelengkap
penggunaan Bahasa Indonesia yang diwajibkan dalam penyelenggaraan sistem
pendidikan nasional di Indonesia. Bahasa Daerah ditempatkan sebagai pendukung
Bahasa Nasional, pengantar pada pendidikan tingkat permulaan sekolah, sumber
kebahasaan untuk memperkaya Bahasa Indonesia, dan pelengkap Bahasa Indonesia
dalam penyelenggaraan pemerintah di tingkat daerah. Sedangkan dalam UU Nomor
23 Tahun 2014 tentang Otonomi Daerah disebutkan, pemerintah pusat mempunyai
kewenangan memberikan pembinaan bahasa dan sastra Indonesia, pemerintah daerah
provinsi mempunyai kewenangan memberikan pembinaan bahasa dan sastra yang
penuturnya lintas daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) daerah provinsi, sedangkan
pemerintah kabupaten/kota mempunyai kewenangan memberikan pembinaan bahasa
dan sastra yang penuturnya dalam daerah kabupaten/kota.

1.2 Fenomena Bahasa Indramayu

Ketika dirunut ke belakang, mata pelajaran bahasa daerah di Kabupaten


Indramayu sejak zaman penjajahan sudah diberlakukan, yakni bernama mata
pelajaran Bahasa Jawa. Akan tetapi, materi pelajaran yang disampaikan berdasar pada
bahasa Jawa Wetan, yakni bahasa Jawa yang berkembang di Provinsi Jawa Tengah,
Yogyakarta, dan bahkan Jawa Timur. Salah satu penyebabnya, kemungkinan besar
pada kurun waktu zaman penjajahan hingga awal Orde Baru para pengajarnya
mayoritas berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Kurikulum Bahasa Indramayu 2


Fenomena tersebut kurang sesuai dengan dialek bahasa Jawa yang berkembang di
Indramayu yang memiliki latar dialek regional maupun dialek temporal (kronolek)
dan dialek sosial (sosiolek) tersendiri. Hal itu sejalan dengan hasil penelitian Lembaga
Research Kebudayaan Nasional – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LRKN-
LIPI) pada tahun 1984 yang menyatakan di sepanjang pesisir utara di sebelah timur
Jakarta, penduduknya menggunakan bahasa Jawa dalam beberapa dialek, yaitu dialek
Indramayu dan Cirebon.
Jawa Barat merupakan wilayah bahasa Sunda kecuali bagian di
sepanjang pesisir utara di sebelah timur Jakarta, yang penduduknya
menggunakan bahasa Jawa dalam beberapa dialek, yaitu dialek Indramayu
dan Cirebon. Di Jakarta dan sekitarnya orang menggunakan bahasa
Melayu dialek Jakarta (Lapian, dkk.,1986:70).

Keberadaan bahasa Jawa dialek Indramayu juga pernah dibukukan oleh warga
Eropa, J. Groneman, pada tahun 1893. Bukunya berjudul Jaavaansch dialekt van
Dermajoe (Indramajoe).
Penyebutan bahasa Jawa dialek Indramayu merupakan penggolongan bahwa
bahasa Indramayu adalah rumpun bahasa Jawa. Akan tetapi secara dialek berbeda
dengan dialek bahasa Jawa lainnya, seperti bahasa Jawa dialek Cirebon, bahasa Jawa
dialek Tegal, bahasa Jawa dialek Banyumas, bahasa Jawa dialek Surabaya, ataupun
bahasa Jawa dialek Malang. Berbeda pula dengan maupun bahasa Jawa yang
berkembang saat kejayaan Kesultanan Mataram yang berpusat di sekitar wilayah
Yogyakarta-Surakarta, yang merupakan fase bahasa Jawa Baru (Jawa Anyar).
Berdasarkan fase perkembangannya, bahasa Jawa memiliki tiga fase
perkembangan, yakni bahasa Jawa Kuna sekitar tahun 1100-an, bahasa Jawa
Pertengahan (Jawa Tengahan) sekitar tahun 1400-an, dan bahasa Jawa Baru (Jawa
Anyar) sekitar tahun 1600-an. Pada fase Jawa Kuna dan Jawa Pertengahan, bahasa
Jawa belum memiliki undak usuk (tingkatan berbahasa). Barulah pada fase Jawa
Anyar diberlakukan undak usuk.
Menurut Mardiwarsito dan Kridalaksana (2012:15-17), bahasa Jawa Kuna
dipergunakan hanya sampai menjelang berdirinya Kerajaan Singasari. Dalam zaman
Majapahit bahasa Jawa Pertengahan telah menjadi bahasa sehari-hari. Meskipun
agama Islam telah masuk, bahasa Arab belum berpengaruh pada karya sastra zaman
tersebut. Fase bahasa Jawa Baru bisa dilihat adanya karya sastra semenjak zaman
Kerajaan Surakarta awal (sejak tahun 1740).
Bahasa Jawa di Indramayu berkembang subur sejak fase Jawa Kuna dan
Pertengahan. Beberapa kosakata Jawa Kuna maupun Jawa Pertengahan masih banyak
dipergunakan masyarakat Indramayu. Sebaliknya dengan wilayah lain, teerutama di
wilayah Yogyakarta-Surakarta dan sekitarnya yang tidak lagi menggunakan kosakata
dari fase Jawa Kuna dan Pertengahan, tetapi lebih menggunakan fase Jawa Baru.
Kosakata seperti kuwu (kepala desa), dermaga (jalan raya), manjing (masuk) yang

Kurikulum Bahasa Indramayu 3


merupakan kosakata sejak fase Jawa Kuna dan Pertengahan masih dipergunakan di
Indramayu, tetapi tidak dipergunakan lagi di Yogyakarta-Surakarta dan sekitarnya.
Perbedaan lainnya amat kentara pada undak-usuk yang berkembang. Bahasa
Indramayu tidak terlalu ketat pada penggunaan undak usuk. Hal itu sangat mungkin
karena bahasa Jawa yang berkembang di Indramayu adalah mayoritas warisan dari
fase Jawa Kuna dan Jawa Pertengahan yang memang tidak mengenal undak usuk.
Pengenalan adanya undak usuk bahasa Jawa diperoleh dari merembesnya
perkembangan bahasa Jawa Baru yang banyak digaungkan semenjak Sultan Agung
Mataram pada tahun 1600-an.
Menurut Kodiran (Koentjaraningrat (red.), 1976: 322-323), bahasa Jawa
memiliki banyak tingkatan berbahasa, tetapi prinsipnya ada dua, yaitu Jawa Ngoko
dan Madya. Bandingkan dengan tingkat berbahasa di Indramayu yang hanya
memiliki tingkatan Ngoko/Bagongan dan Krama/Bebasan.

No. Tingkatan bahasa Jawa No. Tingkatan bahasa Jawa


Mataraman Indramayu
1. Ngoko 1. Ngoko/Bagongan
1.1 Ngoko Lugu 2. Krama/ Bebasan
1.2 Ngoko Andap
2. Madya
2.1 Madya Ngoko
2.2 Madyantara
2.3 Madya Krama
3. Krama Inggil
4. Kedaton/Bagongan
Secara linguistik, bahasa Indramayu merupakan bahasa Jawa dialek Indramayu.
Akan tetapi secara pengakuan masyarakat maupun Pemerintah Kabupaten Indamayu
adalah bahasa Indamayu. Sisi pengakuan masyarakat dan pemerintah daerah ini
merupakan sesuatu yang sah jika merunut pada politik penamaan bahasa daerah.
Bahasa Minangkabau, bahasa Betawi, bahasa Cirebon, bahasa Tegal, bahasa Using,
maupun bahasa Banjar merupakan contoh penamaan bahasa daerah berdasarkan
pengakuan masyarakat dan pemerintah daerah. Sebab jika ditelisik secara linguistik,
bahasa Minangkabau merupakan dialek bahasa Melayu, bahasa Betawi merupakan
dialek bahasa Melayu, bahasa Cirebon merupakan dialek bahasa Jawa, bahasa Tegal
merupakan dialek bahasa Jawa, bahasa Using merupakan dialek bahasa Jawa, bahasa
Banjar merupakan dialek bahasa Melayu.
Terlepas dari penamaan bahasa daerah, harus diakui pada dewasa ini ancaman
kepunahan terhadap bahasa daerah amat tinggi. Termasuk pada bahasa Indramayu
yang amat terasa sekali, terutama di daerah-daerah perkotaan. Komunikasi maupun
informasi antarmasyarakat ataupun antaranggota keluarga sudah banyak yang
meninggalkan bahasa ibu. Bahasa Indonesia versi bahasa gaul lebih banyak digunakan
dengan alasan lebih komunikatif dan lebih informatif. Penggunaan komunikasi dan
informasi dengan bahasa Indramayu juga dianggap lebih sulit. Salah satunya karena

Kurikulum Bahasa Indramayu 4


adanya undak-usuk (tingkatan berbahasa). Jalan pintas yang ditempuh adalah
menggunakan bahasa Indonesia, karena tidak ada undak-usuk.
Menurut Lauder (2016), berdasarkan informasi 2015 dari Ethnologue2 di
Indonesia sudah terdapat 13 bahasa yang punah dan tinggal 706 bahasa yang hidup.
Namun perlu dicamkan bahwa dari 706 bahasa tersebut, terdapat 341 bahasa daerah
yang memerlukan perhatian khusus, dengan rincian sebagai berikut: 266 bahasa
berstatus lemah dan 75 bahasa berstatus sekarat. Mungkin kondisi kebahasaan yang
buruk ini, belum sepenuhnya disadari oleh para linguis Indonesia apalagi oleh
nonlinguis.
Berdasarkan kenyataan tersebut, bahasa daerah sebagai salah satu khasanah
dalam kebhineka-tunggal-ikaan bahasa dan budaya Nusantara akan menjadi landasan
bagi pendidikan karakter dan moral bangsa. Untuk kepentingan itu, perlu disusun
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar sesuai dengan satuan pendidikan tersebut.
Pembelajaran bahasa dan sastra daerah diharapkan membantu peserta didik
mengenal dirinya dan budaya daerahnya, mengemukakan gagasan dan perasaan,
berpartisipasi dalam masyarakat, dan menemukan serta menggunakan kemampuan
analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa dan sastra daerah
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam
bahasa daerah dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta
menumbuhkan apresiasi terhadap budaya dan hasil karya sastra daerah.

1.3 Kurikulum 2013

Sejalan dengan keluarnya Kurikulum 2013 terdapat tiga jenis kurikulum, yakni
Kurikulum Tingkat Nasional, Kurikulum Tingkat Daerah, dan Kurikulum Tingkat
Sekolah. Kurikulum Tingkat Nasional disusun dan diberlakukan secara nasional.
Kurikulum Tingkat Daerah disusun dan diberlakukan di daerah berdasarkan
Kurikulum Tingkat Nasional sesuai dengan kebijakan daerah masing-masing.
Sementara, Kurikulum Tingkat Sekolah disusun dan diberlakukan pada setiap jenjang
sekolah.
Dalam rangka memenuhi Kurikulum Tingkat Daerah, Dinas Pendidikan
Kabupaten Indramayu menyusun Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD)
Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indramayu. Selain disesuaikan dan didasarkan pada
struktur Kurikulum Tingkat Nasional 2013, KIKD Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra
Daerah berdasarkan Surat Edaran Kepala Dinas Provinsi Jawa Barat Nomor
423/2372/Set-disdik tertanggal 26 Maret 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal
Bahasa Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA.
Di samping itu, penyusunan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD)
Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah didasari pula oleh Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Barat No. 14 Tahun 2014 tentang Revisi Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara
Daerah, yang menetapkan bahasa daerah diajarkan pada pendidikan dasar di Jawa

Kurikulum Bahasa Indramayu 5


Barat. Kebijakan tersebut sejalan dengan jiwa UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang bersumber
dari UUD 1945 yang menyangkut Pendidikan dan Kebudayaan. Sejalan pula dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Bab III Pasal 7 Ayat 3-8, yang menyatakan bahwa dari
SD/MI/SDLB, SMP/MTs./SMPLB, SMA/MAN/SMALB, dan SMK/MAK diberikan
pengajaran muatan lokal yang relevan, serta Rekomendasi UNESCO tahun 1999
tentang “pemeliharaan bahasa-bahasa ibu di dunia”.
Hal di atas sejalan pula dengan Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20, 21, 22, 23, dan 24 Tahun 2016.
Permendikbud No. 20/2016 tentang Standar Komepetensi Lulusan Pendidikan Dasar
dan Menengah; Permendikbud No. 21/2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah; Permendikbud No. 22/2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah; Permendikbud No. 23/2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar
dan Menengah;, dan Permendikbud No. 24/2016 tentang Komptensi Inti dan
Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan
Menengah.

1.4 Mata Pelajaran Muatan Lokal

Mata Pelajaran Muatan Lokal diberlakukan berdasarkan Peraturan Menteri


Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 79 Tahun 2014 Tentang Muatan Lokal
Kurikulum 2013. Dengan diberlakukannya Permendikbud ini, ketentuan dalam
Peraturan Menteri Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum yang
mengatur mengenai Muatan Lokal dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Muatan lokal merupakan bahan kajian atau mata pelajaran pada satuan
pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan
lokal yang dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap
keunggulan dan kearifan di daerah tempat tinggalnya. Muatan lokal diajarkan dengan
tujuan membekali peserta didik dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
diperlukan untuk:
a. mengenal dan mencintai lingkungan alam, sosial, budaya, dan spiritual di
daerahnya; dan
b. melestarikan dan mengembangkan keunggulan dan kearifan daerah yang berguna
bagi diri dan lingkungannya dalam rangka menunjang pembangunan nasional.
Muatan lokal dikembangkan atas prinsip:
a. kesesuaian dengan perkembangan peserta didik;
b. keutuhan kompetensi;
c. fleksibilitas jenis, bentuk, dan pengaturan waktu penyelenggaraan; dan
d. kebermanfaatan untuk kepentingan nasional dan menghadapi tantangan global.

Kurikulum Bahasa Indramayu 6


Muatan lokal dapat berupa antara lain (a) seni budaya, (b) prakarya, (c)
pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, (d) bahasa, dan/atau (e) teknologi.
Muatan pembelajaran terkait muatan lokal berupa bahan kajian terhadap keunggulan
dan kearifan daerah tempat tinggalnya. Muatan pembelajaran terkait muatan lokal
diintegrasikan antara lain dalam mata pelajaran seni budaya, prakarya, dan/atau
pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Dalam hal pengintegrasian tidak dapat
dilakukan, muatan pembelajaran terkait muatan lokal dapat dijadikan mata pelajaran
yang berdiri sendiri.
Muatan lokal dirumuskan dalam bentuk dokumen yang terdiri atas (a)
kompetensi inti dan kompetensi dasar; (b) silabus; dan (c) buku teks pelajaran.
Muatan lokal dikembangkan dengan tahapan (a) analisis konteks lingkungan alam,
sosial, dan/atau budaya; (b) identifikasi muatan lokal; (c) perumusan kompetensi
dasar untuk setiap jenis muatan lokal; (d) penentuan tingkat satuan pendidikan yang
sesuai untuk setiap kompetensi dasar; (e) pengintegrasian kompetensi dasar ke dalam
muatan pembelajaran yang relevan; (f) penetapan muatan lokal sebagai bagian dari
muatan pembelajaran atau menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri; (g)
penyusunan silabus; dan (h) penyusunan buku teks pelajaran.
Pemerintah Kabupaten/Kota menetapkan muatan lokal sebagai bagian dari
muatan pembelajaran atau menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri. Pemerintah
Kabupaten/Kota mengusulkan hasil penetapan muatan lokal kepada Pemerintah
Provinsi. Pemerintah Provinsi menetapkan muatan lokal yang diusulkan oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota untuk diberlakukan di wilayahnya. Pemerintah Provinsi
atau Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya merumuskan
kompetensi dasar, penyusunan silabus, dan penyusunan buku teks pelajaran muatan
lokal.
Muatan lokal diselenggarakan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan
sumber daya pendidikan yang tersedia. Dalam hal muatan lokal ditetapkan sebagai
mata pelajaran yang berdiri sendiri, satuan pendidikan dapat menambah beban belajar
muatan lokal paling banyak 2 (dua) jam per minggu. Kebutuhan sumber daya
pendidikan sebagai implikasi penambahan beban belajar muatan lokal ditanggung
oleh pemerintah daerah yang menetapkan.
Pelaksanaan muatan lokal pada satuan pendidikan perlu didukung dengan:
a. kebijakan Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah
b. kabupaten/kota, dan satuan pendidikan sesuai kewenangannya; dan
b. ketersediaan sumber daya pendidikan yang dibutuhkan.
Pengembangan muatan lokal oleh daerah dilakukan oleh Tim Pengembang
Kurikulum di tingkat provinsi, Tim Pengembang Kurikulum di tingkat
kabupaten/kota, Tim Pengembang Kurikulum di satuan pendidikan, serta dapat
melibatkan narasumber atau pihak lain yang terkait. Pengembangan muatan lokal
dikoordinasikan dan disupervisi oleh Dinas Pendidikan atau Kantor Kementerian
Agama Provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya.

Kurikulum Bahasa Indramayu 7


BAB II
KURIKULUM BAHASA INDRAMAYU

2.1 Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Indramayu


2.1.1 Dasar
Mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 79 Tahun
2014 Tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013, penyusunan kurikulum mata pelajaran
muatan lokal Bahasa Indramayu perlu dilakukan sebagai penegasan terhadap
keberadaan mata pelajaran Bahasa Indramayu yang menyesuaikan diri dengan
Kurikulum 2013.

2.1.2 Pengertian
Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Indramayu merupakan mata pelajaran
pada satuan pendidikan yang berisi muatan bahasa daerah Indramayu dan proses
pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal yang dimaksudkan untuk
membentuk pemahaman peserta didik terhadap keunggulan dan kearifan daerah
Indramayu.
Muatan mata pelajaran Bahasa Indramayu terdiri dari:
a. tata bahasa daerah Indramayu (paramasastra),
b. kesusastraan daerah Indramayu (kasusastran), dan
c. aksara carakan (hanacaraka).
Selain itu terdapat esensi kebahasaan yang harus dikuasai peserta didik dalam
berkomunikasi yang berkaitan dengan tata krama (anggah-ungguh), yakni terdiri dari
2 (dua) tingkatan berbahasa (undak-usuk), yakni:
a. tingkatan berbahasa ngoko/bagongan, yakni bahasa daerah Indramayu yang lazim
digunakan dalam keseharian, pergaulan secara akrab, atau bahasa pasar.
b. tingkatan berbahasa krama/bebasan, yakni bahasa daerah Indramayu yang lazim
digunakan dalam memandang strata kemasyarakatan, pergaulan secara santun, atau
bahasa tinggi.

2.1.3 Pengembangan

Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Indramayu dikembangkan dengan


mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Pengembangan ini
dilakukan Tim Pengembang Kurikulum Bahasa Indramayu Tingkat Kabupaten
Indramayu.

Kurikulum Bahasa Indramayu 8


Mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan yang telah ditetapkan pada
Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 tersebut, pengembangan disesuaikan dengan
materi dan esensi bahasa Indramayu sebagai mata pelajaran muatan lokal Sekolah
Dasar di Kabupaten Indramayu.
Berpegang Standar Isi disesuaikan dengan substansi tujuan pendidikan mata
pelajaran muatan lokal dalam domain pengetahuan dan keterampilan.
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas-aktivitas: mengetahui, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Keterampilan diperoleh
melalui aktivitas-aktivitas: mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan
mencipta. Pengetahuan dan keterampilan tersebut berdasarkan materi bahasa
Indramayu dalam ranah tata bahasa (paramasastra), kesusastraan (kasusastran), dan
aksara carakan (hanacaraka).
Materi bahasa Indramayu tersebut adalah:

Tata Bahasa Kesusastraan Aksara Carakan


(Paramasastra) (Kasusastran) (Hanacaraka)
 Berdasar teks narasi,  Parikan (Pantun)  Urutan Aksara
teks deskripsi, teks  Guritan (Puisi) Carakan
eksposisi, teks pidato,  Pribasa (Peribahasa)  Aksara dengan
maupun teks sastra,  Wangsalan sandangan
dikembangkan dalam  Tembang Dolanan (Nglegena)
analisis:  Tembang Macapat  Kata dengan
 beragam jenis kata sandangan swara
 Tembang Pujian
 beragam jenis (berupa suku dan
 Tembang Anyar/Kiser
kalimat wulu)
Gancang
 Berdasar teks narasi, 
 Badekan (Tebak-tebakan) Kata dengan
teks deskripsi, teks
 Crita Cindek (Cerpen) sandangan swara
eksposisi, teks pidato,
 Crita Satoan (Fabel) (berupa taling,
maupun teks sastra,
dikembangkan dalam  Crita Babad/Legenda taling tarung,
kata/kalimat dengan  Crita Guyon (Anekdot) pepet)
undak usuk (tingkatan  Crita Wayang  Kata dengan
berbahasa): sandangan
 ngoko/bagongan panyigeg wanda/
 krama/bebasan penanda konsonan
mati (berupa
layar, cecek,
wignyan, dan
pangkon)

Kurikulum Bahasa Indramayu 9


2.2 Standar Kompetensi Lulusan
2.2.1 Dasar
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 20
Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Adanya Permendikbud No. 20/2016 Tentang SKL Pendidikan Dasar dan
Menengah, maka Permendikbud No. 54/2014 tentang SKL Pendidikan Dasar dan
Menengah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

2.2.2 Pengertian
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kriteria mengenai kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) digunakan sebagai acuan utama untuk
pengembangan:
 Standar Isi
 Standar Proses
 Standar Penilaian Pendidikan
 Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
 Standar Sarana dan Prasarana
 Standar Pengelolaan
 Standar Pembiayaan
Ruang Lingkup SKL terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik
yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

2.2.3 Monitoring dan Evaluasi


Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara Standar Kompetensi
Lulusan dan lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dan kurikulum yang
digunakan pada satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi
secara berkala dan berkelanjutan dalam setiap periode.
Hasil yang diperoleh dari monitoring dan evaluasi digunakan sebagai bahan
masukan bagi penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan di masa yang akan
datang.

Kurikulum Bahasa Indramayu 10


2.2.4 Dimensi Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan memiliki kompetensi pada tiga
dimensi, yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hal itu mengacu pada Bloom
Taxonomy yang pertama kali dikenalkan oleh sekelompok peneliti yang dipimpin oleh
Benjamin Bloom pada tahun 1956 dan dikembangkan lebih lanjut oleh Anderson and
Krathwol pada tahun 2001 digunakan sebagai rujukan pada Standar Kompetensi
Lulusan.
Bloom Taxonomy mengkategorikan capaian pembelajaran menjadi tiga
domain, yaitu dimensi pengetahuan yang terkait dengan penguasaan pengetahuan,
dimensi sikap yang terkait dengan penguasaan sikap dan perilaku, serta dimensi
ketrampilan yang terkait dengan penguasaan ketrampilan. Dimensi pengetahuan
diklasifikasikan menjadi faktual, konseptual, prosedural, serta metakognitif yang
penguasaannya dimulai sejak Tingkat Pendidikan Dasar hingga Tingkat Pendidikan
Menengah.
Structure of Observed Learning Outcome (SOLO) Taxonomy yang pertama
kali dikembangkan oleh Biggs dan Collin (1982) dan telah diperbarui tahun 2003
digunakan sebagai dasar untuk mengelompokkan Tingkat Kompetensi untuk aspek
pengetahuan. Menurut SOLO Taxonomy ada lima tahap yang dilalui oleh peserta didik
untuk menguasai suatu pengetahuan, yaitu tahah pre-struktural, uni-struktural, multi-
struktural, relasional dan abstrak yang diperluas. Kelima tahap ini dapat
disederhanakan menjadi tiga tahap, yaitu surface knowledge, deep knowledge dan
conceptual atau constructed knowledge.
Tahap surface knowledge diperoleh pada Tingkat Pendidikan Dasar untuk
Sekolah Dasar, tahap deep knowledge diperoleh pada Tingkat Pendidikan Dasar untuk
Sekolah Menengah Pertama dan tahap conceptual/constructed knowledge diperoleh
pada Tingkat Pendidikan Menengah yaitu ada Sekolah Menengah Atas. Walaupun
demikian, untuk jenis pengetahuan tertentu, ketiga tahap ini dapat dicapai dalam satu
jenjang pendidikan atau dalam satu tingkat kelas.

2.2.5 Standar Kompetensi Lulusan Bahasa Indramayu


Standar Kompetensi Lulusan Bahasa Indramayu mengacu pada Standar
Kompetensi Lulusan yang telah ditetapkan pada Permendikbud Nomor 20 Tahun
2016, yang disesuaikan dengan materi dan esensi bahasa Indramayu sebagai mata
pelajaran muatan lokal Sekolah Dasar di Kabupaten Indramayu.
Sebagai kesinambungan pembelajaran mata pelajaran muatan lokal Bahasa
Indramayu pada jenjang Sekolah Dasar perlu diperhatikan gradasi pada dimensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan, yakni:
1) Perkembangan psikologis anak
2) Lingkup dan kedalaman
3) Kesinambungan
4) Fungsi satuan pendidikan
5) Lingkungan

Kurikulum Bahasa Indramayu 11


Standar Kompetensi Lulusan Bahasa Indramayu berisikan tiga ranah, yakni
dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

 Dimensi Sikap:
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap:
1. beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
2. berkarakter, jujur, dan peduli,
3. bertanggungjawab,
4. pembelajar sejati sepanjang hayat, dan
5. sehat jasmani dan rohani
sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat
dan lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.

 Dimensi Pengetahuan:
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada
tingkat dasar berkenaan dengan:
1. ilmu pengetahuan,
2. teknologi,
3. seni, dan
4. budaya.
Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.
Istilah pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada
muatan lokal Bahasa Indramayu Sekolah Dasar dijelaskan sebagai berikut:
a) Faktual
Memiliki pengetahuan tata bahasa (paramasastra), kesusastraan (kasusastran), dan
aksara carakan (hanacaraka) baik dalam tingkatan (undak-usuk)
ngoko/bagongan maupun krama/bebasan dan mampu mengaitkan pengetahuan di
atas dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam
sekitar, bangsa, dan negara.
b) Konseptual
Memiliki terminologi/istilah yang digunakan, klasifikasi, kategori, prinsip, dan
generalisasi tata bahasa (paramasastra), kesusastraan (kasusastran), dan aksara
carakan (hanacaraka) baik dalam tingkatan (undak-usuk) ngoko/bagongan
maupun krama/bebasan dan mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam
konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, dan negara.
c) Prosedural
Memiliki cara untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang berkenaan tata bahasa
(paramasastra), kesusastraan (kasusastran), dan aksara carakan (hanacaraka)
baik dalam tingkatan (undak-usuk) ngoko/bagongan maupun krama/bebasan dan
mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.
d) Metakognitif
Kurikulum Bahasa Indramayu 12
Memiliki pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan
menggunakannya dalam mempelajari tata bahasa (paramasastra), kesusastraan
(kasusastran), dan aksara carakan (hanacaraka) baik dalam tingkatan (undak-
usuk) ngoko/bagongan maupun krama/bebasan dan mampu mengaitkan
pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.

 Dimensi Keterampilan:
Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak:
1. kreatif,
2. produktif,
3. kritis,
4. mandiri,
5. kolaboratif, dan
6. komunikatif
melalui pendekatan ilmiah sesuai dengan tahap perkembangan anak yang relevan
dengan tugas yang diberikan

2.3 Standar Isi


2.3.1 Dasar
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 21
Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Adanya Permendikbud No. 21/2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah, maka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 64
Tahun 2013 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

2.3.2 Pengertian
Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut
Standar Isi terdiri dari Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti sesuai dengan
jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Kompetensi Inti meliputi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan
ketrampilan. Ruang lingkup materi yang spesifik untuk setiap mata pelajaran
dirumuskan berdasarkan Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti untuk mencapai
kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Pencapaian Kompetensi Inti dan penguasaan ruang lingkup materi pada setiap
mata pelajaran untuk setiap kelas pada tingkat kompetensi sesuai dengan jenjang dan
jenis pendidikan tertentu ditetapkan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
Perumusan Kompetensi Dasar pada setiap Kompetensi Inti untuk setiap mata
pelajaran sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu ditetapkan oleh Pusat

Kurikulum Bahasa Indramayu 13


Kurikulum dan Perbukuan. Perumusan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti Sikap
Spiritual pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budipekerti. Perumusan
Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti Sikap Soial pada mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan.

2.3.3 Pengembangan

Standar Isi disesuaikan dengan substansi tujuan pendidikan nasional dalam


domain sikap spiritual dan sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Oleh karena
itu, Standar Isi dikembangkan untuk menentukan kriteria ruang lingkup dan tingkat
kompetensi yang sesuai dengan kompetensi lulusan yang dirumuskan pada Standar
Kompetensi Lulusan, yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Karakteristik,
kesesuaian, kecukupan, keluasan, dan kedalaman materi ditentukan sesuai dengan
karakteristik kompetensi beserta proses pemerolehan kompetensi tersebut. Ketiga
kompetensi tersebut memiliki proses pemerolehan yang berbeda. Sikap dibentuk
melalui aktivitas-aktivitas: menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan
mengamalkan. Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas-aktivitas: mengetahui,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Keterampilan
diperoleh melalui aktivitas-aktivitas: mengamati, menanya, mencoba, menalar,
menyaji, dan mencipta. Karakteristik kompetensi beserta perbedaan proses
pemerolehannya mempengaruhi Standar Isi.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
ditetapkan bahwa Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan
tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Ruang lingkup materi dirumuskan berdasarkan kriteria muatan
wajib yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep
keilmuan, dan karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan. Selanjutnya,
tingkat kompetensi dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat perkembangan peserta
didik, kualifikasi kompetensi Indonesia, dan penguasaan kompetensi yang berjenjang.

Kurikulum Bahasa Indramayu 14


BAB III
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR

3.1 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar


3.1.1 Dasar
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 24
Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD) pada Kurikulum
2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Adanya Permendikbud No. 24/2016 Tentang KIKD pada Kurikulum 2013 pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, maka Permendikbud No. 57/2014
tentang Kurikulum 2013 pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Permendikbud No.
58/2014 tentang Kurikulum 2013 pada Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah, Permendikbud No. 59/2014 tentang Kurikulum 2013 pada Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah, dan Permendikbud No. 60/2014 tentang Kurikulum
2013 pada Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

3.1.2 Pengertian
Kompetensi Inti (KI) pada Kurikulum 2013 merupakan tingkat kemampuan
untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik
pada setiap tingkat kelas. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kemampuan dan materi
pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran
pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti.

Kompetensi Inti terdiri atas:


a. kompetensi inti sikap spiritual;
b. kompetensi inti sikap sosial;
c. kompetensi inti pengetahuan; dan
d. kompetensi inti keterampilan.
Perumusan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti Sikap Spiritual pada mata
pelajaran Pendidikan Agama dan Budipekerti. Perumusan Kompetensi Dasar pada
Kompetensi Inti Sikap Sosial pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan.

Kurikulum Bahasa Indramayu 15


KOMPETENSI DESKRIPSI
INTI KOMPETENSI
Sikap Spiritual 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran
agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku:
a. jujur,
b. disiplin,
Sikap Sosial c. santun,
d. percaya diri,
e. peduli, dan
f. bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan
keluarga, teman, guru, dan tetangga, dan negara.

Kompetensi Dasar pada kurikulum 2013 berisi kemampuan dan materi


pembelajaran untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang
mengacu pada kompetensi inti. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar digunakan
sebagai dasar untuk perubahan buku teks pelajaran pada pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.

KOMPETENSI DESKRIPSI
INTI KOMPETENSI
3. Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif pada tingkat menengah dengan cara :
a. mengamati,
Pengetahuan b. memahami,
c. menerapkan,
d. menganalisis,
e. mengevaluasi,
f. dan mencipta.
4. Menunjukkan keterampilan berfikir dan bertindak dalam
konteks :
a. mengamati,
b. menalar,
c. mencoba,
Keterampilan d. menanya,
e. dan menyaji.

3.2 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa Indramayu


Berdasarkan Kompetensi Inti dan Deskripsi Kompetensi di atas, disusun
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa dan
Sastra Indramayu sebagai berikut:

Kurikulum Bahasa Indramayu 16


Kelas 7

Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)

3. Mengingat, memahami pengetahuan 4. Mengamati, menalar, mencoba,


faktual dengan cara mengamati menanya, dan menyaji
[menerapkan, menganalisis, pengetahuan faktual dalam
mengevaluasi dan mencipta] bahasa yang jelas dan logis dan
berdasarkan rasa ingin tahu tentang sistematis, dan dengan tindakan
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan yang mencerminkan perilaku anak
kegiatannya, dan benda-benda yang beriman dan berakhlak mulia.
dijumpainya di rumah, sekolah.

Kompetensi Dasar 3 (Pengetahuan) Kompetensi Dasar 4 (Keterampilan)

3.1 Mengingat, memahami, dan 4.1 Mengamati, menalar, mencoba, dan


menerapkan tembung miturut manyajikan tembung miturut
susunan, berdasarkan kaidah-kaidah susunan, berdasarkan kaidah-
penulisan yang sesuai. kaidah penulisan yang sesuai.

3.2 Mengingat, memahami, menerapkan, 4.2 Mengamati, menalar, mencoba,


menganalisis, dan mencipta badekan dan menyaji badekan. Dalam
yang disajikan dalam bahasa daerah bahasa daerah Indramayu
Indramayu

3.3 Mengingat, memahami, menerapkan, 4.3 Mengamati, menalar, mencoba,


menganalisis mengevaluasi, dan dan menyaji tembang gede,
mencipta tembang gede, tengahan, tengahan, lan tembang macapat.
lan tembang macapat yang disajikan Dalam bahasa daerah Indramayu
dalam bahasa daerah Indramayu

3.4 Mengingat memahami, 4.4 Mengamati, menalar, mencoba,


menerapkan, menganalisis, menanya, dan menyaji Aksara
mengevaluasi dan mencipta carakan melalui pembacaan
aksara carakan yang disajikan dalam bahasa daerah Indramayu.
melalui penulisan dalam bahasa
daerah Indramayu.

Kurikulum Bahasa Indramayu 17


Kurikulum Bahasa Indramayu 18
Kelas 8
Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)

3. Mengingat, memahami pengetahuan 4. Mengamati, menalar, mencoba,


faktual dengan cara mengamati menanya, dan menyaji
[menerapkan, menganalisis, pengetahuan faktual dalam
mengevaluasi dan mencipta] bahasa yang jelas dan logis dan
berdasarkan rasa ingin tahu tentang sistematis, dan dengan tindakan
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan yang mencerminkan perilaku anak
kegiatannya, dan benda-benda yang beriman dan berakhlak mulia.
dijumpainya di rumah, sekolah.

Kompetensi Dasar 3 (Pengetahuan) Kompetensi Dasar 4 (Keterampilan)

3.1 Mengingat, memahami, dan 4.1 Mengamati, menalar, mencoba, dan


menerapkan macem-macem tembung, manyajikan mecem-mecem
berdasarkan kaidah-kaidah penulisan tembung, berdasarkan kaidah-
yang sesuai dengan bahasa daerah kaidah penulisan yang sesuai
indramayu. dengan bahasa daerah indramayu.

3.2 Mengingat, memahami, menerapkan, 4.2 Mengamati, menalar, mencoba,


menganalisis, dan mencipta ukara menanya dan manyajikan ukara.
sesuai dengan kaidah penulisannya sesuai dengan kaidah
yang disajikan dalam bahasa daerah penulisannya yang disajikan
Indramayu. dalam bahasa daerah Indramayu.

3.3 Mengingat, memahami, menerapkan, 4.3 Mengamati, menalar, mencoba,


menganalisis mengevaluasi, dan dan menyaji parikan, guritan lan
mencipta parikan, guritan lan kasusastran gending yang
kasusastran gending yang disajikan disajikan dalam budaya dan
dalam budaya dan bahasa daerah bahasa daerah Indramayu
Indramayu

3.4 Mengingat memahami, 4.4 Mengamati, menalar,mencoba,


menerapkan, menganalisis, dan menanya, dan menyaji Sandangan
mengevaluasi sandangan aksara aksara carakan melalui penulisan
carakan, pasangan aksara dalam bahasa daerah Indramayu
carakan lan angka aksara carakan
yang disajikan melalui penulisan
dalam bahasa daerah Indramayu.

Kurikulum Bahasa Indramayu 19


Kelas 9
Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)

3. Mengingat, memahami pengetahuan 4. Mengamati, menalar, mencoba,


faktual dengan cara mengamati menanya, dan menyaji
[menerapkan, menganalisis, pengetahuan faktual dalam
mengevaluasi dan mencipta] bahasa yang jelas dan logis dan
berdasarkan rasa ingin tahu tentang sistematis, dan dengan tindakan
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan yang mencerminkan perilaku anak
kegiatannya, dan benda-benda yang beriman dan berakhlak mulia.
dijumpainya di rumah, sekolah.

Kompetensi Dasar 3 (Pengetahuan) Kompetensi Dasar 4 (Keterampilan)

3.1 Mengingat, memahami, menerapkan, 4.1 Mengamati, menalar, mencoba,


menganalisis, dan mencipta ukara, menanya dan manyajikan ukara,
sesuai dengan kaidah penulisannya yang disajikan dalam bahasa daerah
yang disajikan dalam bahasa daerah Indramayu.
Indramayu.

3.4 Mengingat, memahami, menerapkan, 4.2 Mengamati, menalar, mencoba,


menganalisis, mengevaluasi dan dan menyaji bebasan paribasan,
mencipta bebasan, paribasan, lan lan saloka. sesuai dengan kaidah
saloka. sesuai dengan kaidah yang yang disajikan dalam bahasa
disajikan dalam bahasa daerah daerah Indramayu.
Indramayu.

3.5 Mengingat, memahami, menerapkan, 4.3 Mengamati, menalar, mencoba,


menganalisis mengevaluasi, dan dan menyaji wangsalan yang
mencipta wangsalan yang disajikan disajikan dalam budaya dan
dalam budaya dan bahasa daerah bahasa daerah Indramayu
Indramayu

3.4 Mengingat memahami, 4.4 Mengamati, menalar,mencoba,


menerapkan, menganalisis, dan menanya, dan menyaji sandangan
mengevaluasi sandangan aksara aksara carakan, lan tanda waca
carakan, lan tanda waca aksara aksara carakan yang disajikan
carakan yang disajikan melalui melalui penulisan dalam bahasa
penulisan dalam bahasa daerah daerah Indramayu.
Indramayu.

Kurikulum Bahasa Indramayu 20


Kurikulum Bahasa Indramayu 21

Anda mungkin juga menyukai