PENDAHULUAN
Keberadaan bahasa Jawa dialek Indramayu juga pernah dibukukan oleh warga
Eropa, J. Groneman, pada tahun 1893. Bukunya berjudul Jaavaansch dialekt van
Dermajoe (Indramajoe).
Penyebutan bahasa Jawa dialek Indramayu merupakan penggolongan bahwa
bahasa Indramayu adalah rumpun bahasa Jawa. Akan tetapi secara dialek berbeda
dengan dialek bahasa Jawa lainnya, seperti bahasa Jawa dialek Cirebon, bahasa Jawa
dialek Tegal, bahasa Jawa dialek Banyumas, bahasa Jawa dialek Surabaya, ataupun
bahasa Jawa dialek Malang. Berbeda pula dengan maupun bahasa Jawa yang
berkembang saat kejayaan Kesultanan Mataram yang berpusat di sekitar wilayah
Yogyakarta-Surakarta, yang merupakan fase bahasa Jawa Baru (Jawa Anyar).
Berdasarkan fase perkembangannya, bahasa Jawa memiliki tiga fase
perkembangan, yakni bahasa Jawa Kuna sekitar tahun 1100-an, bahasa Jawa
Pertengahan (Jawa Tengahan) sekitar tahun 1400-an, dan bahasa Jawa Baru (Jawa
Anyar) sekitar tahun 1600-an. Pada fase Jawa Kuna dan Jawa Pertengahan, bahasa
Jawa belum memiliki undak usuk (tingkatan berbahasa). Barulah pada fase Jawa
Anyar diberlakukan undak usuk.
Menurut Mardiwarsito dan Kridalaksana (2012:15-17), bahasa Jawa Kuna
dipergunakan hanya sampai menjelang berdirinya Kerajaan Singasari. Dalam zaman
Majapahit bahasa Jawa Pertengahan telah menjadi bahasa sehari-hari. Meskipun
agama Islam telah masuk, bahasa Arab belum berpengaruh pada karya sastra zaman
tersebut. Fase bahasa Jawa Baru bisa dilihat adanya karya sastra semenjak zaman
Kerajaan Surakarta awal (sejak tahun 1740).
Bahasa Jawa di Indramayu berkembang subur sejak fase Jawa Kuna dan
Pertengahan. Beberapa kosakata Jawa Kuna maupun Jawa Pertengahan masih banyak
dipergunakan masyarakat Indramayu. Sebaliknya dengan wilayah lain, teerutama di
wilayah Yogyakarta-Surakarta dan sekitarnya yang tidak lagi menggunakan kosakata
dari fase Jawa Kuna dan Pertengahan, tetapi lebih menggunakan fase Jawa Baru.
Kosakata seperti kuwu (kepala desa), dermaga (jalan raya), manjing (masuk) yang
Sejalan dengan keluarnya Kurikulum 2013 terdapat tiga jenis kurikulum, yakni
Kurikulum Tingkat Nasional, Kurikulum Tingkat Daerah, dan Kurikulum Tingkat
Sekolah. Kurikulum Tingkat Nasional disusun dan diberlakukan secara nasional.
Kurikulum Tingkat Daerah disusun dan diberlakukan di daerah berdasarkan
Kurikulum Tingkat Nasional sesuai dengan kebijakan daerah masing-masing.
Sementara, Kurikulum Tingkat Sekolah disusun dan diberlakukan pada setiap jenjang
sekolah.
Dalam rangka memenuhi Kurikulum Tingkat Daerah, Dinas Pendidikan
Kabupaten Indramayu menyusun Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD)
Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indramayu. Selain disesuaikan dan didasarkan pada
struktur Kurikulum Tingkat Nasional 2013, KIKD Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra
Daerah berdasarkan Surat Edaran Kepala Dinas Provinsi Jawa Barat Nomor
423/2372/Set-disdik tertanggal 26 Maret 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal
Bahasa Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA.
Di samping itu, penyusunan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD)
Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah didasari pula oleh Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Barat No. 14 Tahun 2014 tentang Revisi Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara
Daerah, yang menetapkan bahasa daerah diajarkan pada pendidikan dasar di Jawa
2.1.2 Pengertian
Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Indramayu merupakan mata pelajaran
pada satuan pendidikan yang berisi muatan bahasa daerah Indramayu dan proses
pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal yang dimaksudkan untuk
membentuk pemahaman peserta didik terhadap keunggulan dan kearifan daerah
Indramayu.
Muatan mata pelajaran Bahasa Indramayu terdiri dari:
a. tata bahasa daerah Indramayu (paramasastra),
b. kesusastraan daerah Indramayu (kasusastran), dan
c. aksara carakan (hanacaraka).
Selain itu terdapat esensi kebahasaan yang harus dikuasai peserta didik dalam
berkomunikasi yang berkaitan dengan tata krama (anggah-ungguh), yakni terdiri dari
2 (dua) tingkatan berbahasa (undak-usuk), yakni:
a. tingkatan berbahasa ngoko/bagongan, yakni bahasa daerah Indramayu yang lazim
digunakan dalam keseharian, pergaulan secara akrab, atau bahasa pasar.
b. tingkatan berbahasa krama/bebasan, yakni bahasa daerah Indramayu yang lazim
digunakan dalam memandang strata kemasyarakatan, pergaulan secara santun, atau
bahasa tinggi.
2.1.3 Pengembangan
2.2.2 Pengertian
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kriteria mengenai kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) digunakan sebagai acuan utama untuk
pengembangan:
Standar Isi
Standar Proses
Standar Penilaian Pendidikan
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Standar Sarana dan Prasarana
Standar Pengelolaan
Standar Pembiayaan
Ruang Lingkup SKL terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik
yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Dimensi Sikap:
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap:
1. beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
2. berkarakter, jujur, dan peduli,
3. bertanggungjawab,
4. pembelajar sejati sepanjang hayat, dan
5. sehat jasmani dan rohani
sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat
dan lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.
Dimensi Pengetahuan:
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada
tingkat dasar berkenaan dengan:
1. ilmu pengetahuan,
2. teknologi,
3. seni, dan
4. budaya.
Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.
Istilah pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada
muatan lokal Bahasa Indramayu Sekolah Dasar dijelaskan sebagai berikut:
a) Faktual
Memiliki pengetahuan tata bahasa (paramasastra), kesusastraan (kasusastran), dan
aksara carakan (hanacaraka) baik dalam tingkatan (undak-usuk)
ngoko/bagongan maupun krama/bebasan dan mampu mengaitkan pengetahuan di
atas dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam
sekitar, bangsa, dan negara.
b) Konseptual
Memiliki terminologi/istilah yang digunakan, klasifikasi, kategori, prinsip, dan
generalisasi tata bahasa (paramasastra), kesusastraan (kasusastran), dan aksara
carakan (hanacaraka) baik dalam tingkatan (undak-usuk) ngoko/bagongan
maupun krama/bebasan dan mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam
konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, dan negara.
c) Prosedural
Memiliki cara untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang berkenaan tata bahasa
(paramasastra), kesusastraan (kasusastran), dan aksara carakan (hanacaraka)
baik dalam tingkatan (undak-usuk) ngoko/bagongan maupun krama/bebasan dan
mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.
d) Metakognitif
Kurikulum Bahasa Indramayu 12
Memiliki pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan
menggunakannya dalam mempelajari tata bahasa (paramasastra), kesusastraan
(kasusastran), dan aksara carakan (hanacaraka) baik dalam tingkatan (undak-
usuk) ngoko/bagongan maupun krama/bebasan dan mampu mengaitkan
pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.
Dimensi Keterampilan:
Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak:
1. kreatif,
2. produktif,
3. kritis,
4. mandiri,
5. kolaboratif, dan
6. komunikatif
melalui pendekatan ilmiah sesuai dengan tahap perkembangan anak yang relevan
dengan tugas yang diberikan
2.3.2 Pengertian
Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut
Standar Isi terdiri dari Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti sesuai dengan
jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Kompetensi Inti meliputi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan
ketrampilan. Ruang lingkup materi yang spesifik untuk setiap mata pelajaran
dirumuskan berdasarkan Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti untuk mencapai
kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Pencapaian Kompetensi Inti dan penguasaan ruang lingkup materi pada setiap
mata pelajaran untuk setiap kelas pada tingkat kompetensi sesuai dengan jenjang dan
jenis pendidikan tertentu ditetapkan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
Perumusan Kompetensi Dasar pada setiap Kompetensi Inti untuk setiap mata
pelajaran sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu ditetapkan oleh Pusat
2.3.3 Pengembangan
3.1.2 Pengertian
Kompetensi Inti (KI) pada Kurikulum 2013 merupakan tingkat kemampuan
untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik
pada setiap tingkat kelas. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kemampuan dan materi
pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran
pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti.
KOMPETENSI DESKRIPSI
INTI KOMPETENSI
3. Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif pada tingkat menengah dengan cara :
a. mengamati,
Pengetahuan b. memahami,
c. menerapkan,
d. menganalisis,
e. mengevaluasi,
f. dan mencipta.
4. Menunjukkan keterampilan berfikir dan bertindak dalam
konteks :
a. mengamati,
b. menalar,
c. mencoba,
Keterampilan d. menanya,
e. dan menyaji.