Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

BAHASA DAERAH DAN SENI BUDAYA


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu
Mata kuliah: BAHASA DAN BUDAYA DAERAH
Dosen: Drs. H. Pidin Hapidin, M.Pd.I

Oleh:

Ifham Haqiqi

KELAS B

SEMESTER 4

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL HUDA
PAMANUKAN SUBANG
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami (penulis) panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat-
Nya yang berlimpah, kami (penulis) dapat menyusun makalah ini dengan baik
sesuai dengan kemampuan kami untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah kami,
Bahasa dan Budaya Daerah dengan judul tugas makalah “ Bahasa Daerah dan SEni
Budaya ”. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk
selanjutnya kami (penulis) mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah
wawasan bagi kami sendiri dan juga mahasiswa STAI Miftahul Huda Subang.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna,
untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik agar makalah ini mendekati
sempurna, kami sadar bahwa kesempurnaan hanya milik Allah.
Atas doa dan dukungannya kami haturkan jazaakumullahu khairan katsiran,
semoga makalah yang kami susun ini berguna bagi kita semua. Aamiin
Yarabbal‘alamiin.

Wallahul Muwafiq Illa Aqwamithariq


Wassalamu’alaiku Warahmatullahi Wabarakatuh

15 April 2022

Ifham Haqiqi

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. i

DAFTAR ISI ......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 2

A. Sejarah Bahasa Sunda .................................................................. 2


B. Ragam Budaya Sunda .................................................................. 3
C. Nilai Budaya Sunda ...................................................................... 4
D. Seni Budaya Sunda....................................................................... 5

BAB III PENUTUP ................................................................................ 5

A. Penutup ........................................................................................ 5
B. Saran ........................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 7

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Lalar Belakang
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan pesan,dari seseorang kepada orang
lain,baik berupa lisan- tulisan maupun isyarat, yaitu untaian kata-kata (Fonetik -
Ponemik) berupa kalimat-klimat. KALIMAT adalah Susunan kata kata yang
terdiri dari : Subjek, Prediket, objek dan Keterangan (fi’il, fail, dan maf’ul ) atau
sekurang -kurangnya terdiri atas SUBJEK dan PREDIKET

KATA SUNDA secara etimologi/semantologi (asal usul bahasa) - adalah


terambil dari Bahasa Sangsakerta yang berarti: dekat/akrab - dan elok atau endah
(Cantik/indah). Dalam Kamus Umum-Indonesia Populer Yan Pramadiapuspa.
SUNDA diartikan eebagai "Hamparan Tanah yang Hijau subur" - "Tepian nan
elok" Tanah penuh tanaman menghijau. Sedangkan dalam KAMUS SUNDA
INDONESIA (Pustaka Setia,1997) karangan Budi Rahayu Tamsyah, kata
SUNDA diartikan sebagai "amparan lemah /bumi anu hejo lembok sarta dihuni
penduduk nu gemah ripah-repeh rapih" dalam Bahasa Jawa setara dengan istilah
BUMI AYU atau hamparan tanah ingkang ijo royo-royo,subur makmur lan
tenteram", →SAND) /SUNDA = UNGKAPANAN-UNGKAPAN Yang,
BERBAHASA RAHASIA
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Bahasa Sunda?
2. Apa itu Ragam budaya Sunda?
3. Apa itu Nilai Budaya Sunda?
4. Apa saja Seni Budaya Sunda?
C. Penulisan
1. Menjelaskan pengertian Sejarah Bahasa Sunda
2. Menjelaskan Ragam Budaya Sunda
3. Untuk memenuhi tugas kuliah
4. Mengembangkan potensi diri

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Sejarah Bahasa Sunda

Bahasa Sunda merupakan bahasa yang diciptakan dan digunakan oleh orang
Sunda dalam berbagai keperluan komunikasi kehidupan mereka. Tidak
diketahui kapan bahasa ini lahir, tetapi dari bukti tertulis yang merupakan
keterangan tertua, berbentuk prasasti berasal dari abad ke-14.
Prasasti dimaksud di temukan di Kawali Ciamis, dan ditulis pada batu alam
dengan menggunakan aksara dan Bahasa Sunda (kuno). Diperkirakan prasasti
ini ada beberapa buah dan dibuat pada masa pemerintahan Prabu Niskala
Wastukancana (1397-1475).
Dapat dipastikan bahwa Bahasa Sunda telah digunakan secara lisan oleh
masyarakat Sunda jauh sebelum masa itu. Bukti penggunaan Bahasa Sunda
(kuno) secara tertulis, banyak dijumpai lebih luas dalam bentuk naskah, yang
ditulis pada daun (lontar, enau, kelapa, nipah) yang berasal dari zaman abad ke-
15 sampai dengan 180. Tampak sekali bahwa Bahasa Sunda pada masa itu
sudah banyak dimasuki kosakata dan dipengaruhi struktur Bahasa Sanskerta
dari India.
Setelah masyarakat Sunda mengenal, kemudian menganut Agama Islam,
dan menegakkan kekuasaan Agama Islam di Cirebon dan Banten sejak akhir
abad ke-16. Hal ini merupakan bukti tertua masuknya kosakata Bahasa Arab ke
dalam perbendaharaan kata Bahasa Sunda.
Di dalam naskah itu terdapat 4 kata yang berasal dari Bahasa Arab yaitu
duniya, niyat, selam (Islam), dan tinja (istinja). Kata-kata masjid, salat, magrib,
abdi, dan saum, misalnya telah dirasakan oleh orang Sunda, sebagaimana
tercermin pada perbendaharaan bahasanya sendiri.

2
Namun pengaruh Bahasa Jawa dalam kehidupan berbahasa masyarakat
Sunda sangat jelas tampak sejak akhir abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-
19 sebagai dampak pengaruh Mataram memasuki wilayah ini.
Selain itu tingkatan bahasa atau Undak Usuk Basa dan kosa kata Jawa
masuk pula kedalam Bahasa Sunda mengikuti pola Bahasa Jawa yang disebut
Unggah Ungguh Basa. Sejak pertengahan abad ke 19 Bahasa Sunda mulai
digunakan lagi sebagai bahasa tulisan di berbagai tingkat sosial orang Sunda,
termasuk penulisan karya sastera. Pada akhir abad ke 19 mulai masuk pengaruh
Bahasa Belanda dalam kosakata maupun ejaan menuliskannya dengan aksara
Latin sebagai dampak dibukanya sekolah-sekolah bagi rakyat pribumi oleh
pemerintah.
Sejak tahun 1920-an sudah ada keluhan dari para ahli dan pemerhati Bahasa
Sunda, bahwa telah terjadi Bahasa Sunda Kamalayon, yaitu Bahasa Sunda
bercampur Bahasa Melayu.
Sejak tahun 1950-an keluhan demikian semakin keras karena pemakaian
Bahasa Sunda telah bercampur (direumbeuy) dengan Bahasa Indonesia
terutama oleh orang-orang Sunda yang menetap di kota-kota besar, seperti
Jakarta bahkan Bandung sekalipun. Banyak orang Sunda yang tinggal di kota-
kota telah meninggalkan pemakaian Bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari
di rumah mereka.
B. Ragam Budaya Sunda
Budaya Sunda adalah budaya yang memang berkembang dan menetap di
dalam masyarakat Sunda. Budaya Sunda dikenal sebagai budaya yang
menjunjung tinggi sopan dan santun. Lazimnya, karakteristik dan kepribadian
masyarakat Sunda dikenal sebagai masyarakat yang ramah-tamah, murah
senyum, lemah dan lembut, periang, serta sangat hormat kepada orang tua.
Suku sunda memiliki slogan sekaligus menjadi filosofi hidup
masyarakatnya, yaitu ‘Soméah Hade ka Sémah’ berarti ramah, bersikap baik,
menjaga, melayani dan menjamu, serta menyenangkan semua orang. Hal itu
yang menjadikan bentuk pengaplikasian masyarakatnya pada setiap perilaku

3
dan tindakan interaksi atau komunikasi, baik di lingkungan setempat maupun
luar.
Ciri khas masyarakat Sunda dalam melakukan interaksi dan komunikasi
antarsesama sering kali menggunakan bahasa punten dan mangga. Istilah
punten sendiri memiliki arti kerendahan hati, sementara istilah mangga merujuk
pada bentuk mempersilakan, penawaran, ajakan, serta permohonan.
C. Nilai Budaya Sunda
Budaya Sunda mempunyai karakteristik dan nilai-nilai tersendiri yang
membedakannya dari ragam budaya daerah lain. Umumnya, masyarakat Sunda
memang diketahui dan dikenal luas dengan kepribadian yang lembut, religius,
dan spiritual.
Hal itu tampak selaras dengan pameo silih asih, silih asah, dan silih asuh
yang berarti masyarakat Sunda harus memiliki sikap saling mengasihi (silih
asih), saling memperbaiki dan membenahi diri (silih asah), serta saling
melindungi atau menjaga pula (silih asuh). Tak hanya itu, masyarakat Sunda
pun mempunyai nilai-nilai budaya lain, seperti sopan santun, rendah hati
antarsesama, hormat pada orang tua, dan saling menyayangi.
Kemudian, beberapa masyarakat Sunda juga ada yang masih
mempertahankan upacara-upacara adat guna menjaga keseimbangan dalam hal
spiritual. Sementara, kegiatan gotong royong diterapkan guna terjaganya
keseimbangan sosial dan terjalinnya kebersamaan antar masyarakat Sunda
setempat.
Nilai saling mengasihi yang diterapkan oleh masyarakat Sunda bisa
dikembangkan guna keperluan dan kepentingan masyarakat luas. Setiap orang
tentunya perlu untuk saling introspeksi, membenahi, dan memperbaiki diri
dengan pendidikan serta membagikan ilmu yang dimilikinya itu.
Tak hanya itu, masyarakat Sunda juga harus memiliki sikap saling menjaga
dan melindungi kesejahteraan antar masyarakatnya. Dengan demikian, nilai
budaya sunda seperti yang sudah dijelaskan menampilkan segi kebersamaan
yang erat sebab tak hanya berguna untuk satu orang saja, melainkan pula untuk
tujuan bersama.

4
D. Kesenian Budaya Sunda
Masyarakat Sunda tak hanya mempunyai etos dan nilai budaya
tersendiri, akan tetapi mereka pun memiliki kesenian budaya Sunda yang bisa
dibilang cukup dikenal oleh masyarakat di luar Jawa Barat.
Adapun kesenian budaya Sunda yang dimaksud, di antaranya kesenian
sisingaan, tarian khas tradisional Sunda, wayang golek, alat musik dan musik
tradisional Sunda yang lazimnya diselenggarakan di pertunjukan kesenian.
1. Kesenian Sisingaan
Kesenian atau tradisi Sisingaan berakar dari usaha masyarakat di
Kabupaten Subang dalam membebaskan tekanan terhadap situasi politik di
masa penjajahan, tepatnya di tahun 1812 saat wilayah perkebunan Subang
dikuasai dan diduduki secara bergantian antara Belanda dan Inggris.
Pada masa itu, bentuk patung singa dalam tradisi Sisingan belumlah
sempurna seperti saat ini. Hal itu karena konstruksi kayu yang digunakan
masih ringan dari pohon randu dan rangkaian rambut yang terbuat dari daun
kaso atau bunga. Kemudian, kerangkanya pun masih ala kadarnya dengan
struktur anyaman bambu yang dibalut karung goni.
2. Tarian Tradisional Khas Sunda
Sebenarnya, Sunda memang dikenal memiliki ragam seni tari yang
sudah berkembang dari zaman dahulu, bahkan di antaranya ada yang sudah
tersohor di Nusantara, salah satunya Tari Jaipong.
Tari Jaipong adalah tarian tradisional Sunda dengan karakteristik
tariannya, yakni semangat, ceria, humoris, erotis, spontan, tetapi tetap
sederhana. Tari Jaipong ini diprakarsai oleh Gugum Gumbira dan H. Suanda
pada 1976, tepatnya di Karawang. Kesenian tari khas Sunda ini terinspirasi
dari berbagai kesenian yang ada, seperti topeng banjet, pencak silat, wayang
golek, dan lainnya.
Zaman dahulu, instrumen yang digunakan masih sederhana, seperti
gong, gendang, krecek, ketuk, dan rebab. Kemudian, tari Jaipong meluas di
daerah Jawa Barat dan mendapatkan sambutan hangat dan positif dari
masyarakatnya. Hingga akhirnya, tari Jaipong menjadi tari tradisional khas

5
Jawa Barat yang sering digunakan ketika acara resmi, misalnya, sebagai
bentuk sambutan untuk tamu dari luar daerah, bahkan luar negeri.
Untuk properti yang digunakan pada tiap penampilan tari Jaipong,
di antaranya sinjang atau celana panjang, apok atau baju atasan yang
dikenakan penari (kebaya), dan selendang atau sampur yang umumnya
diletakkan di leher penari Jaipong.
Selain tari Jaipong, ada pula tarian tradisional khas Sunda lainnya, di
antaranya Tari Ketuk Tilu, Tari Topeng, Tari Rampak Gendang, Tari
Wayang, Tari Samping, Tari Buyung, dan masih banyak lagi.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahasa Sunda merupakan bahasa yang diciptakan dan digunakan
oleh orang Sunda dalam berbagai keperluan komunikasi kehidupan mereka.
Tidak diketahui kapan bahasa ini lahir, tetapi dari bukti tertulis yang
merupakan keterangan tertua, berbentuk prasasti berasal dari abad ke-14.
Budaya Sunda adalah budaya yang memang berkembang dan
menetap di dalam masyarakat Sunda. Budaya Sunda dikenal sebagai budaya
yang menjunjung tinggi sopan dan santun. Lazimnya, karakteristik dan
kepribadian masyarakat Sunda dikenal sebagai masyarakat yang ramah-
tamah, murah senyum, lemah dan lembut, periang, serta sangat hormat
kepada orang tua.
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan dan
kesempurnaan di masa mendatang.

7
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.gramedia.com/best-seller/ragam-budaya-sunda/

Anda mungkin juga menyukai