Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Penggunaan Bahasa Baku Dan Tidak Baku”


Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah
Bahasa Indonesia
DOSEN : Mutia Hafifah, S.Pd ,M.HUM

D
I
S
U
S
U
N

OLEH KELOMPOK 5

NAMA : GUSRIYANANDA TRI PUTERA LUBIS


SYAH FITRI ANDAYANI BERUTU
SEMESTER : I
PRODI : PENDIDIKA AGAMA ISLAM/ REGULER PAGI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


SYEKH H.ABDUL HALIM HASAN AL-ISHLAHIYAH
BINJAI
TAHUN AKADEMIK 2023-2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih ke hadirat Allah
SWT. Karena dengan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyusun makalah ini sehinga dapat hadir di hadapan pembaca sekalian.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhamad SAW Beserta
keluarga dan para Sahabatnya sekalian, yang dengan penuh kesetiaan dan telah
mengorbankan jiwa raga maupun hartanya demi tegaknya syiar Islam yang pengaruh
dan manfaatnya masih dapat kita rasakan pada saat sekarang ini.
Makalah yang berada di hadapan kita pembaca ini membahas tentang
“Penggunaan Bahasa Baku Dan Tidak Baku”. Kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi kita semua.
Kepada para pembaca yang membahasa makalah ini kami sampaikan terima
kasih. Saran dan keritik dari para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dan demi bertambahnya wawasan kami sebagai Mahasiswa.
Akhinya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua . Amin ya Rabbal
aalamiin.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH .................................................................... 1

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN BAHASA BAKU ....................................................................... 2
B. PENGERTIAN BAHASA TIDAK BAKU ......................................................... 3
C. PENGERTIAN BAHASA INDONESIA BAKU DAN TIDAK BAKU ............. 3
D. FUNGSI BAHASA BAKU ................................................................................. 3
E. FUNGSI BAHASA TIDAK BAKU .................................................................... 4
F. CIRI-CIRI BAHASA BAKU DAN TIDAK BAKU ............................................ 5
G. PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA BAKU DAN TIDAK BAKU
DENGAN BAIK DAN BENAR ........................................................................... 5
H. CONTOH BAHASA INDONESIA BAKU DAN TIDAK BAKU ..................... 6
I. CONTOH KALIMAT BAKU DAN TIDAK BAKU ........................................... 7
J. CONTOH-CONTOH KESALAHAN BERBAHASA .......................................... 8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN .................................................................................................... 11
B. SARAN ................................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Istilah bahasa baku telah dikenal oleh masyarakat secara luas. Namun
pengenalan istilah tidak menjamin bahwa mereka memahami secara komprehensif
konsep dan makna istilah bahasa baku itu. Hal ini terbukti bahwa masih banyak orang
atau masyarakat berpendapat bahasa baku sama dengan bahasa yang baik dan benar.
Mereka tidak mampu membedakan antara bahasa yang baku dan yang nonbaku. Pateda
(Alwi, 1997:30) mengatakan bahwa, “Kita berusaha agar dalam situasi resmi kita
harus berbahasa yang baku. Begitu juga dalam situasi yang tidak resmi kita berusaha
menggunakan bahasa yang baku.”

Slogan “Pergunakanlah bahasa Indonesia dengan baik dan benar”, tampaknya


mudah diucapkan, namun maknanya tidak jelas. Slogan itu hanyalah suatu retorika
yang tidak berwujud nyata, sebab masih diartikan bahwa di segala tempat kita harus
menggunakan bahasa baku. Demikian juga, masih ada cibiran bahwa bahasa baku itu
hanya buatan pemerintah agar bangsa ini dapat diseragamkan dalam bertindak atau
berbahasa. “Manakah ada bahasa baku, khususnya bahasa Indonesia baku? “Manalah
ada bahasa Indonesia lisan baku”? “Manalah ada masyarakat atau orang yang mampu
menggunakan bahasa baku itu, sebab mereka berasal dari daerah.’’ Atau mereka masih
selalu dipengaruhi oleh bahasa daerahnya jika mereka berbahasa Indonesia secara
lisan. Dengan gambaran kondisi yang demikian itu, di dalam bab ini dibahas tentang
pengertian bahasa baku, pengertian bahasa nonbaku, pengertian bahasa Indonesia
baku, fungsi pemakaian bahasa baku dan bahasa nonbaku. Terakhir, akan dibahas
tentang ciri-ciri bahasa baku dan bahasa nonbaku, serta berbahasa Indonesia dengan
baik dan benar.

1
BAB II
PEMBAHASAN
Penggunaan Bahasa Baku Dan Tidak Baku

A. PENGERTIAN BAHASA BAKU


Bahasa merupakan alat komunikasi penting yang dapat menghubungkan
seseorang dengan yang lainnya. Keraf (2005:54) menyebutkan dua pengertian bahasa.
Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota
masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua,
bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi
ujaran) yang bersifat arbitrer. Pada kaidah bahasa Indonesia terdapat dua ragam
bahasa, yaitu bahasa baku dan bahasa tidak baku.1
Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard language dalam
bahasa Inggris, dalam dunia ilmu bahasa atau linguistik pertama sekali diperkenalkan
oleh Vilem Mathesius pada 1926. Ia termasuk pencetus Aliran Praha atau The Prague
School. Pada 1930, B. Havranek dan Vilem Mathesius merumuskan pengertian bahasa
baku itu. Mereka berpengertian bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa yang
telah dikodifikasi, diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh masyarakat
secara luas.2
Bahasa baku adalah bahasa standar (pokok) yang kebenaran dan ketetapannya
telah ditentukan oleh negara. Baku berarti bahasa tersebut tidak dapat berubah setiap
saat. Baku atau standar beranggapan adanya keseragaman. Berdasarkan teori, bahasa
baku merupakan bahasa pokok yang menjadi bahasa standar dan acuan yang
digunakan sehari-hari dalam masyarakat. Bahasa baku mencakup pemakaian sehari-
hari pada bahasa percakapan lisan maupun bahasa tulisan. Tetapi pada penggunaanya
bahasa baku lebih sering digunakan pada sistem pendidikan negara, pada urusan resmi
pekerjaan, dan juga pada semua konteks resmi. Sementara itu, di dalam kehidupan
sehari-hari lebih banyak orang yang menggunakan bahasa tidak baku dan sesuka hati.

1
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
2
Ibid
2
Berdasarkan pengertian di atas, bahasa baku adalah bahasa standar yang benar
dan digunakan oleh suatu masyarakat pada suatu negara. Bahasa baku atau standar itu
harus diterima dan berterima bagi masyarakat bahasa.

B. PENGERTIAN BAHASA TIDAK BAKU


Bahasa nonbaku adalah ragam bahasa yang berkode berbeda dengan kode
bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi. Ragam bahasa nonbaku
dipakai pada situasi santai dengan keluarga, teman, di pasar, dan tulisan pribadi buku
harian. Ragam bahasa nonbaku sama dengan bahasa tutur, yaitu bahasa yang dipakai
dalam pergaulan sehari-hari terutama dalam percakapan.3

C. PENGERTIAN BAHASA INDONESIA BAKU DAN TIDAK BAKU


Bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk
bahasanya telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model
oleh masyarakat Indonesia secara luas. Bahasa Indonesia nonbaku adalah salah satu
ragam bahasa Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan
sebagai model masyarakat Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara
khusus.4

D. FUNGSI BAHASA BAKU


Menurut Hasan Alwi, dkk (2003:15) bahasa baku mendukung empat fungsi,
yaitu:5
1. Fungsi pemersatu. Indonesia terdiri dari beragam suku dan bahasa daerah. Jika
setiap masyarakat menggunakan bahasa daerahnya, maka dia tidak dapat
berkomunikasi dengan masyarakat dari daerah lain. Fungsi bahasa baku
memperhubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa itu. Dengan
demikian, bahasa baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat
bangsa.

3
Puspandari, Dyas. 2008. Bahasa Indonesia Hand Book (Sifat Ragam Bahasa Ilmu). Bandung :
Polytechnic Telkom.
4
Keraf, G. 1991. Tata Bahasa Indonesia Rujukan Bahasa Indonesia untuk Pendidikan
Menengah. Jakarta: Gramedia.
5
Ibid
3
2. Fungsi pemberi kekhasan. Suatu bahasa baku membedakan bahasa itu dari
bahasa yang lain. Melalui fungsi itu, bahasa baku memperkuat perasaan
kepribadian nasional masyarakat bahasa yang bersangkutan.
3. Fungsi pembawa kewibawaan. Pemilikan bahasa baku membawa serta wibawa
atau prestise. Fungsi pembawa wibawa bersangkutan dengan usaha orang
mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi lewat
pemerolehan bahasa baku sendiri. Penutur atau pembicara (masyarakat) yang
mahir berbahasa Indonesia dengan baik dan benar memperoleh wibawa di mata
orang lain.
4. Fungsi kerangka acuan. Sebagai kerangka acuan bagi pemakaian bahasa
dengan adanya norma dan kaidah (yang dikodifikasi) yang jelas. Norma dan
kaidah itu menjadi tolak ukur bagi benar tidaknya pemakaian bahasa seseorang
atau golongan.

E. FUNGSI BAHASA TIDAK BAKU


Bahasa tidak baku adalah bahasa yang digunakan dalam kehidupan santai
(tidak resmi) sehari-hari yang biasanya digunakan pada keluarga, teman, dan di pasar.
Fungsi penggunaan bahasa nonbaku adalah untuk mengakrabkan diri dan menciptakan
kenyamanan serta kelancaran saat berkomunikasi (berbahasa).6

F. CIRI-CIRI BAHASA BAKU DAN TIDAK BAKU


1. Ciri Bahasa Baku
Adapun Ciri-ciri bahasa baku terbagi menjadi tiga, yaitu:7
a. Ragam bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa kaidah
dan aturan yang tetap. Baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat.
b. Memiliki sifat kecendikian. Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan
satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran
yang teratur, logis, dan masuk akal.

6
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
7
Ibid
4
c. Baku atau standar beranggapan adanya keseragaman. Proses pembakuan
sampai taraf tertentu berarti proses penyeragaman kaidah, bukan penyamaan
ragam bahasa, atau penyeragaman variasi bahasa.

2. Ciri-ciri lain bahasa baku adalah:


a. Tidak terpengaruh bahasa daerah;
b. Tidak dipengaruhi bahasa asing;
c. Bukan merupakan ragam bahasa percakapan sehari-hari;
d. Pemakaian imbuhannya secara eksplisit;
e. Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat
f. Tidak terkontaminasi dan tidak rancu.

3. Ciri Bahasa Tidak Baku


Bahasa nonbaku juga memiliki ciri khas yaitu:
a. Walaupun terkesan berbeda dengan bahasa baku, tetapi memiliki arti yang
sama.
b. Dapat terpengaruh oleh perkembangan zaman.
c. Dapat terpengaruh oleh bahasa asing.
d. Digunakan pada situasi santai/tidak resmi.

G. PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA BAKU DAN TIDAK BAKU DENGAN


BAIK DAN BENAR
Bahasa Indonesia baku dan nonbaku mempunyai kode atau ciri bahasa dan
fungsi pemakaian yang berbeda. Kode atau ciri dan fungsi setiap ragam bahasa itu
saling berkait. Bahasa Indonesia baku berciri seragam, sedangkan ciri bahasa
Indonesia nonbaku beragam. Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa yang
dibakukan atau yang dianggap baku adalah pemakaian bahasa Indonesia baku dengan
benar. Dengan demikian, pemakaian bahasa Indonesia baku dengan benar adalah
pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa atau gramatikal bahasa baku.8

8
Puspandari, Dyas. 2008. Bahasa Indonesia Hand Book (Sifat Ragam Bahasa Ilmu). Bandung
: Polytechnic Telkom.
5
Sebaliknya, pemakaian bahasa Indonesia nonbaku dengan benar adalah
pemakaian bahasa yang tidak mengikuti kaidah bahasa atau gramatikal baku,
melainkan kaidah gramatikal nonbaku. Pemakaian bahasa Indonesia baku dengan baik
adalah pemakaian bahasa Indonesia yang mengikuti atau sesuai dengan fungsi
pemakaian bahasa baku. Pemakaian bahasa Indonesia nonbaku dengan baik adalah
pemakaian bahasa yang tidak mengikuti atau sesuai dengan fungsi pemakaian bahasa
Indonesia nonbaku.
Konsep baik dan benar dalam pemakaian bahasa Indonesia baik baku maupun
nonbaku saling mendukung dan saling berkait. Tidaklah logis ada pemakaian bahasa
Indonesia yang baik, tetapi tidak benar. Atau tidaklah logis ada pemakaian bahasa yang
benar tetapi tidak baik. Oleh karena itu, konsep yang benar adalah pemakaian bahasa
yang baik harus juga merupakan pemakaian bahasa yang benar atau sebaliknya.

H. CONTOH BAHASA INDONESIA BAKU DAN TIDAK BAKU


Kita sering kesulitan menentukan kata yang baku dan kata yang tidak baku.
Berikut ini adalah daftar kata-kata baku bahasa Indonesia yang disusun secara
alfabetis.9
No Kata Baku Kata Nonbaku
1. Aktif aktip, aktive
2. Alquran Al-Quran, Al-Qur’an, Al Qur’an
3. Apotek Apotik
4. Azan Adzan
5. Cabai cabe, cabay
6. Daftar Daptar
7. doa do’a
8. efektif efektip, efektive, epektip, epektif
9. elite Elit
10. e-mail email, imel

9
Puspandari, Dyas. 2008. Bahasa Indonesia Hand Book (Sifat Ragam Bahasa Ilmu). Bandung
: Polytechnic Telkom.
6
11. Februari Pebruari, February
12. foto Photo
13. fotokopi foto copy, photo copy, photo kopi
14. hakikat Hakekat
15. ijazah ijasah, izajah
16. izin Ijin
17. jadwal Jadual
18. Jumat Jum’at
19. karena Karna
20. karismatik Kharismatik
21. kreatif kreatip, creative
22. lembap Lembab
23. lubang Lobang
24. maaf ma’af
25. makhluk Mahluk
26. mukjizat mu’jizat
27. napas Nafas
28. nasihat Nasehat
29. objek Obyek
30. provinsi propinsi, profinsi

I. CONTOH KALIMAT BAKU DAN TIDAK BAKU


Adapun Contoh Kalimat Baku Dan Tidak Baku Yaitu:10
1. Kalimat Tidak Baku
a. Semua peserta daripada pertemuan itu sudah pada hadir.
b. Kami menghaturkan terima kasih atas kehadirannya.

10
Puspandari, Dyas. 2008. Bahasa Indonesia Hand Book (Sifat Ragam Bahasa Ilmu). Bandung
: Polytechnic Telkom.
7
c. Mengenai masalah ketunaan karya perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
d. Sebelum mengarang terlebih dahulu tentukanlah tema karangan.
e. Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A melawan Regu B.
f. Kita perlu pemikiran-pemikiran untuk memecahkan masalah-masalah yang
berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan kota.

2. Kalimat Baku
a. Semua peserta pertemuan itu sudah hadir.
b. Kami mengucapkan terima kasih atas kehadiran Saudara.
c. Masalah ketunakaryaan perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
d. Sebelum mengarang, tentukanlah tema karangan.
e. Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A dan Regu B.
f. Kita memerlukan pemikiran untuk memecahkan masalah yang berkaitan
dengan pelaksanaan pengembangan kota.

J. CONTOH-CONTOH KESALAHAN BERBAHASA


Kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan sang
pelajar. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau yang
menyimpang dari norma baku atau norma terpilih dari performasi bahasa orang
dewasa. Kesalahan berbahasa adalah pengguanan bahasa yang menyimpang dari
kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu. Penyimpangan kaidah bahasa dapat
disebabkan oleh menerapkan kaidah bahasa dan keliru dalam menerapkan kaidah
bahasa. Dalam pengajaran bahasa, dikenal dua istilah kesalahan (error) dan kekeliruan
(mistake).11
Menurut Tarigan (1988: 87), kesalahan berbahasa erat kaitannya dengan
pengajaran bahasa, baik pengajaran bahasa pertama maupun pengajaran kedua.
Kesalahan berbahasa tersebut mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa.
Kesalahan berbahasa harus dikurangi bahkan dapat dihapuskan. Kesalahan-kesalahan
tersebut sering timbul dan banyak terjadi pada penulisan-penulisan ilmiah.
Contoh 1: Kesalahan antarbahasa (interlingual errors)

11
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
8
Dalam Bahasa Inggris
Salah Benar
1. I like do it. I like to do it
2. Jim doesn’t likes it. Jim doesn’t like it.
3. I not craying. I am not craying.
Adapun kesalahan pada contoh satu (1) adalah tidak adanya kata pemisah
diantara dua kata kerja, yaitu like dan do yang seharusnya dipisahkan oleh
kata to. Pada contoh dua (2) kesalahan terjadi karena kesalahan grammar atau tata
bahasanya, yaitu apabila sebuah kalimat itu negatif (ditandai oleh kata doesn’t), maka
kata kerja setelahnya (like) tidak boleh ditambahkan oleh akhiran s atau es dan pada
contoh tiga (tiga) kesalahan yang terjadi adalah tidak terteranya to be (am)atau kata
bantu pada kalimat berpola present continous tense.
Dalam Bahasa Indonesia
Salah Benar
1. Saya suka nonton bola. Saya suka menonton bola.
2. Presiden resmikan pabrik baru. Presiden meresmikan pabrik baru.
3. Bapak ada rumah. Bapak ada di rumah.
Pada contoh satu (1) dan dua (2) kesalahan terjadi karena kata nonton dan
resmikan, kehilangan awalan me-, sedangkan pada contoh tiga (3) kesalahan yang
terjadi adalah akibat hilangnya atau tidak adanya partikel di- sebelum kata rumah.

Contoh 2: Kesalahan antarbahasa (interlingual errors)

adalah kesalahan-kesalahan yang semata-mata mengacu pada kesalahan B2


yang mencerminkan struktur bahasa asli atau bahasa ibu, tanpa menghiraukan proses-
proses internal atau kondis-kondisi eksternal yang menimbulkannya. Kesalahan
antarbahasa merupakan kesalahan yang sama dalam struktur bagi kalimat atau frasa
yang berekuivalen secara semantik dalam bahasa ibu sang pelajar. Kesalahan
antarbahasa (interlingual) disebut juga kesalahan interferensi, yakni: kesalahan yang
bersumber (akibat) dari pengaruh bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2).

9
Contoh:
Salah Benar
1. Dia datang Bandung dari. 1. Dia datang dari Bandung.
2. Makanan itu telah dimakan oleh saya. 2. Makanan itu telah saya makan.
3. Tak apalah, it doesn’t matter. 3. Tak apalah, itu bukan masalah.
4. Te‛nang, bu. 4. Tenang, bu.
Pada contoh satu (1) di atas adalah ucapan dari seorang anak Karo yang belajar
Bahasa Indonesia untuk mencerminkan susunan atau urutan kata frasa proposisi dalam
bahasa Karo (Bandung dari berarti ‘dari Bandung). Pada contoh dua (2) kesalahan
terjadi karena tuturan yang digunakan dipengaruhi oleh bahasa Sunda karena kalimat
Sundanya adalah “makanan teh atos kuabdi”. Bila tuturan tersebut dituturkan kedalam
Bahasa Indonesia, maka seharusnya “makanan itu telah saya makan”. Hal itu
didasarkan pada struktur Bahasa Indonesia. Pada contoh tiga (tiga) kesalahan terjadi
karena adanya penggunaan unsur bahasa lain (Bahasa Inggris) ke'dalam Bahasa
Indonesia yaitu pada frase “ It doesn’t matter” yang memiliki padanan kata “itu bukan
masalah” dalam Bahasa Indonesia dan pada contoh empat (4) merupakan contoh
tuturan yang diujarkan oleh penutur Batak. Huruf “e” pada kata tenang seharusnya
dilafalkan lemah, bukan keras.12

12
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan.


Dengan bahasa manusia dapat menyampaikan isi pikirannya kepada orang lain. Pada
bahasa terdapat dua ragam bahasa, yaitu bahasa baku dan bahasa nonbaku. Bahasa
baku merupakan bahasa standar atau pokok yang digunakan oleh masyarakat pada
suatu negara. Sedangkan bahasa nonbaku adalah bahasa yang berbeda dengan struktur
atau gaya baku, dan biasanya digunakan pada lingkungan atau keadaan tidak resmi.
Bahasa Indonesia juga memiliki bahasa baku dan nonbaku. Bahasa Indonesia
baku pada umumnya sesuai dengan pola SPOK dan biasanya dipelajari di sekolah dan
digunakan pada lingkungan dan keadaan yang resmi. Begitupun dengan bahasa
Indonesia nonbaku. Masing-masing bahasa baku dan nonbaku memiliki fungsi dan ciri
yang berbeda. Baik itu bahasa Indonesia baku dan nonbaku sebaiknya digunakan dan
dipakai dengan benar.

B. SARAN
Demikian makalah yang dapat kami sajikan, mudah-mudahan dapat bermanfaat
bagi pembaca. Kritik dan saran yang membangun kami harapkan untuk
penyempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Jika ada kesalahan atau kekurangan
dalam penyusunan makalah ini, kami mohon ma’af sebesar-besarnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Puspandari, Dyas. 2008. Bahasa Indonesia Hand Book (Sifat Ragam Bahasa Ilmu).
Bandung : Polytechnic Telkom.
Keraf, G. 1991. Tata Bahasa Indonesia Rujukan Bahasa Indonesia untuk Pendidikan
Menengah. Jakarta: Gramedia.

12

Anda mungkin juga menyukai