DI KALIMANTAN SELATAN
Dosen Pengampu
Dr. H.LANGGENG BUDIONO, M.Pd.
Penyusun :
Dony Ahmad Ramadhani
(1372 0089)
ii
Daftar isi
Halaman
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Pembahasan
Kesimpulan ........................................................................... 9
Saran ................................................................................... 12
iii
BAB I
Pendahuluan
1
Faktor-faktor sosial: status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat
ekonomi, jenis kelamin, dan sebagainya.
Faktor-faktor situasional: siapa berbicara dengan bahasa apa, kepada siapa,
kapan, di mana, dan mengenai masalah apa.
Walaupun bahasa mempunyai sistem dan subsistem yang dipahami sama oleh
semua penutur bahasa yang bersangkutan. Namun, karena penutur bahasa
merupakan kumpulan manusia yang heterogen, bahasa tersebut menjadi
bervariasi. Hal ini juga disababkan oleh interaksi sosial yang beragam. Setiap
kegiatan memerlukan juga menyebabkan terjadinya keragaman bahasa tersebut.
Keragaman ini akan semakin bertambah jika bahasa tersebut digunakan oleh
penutur yang sangat banyak, dan dalam wilayah yang sangat luas. Seperti bahasa
Inggris yang digunakan hampir di seluruh dunia tentu ragamnya juga bervariasi.
Termasuk di Kalimantan Selatan, Kalimantan Selatan merupakan daerah yang
dekat dengan garis katulistiwa dan dikenal daerah yang memiliki banyak
pepohonan, tentunya hal ini memiliki peran dalam lingkungan sosialnya, terutama
dalam bahasa.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
Bagaimana penggunaan variasi bahasa di Kalimantan Selatan ?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari pembahasan ini adalah :
Mengetahui penggunaan variasi bahasa di Kalimantan Selatan
2
BAB II
Penggunaan variasi bahasa di Kalimantan Selatan
penjajahan sampai sekarang menggunakan tulisan arab seperti "ﺑﺮﻣﻮﻻ ﳏﻤﺪ اﻳﺘﻮ
" ﺗﻴﺪورdibaca “bermula muhammad itu tidur”, tulisan ini dinamakan arab melayu,
walaupun bahasa banjar sekarang berbeda dengan bahasa ini, namun tidak
semuanya, masih ada dari bahasa-bahasa tersebut yang masih digunakan, dan
buku-buku dalam bahasa melayu masih dipakai sampai sekarang.
Bahasa banjar seperti bahasa-bahasa lainnya memiliki variasi dalam
penggunaannya, dan akan dijelaskan penulis sebagai berikut :
A. Variasi bahasa dari penutur
1. Variasi bahasa idiolek
Idiolek ini lebih menekankan kepada warna suara yaitu berhubungan
dengan bunyi dari suara itu sendiri. Di kalimantan Selatan jika dilihat dari
segi warnanya dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu tingkat ketinggian
suara dan irama yang dikeluarkan ketika melakukan pembicaraan.
1
Pimpinan English Course Melbourne di Pare (Kediri), disampaikan tahun 2012 di kediri
3
Ketinggian suara
Apabila dilihat dari tingkat ketinggian suara, masyarakat kalimantan
selatan memiliki dua jenis, suara rendah dan suara sedang, namun
kebanyakan masyarakat yang memilki suara rendah adalah
masyarakat daerah perkotaan, sedangkan pemilik suara sedang lebih
didominasi oleh masyarakat pedalaman.
Irama suara
Irama merupakan sesuatu yang tidak akan lepas dari suara, karena
semua daerah akan memiliki iramanya masing-masing dalam
berbicara, hal ini dapat dibuktikan dengan keadaan kultur budaya di
kalimantan. Kalimantan Selatan itu sendiri memiliki tiga jenis irama
:
Cepat : Sepengetahuan penulis masyarakat yang menggunakan
irama ini adalah daerah Bitin (Kabupaten Hulu Sungai Utara),
mareka cepat bukan hanya ketika berbicara, namun juga ketika
membaca sehingga sebagian orang yang tidak terbiasa dengan hal
ini akan sulit untuk memahami bahasa secara keseluruhan
Sedang : Pemilik irama ini adalah daerah Tanjung, Amuntai,
Kandangan, Martapura, Banjar Baru dan Banjarmasin. Irama ini
merupakan irama yang paling enak didengar oleh semua kalangan
karena sesuai dengan kapasitas pendengaran pada umumnya.
Pelan : Sejauh ini pemilik dari Irama Pelan adalah daerah Kelua
(Kabupaten Tabalong), irama dari daerah ini cenderung
mempunyai lagu dan ciri khas tersendiri yang mungkin sangat
jarang ada di daerah lain, contohnya : apabila ingin mengatakan
berapa, bukan seperti kebanyakan orang mengatakan kata
tersebut, namun masyarakat Kelua akan menyebutnya
barapeeaaaa (ada sedikit penekanan pada huruf “pee” sampai
leher bagian bawah, kemudian iramanya naik ketika sampai pada
huruf “aaa”)
2. Variasi bahasa dialek
4
Yakni variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relative,
yang berada pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu. Karena dialek ini
didasarkan pada wilayah atau area tempat tinggal penutur, maka dialek ini
lazim disebut dialek areal, dialek regional atau dialek geografi.
Kalimantan Selatan sebenarnya memiliki bahasa yang bermacam-macam
namun sampai saat ini tidak ada penamaan khusus untuk variasi bahasa
tersebut, semua orang akan bilang dengan satu nama saja yaitu bahasa banjar.
Jika diteliti dari sejarah, Kalimantan Selatan merupakan bahasa yang
mempunyai kemiripan dengan bahasa melayu, hal ini dapat dibuktikan
dengan karangan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari dengan bukunya
“Sabilal Muhtadin” yang katanya buku ini juga dipake oleh masyarakat
Thailand Selatan yang mayoritas Muslim dan berbahasa melayu.2
Masyarakat Kalimantan sendiri memiliki tiga jenis bahasa dalam
penggunaannya, yaitu :
Lembut : Bahasa ini biasanya digunakan apabila berbicara
dengan orang yang lebih tua sebagai tanda hormat, contohnya : jika
dalam bahasa Indonesia “kamu”, maka dalam bahasa banjar “pian”
Agak kasar : Bahasa ini biasanya digunakan untuk temen
sebaya atau lainnya, namun sudah jarang digunakan, dari
pengamatan penulis bahasa ini hanya digunakan di daerah Banjar
Baru dan sekitarnya. Contohnya : jika dalam bahasa Indonesia
“kamu”, maka dalam bahasa banjar “nyawa” dan kalau “saya” dalam
bahasa banjarnya adalah “unda”.
Kasar : Bahasa ini biasanya digunakan untuk temen
sebaya dan lainnya, dan dapat dibagi menjadi dua bagian, pedalaman
dan perkotaan. Masyarakat yang masih dalam ruang lingkup
pedalaman biasanya memakai kata “kau”, dibaca “kawu” artinya
“kamu”. Adapun masyarakat yang sudah terpengaruh daerah
perkotaan akan memakai kata “kam”, namun ada juga yang memberi
2
Disampaikan oleh ahli sejarah Thailand Selatan di Sekolah Tinggi Ilmu Al Quran Amuntai
(Kalimantan Selatan), Tahun 2012
5
tambahan huruf “i” di depannya menjadi “ikam” dengan arti
“kamu”, kata “ikam” sering digunakan pada awal kalimat, contoh :
ikam handak kamana (kamu mau kemana).
3. Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal
Yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa
tertentu. Umpamanya variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan,
tahun lima puluhan, dan variasi yang digunakan pada masa kini. Yang mana
variasai ketiga zaman itu tentunya berbeda, baik dari segi lafal, ejaan,
morfologi maupun sintaksisVariasi bahasa sosiolek.
apabila dilihat dari kitab “Sabilal Muhtadin” yang dikarang pada masa
penjajahan dulu dan buku gramatika bahasa arab “Is’af At Thalibin” dengan
bahasa melayu, dan dibuat sendiri oleh orang Banjar, maka bahasa banjar
dapat dibagi menjadi dua macam jika dilihat dari masanya, yaitu
Banjar klasik (melayu) : Bahasa ini dapat dilihat pada kitab-kitab
yang kebanyakannya berhubungan dengan keagamaan, mesyarakat
kalimantan selatan menamakan kitab-kitab ini dengan nama kitab
arab melayu dan masih ada sampai sekarang serta banyak digunakan
pondok pesantren salaf dan majelis-majelis ilmu, namun tidak
digunakan dalam percakapan sehari-hari. Contoh dari bahasa ini
adalah “bermula” artinya berawal
Banjar modern : Bahasa ini dapat dilihat dari percakapan
sehari-hari dan bahasa banjar ini tidak hanya digunakan masyarakat
Kalimantan Selatan saja sebagai pemilik, namun sekarang digunakan
diberbagai daerah kalimantan lainnya, Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Timur. Contohnya : “pamulaan” artinya berawal atau
pertama.
4. Variasi bahasa sosiolek
Yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas
sosial para penuturnya. Variasi ini menyangkut semua masalah pribadi para
penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan,
keadaan sosial ekonomi, dan lain-lainya.
6
Dalam hal variasi bahasa dari segi sosiolek dapat dibagi beberapa macam
:
Orang tua : Biasanya lebih ditekankan menggunakaan bahasa
yang menurut masyarakat Kalimantan Selatan bahasa halus (lembut)
sebagai penghormatan, “kamu” dengan bahasa banjarnya “pian”.
Pejabat/pemuka masyarakat dan agama : Apabila acara formal,
biasanya menggunakan bahasa indonesia, namun jika tidak,
menggunakan bahasa banjar (bahasa halus) serta perkataan yang
bersifat permohonan, bukan perintah
Pendidikan : Masyarakat Kalimantan Selatan masih banyak
yang menggunakan bahasa banjar dalam pendidikan di sekolah, dan
terkadang dicampur dengan bahasa Indonesia
5. Variasi bahasa berdasarkan usia
Variasi bahasa berdasarkan usia yaitu varisi bahasa yang digunakan
berdasarkan tingkat usia, maka dari segi usia dapat dibedakan menjadi dua
bagian :
Dari segi bahasa
Muda : menggunakan bahasa apa saja dalam bahasa
banjar, seperti : ulun, unda.
Tua : menggunakan bahasa halus (lembut), seperti : ulun
Dari segi pemakaian
Muda : kata-kata bersifat apa saja, baik berupa perintah,
ajakan dan permohonan
Tua : kata-kata harus bersifat ajakan disertai pujian,
tidak dianjurkan menggunakan kata perintah
Bukan hanya jurnalistik saja yang memiliki ciri khas dalam bahasa, tetapi
setiap daerah juga memiliki kata-kata yang menjadi ciri khas tersendiri dan hanya
diketahui oleh orang-orang dalam lingkungan tersebut. Bahasa banjar merupakan
7
bahasa yang paling mirip dengan bahasa indonesia, contoh, kata “jalan-jalan”
dalam bahasa banjar “bajalanan, “main-main” dalam bahasa banjar “ bamainan”,
“bersama” dalam bahasa banjar “basamaan”, selain itu juga mayoritas kalimantan
selatan suku berdagang, tidak mengherankan bahasa banjar begitu dikenal dan
digunakan oleh sebagian orang yang bukan berasal dari Kalimantan Selatan,
bahasa banjar merupakan bahasa yang ringkas dan tidak berbelit-belit, namun
tentunya tetap memiliki perbedaan disetiap lingkungannya, karena memiliki
perbedaan keadaan dan sosial masyarakat. Dalam pemakaiannya orang-orang
yang bukan berasal dari Kalimantan Selatan harus berhati-hati menggunakan
bahasa ini, hal ini disebabkan ada sebagian bahasa indonesia bagus artinya namun
tidak demikian dalam bahasa banjar, contoh, saya butuh kamu, kata yang bergaris
bawah jika diartikan dalam bahasa banjar maknanya adalah alat kelamin, oleh
karena itu orang-orang lebih sering menggunnakan kata “perlu” dan kata ini
dalam bahasa banjarnya “mamarluakan”, kemudian kata “kawasaki” ini adalah
merk dari salah satu kendaraan bermotor, namun jika diartikan kedalam bahasa
banjar, kata ini berhubungan dengan seks, dengan berbagai contoh di atas
masyarakat yang bukan berasal dari daerah ini diharapkan berhati-hati dalam
pemakaian bahasa dan alangkah lebih bagusnya mengetahui sedikit tentang
keadaan bahasa ini terlebih dahulu sebelum bergabung dalam komunitas
masyarakat banjar. Namun biasanya jikalau masyarakat banjar mengetahui orang
baru di lingkungannya tidak dapat berbahasa banjar dan tidak mengetaui
bagaimana bahasa banjar, kesalahan dalam pemakaian bahasa seperti ini dapat
dimaklumi oleh masyarakat disana.
8
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Bahasa banjar merupakan bahasa yang unik dan hampir memiliki kemiripan
dengan bahasa indonesia, karena bahasa bahasa merupakan bagian dari rumpun
bahasa melayu. Namun begitu, tetap memiliki perbedaan, baik dalam segi
penggunaan ataupun bahasa itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh berubahnya
zaman dan keadaan sosial.
Bahasa banjar memiliki penggunaan variasi seperti bahasa-bahasa lainnya,
hanya saja bahasanya yang berbeda, tetapi jenis variasinya tetap sama (idolek,
dialek, sosiolek dan lainnya), adapun penggunaan itu adalah :
1. Dari segi penutur
Variasi bahasa idiolek
Ketinggian suara
o Dari segi ini terbagi menjadi 2, yaitu : suara rendah dan
sedang
Irama
o Adapun dari segi irama terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :
cepat, sedang dan pelan (lambat)
Variasi bahasa dialek
Masyarakat Kalimantan sendiri memiliki tiga jenis bahasa, yaitu :
Lembut : Bahasa ini biasanya digunakan apabila berbicara
dengan orang yang lebih tua sebagai tanda hormat, contohnya :
jika dalam bahasa Indonesia “kamu”, maka dalam bahasa banjar
“pian”
9
Agak kasar : Bahasa ini biasanya digunakan untuk temen
sebaya atau lainnya, namun sudah jarang digunakan, dari
pengamatan penulis bahasa ini hanya digunakan di daerah
Banjar Baru dan sekitarnya. Contohnya : jika dalam bahasa
Indonesia “kamu”, maka dalam bahasa banjar “nyawa”.
Kasar : Bahasa ini biasanya digunakan untuk temen
sebaya dan lainnya, dan dapat dibagi menjadi dua bagian,
pedalaman dan perkotaan. Masyarakat yang masih dalam ruang
lingkup pedalaman biasanya memakai kata “kau”, dibaca
“kawu” artinya “kamu”. Adapun masyarakat yang sudah
terpengaruh daerah perkotaan akan memakai kata “kam”, namun
ada juga yang memberi tambahan huruf “i” di depannya menjadi
“ikam” dengan arti “kamu”, kata “ikam” sering digunakan pada
awal kalimat, contoh : ikam handak kamana (kamu mau
kemana).
Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal
Terbagi 2 masa
10
Variasi bahasa sosiolek
Variasi bahasa dari segi sosiolek dapat dibagi beberapa macam :
Orang tua : Biasanya lebih ditekankan menggunakaan bahasa
yang menurut masyarakat Kalimantan Selatan bahasa halus
(lembut) sebagai penghormatan
Pejabat/pemuka masyarakat dan agama : Apabila acara formal,
biasanya menggunakan bahasa indonesia, namun jika tidak,
menggunakan bahasa banjar (bahasa halus) serta perkataan yang
bersifat permohonan, bukan perintah
Pendidikan : Masyarakat Kalimantan Selatan masih banyak
yang menggunakan bahasa banjar dalam pendidikan di sekolah,
dan terkadang dicampur dengan bahasa Indonesia
Variasi bahasa berdasarkan usia
Dari segi bahasa
Muda : menggunakan bahasa apa saja dalam bahasa banjar,
seperti
ulun, unda.
Tua : menggunakan bahasa halus (lembut), seperti : ulun
Dari segi pemakaian
Muda : kata-kata bersifat apa saja, baik berupa perintah, ajakan
dan
permohonan
Tua : kata-kata harus bersifat ajakan disertai pujian, tidak
Bukan hanya jurnalistik saja yang memiliki ciri khas dalam bahasa, tetapi
setiap daerah juga memiliki kata-kata yang menjadi ciri khas tersendiri dan
hanya diketahui oleh orang-orang dalam lingkungan tersebut. Bahasa banjar
merupakan bahasa yang paling mirip dengan bahasa indonesia, selain itu juga
11
mayoritas kalimantan selatan suku berdagang, tidak mengherankan bahasa
banjar begitu dikenal dan digunakan oleh sebagian orang yang bukan berasal
dari Kalimantan Selatan, bahasa banjar merupakan bahasa yang ringkas dan
tidak berbelit-belit, namun tentunya tetap memiliki perbedaan disetiap
lingkungannya, karena memiliki perbedaan keadaan dan sosial masyarakat.
B. Saran
Dalam hal ini, penulis menyarankan agar para pengamat sosial ataupun
orang-orang yang hidup dalm nuansa pendidikan nantinya selalu memperhatikan
keadaan sosial sebelum melakukan suatu tindakan, agar tidak terjadi salah paham
dalam kehidupan masyarakat.
12