Anda di halaman 1dari 9

PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH BAMBU TAHAN GEMPA

DENGAN MENGOMBINASIKAN DENGAN PONDASI BATU KALI

Oleh

Ahmad Sofa Nasrul Firdaus

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang sering terjadi gempa bumi, sebab negara Indonesia di lewati
oleh tiga lempeng tekonik besar yang aktif bergerak. Tiga lempeng tersebut adalah lempeng
tektonik Australia dengan Asia, lempeng tektonik Eurasia, dan lempeng tektonik pasifik. Dalam
rentang waktu yang singkat sejumlah wilayah di Indonesia berulang kali dilanda gempa bumi.
Akibat gempa banyak bangunan yang rusak dan banyak menelan korban jiwadisebabkan karena
tertimpa oleh bangunan yang terbuat dari beton. Berhubung sampai saat ini belum ada teknologi
yang dapat memprediksi baik waktu, tempat dan intensitas gempa di Indonesia, maka zona-zona
atau daerah yang rawan gempa harus mendapat perhatian. Ada tiga pendekatan untuk
mengantisipasi terjadinya gempa agar saat terjadi gempa tidak menimbulkan dampak yang besar.
Pertama, pendekatan struktural yakni mengikuti aturan atau kaidah-kaidah konstruksi yang
benar dan memasukkan parameter kegempaan dalam mendirikan bangunan. Bisa dikatakan
rumah tahan gempa.rumah jenis ini tidak identik dengan biaya yang mahal namun di bangun
sederhan tapi memperhatikan parameter kegempaan.
Kedua, pendekatan nonstruktural dengan ini dimasukkan dalam perencanaan wilayah.
Ketiga, intensif melakukan sosialisasi kepada masyarakat terhadap pemahaman dan pelatihan
penyelamatan dampak gempa baik secara langsung maupan dalam jalur pendidikan.
Bencana gempa bumi memiliki dampak yang beruntut. Kerusakan yang satu akan
mempengaruhi pada kerusakan yang lainnya, baik terhadap tanah, air, maupun udara. Hal ini
mengakibatkan rusaknya ekosistem, dan mengalami penurunan kualitaslingkungan karena
adanya perubahan lingkungan. Seperti longsor, kerusakan bangunan, dan kkorban jiwa akibat
tertimpa bangunan yang dibangun dari material berat seperti beton.
Bangunan dengan memanfaatkan bambu dengan cara membuat rumah bambu tahan gempa
salah satu alternatif untuk meminimalisasi banyaknya korban yang jatuh akibat tertimpa banguna
yang di bangun dari material beton dengan cara dikombinasikan dengan pondasi batu kali.
Sayangnya, selama ini kekuatan bambu belum diimbangi dengan teknik sambungan yang kuat,
untuk itu diperlukan sambungan yang kuat yaitu pondasi batu kali menerus, dimana hubungan
antar sloof dengan pondasi dipergunakan angker setiap 0,5 meter. Hal ini dimaksudkan supaya
ada keterikatan antara pondasi dengan sloof, sehingga saat terjadinya gempa ikatan antar pondasi
dengan sloof tidak lepas, cara ini mungkincukup efektif untuk menahan guncangan saat
terjadinya gempa..
Dengan adanya gempa hal ini seharusnya membuat masyarakat sabar dan mengembangkan
bangunan tahan gempa. Seperti masyarakat jepang yang menggunakan bahan alami sebagai
bahan material rumahnya, seperti halnya bambu. Bambu sangat cocok di gunakan pada bangunan
di nagara yang rawan gempa, seperti Indonesia. Ini karena bambu bersifat lentur sehingga tahan
terhadap guncangan kuat. Bambu juga berbobot ringan sehingga tidak terlalu berbahaya jika
suatu saat terjadi gempa dan menimpa penghuni rumah.
Bambu memiliki sejarah panjang dan mapan sebagai bahan bangunan di seluruh dunia baik
di daerah tropis maupun sub-tropis. Menurut Sharma (1987) di dunia tercatat lebih dari 75
negara dan 1250 spesies bambu, bambu juga tumbuh melimpah di seluruh kepulauan Indonesia,
dan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia selama berabad-abad.
Pertumbuhan bambu yang cepat membuat bambu sebagai sumber daya yang dapat berkelanjutan.
Beberapa pertimbangan penting yang saat ini membatasi penggunaan bambu sebagai bahan
konstruksi bangunan secara umum antara lain yang pertama adalah daya tahan bambo yang
rentan terhadap serangan jamur dan serangga. Dengan alas an tersebt maka jika tidak di rawat
atau di obati, struktur bambo dipandang sebagai stuktur bangunan sementara dengan umur tidak
lebir dari lima tahun. Kedua kontuksi sambungan, meskipun banyak jenis sambungan yang ada,
namun efisiensi strukturalnya rendah (Herbert et al. 1979). Banyak penelitian telah diarahkan
pada pengembangan lebih efektif metode sambungan. Ketiga mudah terbakar. Ke empat
kurangya bimbingan desain dan standarisasi, maksudnya desain rekayasa struktur bambau belum
sepenuhnya ditangani.
Banyak jenis bambu yang terdapat di Indonesia, kurang lebih ada 75 jenis bambu namun
yang mempunyai nilai ekonomis hanya sekitar 10 jenis saja (Sutiyono, 2006). Jenis-jenis bambu
yang sering digunakan untuk konstruksi bangunan di Indonesia, antara lain bambu wulung,
bambu legi, bambu petung, bambu ampel.
2. Rumusan Masalah

2.1 Bagaiman perencanaan pembanguna rumah bambu tahan gempa pada bagian struktur
bawah ?
2.2 Bagaiman perencanaan pembanguna rumah bambu tahan gempa pada bagian struktur
tengah ?
2.3 Bagaiman perencanaan pembanguna rumah bambu tahan gempa pada bagian struktur
atas ?
3. Pembahasan
Bambu saat ini sedang dipandang sebagai alternatif bahan dengan biaya rendah untuk masalah
besar perumahan yang dihadapi oleh beberapa negara berkembang. Bambu merupakan potensi
bahan untuk perumahan dan konstruksi yang ramah lingkungan, karena kekuatan tarik tinggi,
memiliki kekuatan tinggi untuk rasio berat dan beban daya dukung tinggi. layanan kinerja bambu
dapat ditingkatkan dengan pengawetan dengan pengobatan yang cocok, dapat dibentuk menjadi
panel dan material komposit yang dapat meningkatkan kekuatan yang cocok untuk aplikasi
struktural properti. bambu juga memiliki kekuatan sisa tinggi untuk menyerap pengaruh
guncangan dan sangat cocok untuk bahan pembangunan rumah untuk melawan kekuatan angin
dan seismik yang tinggi. bambu sangat efisien dalam menyerap karbon dioksida dan
berkontribusi terhadap pengurangan efek rumah kaca.
Pada bagian struktur bawah pondasi batu kali ditempatkan pada kolom-kolom utama yang
menanggung beban dengan modul 2m x 3m. Jenis-jenis pondasi dari bambu yang umum
digunakan antara lain bambu kontak tanah secara langsung, bambu di atas pondasi batu atau
beton, bambu dimasukkan ke dalam pondasi beton, dan bambu sebagai tulangan beton. Secara
umum, yang terbaik adalah menjaga bambu agar tidak kontak langsung dengan tanah, karena
bambu yang tidak diobati dapat membusuk sangat cepat jika kontak dengan tanah. Pada stuktur
bagian bawah menggunakan sistem pondasi batu kali menerus, dimana hubungan antara sloof
dengan pondasi dipergunakan angker setiap 0,5 meter. Hal ini dimaksudkan supaya ada
keterikatan antara pondasi dengan sloof, sehingga pada saat terjadinya gempa ikatan anatara
pondasi dengan sloof tidak lepas, cara ini cukup efektif untuk menahan guncangan saat terjadi
gempa.
Lantai bangunan bambu mungkin di permukaan tanah. Namun, solusi yang dipilih adalah
menaikkan lantai di atas tanah menciptakan jenis konstruksi panggung. Hal ini untuk menjaga
keawetan bambu, meningkatkan kenyamanan dan kebersihan dan dapat memberikan tempat
penyimpanan tertutup di bawah lantai. Ketika lantai ditinggikan, lantai menjadi bagian integral
dari kerangka struktur bangunan. Lantai bambu biasanya terdiri dari balok bambu tetap untuk
strip pondasi atau tumpuan ke pondasi. Balok-balok dipasang di sekeliling bangunan.
Konstruki lantai, menggunakan lantai krepyak bambu ditopang oleh konstruksi lantai
panggung yang terdiri dari bambu panggung dan bambu induk lantai. Bambu induk lantai
ditopang oleh tiang panggung dengan kaki terbuat dari beton.

Gambar 1. Denah Pondasi Batu Kali dan Sloof Gambar 2. Konstruksi bambu panggung lantai

Penggunaan bambu yang paling luas dari konstruksi adalah untuk dinding dan partisi.
Elemen utama dari dinding bambu umumnya merupakan bagian dari kerangka struktural.
Dengan demikian bambu harus mampu untuk menahan beban bangunan baik berat sendiri
maupun beban berguna, cuaca, dan gempa bumi.
Sebuah pengisi antara anyaman bambu diperlukan untuk menyelesaikan dinding. Tujuan dari
pengisi adalah untuk melindungi terhadap hujan, angin dan hewan, untuk memberikan privasi
dan memberikan perkuatan untuk menjamin stabilitas keseluruhan struktur ketika mengalami
gaya horisontal. Pengisi harus didesain untuk memungkinkan cahaya dan ventilasi. Dinding
modular ditopang oleh kolom struktur dan kolom pendukung dinding serta balok dinding bawah
dan balok dinding atas dengan modul lebar 1m dan dengan tinggi 2,5m.
Modul dinding pengisi memiliki ukuran luar 85cm x 240cm.

Gambar 3. Susunan Konstruksi Pendukung Dinding Gambar 4. Modul dinding pengisi memiliki ukuran luar
85cm x 240cm
Konstruksi atap perisai yang dikombinasikan dengan pelana. Bentuk atap perisai dengan
kombinasi pelana memliki rangka dan penutup atap menggunakan bambu. Kombinasi dengan
atap pelana didasarkan atas pertimbangan untuk dapat menyalurkan udara panas yang ada pada
bantalan udara di bawah atap. Dengan demikian, bangunan dapat ‘bernafas’, sehingga
kenyamanan termal ruang di bawahnya lebih baik, dan penghuninya merasa lebih sejuk dan
nyaman. Atap bangunan yang diperlukan untuk memberikan perlindungan terhadap cuaca
ekstrem termasuk hujan, matahari dan angin, dan untuk memberikan yang jelas, ruang yang
dapat digunakan di bawah kanopi nya. Di atas semua, itu harus cukup kuat untuk menahan
kekuatan yang cukup dihasilkan oleh angin dan penutup atap. Dalam hal ini bambu sangat ideal
sebagai bahan atap karena bambu kuat, tangguh, dan ringan. Struktur bambu untuk atap dapat
terdiri dari komponen Rangka atap (kuda-kuda), Gording atau purlin, kasau dan reng.

Gambar 5. Konstruksi Atap Perisai Kombinasi dengan Pelana Gambar 6. Penutup Atap Bambu

3.1 Tahap Pemasangan


Pemasangan Pondasi dan Sloof atau balok pengikat sedikit berbeda dengan pembangunan
secara tradisional, yang biasanya tiang terlebih dahulu dipasang atau bersamaan dengan balok
pengikat bawah. Pada konstruksi tahan gempa ini, balok pengikat pertama dipasang terlebih
dahulu di atas umpak dan menghubungkan umpak satu sama lain. Sedangkan tiang penyangga di
atas umpak kecil, pada tiang-tiang pendukung dinding dalam ruangan, dipasang pula terlebih
dahulu. Cara pemasangan seperti ini adalah untuk antisipasi bila terjadi gaya lateral, maka yang
bergerak seluruh bangunan yang saling mengikat, sehingga mengurangi peluang deformasi
bangunan hanya pada satu tempat atau sisi, yang dapat mengganggu keseimbangan penyebab
doyongnya bangunan. Pemasangan kolom struktur dilakukan dengan meletakkan tiang di atas
balok pengikat pertama (terbawah), seiring dengan pemasangan balok pengikat kedua yang
berfungsi sekaligus sebagai dudukan atau rangka lantai. Pada bagian sudut bangunan, dipasang
pengikat diagonal antara batang horizontal dengan batang vertikal.
Selanjutnya, sebelum memasang penutup atap, diatas gording digelar terlebih dahulu
lembaran anyaman bambu, kemudian lembar terpal atau plastik, dilapisi kembali dengan
lembaran anyaman bambu, setelah itu baru dipasang penutup atap berupa susunan bambu yang
saling menutup atas-bawah. Aluminium foil digelar dengan memperhatikan susunannya
sedemikian rupa sehingga berfungsi seolah-olah sebagai lembaran sirap yang lebar sekali.
Tumpukan teratas adalah pada posisi jurai luar dan nok. Pemasangan penutup wuwung dan jurai
luar, dilakukan dengan memasang wuwung dan jurai bambu, setelah memastikan lembar terpal
atau plastik telah terpasang rapi.
Terakhir, Pemasangan struktur dinding pun sedikit berbeda dengan cara tradisional, yang
biasanya hanya diikat dengan anyaman bambu yang dipasang dengan membentangkan dan
menghubungkan antar tiang struktur. Pada cara ini, dinding pengisi dirakit sebelumnya berupa
modul-modul dengan ukuran bersih dalam rentang 1 meter, dipasang disisipkan di antara kolom-
kolom struktur, dengan memasang ikatan-ikatan pada kedua sisi dinding modul tersebut ke tiang
struktur. Dengan demikian, ikatan antara modul dinding yang berfungsi sebagai diafragma
penguat dengan kolom struktur akan lebih rigid.

Gambar 7. Pemasangan Kolom dan Balok Gambar 8. Pemasangan Rangka Atap dan gording

Gambar 9. Pemasangan Penutup Atap Gambar 10. Pemasangan Dinding Pengisi


3.2 Perlindungan komponen Bambu

Bambu tidak tahan lama dalam keadaan aslinya. Kandungan alami bambu terdapat sumber
makanan yang siap untuk serangga dan jamur, dan dapat membusuk dalam waktu kurang dari
satu tahun jika kontak langsung dengan tanah. Oleh karena itu perlindungan merupkan usaha
yang penting untuk menjamin umur yang lama dari material bambu. Perlindungan tidak selalu
berarti perawatan dengan kimia. Garis pertahanan pertama adalah desain yang baik.
Perlindungan dengan desain melibatkan empat prinsip dasar yaitu : menjaga bambu tetap kering,
menjaga bambu kontak dengan tanah, memastikan sirkulasi udara yang baik, dan memastikan
visibilitas yang baik. Konsol atap yang lebar dapat mencegah pembasahan langsung dinding saat
hujan lebat, dan drainase saluran atau selokan dapat digunakan untuk menjauhkan air dari
gedung dengan jarak yang aman. Risiko banjir yang lebih umum dapat dikurangi dengan
membangun sebuah situs dinilai atau sedikit miring, dan menggunakan batu dinaikkan atau
pondasi beton. (Gambar 9). Meningkatkan kolom bambu atau panel dinding jelas tanah juga
mengurangi risiko serangan rayap, dan meningkatkan visibilitas, membuat pemeriksaan lebih
mudah. Perisai rayap dapat digunakan antara pondasi dan dinding, jika risiko dianggap tinggi.
Bila memungkinkan, ruang atap harus dibiarkan terlihat dengan baik sehingga untuk visibilitas
dan aliran udara, dan pemeliharaan rutin, Konstruksi bambu juga dapat memberikan daerah
bersarang ideal untuk tikus dan hama lainnya. Secara umum, konstruksi rongga harus dihindari.

Gambar 11. Pengamanan dengan desain yang tepat (Jayanetti dkk., 2002)
4. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat di simpulkan dampak positip penggunaan bambu pada
konstruksi bangunan sebagai berikut:
1) Bambu dapat dugunakan untuk berbagai aplikasi di bidang konstruksi bangunan sebagai
pengganti keberadaan kayu yang semakin langka, dan jika didasain dengan baik dan di rawat
dengan baik akan mempunyai daya tahan yang lama.
2) Pengakuan penggunaan bambu oleh masyarakat luas untuk konstruksi bangunan dan
keperluan lain akan berpengaruh pada kebutuhan pengadaan bambu yang semakin besar pula.
Hal ini dapat memicu masyarakat untuk melakukan penanaman bambu di tanah-tanah yang
kurang produktif dengan demikian akan memberikan nilai tambah secara ekonomis.
3) Dengan semakin meluasnya lahan yang ditanami bambu, maka akan berdampak positip bagi
lingkungan antara lain udara segar karena bambu penyumbang oksigen yang lebih besar
dibanding kayu dan dapat menyerap karbon dioksida, pemanfaatan lahan gundul, dan dapat
mencegah erosi.
REFERENSI
-. 2009. -. -. [Online] Tersedia: www.building.co.uk/.../w/ROEWU_taiwan_bamboo.jpg
-. 2009. -. -. [Online] Tersedia: www.designboom.com/eng/interview/francois/7.jpg
-. 2009. -. [Online] Tersedia: www.sahabatbamboo.com/gambar/5556IMG_0018%20
-. 2009. -.-. [Online] Tersedia: i34.tinypic.com/2mgtmyr.jpg
-Bhalla, S., Gupta, S., Sudhakar, P., Sures, R., (2008), “Bambu as Green Alternatif to Concrete
and Steel for Modern Structures”, The International Congress of Environmental Research, Goa,
18-20 December 2008.
-Jayanetti, D.L., & Follet, P.R., (2002), “Bambu in Construction: An Introduction”, INBAR
Technical Report No.16, India.
-Purwito, (1995). “The Application of Bambu for Earthquake-resistent Houses”, In Ganapati,
P.M., Janssen, J.A., Sastry, C.B., ed., Bambu People and Environment, Proceedings of the Vth
International Bambu Workshop and the IV International Bambu Congress, Bali, 19-22 June
1995.

Anda mungkin juga menyukai