Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KEWIRAUSAHAAN

“KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLESTER”

Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Putu Ika Wahyuni,ST., M.Si., M.T.

Oleh :
Ni Kadek Evi Supartriwi (202061121104)
Anak Agung Arjun Prabaskara (202061121105)
I Putu Didi Ari Saputra (202061121106)
I Made Andi Karya (202061121107)
I Kadek Yogi Pujawan (202061121108)
Komang Aditya Divayana (202061121142)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAA
UNIVERSITAS WARMADEWA
2023
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa
karena telah memberikan semua nikmatnya sehingga tim penyusun berhasil
menyelesaikan Laporan tugas 2 mata kuliah kewirausahaan, ini dengan tepat waktu
tanpa ada kendala yang berarti. Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk
memenuhi salah satu mata kuliah kewirausahaan. Tidak lupa kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada beberapa pihak yang turut membantu dan memberikan
dukungan untuk menyelesaikan penulisan laporan ini, kepada :
1. Dr. Ir. Putu Ika Wahyuni,ST., M.Si., M.T. selaku dosen pengampu mata
kuliah Kewirausahaan Teknik Sipil.
2. Teman – teman yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat memberikan informasi berupa wawasan dan pengetahuan
yang lebih luas bagi pembaca. Kami sadari laporan ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Denpasar, 08 April 2022

Tim Penyusun
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep rumah bambu plester merupakan konsep rumah murah dengan
karakter rumah ‘tembok yang memanfaatkan potensi bambu suatu daerah. Bambu
dipakai sebagai bahan dinding dan sekalilgus rangka rumah, yang kemudian
diplester untuk mendapatkan tambahan kekuatan dan ekspresi rumah dinding
tembok pada umumnya.
Konsep konstruksi dinding bambu plaster dikembangkan berdasarkan
penelitian rumah bamboo plaster peninggalan Belanda yang mampu bertahan
hingga 90 tahun. Perubahan mendasar dari konstruksi bambu plaster Belanda
adalah pemakaian bambu sebagai rangka dinding menggantikan kayu. Keseluruhan
dinding anyaman sasak dan rangka bambu ini akan diplester sehingga
menghasilkan kekuatan yang lebih baik dan ekspresi rumah tembok.
Berdasarkan data runtun statistik konstruksi di Indonesia pada tahun 1990
sampai dengan 2010 nilai konstruksi cenderung mengalami peningkatan, yang
berarti bahwa pemakaian sumber daya alam akan semakin tinggi dan jumlah limbah
konstruksi yang dibuang ke lingkungan semakin besar. Jika pembangunan tidak
dikelola dengan baik maka akan berakibat terjadinya bencana lingkungan di masa
mendatang, sehingga perlu adanya konsep pembangunan yang berkelanjutan.
Dalam bidang konstruksi, dikarenakan bambu memiliki karakter yang lentur
namun kuat serta mudah dibudidayakan, bambu dipandang sebagai material
alternatif yang tepat untuk pengganti kayu yang persediaannya sudah semakin
menipis dan teknologi bambu plester sebagai konstruksi dinding merupakan salah
satu respons terhadap potensi ini. bambu plester adalah konstruksi dinding yang
memakai bambu yang dikombinasikan dengan bahan cement based, yang
diharapkan agar memiliki daya tahan yang lebih lama dari serangan jamur, serangga
dan bubuk.
1.2 Tujuan Pengembangan Dinding Bambu Plester
 Alternatif rumah murah
 Memanfaatkan potensi bambu
 Mengurangi resiko kebakaran pada rumah bambu
 Menambahkan keawetan konstruksi bamboo dengan pemlesteran
 Alternative pengganti bata/batako pada dinding ‘tembok’
1.3 Desain anyaman dinding bambu
Desain anyaman

1.4 Pengujian Dinding Bambu Plester


Langkah pertama yang dilakukan dalam pembuatan benda uji adalah
pembuatan besi pengaku anyaman. Setelah dilakukan pemeriksaan bahan barulah
dibuat adukan dengan perbandingan 1 Pc : 5 Ps. Ukuran benda uji yang digunakan
adalah panjang 200 cm, lebar 50 cm, dan tebal 5 cm. Semen yang digunakan pada
penelitian ini menggunakan semen Holcim.
Pembuatan bambu plester untuk dinding, dilakukan pemelesteran pada 2 sisi yaitu
sisi depan dan sisi belakang. Pertama-tama dinding anyaman bambu dikamprot
terlebih dulu dengan adukan. „Pengamprotan‟ pertama tidak boleh terlalu tebal agar
dinding jadi tidak terlalu tebal. Setelah adukan kamprot ini telah cukup kering
(setelah didiamkan setengah-satu hari) dapat dilakukan pemlesteran kedua untuk
meratakan permukaan dinding. Sebelumnya hasil plesteran awal dibasahi agar tidak
banyak menyerap air yang ada pada campuran plesteran baru. Gunakan roskam
untuk meratakan/merapikan/menghaluskan permukaan plesteran kedua. Setelah
benda uji jadi, lakukan perawatan beton dengan menggunakan karung goni basah
selama 28 hari, karena kekuatan tekan beton akan bertambah dengan naiknya umur
beton. Secara cepat, kekuatan beton akan linier naiknya sampai umur 28 hari.
Setelah itu, kenaikkan kekuatan beton akan kecil. Setelah dilakukan perawatan
barulah dilakukan pengujian kuat lentur. Ada dugaan nilai kuat lentur dinding
anyaman bambu hitam plaster memenuhi standar kuat lentur papan semen wol kayu
(SNI 03-2104-1991), sehingga anyaman bambu plester dapat digunakan sebagai
konstruksi dinding bangunan.

1.5 Mengatasi Resiko Dinding Bambu Plester


a. Memberikan Pengawet Pada Bambu
bambu. Larutan pengawetan ini mengunakan campuran antara Borax dan
Boric, yang dilarutkan ke dalam air (air kurang lebih 20 liter) dengan
perbandingan 3:2, konsentrasi maksimum 5 %. Khusus dalam penelitian ini
kelipatan larutan pengawet yang digunakan yaitu 2 kali dari perbandingan
tersebut. Bambu yang telah terisi cairan pengawet kemudian disandarkan
pada dinding rumah yang terlindung dari hujan dan sinar matahari secara
langsung pada bagian atasnya. Setelah itu bambu didiamkan selama 2-5 hari
hingga bambu berubah warna dari aslinya dan cairan pengawet telah
meresap masuk kedalam bamboo dan dapat dikeringkan selama 2 hari
tergantung kelembabannya.
b. Memberikan Pondasi Pada Dinding Plester
Sub-structure (pondasi dan sloof) rumah bambu plester sama dengan rumah
tembok pada umumnya, namun dengan dimensi yang lebih kecil karena
rata-rata beban dinding yang lebih ringan. Pada saat pembuatan sloof,
angker harus dipasang untuk diikat dengan anyaman bambu, dengan jarak
antar angker tidak lebih dari 3 meter.
Pondasi pada dinding plester dapat dipakai pondasi menerus batu kali,
setempat batu kali, atau menerus rolaag bata / batako. Sloof dapat memakai
sloof beton bertulang, bambu komposit atau diganti dengan rolaag bata/
batako. Pada saat pembuatan sloof, angker harus dipasang untuk diikat
dengan anyaman bambu, dengan jarak antar angker tidak lebih dari 3 meter.
Dinding peralihan dari bata/ batako harus dibuat dengan tinggi minimal 30
cm dari tanah untuk menjamin anyaman bambu berada dalam kondisi kering
sepanjang tahun.

1.6 Bahan dan Metode Pembuatan


a. Bahan :
- Bambu ( jenis bambu tali, gombong, hitam )
- Kawat bendrat
- Semen
- Pasir
- Air

b. Langkah – langkah Pembuatan


1. Memilih batang bambu
Pilihlah batang bambu yang tua (3-5 tahun) dan telah diawetkan
- Pilihlah batang untuk anyaman, dengan ketentuan:
 Daging bambu yang tipis (<1cm)
 Jenis bambu tali, gombong dan bambu hitam
 Lebih baik memanfaatkan bagian-bagian atas dari batang
bambu yang relatif memiliki diameter lebih kecil dan tipis
 Batang yang tidak lurus atau bengkok dapat dimanfaatkan
untuk anyaman, hanya saja perlu perhatian lebih pada saat
menganyam agar ketebalan anyaman dapat dijaga.

- Pilihlah batang untuk rangka, dengan ketentuan:


 Diameter lebih besar (8-15cm)
 Lebih tebal (>0,5cm) untuk menjamin kekakuan rangka
 Dapat dari jenis bambu tali, gombong, ori, petung, atau
bambu hitam
 Bila memakai bambu yang sama dengan anyaman, dapat
dipakai batang bambu bagian bawah yang relatif memiliki
diameter yang lebih besar dan tebal
 Batang-batang yang lurus.
2. Menganyam bambu
Perhitungan jumlah pemakaian batang bambu untuk lebar anyaman
tertentu adalah:
n= jumlah batang
n = l/(dx3,14) l= lebar anyaman
d= diameter bambu
Misal
Anyaman 1 meter membutuhkan:
n = 100/(8x3.14) = 3.98 ~ 4 batang bambu diameter 8 cm.

 Siapkan bilah-bilah bambu dengan ukuran yang sesuai


dengan panjang dan lebar anyaman.Lebih baik memakai
bilah bambu yang tipisagar anyaman tidak terlalu tebal.

 Setelah itu, bambu dianyam menjadi anyaman sasak,


dengan bambu arah horisontal rapat, dan bambu vertikal
berjarak 25-30cm.

 Bambu yang sudah selesai dianyam disimpan dan siap


untuk dirangkai bersama dengan rangka dinding dan
kusen jendela.

Anda mungkin juga menyukai