KARAKTERISTIK DAN
PERENCANAAN BANGUNAN
PENGAMAN PANTAI
Oleh:
Dr. Ir. I Gusti Agung Putu Eryani, MT.
NIDN: 0808016601
DITERBITKAN OLEH:
Penulis
Dr. Ir. I Gusti Agung Putu Eryani, MT.
ISSBN:
Editor:
Dr. Ir. I Gusti Agung Putu Eryani, MT
Penyunting:
Made Widya Jayantari, ST, MT
Desain Sampul dan Tata Letak:
Dr. Ir. I Gusti Agung Putu Eryani, MT
Penerbit:
Warmadewa University Press
Alamat Redaksi:
Jalan Terompong No. 24 Tanjung Bungkak, Denpasar
Telpon : (0361) 223858. Fax (0361)225073
Web : www.warmadewa.ac.id
Email : univ-warmadewa@yahoo.co.id
Dicetak Oleh:
Warmadewa University Press
Penerbit:
Warmadewa University Press
Alamat Redaksi:
Jalan Terompong No. 24 Tanjung Bungkak, Denpasar
Telpon : (0361) 223858. Fax (0361)225073
Web : www.warmadewa.ac.id
Email : univ-warmadewa@yahoo.co.id
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga Bahan Ajar Karakteristik Dan
Perencanaan Bangunan Pengaman Pantai ini dapat diselesaikan dengan baik.
Pembahasan materi pada bahan ajar ini dilakukan dengan cara memaparkan
landasan teori mengenai karakteristik pantai serta perencanaan bangunan pengaman
pantai.
Isi bahan ajar ini mencakup materi pokok mengenai pantai, faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan garis pantai, karakteristik pantai, kerusakan pantai dan
penanggulangannya, bangunan pantai, reklamasi, sand nourisment, serta perencanaan
bangunan pantai.
Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penyusun dalam menyelesaikan bahan ajar ini. Mudah-
mudahan bahan ajar ini dapat memberikan sedikit manfaat bagi para mahasiswa pada
umumnya yang mengambil mata kuliah teknik pantai.
Penulis
i
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
DAFTAR ISI
PRAKATA ........................................................................................................................ i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................. 2
1.3 Capaian Pembelajaran ......................................................................... 2
1.4 Topik yang Dibahas ............................................................................. 2
BAB 2 PANTAI ............................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Pantai ................................................................................. 3
2.2 Jenis - Jenis Pantai ............................................................................... 5
2.2.1 Jenis Pantai Berdasarkan Proses Terbentuknya.................... 6
2.2.2 Jenis Pantai Berdasarkan Bentuk Geografis ......................... 6
2.2.3 Jenis Pantai Berdasarkan Material Penyusunnya ................. 7
2.3 Garis Pantai.......................................................................................... 7
2.3.1 Perubahan Garis Pantai ......................................................... 8
2.3.2 Erosi, Abrasi dan Akresi Pantai ............................................ 9
BAB 3 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN GARIS PANTAI ....... 11
3.1 Faktor-faktor penting yang menentukan perkembangan pantai ........ 11
3.2 Gelombang......................................................................................... 12
3.3 Arus Laut ........................................................................................... 14
3.4 Pasang Naik dan Pasang Surut (Tide) ............................................... 16
BAB 4 KARAKTERISTIK PANTAI ............................................................................ 17
4.1 Karekristik Hidro-Osceonografi ........................................................ 17
4.1.1 Bathimetri ........................................................................... 17
4.1.2 Pasang Surut ....................................................................... 18
ii
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
iii
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
iv
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
v
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
vi
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami karakteristik pantai, baik karakteristik hidro-
oseanografi dan karakteristik morfologinya sehingga dapat mengetahui
penanganan yang tepat pada permasalahan pantai yang terjadi.
2. Mahasiswa memahami berbagai contoh bangunan pengaman pantai serta
tahapan-tahapan perencanaannya.
2
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
BAB 2
PANTAI
Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut seperti
pasang surut, angin laut dan perembesan air laut.
Pantai adalah daerah di tepi perairan sebatas antara surut terendah dan pasang
tertinggi.
Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana
posisinya tidak tetap dan dapat bergerak sesuai dengan pasang surut air laut dan
erosi pantai yang terjadi.
Sempadan pantai adalah daerah sepanjang pantai yang diperuntukkan bagi
pengamanan dan pelestarian pantai.
Perairan pantai adalah daerah yang masih dipengaruhi aktivitas daratan.
3
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Morfologi pantai dan dasar laut dekat pantai akibat pengaruh gelombang dibagi
menjadi empat kelompok yang berurutan dari darat ke laut sebagai berikut:
1. Backshore merupakan bagian dari pantai yang tidak terendam air laut kecuali bila
terjadi gelombang badai.
2. Foreshore merupakan bagian pantai yang dibatasi oleh beach face atau muka
pantai pada saat surut terendah hingga uprush pada saat air pasang tinggi.
3. Inshore merupakan daerah dimana terjadinya gelombang pecah, memanjang dari
surut terendah sampai ke garis gelombang pecah.
4. Offshore yaitu bagian laut yang terjauh dari pantai (lepas pantai), yaitu daerah
dari garis gelombang pecah ke arah laut.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar 2.2 berikut.
4
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
membentuk tipe-tipe wilayah tersebut (Arief, 2002). Menurut Direktorat Jendral Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil (Ditjen P3K) (2000) ada tiga batasan pendekatan untuk
mendefinisikan wilayah pesisir, yaitu:
a) Pendekatan ekologis: wilayah pesisir merupakan kawasan daratan yang masih
dipengaruhi oleh proses-proses kelautan, seperti pasang surut dan intrusi air laut;
dan kawasan laut yang masih dipengaruhi oleh prosesproses daratan seperti
sedimentasi dan pencemaran.
b) Pendekatan administratif: wilayah pesisir adalah wilayah yang secara
administrasi pemerintahan mempunyai batas terluar sebelah hulu dari kecamatan
atau kabupaten atau kota yang mempunyai laut dan ke arah laut sejauh 12 mil
dari garis pantai untuk provinsi atau sepertiganya untuk kabupaten atau kota.
c) Pendekatan perencanaan: wilayah pesisir merupakan wilayah perencanaan
pengelolaan sumber daya yang difokuskan pada penanganan isu yang akan
dikelola secara bertanggung jawab.
Wilayah pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai potensi
alam yang besar, namun juga merupakan ekosistem yang paling rentan terhadap
gangguan baik dari darat maupun laut. Ekosistem alami yang terdapat di wilayah pesisir
antara lain ekosistem hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, pantai berpasir,
pantai berbatu, delta, estuari, lagoon, dan bukit pasir (sand dune). Selain ekosistem alami,
di wilayah pesisir juga terdapat ekosistem buatan yang dibuat untuk menunjang
kehidupan manusia seperti tambak, sawah pasang surut, kawasan industri, kawasan
pemukiman dan lain-lain (Dahuri et al., 2001).
5
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
6
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
7
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
8
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
9
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
atau bangunan pantai lainnya, perluasan areal tambak ke arah laut tanpa memperhatikan
sempadan pantai dan sebagainya.
10
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
BAB 3
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERUBAHAN GARIS PANTAI
11
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
3.2 Gelombang
Gelombang merupakan pergerakan air yang naik turun dan tidak mengalami
pergerakan baik maju maupun mundur. Angin merupakan faktor yang penting dalam
munculnya gelombang, yaitu terutama oleh gesekan dan tekanan. Makin kencang
angin bertiup gelombang yang ditimbulkan semakin besar, sehingga gerakan air laut
berupa gelombang tersebut dapat mempengaruhi perkembangan pantai. Gelombang
terdiri dari dua bagian, yaitu bagian punggung gelombang dan lembah gelombang.
Dalam membicarakan tentang gelombang ditemukan beberapa istilah, yaitu:
a) Panjang gelombang adalah jarak horisontal antar puncak gelombang,
b) Tinggi gelombang adalah merupakan jarak vertikal antara keduanya
c) Periode gelombang merupakan waktu yang diperlukan untuk dua
punggung gelombang yang berurutan untuk melalui sebuah titik tertentu.
d) Kecepatan gelomabang adalah kecepatan bergeraknnya gelombang
dalam satuan waktu, misalnya 20 km/detik
12
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
13
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Ketika gelombang datang kembali menghantam pantai akan ada banyak volume air yang
terkumpul dan mengangkut material pantai menuju ke tengah laut atau ke tempat lain.
Selain angin, arus dipengaruhi oleh paling tidak tiga faktor, yaitu:
14
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
a) Bentuk Topografi dasar lautan dan pulau – pulau yang ada di sekitarnya:
Beberapa sistem lautan utama di dunia dibatasi oleh massa daratan dari tiga
sisi dan pula oleh arus equatorial counter di sisi yang keempat. Batas – batas
ini menghasilkan sistem aliran yang hampir tertutup dan cenderung membuat
aliran mengarah dalam suatu bentuk bulatan.
b) Gaya Coriollis dan arus ekman: Gaya Corriolis memengaruhi aliran massa air,
di mana gaya ini akan membelokkan arah mereka dari arah yang lurus. Gaya
corriolis juga yangmenyebabkan timbulnya perubahan – perubahan arah arus
yang kompleks susunannya yang terjadi sesuai dengan semakin dalamnya
kedalaman suatu perairan.
c) Perbedaan Densitas serta upwelling dan sinking: Perbedaan densitas
menyebabkan timbulnya aliran massa air dari laut yang dalam di daerah kutub
selatan dan kutub utara ke arah daerah tropik.
b) Berdasarkan Kedalaman
Arus permukaan: Terjadi pada beberapa ratus meter dari permukaan,
bergerak dengan arah horizontal dan dipengaruhi oleh pola sebaran
angin.
Arus dalam: Terjadi jauh di dasar kolom perairan, arah pergerakannya
tidak dipengaruhi oleh pola sebaran angin dan mambawa massa air dari
daerah kutub ke daerah ekuator.
15
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
16
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
BAB 4
KARAKTERISTIK PANTAI
4.1.1 Bathimetri
Batimetri (dari bahasa Yunani: βαθυς, berarti "kedalaman", dan μετρον, berarti
"ukuran") adalah ilmu yang mempelajari kedalaman di bawah air dan studi tentang tiga
dimensi lantai samudra atau danau. Sebuah peta batimetri umumnya menampilkan relief
lantai atau dataran dengan garis-garis kontur (contour lines) yang disebut kontur
kedalaman (depth contours atau isobath), dan dapat memiliki informasi tambahan berupa
informasi navigasi permukaan.
Awalnya, batimetri mengacu kepada pengukuran kedalaman samudra. Teknik-
teknik awal batimetri menggunakan tali berat terukur atau kabel yang diturunkan dari sisi
kapal. Keterbatasan utama teknik ini adalah hanya dapat melakukan satu pengukuran
dalam satu waktu sehingga dianggap tidak efisien. Teknik tersebut juga menjadi subjek
terhadap pergerakan kapal dan arus. batimetri sangat diperlukan untuk pengembangan
pelabuhan untuk memperkirakan kedalaman laut sehingga memungkinkan kapal-kapal
besar untuk bersandar.
Pada mulanya, pengukuran batimetri dilakukan dengan menurunkan tali atau
kabel hingga ke dasar laut dengan menggunakan kapal. Namun, teknik ini hanya
mengukur titik kedalaman secara singular dalam satu waktu sehingga kurang efisien.
Pada era modern, pengukuran batimetri bisa dilakukan dengan echosounding (sonar),
yang dipasang di sisi dari suatu kapal kemudian gelombang dipancarkan. Waktu tempuh
dari gelombang yang dipancarkan dari permukaan, kemudian dipantulkan oleh dasar laut
17
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
18
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Keterangan:
F = Angka pasang surut
AK1 = Amplitudo dari constituent pasut K1
A01 = Amplitudo dari constituent pasut 01
AM2 = Amplitudo dari constituent pasut M2
AS2 = Amplitudo dari constituent pasut S2
4.1.3 Angin
Angin merupakan sebuah fenomena yang terjadi akibat adanya perpindahan
massa udara dari tempat yang memiliki tekanan tinggi menuju tempat yang memiliki
tekanan lebih rendah hingga tercapai keseimbangan (Hassel dan Dobson, 1986).
Kecepatan dan arah angin di atmosfer merupakan hasil dari ketidakmerataan distribusi
dari penyinaran matahari dan karakteristik lempeng benua serta sirkulasi angin pada
19
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
lapisan vertikal atmosfer (Stewart, 2002). Gerak angin dengan konstan pada kecepatan
tertentu dan pada wilayah yang sama di perairan dapat menyebabkan gelombang. Pola
angin yang sangat berperan di wilayah Indonesia adalah angin muson.
Muson Barat Laut (musim Barat) terjadi pada bulan Desember sampai Februari
ketika terjadi musim dingin di Asia yang menyebabkan tekanan di daerah tersebut
meningkat sehinga terjadi pergerakan angin dari Asia ke Australia. Muson Tenggara
(musim Timur) terjadi pada bulan Juni sampai Agustus yang disebabkan musim dingin
di Australia sehingga tekanan meningkat di daerah tersebut dan menyebabkan angin
bergerak dari Australia ke Asia, sedangkan musim Transisi terjadi diantara kedua musim
tersebut (Wyrtki, 1987 ).
4.1.4 Fetch
Fetch adalah panjang daerah dimana angin berhembus dengan kecepatan dan arah
yang konstan. Di dalam peninjauan pembangkitan gelombang di laut, fetch dibatasi oleh
daratan yang mengelilingi. Di daerah pembangkitan gelombang, gelombang tidak hanya
dibangkitkan dalam arah yang sama dengan arah angin, tetapi juga dalam berbagai sudut
20
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
terhadap arah angin. Cara menghitung fetch efektif adalah sebagai berikut (Triatmodjo,
1999):
∑ 𝑋𝑖 cos 𝛼
𝐹𝑒𝑓𝑓 = ∑ cos 𝛼
Dengan:
Feff : fetch rerata efektif.
Xi : panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke ujung akhir
fetch.
α : deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan penambahan 6o
sampai sudut sebesar 42o pada kedua sisi dari arah angin.
4.1.5 Gelombang
Karakteristik pantai di Indonesia ditentukan melalui proses sebagai berikut:
bermula dari iklim yang akan menentukan sifat, karakteristik dari dinamika gelombang.
Gelombang ini akan memberikan energinya ke pantai. Bagaimana dan seberapa besar
energi yang diberikan oleh gelombang sangat di tentukan oleh profil kedalaman serta
bentuk laut yang ada di Indonesia. Energi yang diberikan oleh gelombang
dimanifestasikan dalam bentuk perpindahan sedimen, kemudian dari sinilah terbentuk
morfologi pantai. Indonesia dicirikan oleh iklim monsoon yang berubah arah dua kali
21
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
dalam setahun sehingga arah dan besar gelombang yang terjadi juga berubah secara
drastis yaitu dalam dua arah yang berlawanan. Secara topografi Indonesia juga unik yaitu
terbentuk dari banyak pulau. Gelombang di lautan yang berada di luar kepulauan dan
lautan yang ada di dalam kepulauan tentu akan mempunyai sifat dinamika yang berbeda.
Bentuk geometri gelombang permukaan laut digambarkan sebagai berikut:
22
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
a) Generasi Gelombang
Ketika angin bertiup maka gelombang akan terbentuk. Kekuatan dan umur
gelombang yang terjadi tergantung dari kekuatan dan umur angin. Jika angin
yang bertiup sepoi-sepoi basah maka gelombang yang terjadi hanya kecil (riak
gelombang) yang disebut gelombang kapiler. Dengan berhentinya angin maka
dengan waktu yang tidak terlalu lama, gelombang ini juga akan hilang akibat
dilawan oleh tegangan permukaan air laut. Tetapi jika angin cukup kencang maka
gaya gravitasi akan cukup berperan untuk tetap mempertahankan gerak
gelombang jika angin telah berhenti. Jika angin yang bertiup sangat kencang,
misalnya badai maka akan terjadi gelombang dengan panjang gelombang yang
panjang dan periode sekitar 15 detik.
Gelombang ini akan menjalar dalam daerah yang sangat luas (bisa mencapai
ratusan km) dan amplitude yang tinggi (2 m atau lebih) yang dinamakan swell.
Biasanya gelombang ini terjadi dilautan yang luas (samudra). Jarak dimana angin
bertiup cukup lama untuk menghasilkan swell dinamakan panjang fetch.
Gelombang ini akan menempuh perjalanan yang cukup panjang untuk sampai di
pantai. Jika lautan dimana angin bertiup tidak terlalu luas maka tidak akan cukup
untuk membangun sebuah fetch gelombang.
Jadi meskipun angin bertiup kencang tetapi swell tidak mesti terbentuk. Begitu
gelombang ini sampai dipantai maka dia akan pecah dan mendistribusikan
energinya dalam bentuk arus pantai dan perpindahan sedimen. Secara umum
fenomena diatas dapat diungkapkan dalam bentuk gambar sebagai berikut:
23
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
24
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
25
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
4.2 Geomorfologi
Geomorfologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang bentuk
permukaan bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya (Noor, 2010). Pada
dasarnya geomorfologi mempelajari bentuk bentang alam atau bentuk lahan.
Perkembangan teknologi penginderaan jauh baik pesawat maupun dari satelit yang
menghasilkan citra atau foto udara, dapat mempermudah untuk melihat dan
menginterpretasikan kenampakan geomorfologi (Noor, 2011). Wilayah pantai
merupakan daerah yang sangat dinamis karena wilayah tersebut merupakan daerah
pertemuan antara darat dan laut. Oleh karena itu, morfologi dan bentang alam wilayah
pantai yang terbentuk merupakan hasil dari hempasan gelombang air laut dan aktivitas
manusia. Geomorfologi pantai dapat berupa dataran aluvial, bangunan pantai, estuari,
lagoon, delta, hutan mangrove dan bangunan pantai (Noor, 2010). Geomorfologi yang
merupakan salah satu parameter dari kerentanan pantai terhadap kenaikan muka laut
berpengaruh terhadap tingkat erosi relatif pada suatu bagian pantai.
26
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Menurut Gornitz (1991) pantai yang sangat rentan terhadap kenaikan muka laut
adalah pantai dengan geomorfologi berupa penghalang pantai, pantai berpasir, pantai
berlumpur (mudflats), dan delta. Sedangkan pantai dengan bentuk geomorfologi berupa
tebing tinggi dan fjords sangat tidak rentan terhadap kenaikan muka laut.
27
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
menerpanya. Sistem pertahanan alami ini dapat berupa karang penghalang, atol, sand
dune, longshore bar, kemiringan dasar pantai dan vegetasi yang hidup di pantai (bakau,
api-api, dan sebagainya). Ada dua tipe tanggapan dinamis pantai terhadap gerak
gelombang, yaitu tanggapan terhadap kondisi gelombang normal dan tanggapan terhadap
kondisi gelombang badai. Pada saat badai terjadi, pertahanan alami pantai tidak mampu
menahan serangan energi gelombang yang besar, sehingga pantai dapat tererosi. Setelah
gelombang besar reda, berangsur-angsur pantai akan kembali ke bentuk semula oleh
pengaruh gelombang normal. Tetapi ada kalanya pantai yang tererosi tersebut tidak dapat
kembali ke bentuk semula karena material pembentuk pantai terbawa arus dan tidak
dapat kembali ke lokasi semula (Triadmodjo,1999). Proses dinamis pantai sangat
dipengaruhi oleh littoral transport, yang di definisikan sebagai gerak sedimen di daerah
dekat pantai (nearshore zone) oleh gelombang dan arus. Littoral transport dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu transport sepanjang pantai (longshore-transport)
dan transport tegak lurus pantai (onshore-offshore transport). Material (pasir) yang di
transpor disebut dengan littoral drift (Triadmodjo,1999).
28
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
29
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
BAB 5
KERUSAKAN PANTAI DAN
PENANGGULANGANNYA
30
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
langsung dapat dirasakan oleh masyarakat di daerah lain. Misalnya terjadi gerusan/abrasi
pantai, karena karakteristik wilayah pesisir yang bersifat dinamis,oleh karena itu saya
mencoba mengulas 6 permasalahan pantai yang kerap terjadi di pantai indonesia,berikut
permasalahan tersebut.
31
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
sedikit. Ini kemudian berpengaruh langsung terhadap arah dan kecepatan air laut yang
akan langsung menghantam pantai. Ketika tidak ‘membawa’ pasir, air pantai akan lebih
ringan dari biasanya sehingga ia dapat lebih keras dan lebih cepat menghantam pantai
sehingga proses yang demikian turut memperbesar kemungkinan terjadinya
abrasi.keberlangsungan hidup penduduk di sekitar pantai yang memilik rumah atau ruang
usaha.
32
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
33
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
34
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
bahan bangunan dan untuk membuiat jalan. Tetapi yang kita lihat selama ini adalah
terjadinya abrasi pantai, terlalu banyak organisme yang mati akibat tercemar logam berat,
habitat dan ekosistem banyak yang rusak disebabkan pengikisan pantai yang diakibatkan
oleh proses sedimentasi.
Contoh kecilnya adalah jangan merusak bahkan menghilangkan mangrove yang
dapat mempercepat sedimentasi di daerah pesisir. Mungkin ini terlihat sepele atau kecil.
Tetapi ternyata mangrove punya andil besar sebagai penahan gelombang dan
angin.Khususnya gelombang, dengan adanya mangrove, maka proses pengendapan tidak
akan menyebabkan abrasi dan erosi pantai dalam skala besar, walaupun tetap saja abrasi
akan terjadi hanya saja dalam skala yang kecil. dengan menghijaukan daerah pesisir,
siapapun orangnya, akan dapat berkontribusi besar untuk menjaga daerah pesisir dari
segala dampak negatif yang ditimbulkan oleh sedimentasi.
35
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
36
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
37
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Air laut memiliki berat jenis yang lebih besar dari pada air tawar akibatnya air
laut akan mudah mendesak airtanah semakin masuk. Secara alamiah air laut tidak dapat
masuk jauh ke daratan sebab airtanah memiliki piezometric yang menekan lebih kuat
dari pada air laut, sehingga terbentuklah interface sebagai batas antara airtanah dengan
air laut. Keadaan tersebut merupakan keadaan kesetimbangan antara air laut dan airtanah.
Intrusi air laut terjadi bila keseimbangan terganggu. Aktivitas yang menyebabkan
intrusi air laut diantaranya pemompaan yang berlebihan, karakteristik pantai dan batuan
penyusun, kekuatan airtanah ke laut, serta fluktuasi airtanah di daerah pantai. Proses
intrusi makin panjang bisa dilakukan pengambilan airtanah dalam jumlah berlebihan.
Bila intrusi sudah masuk pada sumur, maka sumur akan menjadi asing sehingga tidak
dapat lagi dipakai untuk keperluan sehari-hari.
Gambar 5.4 Penampang Melintang Pertemuan Air tanah dan Air Laut
38
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
bencana alam, seperti gempa dan tsunami, yang akhir-akhir ini sering melanda Negara
Indonesia dan selalu menimbulkan kerusakan pada wilayah pesisir.
Salah satu metode penanggulangan erosi pantai adalah penggunaan struktur
pelindung pantai, dimana struktur tersebut berfungsi sebagai peredam energi gelombang
pada lokasi tertentu. Namun banyak tulisan sebelumnya bahwa struktur pelindung pantai
dengan material batu alam yang cenderung tidak ramah lingkungan dan tidak ekonomis
lagi apabila dilaksanakan pada daerah-daerah pantai yang mengalami kesulitan dalam
memperoleh material tersebut, bangunan pantai tersebut meliputi Groin, Jetty, Seawall
dll,semua memiliki peran dalam menahan gelombang pantai ke permukaan.berikur
peranan bangunan pantai :
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melindungi pantai yaitu:
Memperkuat pantai atau melindungi pantai agar mampu menahan
kerusakan karena serangan gelombang.
Gelombang mengubah laju transpor sedimen sepanjang pantai.
Mengurangi energi gelombang yang sampai ke pantai.
Reklamasi dengan menambah suplai sedimen ke pantai atau dengan cara
lain
Menghadapi frekuensi gelombang air laut yang begitu besar bukan tidak mungkin
bangunan pantai mengalami kerusakan, hal ini tentu berimbas pada penduduk pesisir
yang tinggal dekat dengan pantai.
39
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
40
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
BAB 6
JENIS-JENIS BANGUNAN PENGAMAN
PANTAI
41
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
42
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
metode lainnya, tetapi biaya operasi dan perawatannya relatif lebih mahal
(Triatmodjo, 1999).
43
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
BAB 7
BREAKWATER
44
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
gabungan antara batu pecah batu buatan dari beton,dengan bentuk khusus seperti
tetrapod, quaripods, tribars, dolos, dan sebagiannya, yang dilindungi oleh lapis
pelindung berupa batu besar atau beton dengan bentuk tertentu. Pemecah gelombang
tumpukan batu dibangun berlapis dengan lapisan paling luar terdiri dari batu lindung
yang paling besar/berat, sedangkan makin ke dalam ukuran batunya makin kecil.
Pemecah gelombang tipe ini dibangun di dasar laut yang bertanah lunak.
Keuntungan dari pemecah gelombang yaitu mudah diperbaiki, harga relatif
murah apabila batu alam tersedia di dekat lokasi pembangunan, tidak menuntut
persyaratan yang berat pada tanah dasar (pondasi). Fungsi bangunan pemecah
gelombang adalah untuk meredam dan mereduksi energi gelombang, dan sebagai
penahan besarnya angkutan sedimen sejajar pantai maupun sedimen tegak lurus pantai
(Yuwono, 1992). Menurut bentuknya pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi tiga
tipe yaitu: pemecah gelombang sisi miring, pemecah gelombang sisi tegak, pemecah
gelombang campuran.
Pemecah gelombang dapat dibagi menjadi dua (Yuwono,1992) yaitu :
overtopping breakwater dan non overtopping breakwater.
45
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
46
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Selain itu faktor – faktor yang perlu diperhatikan dalam mendirikan atau mendesain
pemecah gelombang terendam antara lain adalah lokasi dimana pemecah gelombang
terendam akan ditempatkan, karakteristik gelombang, petabathimetri, desain dan
penempatan pemecah gelombang terendam dan kedalaman dasat laut.
47
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Dari gambar dapat kita lihat bahwa konstruksi terdiri dari beberapa lapisan yaitu:
Inti(core) pada umumnya terdiri dari agregat galian kasar, tanpa partikel-
partikel halus dari debu dan pasir.
Lapisan bawah pertama(under layer) disebut juga lapisan penyaring (filter
layer) yang melindungi bagian inti(core)terhadap penghanyutan material,
biasanya terdiri dari potongan-potongan tunggal batu dengan berat bervariasi
dari 500 kg sampai dengan 1 ton.
Lapisan pelindung utama (main armor layer) sepertinamanya, merupakan
pertahanan utama dari pemecah gelombang terhadap serangan gelombang
pada lapisan inilah biasanya batu-batuan ukuran besar dengan berat antara
1-3 ton atau bisa juga menggunakan batu buatan dari beton dengan bentuk
khusus dan ukuran yang sangat besar seperti tetrapod, quadripod, dolos,
tribar, xbloc accropode dan lain-lain.
Secara umum, batu buatan dibuat dari beton tidak bertulang konvensional kecuali
beberapa unit dengan banyak lubang yang menggunakan perkuatan serat baja. Untuk
unit-unit yang lebih kecil, seperti Dolos dengan rasio keliling kecil, berbagai tipe dari
beton berkekuatan tinggi dan beton bertulang (tulangan konvensional, prategang, fiber,
besi, profil-profil baja) telah dipertimbangkan sebagai solusi untuk meningkatkan
kekuatan struktur unit-unit batu buatan ini. Tetapi solusi - solusi ini secara umum kurang
hemat biaya, dan jarang digunakan.
48
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
49
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
50
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Pengukuran Kembali
Pengukuran kembali dilakukan untuk membuat titik-titik marking pada as
bangunan sesuai dengan koordinat maupun elevasinya.
51
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
52
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Penghamparan batu pengisi dilakukan lapis perlapis. Batu yang ditumpahkan oleh
dump truck, yang diangkut dengan ponton, kemudian diangkat dan ditempatkan
oleh backhoe ke posisi yang tepat sesuai gambar rencana, di atas batu pengisi
yang sudah terpasang.
Pengangkutan dan Pemasangan Batu Lapis Lindung Tetrapod
Tetrapod dengan berat 1.0 ton adalah lapis lindung atau lapisan paling luar yang
berhadapan langsung dengan hantaman gelombang. Tetrapod terletak di atas
lapisan batu filter. Penempatan tetrapod meliputi penyediaan tetrapod di lokasi,
pengangkatan dan penempatan dilakukan dengan crane 5 ton atau 10 ton,
penyetelan dan perapihan permukaan pada posisi dan ukuran sebagaimana
ditunjukkan dalam Gambar 7.8. Pemasangan tetrapod dilakukan secara bertahap
mengikuti tahapan lapisan batu sebelumnya tetrapod diangkat dengan crane dari
atas ponton lalu dipasang pada posisi yang yang stabil.
53
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
BAB 8
SEAWALL DAN REVETMENT
54
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
55
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
baja/kayu, pasangan batu atau pipa beton sehingga seawall tidak meredam energi
gelombang, tetapi gelombang yang memukul permukaan seawall akan dipantulkan
kembali dan menyebabkan gerusan pada bagian tumitnya.
56
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
57
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
58
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
BAB 9
GROIN
59
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Perlindungan pantai dengan menggunakan satu buah groin tidak efektif. Biasanya
perlindungan pantai dilakukan dengan membuat suatu seri bangunan yang terdiri dari
beberapa groin yang ditempatkan dengan jarak tertentu seperti ditunjukkan pada Gambar
2.4. Dengan adanya system groin angkutan sedimen sepanjang pantai tidak akan keluar
dari ruang yang berada diantara dua groin. Sedimen akan terhalang oleh groin yang
berada di hilirnya dan diendapkan di sisi hulunya. Apabila gelombang dari arah yang
berlawanan, sedimen yang mengendap tersebut akan tererosi dan terangkat ke arah kiri
dan akan terhalang oleh groin di sebelahnya. Dengan demikian sedimen akan tetap
berada di ruas antara dua groin sehingga garis pantai akan stabil (Bambang Triatmodjo,
2014).
60
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
61
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
62
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
63
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
64
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Gambar 9.9 Pekerjaan Tumpukan Batu Pecah Lapis Kedua Pada Lengan Groin
65
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
pada puncak groin (setelah pekerjaan tumpukan tetrapod kepala groin selesai
dikerjakan).
a. Proses pemasangan tetrapod W = 266 kg menggunakan alat excavator
dan dilaksanakan persegmen 8 m.
b. Tetrapod didekatkan menggunakan crawler crane sedekat mungkin
dengan area kerja agar mudah dijangkau oleh excavator.
c. Tahap pertama pemasangan tetrapod dengan dipasang dikedua sisi
pondasi groin (gambar rencana).
d. Proses pemasangan tetrapod diawali dengan mengikat tetrapod satu
demi satu menggunakan rantai, dimana sebelumnya pada bucket
excavator telah dipasang rantai. Proses pengikatan tetrapod
dilaksanakan oleh pekerja yang stand by di lokasi material.
e. Lalu tetrapod disusun atau dipasang sesuai lebar dan ketinggian pondasi.
Pada saat tetrapod mulai disusun, mandor selalu mengontrol arah, posisi,
dan kemiringan tetrapod agar selalu saling mengunci satu sama lainnya
atau interlocking.
f. Pemasangan tetrapod segmen berikutnya dilaksanakan seperti langkah-
langkah diatas.
66
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Gambar 9.10 Pekerjaan tumpukan batu lapis lindung dari tetrapod pada lengan groin
Gambar 9.11 Pekerjaan tumpukan batu lapis lindung dari tetrapod pada lengan groin
67
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
68
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Gambar 9.12 Pekerjaan tumpukan batu pecah lapis kedua pada ujung groin
Gambar 9.13 Pekerjaan tumpukan batu pecah lapis kedua pada ujung groin
6) Pekerjaan tumpukan batu lapis lindung dari tetrapod W = 362 kg pada ujung
groin
Proses pemasangan tetrapod di ujung (kepala) groin dilaksanakan 2 tahap
yakni tahap pertama pemasangan tetrapod di kedua sisi pondasi groin dan tahap
kedua pemasangan tetrapod sebagai lapis lindung dan puncak groin.
A. Tahap pertama pemasangan tetrapod di kedua sisi pondasi groin
a. Proses pemasangan tetrapod W = 362 kg menggunakan alat excavator
b. Material didekatkan oleh crawler crane sedekat mungkin dengan area
kerja agar mudah dijangkau oleh excavator
c. Tahap pertama pemasangan tetrapod dengan W = 362 kg dipasang
setebal 2 lapis di kedua sisi pondasi groin (gambar rencana).
69
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Gambar 9.14 Pekerjaan tumpukan batu lapis lindung dari tetrapod pada ujung groin
Gambar 9.15 Pekerjaan tumpukan batu lapis lindung dari tetrapod pada ujung groin
70
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
7) Tahap kedua pemasangan tetrapod sebagai lapis lindung dan puncak groin
Proses pemasangan tetrapod W = 362 kg menggunakan alat excavator
Sebelum pemasangan tetrapod sebagai lapis lindung dan puncak groin
dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan pengerukan terhadap landasan
sementara yang sudah dibuat. Pengerukan mengacu pada rencana
ketebalan tumpukan batu pecah lapis kedua.
Proses pengerukan batu pecah menggunakan excavator dengan arah
pergerakan excavator ke belakang. Hasil pengerukan ini dilansir ke
belakang groin dan akan digunakan untuk pelaksanaan berikutnya.
Kemudian tetrapod W = 362 kg dilansir dari lokasi meterial hingga
menuju kepala groin yang jarak jangkauannya ±40 m dengan
menggunakan crawler crane.
Setelah itu dilaksanakan tahap kedua pemasangan tetrapod dengan W
= 362 kg dipasang setebal 2 lapis sebagai lapis lindung dan di kepala
(ujung) groin sesuai gambar rencana.
Proses pemasangan tetrapod dengan mengikat tetrapod satu demi satu
menggunakan rantai, dimana sebelumnya pada bucket excavator telah
dipasang rantai. Proses pengikatan tetrapod dilaksanakan oleh pekerja
yang stand by di lokasi material.
Lalu tetrapod disusun atau dipasang sesuai kemiringan dan ketinggian
groin. Pada saat tetrapod mulai disusun mandor selalu mengontrol arah,
posisi, dan kemiringan tetrapod agar selalu saling mengunci satu sama
lainnya atau interlocking.
71
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Gambar 9.16 Proses Pengerukan Batu Pecah Menyesuaikan dengan Tebal Lapis pada
Ujung Groin
Gambar 9.17 Proses pengangkatan tetrapod menggunakan crawler crane pada ujung
groin
Gambar 9.18 Pekerjaan pemasangan tumpukan tetrapod pada puncak ujung groin
72
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Gambar 9.19 Pekerjaan pemasangan tumpukan tetrapod pada puncak ujung groin
73
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Gambar 9.20 Proses pengerukan batu pecah menyesuaikan dengan tebal lapis pada
lengan groin
Gambar 9.21 Proses pengangkatan tetrapod menggunakan crawler crane pada lengan
groin
74
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Gambar 9.22 Pekerjaan pemasangan tumpukan tetrapod pada puncak lengan groin
75
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
BAB 10
JETTY
76
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
77
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
sebagian transport sedimen sepanjang pantai. Alur diujung jetty masih memungkinkan
terjadinya endapan pasir. Pada jetty pendek, kaki ujung bangunan berada pada
permukaan air surut.fungsi utama bnagunan ini adalah menahan berbeloknya muara
sungai dan mengkonsentrasikan aliran pada alur yang telah ditetapkan untuk bisa
mengerosi endapan, sehingga apada awal musim penghujan di mana debit besar (banjir)
belum terjadi, muara sungai telah terbuka.
1. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan pelaksanaan meliputi:
Pekerjaan pengukuran dan pasang bouwplank
Sewa gudang dan base camp
Air kerja
Jalan sementara
Administrasi dan Dokumentasi
As built drawing
Papan informasi proyek
Mobilisasi dan demobilisasi
78
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
2. Pekerjaan Pembersihan
Semua tempat-tempat yang akan terkena bangunan atau tempat-tempat
pengambilan tanah ditunjukkan dalam gambar atau menurut petunjuk
Direksi, harus dibersihkan dari semua pohon-pohon, semak-semak,
sampah dan unsur-unsur lain yang mengganggu. Pohon-pohon harus
dibongkar sampai bersih berikut akar-akarnya.
Pagar-pagar, dinding-dinding, puing-puing bangunan dan lain-lain yang
ditunjukkan dalam gambar atau atas perintah Direksi harus dipindahkan
dan atau dibersihkan.
Bahan-bahan hasil pembongkaran tersebut harus dibuang, kecuali bila ada
ketentuan lain yang disetujui Direksi.
Kontraktor/pemborong harus memulai pembersihan sebelum pekerjaan
pembangunan dimulai. Semua kerusakan terhadap pekerjaan dan milik
umum atau perseorangan yang diakibatkan pekerjaan pembersihan yang
dilaksanakan oleh Kontraktor harus diperbaiki atau diganti oleh
Kontraktor.
3. Pekerjaan Kupasan
Sesudah pembersihan, permukaan tanah di bawah rencana tanggul,
tanjakan pengantar (oprit) dan jalan harus dikupas untuk membuang
tonggak-tonggak, akar-akar, rumput-rumput dan bahan-bahan organik
lain yang dapat mengganggu kestabilan bangunan.
Pada lokasi tanah yang normal, “kupasan” harus dikerjakan sekurang-
kurangnya sedalam 25 cm dan meliputi minimal 50 cm di luar tapak kaki
timbunan rencana, atau apabila dalam gambar ditentukan lain.
Jika di lapangan dijumpai kondisi tanah yang bersifat khusus, kedalaman
kupasan ditentukan oleh Direksi secara tertulis.
Pekerjaan “kupasan” hanya boleh dilakukan pada profil yang segera akan
ditimbun.
79
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
4. Pekerjaan Kisdam
Untuk mengamankan pelaksanaan pembangunan kolam tambat labuh
dilakukan pembuatan kistdam pada dua sisi luar rencana kolam. Apabila di
sekitar lokasi pelaksanaan pekerjaan tidak memungkinkan untuk dibuat saluran
pembelok aliran sungai, maka dapat diatasi dengan metode kistsdam setengah-
setengah seperti gambar di bawah ini:
80
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
4) Metode Pelaksanaan
Penggalian dengan menggunakan cangkul dan sekop di sekitar lokasi
parapet.
Penempatan tanah galian disekitar lokasi pekerjaan.
Setelah pembuatan parapet selesai, tanah galian digunakan untuk urugan
kembali bekas galian tersebut.
81
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
82
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
4) Metode Pelaksanaan
Pembuatan parapet sesuai gambar design dengan tenaga manusia (man
power).
Pemasangan water stop ukuran 20 cm untuk melekatkan antar parapet
yang terpisah karena dilatasi. Water stop diikatkan pada bouwplank
kemudian dipasang batu kali disisinya.
Pasang stereofom dengan tebal 2 cm untuk dilatasi dipasang diantara
parapet setiap jarak 25 m.
Plesteran kepala parapet sesuai dengan gambar design.
2) Pelaksanaan
Pipa PVC dipotong sesuai dengan kebutuhan.
Pada salah satu ujung pipa paralon harus dipasang ijuk yang diisi dengan
kerikil, diikat dengan tali ijuk atau kawat, sehingga tidak mudah lepas.
83
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Pipa paralon dengan bagian ujung dilapis ijuk harus dipasang pada sisi
dalam, sedangkan bagian yang kosong dipasang pada sisi luar sesuai
dengan ketentuan dalam gambar atau-ditentukan oleh Direksi.
Banyaknya lubang rembesan harus sesuai dengan petunjuk gambar
rencana atau petunjuk Direksi.
84
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Tidak diperbolehkan ada bahan galian yang terlewati sampai di atas garis
rencana, sesuai gambar.
Sebelum mengadakan penggalian dengan alat berat, Kontraktor harus
menyerahkan uraian lengkap dan metode-metode yang diusulkan kepada
Proyek untuk mendapatkan persetujuannya.
Uraian-uraian ini harus termasuk lokasi serta persiapan-persiapan dari
daerah pembuangan, angkutan material galian, tanggul-tanggul penahan
lumpur serta perlengkapan untuk keselamatan kerja. Sewa tanah dan
tanaman untuk daerah buangan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Kontraktor harus mempekerjakan tenaga-tenaga operator yang ahli,
berijazah untuk menangani mesin-mesin alat berat, atau operator dari
Proyek.
Daerah pembuangan harus dipersiapkan dan disetujui dulu oleh Proyek
sebelum mengadakan penggalian dengan alat berat. Persiapan-persiapan
harus meliputi ketentuan volumenya cukup, tindakan untuk mengetahui
material yang tergali serta cara-cara untuk menangani kelebihan air.
Kontraktor harus merancang dan memikul seluruh pembiayaan untuk
mendapatkan air bagi penggalian itu.
Kontraktor dianggap sudah cukup mengetahui tentang sifat bahan yang
akan digali oleh penyelidikannya sendiri.
Apabila selama pelaksanaan pekerjaan Direksi menghendaki adanya
penggalian tambahan pada lokasi antara profil, maka harus dilaksanakan
dengan biaya ditanggung Kontraktor.
Hitungan volume pekerjaan terhadap galian alur sungai dilakukan oleh
Direksi atau wakilnya, setelah adanya permintaan tertulis dan pada lokasi
sampai batas maksimum sesuai dengan jarak antara profil yang ada, dari
hasil galian yang terakhir.
Sehubungan pekerjaan dipengaruhi oleh pasang surut dan debit sungai
yang bervariasi maka ada kemungkinan gerakan dan aliran sungai akan
mengendapkan sedimen pada daerah yang telah digali. Untuk penggalian
ulang hasil pengendapan tidak dilakukan penghitungan volume.
85
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
86
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Bahan tersebut harus dihamparkan lapis demi lapis yang kira-kira datar
tetapi tidak diperlukan pemadatan khusus. Bahan-bahan yang jenuh air
harus dihamparkan lapis demi lapis dengan tebal tidak lebih dari 1 meter,
dan air yang terkandung bisa mengalir keluar menurut pengarahan
Pengawas sebelum lapisan-lapisan selanjutnya ditempatkan diatasnya.
Setelah pekerjaan buangan selesai, permukaan daerah itu harus diratakan
dan diatur baik/rapi, sehingga kelihatan seragam setelah pelaksanaan.
87
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
8. Pekerjaan Jetty
1) Pengadaan Batu Belah
Batu belah yang dibutuhkan untuk pembangunan jetty mempunyai
volume yang cukup besar. Untuk mendapatkan jumlah sebesar itu dalam
waktu singkat, haruslah dilakukan konsesi dan peledakan selanjutnya
diolah menjadi ukuran yang ditetapkan dalam spesifikasi. Suplai batu
belah meliputi peledakan, penyortiran dan pemecahan serta pengangkutan
ke lokasi pekerjaan.
2) Penempatan Batu Pengisi Inti
Batu pengisi yang berukuran 8 – 10 kg, 10 – 20 kg, dan 20-50 kg adalah
lapisan atau bagian breakwater yang paling dalam (bagian inti-core),
terletak di atas matras geotextile. Penempatan batu pengisi meliputi
penumpukan batu, penggusuran, perataan hingga terbentuk penampang
trapesiun sebagaimana ditunjukkan dalam gambar. Penempatan batu
pengisi dilakukan lapis perlapis hingga mencapai elevasi dan ukuran
rencana.
a. Bahan
Batu belah berukuran 8 – 10 kg, 10 – 20 kg, dan 20-50 kg
b. Peralatan
Excavator
c. Cara Pelaksanaan
Penghamparan batu pengisi dilakukan lapis perlapis maksimal 50
cm - Batu yang ditumpahkan oleh dump truck, digusur dan
diratakan permukaannya dengan excavator pada posisi yang tepat
sesuai gambar, di atas matras yang sudah terpasang. - Urutan-
urutan dan cara penempatan batu pengisi diillustrasikan dalam
Gambar 10.6.
88
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
4) Penempatan Batu
Pelindung Batu pelindung yang berukuran 0,84 ton, 1,4 ton dan 2,12 ton
adalah lapisan batuan yang yang paling luar. Penempatan batu pelindung
meliputi penumpukan batu, penempatan dengan escavator. Perataan
89
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
90
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
BAB 11
REKLAMASI
91
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
sosial dan biaya ekonominya. Namun demikian, pelaksanaan reklamasi juga wajib
menjaga dan memperhatikan beberapa hal seperti a) keberlanjutan kehidupan dan
penghidupan masyarakat; b) keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan
pelestarian lingkungan pesisir; serta c) persyaratan teknis pengambilan, pengerukan dan
penimbunan material.
92
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Pola ruang di kawasan reklamasi pantai secara umum meliputi kawasan lindung dan
kawasan budi daya. Kawasan lindung yang dimaksud dalam pedoman ini adalah ruang
terbuka hijau. Kawasan budi daya meliputi kawasan peruntukan permukiman, kawasan
perdagangan dan jasa, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata,
kawasan pendidikan, kawasan pelabuhan laut/penyeberangan, kawasan bandar udara,
dan kawasan campuran.
Tata ruang kawasan reklamasi pantai harus memperhatikan aspek sosial, ekonomi
dan budaya di kawasan reklamasi. Reklamasi pantai memberi dampak peralihan pada
pola kegiatan sosial, budaya dan ekonomi maupun habitat ruang perairan masyarakat
sebelum direklamasi.Perubahan terjadi harus menyesuaikan 1) Peralihan fungsi kawasan
dan pola ruang kawasan; 2) Selanjutnya, perubahan di atas berimplikasi pada perubahan
ketersediaan jenis lapangan kerja baru dan bentuk keragaman/diversifikasi usaha baru
yang ditawarkan. Aspek sosial, budaya, wisata dan ekonomi yang diakumulasi dalam
jaringan sosial, budaya, pariwisata, dan ekonomi kawasan reklamasi pantai
memanfaatkan ruang perairan/pantai.
93
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Penggusuran itu dilakukan karena kawasan komersial yang akan dibangun mensyaratkan
pantai sekitarnya bersih dari berbagai fasilitas penangkapan ikan milik nelayan.
94
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
95
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
tidak tampak lagi, yang terlihat hanyalah tumpukan tanah kapur hasil reklamasi, yang
sebahagiannya telah diratakan.
Karenanya, ditengah perdebatan dan pertentangan terhadap proyek reklamasi
Pantai Donggala, diperlukan kebesaran hati dari pengambil kebijakan untuk
mengevaluasi pelaksanaan proyek ini sembari membuka ruang dialog dengan berbagai
pihak, DPRD, Perguruan Tinggi, LSM, serta masyarakat, untuk duduk bersama guna
menimbang untung-rugi proyek ini, apabila benar menguntungkan dan dilaksanakan
dengan komitmen dan kesungguhan maka kegiatan ini perlu diteruskan. Sebaliknya bila
merugikan maka aktifitas ini harus dihentikan.
Dengan kata lain Pemerintah Kabupaten Donggala dituntut untuk dapat
berkomunikasi, berkonsultasi dan bernegosiasi dengan publik. Hanya dengan jalan ini
maka pembangunan yang dilaksanakan akan benar-benar dapat diterima semua pihak dan
memberikan keuntungan bagi lingkungan hidup dan masyarakat Donggala.
96
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
yang diakibatkannya. Dengan kerja sama yang sinergis antara Pemerintah dan
jajarannya, DPRD, Perguruan Tinggi, LSM, serta masyarakat maka keputusan yang
manis dan melegakan dapat diambil. Jika memang berdampak positif maka reklamasi
dapat dilaksanakan, namun sebaliknya jika negatif tidak perlu direncanakan.
Dari semua itu, yang lebih penting adalah adanya perubahan attitude dari
masyarakat dan Pemerintah. Pelaksanaan aturan hukum harus ditaati dan dilaksanakan
oleh semua pihak yang terkait.
Berbagai biaya sosial dan lingkungan hidup itu seharusnya juga diperhitungkan
dalam perencanaan reklamasi. Namun, sayangnya terdapat paradigma yang memosisikan
suatu kota sebagai kota multifungsi, dimana diharapkan mampu mendatangkan
keuntungan yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan warganya. Padahal paradigma itu
telah terbukti gagal total dalam implementasinya di lapangan. Berbagai permasalahan
sosial dan lingkungan hidup dapat timbul dan sulit dipecahkan di daerah reklamasi saat
ini justru disebabkan oleh paradigma tersebut.
Perencanaan reklamasi sudah seharusnya diselaraskan dengan rencana tata ruang
kota. Tata ruang kota yang baru nantinya harus memerhatikan kemampuan daya dukung
sosial dan ekologi bagi pengembangan Kota. Daya dukung sosial dan ekologi tidak dapat
secara terus-menerus dipaksakan untuk mempertahankan kota sebagai pusat kegiatan
ekonomi dan politik. Fungsi kota sebagi pusat perdagangan, jasa dan industri harus
secara bertahap dipisahkan dari fungsi kota ini sebagai pusat pemerintahan.
Proyek reklamasi di sekitar kawasan pantai seharusnya terlebih dahulu
diperhitungkan kelayakannya secara transparan dan ilmiah melalui sebuah kajian tekhnis
terhadap seberapa besar kerusakan lingkungan yang akan ditimbulkannya lalu
disampaikan secara terbuka kepada publik. Penting diingat reklamasi adalah bentuk
campur tangan (intervensi) manusia terhadap keseimbangan lingkungan alamiah pantai
yang selalu dalam keadaan seimbang dan dinamis, hal ini tentunya akan melahirkan
perubahan ekosistem seperti perubahan pola arus, erosi, sedimentasi pantai, serta
kerusakan biota laut dan sebagainya.
Sebuah ekosistem pantai yang sudah lama terbentuk dan tertata sebagaimana
mestinya dapat hancur atau hilang akibat adanya reklamasi. Akibatnya adalah kerusakan
wilayah pantai dan laut yang pada akhirnya akan berimbas pada ekonomi nelayan.
97
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Matinya biota laut dapat membuat ikan yang dulunya mempunyai sumber pangan
menjadi lebih sedikit sehingga ikan tersebut akan melakukan migrasi ke daerah lain atau
kearah laut yang lebih dalam, hal ini tentu saja akan mempengaruhi pendapatan para
nelayan setempat.
Bukan itu saja, sudah mejadi hukum alam, kegiatan mereklamasi pantai akan
menyebabkan penaikan masa air dan memicu terjadinya abrasi yang secara perlahan-
lahan akan menggeser dan menenggelamkan kawasan sepanjang pantai bukan hanya di
kawasan dimana reklamasi itu dilakukan, namun juga dikawasan lain yang dalam satu
kesatuan ekosistim alamiahnya, saat ini di beberapa kawasan, air pasang yang naik
bahkan telah memasuki kawasan pemukiman.
Selain problem lingkungan dan sosial ekonomi, maka permasalahan yuridis juga
perlu mendapatkan perhatian. Kajian terhadap landasan hukum rencana reklamasi,
pelaksanaan, serta peruntukannya perlu dipertimbangkan. Ada banyak produk hukum
yang mengatur tentang reklamasi mulai dari Undang-undang, Peraturan Pemerintah,
Kepres, Permen hingga Peraturan Daerah, yang menjadi persoalan adalah konsistensi
penerapan dan penegakan aturan.
98
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
BAB 12
SAND NOURISHMENT
99
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
100
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
BAB 13
PERENCANAAN BANGUNAN
PENGAMAN PANTAI
101
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Level, HWL), muka air rerata (Mean Sea Level, MSL) dan muka air rendah
(Low Water Level, LWL).
102
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Persentase kejadian angin interval tertentu dari Tahun 2007-2016 disajikan pada
Tabel 13.3.
Tabel 13.3 Persentase Kejadian Angin Dalam Interval Tertentu Tahun 2007-2016
Kec. Angin Arah Angin
Total
(KNOT) U/N TL/NE T/E TG/SE S/S BD/SW B/W BL/NW
0<V≤5 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0.00% 0% 0%
5<V≤10 0% 0% 4.17% 2.50% 0% 0% 4.17% 0% 10.83%
10<V≤15 0% 0% 14.17% 13.33% 0% 0% 12.50% 0% 40%
15<V≤20 0% 0% 19.17% 8.33% 0% 0% 15.00% 0% 42.50%
V>20 0% 0% 0% 0% 0% 0% 6.67% 0% 6.67%
Total 0% 0% 37.5% 24.17% 0% 0% 38.33% 0% 100%
Sumber: Hasil Analisis (2017)
103
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Keterangan :
N = Utara E = Timur S = Selatan W = Barat
NE = Timur Laut SE = Tenggara SW = Barat Daya NW = Barat Laut
Dari hasil analisis didapatkan arah angin yang dominan bertiup dari arah Barat
sebesar 38,33 % dengan kecepatan angin yang paling dominan pada range 15 - 20 knot
yang akan dipakai dalam perencanaan submerged breakwater.
104
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
2007 W 15 7.71
2008 W 17 8.738
2009 W 17 8.738
2010 W 15 7.71
2011 W 17 8.738
2012 W 18 9.252
2013 W 17 8.738
2014 W 17 8.738
2015 W 19 9.766
2016 W 17 8.738
Sumber: Hasil Analisis (2017)
Data angin yang akan digunakan pada perencanaan submerged breakwater terlebih
dahulu harus dikoreksi terhadap beberapa faktor yaitu:
1. Koreksi terhadap elevasi pengukuran
Untuk keperluan peramalan gelombang dipergunakan kecepatan angin
pada ketinggian 10 m dari permukaan air diam (Still Water Level). Pada
perencanaan ini data angin yang didapat diukur pada elevasi 3 m, jadi harus
dikonversi ke 10 m dengan Persamaan 2.1. Diambil perhitungan untuk tahun
2015 dengan:
z =3m
Uz = 9,77 m/dt
10 1/7
U10 = U(z ) x ( 𝑧 )
10 1/7
U10 = U3 x ( 3 )
10 1/7
U10 = 9,77 x ( 3 ) = 11,60 m/dt
105
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
atas permukaan laut dengan menggunakan grafik hubungan antara angin di atas
laut dan angin di daratan dengan menggunakan grafik pada Gambar 13.2
Dari grafik di atas pada kecepatan angin 11,60 m/dt diperoleh nilai RL = 1,10
maka untuk perhitungan kecepatan angin di permukaan laut (UW) menggunakan
Persamaan sebagai berikut.
Uw
RL = UL
Uw
1,10 = 11,60
Uw = 12,76 m/dt
Setelah mendapatkan nilai Uw, maka selanjutnya dapat dihitung koreksi tegangan
angin (UA) dengan Persamaan di bawah ini.
UA = 0,71. U1,23
UA = 0,71 . 12,76 1,23 = 16,27 m/dt
106
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Koreksi tegangan angin (UA) adalah tegangan angin yang akan dipergunakan
dalam peramalan gelombang. Untuk hasil perhitungan UA Tahun 2007-2016 akan
disajikan pada Tabel 13.5 berikut ini.
107
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
108
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Langkah tersebut di atas dilanjutkan untuk masing-masing sudut pada arah yang
sama, sehingga diperoleh:
∑ 𝐶𝑜𝑠 𝛼 = 8,251
∑ 𝑥𝑖 . 𝐶𝑜𝑠 𝛼 = 578,97 km
Nilai tersebut di atas dimasukkan ke Persamaan dibawah, sehingga diperoleh
nilai Fetch efektif sebagai berikut.
∑ 𝑥𝑖 .𝐶𝑜𝑠 𝛼
𝐹𝑒𝑓𝑓 = ∑ 𝐶𝑜𝑠 𝛼
578,97
= = 70,170 km
8,251
Untuk perhitungan fetch efektif dengan sudut lainnya, disajikan dalam Tabel
13.6.
109
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Dari grafik peramalan gelombang di atas, maka diperoleh Hs = 2,20 m dan Ts= 6,6
dt. Selain menggunakan grafik di atas pada Gambar 3.8, peramalan gelombang di laut
dalam untuk mengetahui tinggi dan periode gelombang signifikan juga dapat dihitung
menggunakan Persamaan sebagai berikut. Perhitungan tinggi dan periode gelombang
signifikan tahun 2015 dengan:
UA = 16,27 m/d
Feff = 70,170 km = 70.170 m
110
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
𝐻𝑠 = 2,2 𝑚
2. Untuk periode gelombang signifikan (Ts) tahun 2015:
𝑈𝐴 𝑔.𝐹𝑒𝑓𝑓 1/3
𝑇𝑠 = 0,2857 ( 𝑔 ) ( )
𝑈𝐴2
1/3
16.27 𝑚/𝑑 9.81𝑚/𝑑² . 70.170 𝑚
𝑇𝑠 = 0,2857 ( 9.81 𝑚/𝑑² ) ( )
(16.27 𝑚/𝑑)2
𝑇𝑠 = 6,52 𝑑𝑡
Jadi tinggi gelombang signifikan pada tahun 2015 adalah Hs = 2,2 m dan periode
gelombang signifikan adalah Ts = 6,52 dt. Untuk perhitungan tinggi dan periode
gelombang signifikan dari tahun 2007-2016 disajikan pada Tabel 13.7.
Tabel 13.7 Perhitungan Tinggi (Hs) dan Periode Gelombang Signifikan (Ts)
U3 U3 UL Uw UA HS Ts
Tahun Arah RL Feff (m)
(KNOT) (m/dt) (m/dt) (m/dt) (m/dt) (m) (m)
2007 W 15 7.71 9.16 1.2 10.99 13.54 70169.718 1.832 6.129
2008 W 17 8.738 10.38 1.15 11.93 14.99 70169.718 2.028 6.340
2009 W 17 8.738 10.38 1.15 11.93 14.99 70169.718 2.028 6.340
2010 W 15 7.71 9.16 1.2 10.99 13.54 70169.718 1.832 6.129
2011 W 17 8.738 10.38 1.15 11.93 14.99 70169.718 2.028 6.340
2012 W 18 9.252 10.99 1.12 12.31 15.56 70169.718 2.106 6.420
2013 W 17 8.738 10.38 1.15 11.93 14.99 70169.718 2.028 6.340
2014 W 17 8.738 10.38 1.15 11.93 14.99 70169.718 2.028 6.340
2015 W 19 9.766 11.60 1.1 12.76 16.27 70169.718 2.202 6.516
2016 W 17 8.738 10.38 1.15 11.93 14.99 70169.718 2.028 6.340
Sumber: Hasil Analisis (2018)
Dari kedua hasil perhitungan tinggi dan periode gelombang signifikan, baik
menggunakan grafik peramalan gelombang (Gambar 13.4) maupun dengan
menggunakan persamaan, diperoleh hasil yang tidak berbeda jauh seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 13.7.
111
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Tabel 13.8 Perhitungan Tinggi Gelombang Maksimum Tahunan dengan Metode Gumbel
(Fisher Tipett Type I)
Tahun Nomer Urut Hs (m) Hsm (m) P Ym (m) Hsm.Ym Ym2 (Hsm-Ĥsm) 2 Hsm2
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
2007 1 1.832 2.202 0.945 2.866 6.310 8.214 0.0352 4.848
2008 2 2.028 2.106 0.846 1.787 3.764 3.194 0.0085 4.436
2009 3 2.028 2.028 0.747 1.232 2.499 1.518 0.0002 4.113
2010 4 1.832 2.028 0.648 0.836 1.695 0.699 0.0002 4.113
2011 5 2.028 2.028 0.549 0.513 1.040 0.263 0.0002 4.113
2012 6 2.106 2.028 0.451 0.227 0.460 0.051 0.0002 4.113
2013 7 2.028 2.028 0.352 -0.044 -0.089 0.002 0.0002 4.113
2014 8 2.028 2.028 0.253 -0.318 -0.645 0.101 0.0002 4.113
2015 9 2.202 1.832 0.154 -0.626 -1.147 0.392 0.0331 3.357
2016 10 2.028 1.832 0.055 -1.063 -1.947 1.129 0.0331 3.357
Total 20.141 5.000 5.410 11.940 15.564 0.111 40.677
Rata-Rata 2.0141 0.5000 0.5410 1.1940 1.5564 0.0111 4.0677
Sumber: Hasil Analisis (2018)
Keterangan:
1. Kolom 1 menunjukkan tahun yang ditinjau (2007-2016)
2. Kolom 2 menunjukkan nomer urut tahun (2007-2016)
3. Kolom 3 menunjukkan H signifikan dari Tabel 3.7.
4. Kolom 4 merupakan tinggi gelombang signifikan yang terjadi tiap tahun dari yang
telah diurutkan dari nilai terbesar sampai terkecil.
𝑚−0,44
5. Kolom 5 dihitung dengan rumus 𝑃(𝐻𝑠 𝐻𝑠𝑚) = 1 − 𝑁𝑡+0,12
112
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
= 0.111
Dari beberapa nilai di atas dapat dihitung parameter  dan B berdasarkan data Hsm
dan Ym pada kolom 3 dan 6 Tabel 13.8 dengan menggunakan persamaan berikut ini
(Triatmodjo, 1999):
Hsr = Â.Yr + Ḃ
Dengan:
𝑛(𝛴𝐻𝑠𝑚.𝑌𝑚)−(𝛴𝐻𝑠𝑚.𝛴𝑌𝑚)
 = = 0.083
𝑛.𝛴𝑌𝑚2 −(𝛴𝑌𝑚)2
Ḃ = Ĥsm - Â. Ӯm
= 1.969
Persamaan regresi yang diperoleh adalah:
Hsr = 0.083 Yr + 1.969
Koefisien Korelasi:
r = 𝑛(𝛴𝐻𝑠𝑚. 𝑌𝑚) − (𝛴𝐻𝑠𝑚. 𝛴𝑌𝑚)
√𝑛. 𝛴𝐻𝑠𝑚2 − (Σ𝐻𝑠𝑚)2 . √𝑛. 𝛴𝑌𝑚2 − (𝛴𝑌𝑚)2
r = 0.88
Selanjutnya hitungan tinggi gelombang signifikan dengan beberapa periode ulang
tertentu dilakukan dalam Tabel 13.9.
113
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Tabel 13.9 Perhitungan Tinggi Gelombang dengan Periode Ulang (Fisher Tipett Type I)
Periode Ulang Tr Hsr-1,28r Hsr+1,28r
Yr Hsr (m) nr r
(Tahun) (m) (m)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
2 0.367 2.000 0.337 0.037 1.952 2.048
5 1.500 2.093 0.571 0.063 2.012 2.175
10 2.250 2.155 0.780 0.087 2.044 2.266
25 3.199 2.234 1.062 0.118 2.083 2.385
50 3.902 2.292 1.277 0.142 2.110 2.473
100 4.600 2.349 1.492 0.166 2.137 2.562
Sumber: Hasil Analisis (2018)
Keterangan:
1. Kolom 1 menunjukkan periode tahun ulang yang diperhitungkan.
2. Kolom 2 dihitung dengan menggunakan rumus
1
𝑌𝑟 = −𝑙𝑛 {−𝑙𝑛 (1 − )}
𝐿 . 𝑇𝑟
3. Kolom 3 menunjukkan Hsr yang dihitung dengan rumus regresi diperhitungan
sebelumnya Hsr = 0.083 Yr + 1.969
4. Kolom 4 dihitung dengan menggunakan rumus
1
𝜎𝑛𝑟 = √[1 + 𝛼(𝑌𝑟 − 𝑐 + 𝜀 𝑙𝑛 𝑣)2 ]
√𝑁
= 1.005 (dihitung dengan persamaan 2.13)
= 1.33 (didapat dari Tabel 2.2)
c = 0 (didapat dari Tabel 2.2)
5. Kolom 5 dihitung dengan menggunakan rumus 𝜎𝑟 = 𝜎𝑛𝑟 𝑥 Hs
114
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Tabel 13.10 Perhitungan Tinggi Gelombang Maksimum Tahunan dengan Metode Weibull
(k=0,75)
Nomer (Hsm-
Tahun Hs (m) Hsm (m) P Ym Hsm.Ym Ym2 Hsm2
Urut Ĥsm)2
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
2007 1 1.832 2.202 0.954 4.461 9.821 19.90 0.0352 4.8475
2008 2 2.028 2.106 0.858 2.444 5.148 5.97 0.0085 4.4362
2009 3 2.028 2.028 0.763 1.628 3.301 2.65 0.0002 4.1132
2010 4 1.832 2.028 0.668 1.140 2.312 1.30 0.0002 4.1132
2011 5 2.028 2.028 0.573 0.806 1.636 0.65 0.0002 4.1132
2012 6 2.106 2.028 0.478 0.563 1.142 0.32 0.0002 4.1132
2013 7 2.028 2.028 0.383 0.378 0.768 0.14 0.0002 4.1132
2014 8 2.028 2.028 0.288 0.237 0.480 0.06 0.0002 4.1132
2015 9 2.202 1.832 0.193 0.128 0.234 0.02 0.0331 3.3568
2016 10 2.028 1.832 0.097 0.048 0.088 0.00 0.0331 3.3568
Total 20.141 5.255 11.833 24.929 31.007 0.111 40.677
Rata-Rata 2.0141 0.5255 1.1833 2.4929 3.1007 0.0111 4.0677
Sumber: Hasil Analisis (2018)
Keterangan:
1. Kolom 1 menunjukkan tahun yang ditinjau (2007-2016)
2. Kolom 2 menunjukkan nomer urut tahun (2007-2016)
3. Kolom 3 menunjukkan H signifikan dari Tabel 3.7.
4. Kolom 4 merupakan tinggi gelombang signifikan yang terjadi tiap tahun dari yang
telah diurutkan dari nilai terbesar sampai terkecil.
0,27
𝑚−0,22−
5. Kolom 5 dihitung dengan rumus 𝑃(𝐻𝑠 𝐻𝑠𝑚) = 1 − √𝑘
0,27
𝑁𝑡+0,2+
√𝑘
1⁄
6. Kolom 6 dihitung dengan rumus 𝑌𝑚 = [−𝑙𝑛{1 − 𝑃(𝐻𝑠 𝐻𝑠𝑚)}] 𝑘
115
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Ӯm = 1.183 m
Deviasi standar:
2
Hs = √Σ(Hsm−Ĥsm)
𝑁−1
= 0.111
Dari beberapa nilai di atas dapat dihitung parameter  dan B berdasarkan data Hsm
dan Ym pada kolom 3 dan 6 Tabel 13.10 dengan menggunakan persamaan berikut ini
(Triatmodjo, 1999):
Hsr = Â.Yr + Ḃ
Dengan:
𝑛(𝛴𝐻𝑠𝑚.𝑌𝑚)−(𝛴𝐻𝑠𝑚.𝛴𝑌𝑚)
 = = 0.064
𝑛.𝛴𝑌𝑚2 −(𝛴𝑌𝑚)2
Ḃ = Ĥsm - Â. Ӯm
= 1.938
Persamaan regresi yang diperoleh adalah:
Hsr = 0.064 Yr + 1.938
Koefisien Korelasi:
r = 𝑛(𝛴𝐻𝑠𝑚. 𝑌𝑚) − (𝛴𝐻𝑠𝑚. 𝛴𝑌𝑚)
√𝑛. 𝛴𝐻𝑠𝑚2 − (Σ𝐻𝑠𝑚)2 . √𝑛. 𝛴𝑌𝑚2 − (𝛴𝑌𝑚)2
r = 0.80
Selanjutnya hitungan tinggi gelombang signifikan dengan beberapa periode ulang
tertentu dilakukan dalam Tabel 13.11.
Tabel 13.11 Perhitungan Tinggi Gelombang dengan Periode Ulang (Weibull k=0,75)
Periode Ulang
Yr Hsr (m) nr r Hsr-1,28r (m) Hsr+1,28r (m)
Tr (Tahun)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
2 0.613 1.977 0.458 0.051 1.912 2.042
5 1.886 2.059 1.067 0.119 1.908 2.211
10 3.041 2.134 1.673 0.186 1.896 2.372
25 4.753 2.244 2.588 0.287 1.876 2.612
50 6.164 2.335 3.346 0.372 1.860 2.811
100 7.662 2.432 4.152 0.461 1.842 3.022
Sumber: Hasil Analisis (2018)
116
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Keterangan:
1. Kolom 1 menunjukkan periode tahun ulang yang diperhitungkan.
2. Kolom 2 dihitung dengan menggunakan rumus
1⁄
𝑌𝑟 = {𝑙𝑛 (𝐿 . 𝑇𝑟)} 𝑘
Tahun Nomer Urut Ts (dt) Tsm (dt) P Ym (dt) Tsm.Ym Ym2 (Tsm-Ťsm)2 Tsm2
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
2007 1 6.129 6.516 0.945 2.866 18.675 8.214 0.0371 42.458
2008 2 6.340 6.420 0.846 1.787 11.475 3.194 0.0094 41.222
2009 3 6.340 6.340 0.747 1.232 7.812 1.518 0.0003 40.196
2010 4 6.129 6.340 0.648 0.836 5.299 0.699 0.0003 40.196
2011 5 6.340 6.340 0.549 0.513 3.250 0.263 0.0003 40.196
2012 6 6.420 6.340 0.451 0.227 1.437 0.051 0.0003 40.196
2013 7 6.340 6.340 0.352 -0.044 -0.278 0.002 0.0003 40.196
2014 8 6.340 6.340 0.253 -0.318 -2.017 0.101 0.0003 40.196
2015 9 6.516 6.129 0.154 -0.626 -3.836 0.392 0.0378 37.563
2016 10 6.340 6.129 0.055 -1.063 -6.514 1.129 0.0378 37.563
Total 63.234 5.000 5.410 35.305 15.564 0.124 399.982
Rata-Rata 6.3234 0.5000 0.5410 3.5305 1.5564 0.0124 39.9982
117
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Keterangan:
1. Kolom 1 menunjukkan tahun yang ditinjau (2007-2016)
2. Kolom 2 menunjukkan nomer urut tahun (2007-2016)
3. Kolom 3 menunjukkan T signifikan dari Tabel 3.7.
4. Kolom 4 merupakan Periode gelombang signifikan yang terjadi tiap tahun dari yang
telah diurutkan dari nilai terbesar sampai terkecil.
𝑚−0,44
5. Kolom 5 dihitung dengan rumus 𝑃(𝐻𝑠 𝐻𝑠𝑚) = 1 − 𝑁𝑡+0,12
= 0.117
Dari beberapa nilai di atas dapat dihitung parameter  dan B berdasarkan data Hsm
dan Ym pada kolom 3 dan 6 Tabel 13.12 dengan menggunakan persamaan berikut ini
(Triatmodjo, 1999):
Hsr = Â.Yr + Ḃ
Dengan:
𝑛(𝛴𝐻𝑠𝑚.𝑌𝑚)−(𝛴𝐻𝑠𝑚.𝛴𝑌𝑚)
 = = 0.087
𝑛.𝛴𝑌𝑚2 −(𝛴𝑌𝑚)2
Ḃ = Ĥsm - Â. Ӯm
= 6.277
Persamaan regresi yang diperoleh adalah:
Hsr = 0.087 Yr + 6.277
118
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Koefisien Korelasi:
r = 𝑛(𝛴𝐻𝑠𝑚. 𝑌𝑚) − (𝛴𝐻𝑠𝑚. 𝛴𝑌𝑚)
√𝑛. 𝛴𝐻𝑠𝑚2 − (Σ𝐻𝑠𝑚)2 . √𝑛. 𝛴𝑌𝑚2 − (𝛴𝑌𝑚)2
r = 0.87
Selanjutnya hitungan periode gelombang signifikan dengan beberapa periode
ulang tertentu dilakukan dalam Tabel 3.13.
Tabel 13.13 Perhitungan Periode Gelombang dengan Periode Ulang (Fisher Tipett Type I)
Periode
Tsr Tsr- T
Ulang Tr Yr nr r
(dtk) 1,28r (dtk) (d
(Tahun)
2 0.367 6.308 0.337 0.040 6.258
5 1.500 6.406 0.571 0.067 6.321
10 2.250 6.471 0.780 0.092 6.354
25 3.199 6.554 1.062 0.125 6.394
50 3.902 6.614 1.277 0.150 6.423
100 4.600 6.675 1.492 0.175 6.451
Sumber: Hasil Analisis (2018)
Keterangan:
1. Kolom 1 menunjukkan periode tahun ulang yang diperhitungkan.
2. Kolom 2 dihitung dengan menggunakan rumus
1
𝑌𝑟 = −𝑙𝑛 {−𝑙𝑛 (1 − )}
𝐿 . 𝑇𝑟
3. Kolom 3 menunjukkan Tsr yang dihitung dengan rumus regresi diperhitungan
sebelumnya Tsr = 0.083 Yr + 1.969
4. Kolom 4 dihitung dengan menggunakan rumus
1
𝜎𝑛𝑟 = √[1 + 𝛼(𝑌𝑟 − 𝑐 + 𝜀 𝑙𝑛 𝑣)2 ]
√𝑁
= 1.005 (dihitung dengan persamaan 2.13)
= 1.33 (didapat dari Tabel 2.2)
c = 0 (didapat dari Tabel 2.2)
5. Kolom 5 dihitung dengan menggunakan rumus 𝜎𝑟 = 𝜎𝑛𝑟 𝑥 Hs
119
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Lo = 70,301 m
𝑔𝑇
Co = = 1,56 x T
2𝜋
9,81 𝑚/𝑑𝑡 2 𝑥 6,713 𝑑𝑡
Co = 2 𝑥 3,14
Co = 10,472 m/dt
Hasil perhitungan panjang gelombang dan cepat rambat gelombang dimana Lo=
70,301 m dan Co= 10,472 m/dt. Hasil perhitungan panjang gelombang dan cepat rambat
gelombang digunakan untuk perhitungan tinggi gelombang setelah mengalami proses
refraksi.
120
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
𝑑 𝑑 2𝜋𝑑
Untuk nilai = 0,057 diatas, maka di dapat nilai dan tanh dengan
𝐿𝑜 𝐿 2𝜋
L = 39,55 meter
𝑑 𝑑
Karena nilai = 0.10132, masuk kedalam kategori 1/20 < < 1/2 sehingga
𝐿 𝐿
termasuk gelombang laut transisi. Kecepatan gelombang dilaut transisi dapat dihitung
dengan menggunakan Persamaan 2.23 sebagai berikut.
𝑔𝑇 2𝜋𝑑
C = tanh
2𝜋 2𝜋
9,81 𝑚/𝑑𝑡 2 𝑥 6,713 𝑑𝑡
C = 𝑥 0, 5626
2 𝑥 3,14
C = 5,89 m/dt
Arah datangnya gelombang pada kedalaman 4 meter dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan 2.28 sebagai berikut.
𝐶
Sin α = (𝐶 ) sin 𝛼0
𝑜
6,713 𝑑𝑡
Sin α = (10,472 ) sin 45°
𝑑𝑡
Sin α = 0,398
α1 = 23,45°
cos 45
Kr = √cos 23,45
0,707
Kr = √ 0,92
Kr = 0,88
121
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
122
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Hb H’
Dari grafik penentuan tinggi gelombang pecah hubungan antara H’ dan 𝑔𝑇02 dengan
0
Hb
berdasarkan kemiringan Pantai Batu Mejan (m= 0.033) maka didapat nilai sebesar
H’0
Hb
Setelah mencari nilai dengan menggunakan grafik, maka selanjutnya
H’0
Hb
mengitung H’ dengan menggunakan Persamaan 2.32 sebagai berikut.
0
Hb 1
= 3,33 (𝐻′𝑜⁄𝐿𝑜)1
H’0 3
Hb 1
= ̇ 𝑚 )1
H’0 3,33 (1,834 𝑚⁄70,301 3
Hb
= 1,23
H’0
Hb
Setelah mendapatkan hasil H’ = 1,23 maka selanjutnya akan mencari nilai Hb:
0
Hb = H'0 x 1,23
123
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Hb = 1,834 m x 1,23
Hb = 2,26 m
Hb
Setelah mendapatkan nilai Hb = 2,26 m maka selanjutnya dapat menghitung 𝑔𝑇 2:
Hb 2,26 𝑚
=
𝑔𝑇 2 9,81 𝑚/𝑑𝑡 2 𝑥 (6,713 𝑑𝑡)2
Hb
= 0,005
𝑔𝑇 2
Hb db
Dari grafik penentuan kedalaman gelombang pecah hubungan antara 𝑔𝑇 2 dan 𝐻𝑏
db
dengan berdasarkan kemiringan Pantai Batu Mejan (m = 0,033) maka didapat nilai 𝐻𝑏
adalah:
124
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
a = 20,38
1,56
b = (1+ 𝑒 −19 𝑚)
1,56
b = (1+ e−19 𝑥 0,033 )
b = 1,02
Setelah mendapatkan hasil a= 20,38 dan b= 1,02 selanjutnya menghitung
db
nilai 𝐻𝑏 dengan Persamaan 2.33 dengan hasil perhitungan sebagai berikut.
db 1
=
𝐻𝑏 𝑏− (𝑎 𝐻𝑏⁄𝑔𝑇 2 )
db 1
=
𝐻𝑏 1,02− (20,38 x 2,26/9,81x6,7132 )
db
= 1,1
𝐻𝑏
db = 1,1 x 2,26 m
db = 2,47 m
Jadi gelombang pecah akan terjadi pada kedalaman 2,47 m, untuk perhitungan
selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 3.14 untuk mengetahui tinggi gelombang pada tiap-
tiap kedalaman.
125
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
1 HWL + 3,10
2 MWL + 1,55
3 LWL + 0,00
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum (2017)
Pada perencanaan bangunan pantai, elevasi muka air laut digunakan adalah
elevasi muka air laut dimana MSL adalah ± 0,00, sehingga elevasi muka air laut menjadi
acuan MSL, seperti pada Tabel 3.16 berikut ini.
126
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
pemanasan global, didapat kenaikan air laut akibat pemanasan global adalah 25 cm= 0,25
m.
Gambar 13.7 Perkiraan Kenaikan Muka Air Laut Akibat Pemanasan Global
Sumber: Triatmodjo (1999)
2,26
Sw = 0,19 (1 − 2,82√9.81 𝑚/𝑑𝑡² ) x 2,26 m
(6,713)² 𝑑𝑡
Sw = 0,345 m 0,35 m
Jadi kenaikan muka air laut karena gelombang adalah sebesar 0,35 m.
127
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
128
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Sr = 2,33
Dengan menggunakan Tabel 2.3, untuk batu lapis lindung dari batu
buatan (tetrapod) koefisien stabilitas (KD) = 5,5. Kemudian kemiringan rencana dari
bangunan submerged breakwater adalah 1:2 (cot ϴ = 2). Perhitungan berat batu lapis
lindung dapat dilihat pada perhitungan dibawah ini.
𝛾𝑟.𝐻³
W = 𝐾𝐷(𝑆𝑟−1)³ cot 𝜃
129
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
W2 = 1 xW
10
1
W2 = x1 ton = 0,1 ton = 100 kg
10
Berat batu lapisan ketiga:
W3 = W sampai W
400 200
1 1
W3 = sampai ton
400 200
W3 = 0,0025 sampai 0,005 ton
= 2,5 sampai 5 kg
B. 3.12.2 Perhitungan Lebar Puncak Bangunan
Dengan menggunakan tabel koefisien lapis 𝐾∆ maka didapat jumlah butir batu
minimum n=3 digunakan (n) = 5. Berdasarkan Triatmodjo (1999) dan nilai koefisien
lapis untuk tetrapod 𝐾∆ = 1,04 sehingga lebar puncak bangunan dihitung dengan
Persamaan 2.45 seperti berikut ini.
130
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
𝑊 1/3
B = 𝑛. 𝐾∆ (𝛾𝑟)
1 ton 1/3
B = 5 𝑥 1,04 𝑥 (2,4 )
𝑡𝑜𝑛/𝑚3
B = 3,7 m
Dalam perhitungan koefisien transmisi menggunakan grafik Tanaka akan
dibuat dua asumsi lebar puncak bangunan. Yang pertama menggunakan lebar sebesar 3,7
m dengan perbandingan B/Lo= 3,7/70.301 = 0,005 dan yang kedua sebesar 5,3 m dengan
perbandingan B/Lo= 5,3/70.301 = 0,0075. Dimana lebar ini akan mempengaruhi besar
koefisien transmisi. Semakin lebar puncak bangunan akan memperkecil koefisien
transmisi gelombang, semakin kecil koefisien transmisi maka gelombang yang menuju
pantai akan semakin kecil.
1 ton 1/3
t = 2 𝑥 1,04 𝑥 (2,4 )
𝑡𝑜𝑛/𝑚3
t = 1,55 m
Tebal lapis kedua:
0.1 ton 1/3
t2 = 2 𝑥 1,15 𝑥 (2,65 )
𝑡𝑜𝑛/𝑚3
t2 = 0,772 ≈ 0,78 m
131
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
2/3
50 2,4 𝑡𝑜𝑛/𝑚3
N = 10 𝑚2 𝑥 2 𝑥 1,04 𝑥 (1 − 100) ( )
1 ton
Berdasarkan hasil nilai d1/ds = 0,59 maka nilai tersebut diplot pada diagram
seperti di bawah ini dan memperoleh nilai (𝑁𝑠3 = 160) 300 maka pengaman pantai
dikatakan stabil.
132
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
DAFTAR PUSTAKA
Arief, M. 2002. Inventarisasi Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut dengan
Menggunakan Data Satelit Landsat Studi Kasus: Kabupaten Maluku
Tenggara. Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN).
Jakarta.
Arief, M., Winarso, G. dan Prayogo, T. 2011. Kajian Perubahan Garis Pantai
Menggunakan Data Satelit Landsat di Kabupaten Kendal. Jurnal
Penginderaan Jauh , Volume 8, pp. 71- 80.
Bowden,K 1985 “Physical Oceanography of Coastal Waters” Ellis Horwood,
New York.
CEM, 2001 “Water Wave Mechanis” Army Corps of Engineering CERC.
CEM, 2001 “ Surf Zone Hydrodynamicss” Army Corps of Engineering CERC.
CETN-1-17 1985 “Direct Methods for Calculating Wavelength” U.S Army
Engineer Waterways Experiment Section. CERC, Mississippi.
Crapper,G 1984 “Introduction to Water Wave” Ellis Horwood Limited, London.
Dahuri,R et al. 2001.”Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Peisisir dan Lautan
Secara Terpadu.”Jakarta: PT.Pradnya Paramita.
Dingermans,M 1997 “Water Wave Propagation over Un Even Bottom” World
Scinetific. Singapore.
Holthuijsen LH. 2007. Waves in Oceanic and Coastal Waters. New York:
Cambridge University Press.
https://www.kajianpustaka.com/2016/01/teori-gelombang-laut.html
Horikawa,K eds 1988 “Nearshore Dynamics and Coastal Processes” University
of Tokyo Press, Tokyo.
Kirby,J 1984 “A Note a Linear Surface Wave-Currents Interaction Over Slowly
Varying Topography” J. Geophys.Res Vol.189 No:C1 745-747.
Komar,P 1998 “Beach Processes and Sedimentation” Prentice-Hall, New York.
Kundu,P 1996 ”Fluids Mechanics” Addison-Wesley Pub Comp. New York.
133
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
134
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
Wibowo, Y.A. 2012. Studi Perubahan Garis Pantai di Muara Sungai Porong.
Skripsi. Universitas Hang Tuah Surabaya.
Yuwono N., 2005, Draft Pedoman Pengamanan dan Penanganan Pantai,
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
135
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020
136