Anda di halaman 1dari 42

RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI

(RKK)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI TENAGA KERJA DALAM KESELAMATAN
KONSTRUKSI
PERENCANAAN KESELAMATAN KONSTRUKSI
DUKUNGAN KESELAMATAN KONSTRUKSI
OPERASI KESELAMATAN KONSTRUKSI
EVALUASI KINERJA PENERAPAN SMKK

1
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

LEMBAR PENGESAHAN

Kegiatan:

DESAIN REHABILITASI SYPHON D.I SERAYU


Lokasi:
Kab. Cilacap

PIHAK PENYEDIA JASA PIHAK PENGGUNA JASA


Dibuat Oleh Diketahui Oleh Disetujui Oleh,
PT. Bina Buana Raya PT. Bina Buana Raya PPK Perencanaan dan Program
BBWS Serayu Opak

Agus Bonaji, ST Dani Arman, ST. Shakti Rahadiansyah, S.T.,M.Sc.


Ahli K3 Konstruksi Direktur Utama NIP. 19830327 200801 1 012

2
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

I.KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI TENAGA KERJA DALAM


KESELAMATAN KONSTRUKSI

1.1 Lembar Komitmen Rencana Aksi Keselamatan Konstruksi

KOMITMEN RENCANA AKSI KESELAMATAN KONSTRUKSI


PT. BINA BUANA RAYA

PT. Bina Buana Raya sebagai Badan Usaha Jasa Konstruksi berkomitmen melaksanakan
pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi berkeselamatan pada pelaksanaan Paket
Pekerjaan Desain Rehabilitasi Syphon D.I Serayu demi terciptanya Zero Accident, dengan
memastikan:
a.Pemenuhan ketentuan Keselamatan Konstruksi telah sesuai dengan Dokumen RKK;
b.Pengawasan mengacu kepada Kerangka Acuan Kerja (KAK);
c.Pengawasan pelaksanaan berdasarkan kesesuaian standar dan desain;
d.Pengawasan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
(SOP); dan
e.Menggunakan tenaga kerja yang berkompeten dan bersertifikat.

Bandar Lampung, Februari 2021


PT. Bina Buana Raya

Dani Arman, ST.


Direktur Utama

3
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

II.PERENCANAAN KESELAMATAN KONSTRUKSI


II.1 Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko Bahaya
 Tujuan
Prosedur ini memberikan pedoman dalam penilaian risiko yang meliputi risiko
kesehatan dan keselamatan kerja secara formal sebelum melakukan suatu kegiatan
melalui identifikasi setiap bahaya dan risiko yang timbul dari seluruh aktivitas,
produk dan jasa yang dilakukan, melakukan penilaian tingkat risiko serta
menentukan pengendalian risiko untuk diterapkan dalam aktivitas kerja sehari-
hari.
 Ruang Lingkup
Prosedur ini diaplikasikan diseluruh aktivitas baik rutin maupun non rutin (baru
ataupun modifikasi) dalam penyelenggaraan kegiatan jasa dan fasilitas pada
semua bagian yang berada di lingkungan kerja PT. Bina Buana Raya .
 Uraian Umum
- Identifikasi Bahaya.
Memperkirakan suatu aktifitas yang dilakukan terhadap sesuatu memiliki
potensi bahaya yang dapat menyebabkan cedera, sakit atau kerusakan yang
terkandung dalam suatu obyek atau aktifitas.
- Penilaian Resiko.
Proses pembobotan yang dilakukan untuk mengklasifikasikan potensi
bahaya kedalam kategori tinggi, menengah dan rendah dengan
menggunakan parameter atau score (nilai angka).
- Pengendalian Resiko.
Suatu upaya untuk meminimalkan atau menghilangkan celaka, sakit atau
kerusakan dalam suatu proses kegiatan/pekerjaan

4
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

(Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko dan Pengendalian Resiko)

- Bahaya adalah sesuatu yang memiliki potensi yang dapat menyebabkan


cidera atau sakit (bagi pekerja) atau kerusakan terhadap properti
perusahaan.
- Resiko adalah kecenderungan untuk terjadi cidera, sakit atau kerusakan
terhadap properti perusahaan yang timbul akibat paparan bahaya.
- Penilaian resiko adalah proses penilaian terhadap suatu resiko dengan
menggunakan parameter akibat dan peluang dari bahaya yang ada.
- Kecelakaan adalah kejadian yang tidak diinginkan mengakibatkan kepada
kematian, penyakit akibat kerja, cidera, kerusakan atau kehilangan lainnya.
- Insiden adalah keadaan yang menimbulkan kecelakaan atau memiliki potensi
untuk terjadi kecelakaan. Sebuah insiden dimana tidak ada penyakit akibat
kerja, cidera, kerusakan atau kerugian lainnya juga diartikan sebagai sebuah
- ”hampir celaka (near-miss)”. Pengertian ”insiden” termasuk juga ”hampir
celaka (near-miss)”.
- Hirarki pengendalian tersebut adalah pengendalian resiko yang meliputi :
 Eliminasi merupakan metode yang paling effektif untuk menghilangkan
sumber bahaya (menghilangkan proses).
 Substitusi merupakan metode yang dilakukan apabila bahaya tidak bisa
dieliminasi yaitu dengan penggantian.
 Rekayasa engineering misalnya dengan menambahkan guarding atau
penutup, mengisolasi area kerja yang berbahaya (isolasi area berdebu).
 Pengendalian secara administrasi misalnya, pengawasan, pelatihan, rambu-
rambu dan rotasi kerja

5
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

 Alat Pelindung Diri/APD (helmet, sepatu safety, sabuk pengaman,


perlindungan telinga, sarung tangan, perlindungan mata/muka
- Tim K3 adalah tim penilai resiko yang terdiri dari perwakilan dari masing-
masing unit kerja yang bertugas untuk melakukan identifikasi bahaya,
penilaian dan pengendalian resiko.
 Prosedur
- Ketua Unit Pelaksana K3
 Mengkoordinasikan pelaksanaan identifikasi, penilaian awal bahaya dan
resiko di seluruh area kerjaPT. Bina Buana Raya .
 Bersama-sama dengan Tim Unit Pelaksana K3 melakukan evaluasi hasil
identifikasi dan penilaian resiko yang dilakukan.
- Unit Petugas
 Identifikasi Bahaya
Pada tahap awal, Tim Unit Pelaksana K3 akan melakukan identifikasi
bahaya dengan mempertimbangkan :
i. Aktivitas rutin dan non rutin.
ii. Aktivitas terhadap mobilisasi dan demobilisasi ke area kerja,
termasuk traffic activity dari Kantor Pusat ke Proyek atau sebaliknya
baik terhadap orang maupun terhadap alat.
iii. Perilaku manusia, kapabilitas dan factor manusia lain, seperti tidak
tahu, kurang hati-hati, ceroboh.
iv. Bahaya-bahaya yang berasal dari luar area kerja yang dapat
memberikan pengaruh merugikan terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja seperti adanya sabotase.
v. Bahaya disekitar area kerja yang terkait dengan pekerjaan baik fisika
(bising, getaran, suhu, tekanan, listrik), kimia (bersifat meledak,
cairan yang mudah terbakar, bahan beracun, gas dan partikel di udara),
biologi (virus, bakteri, jamur, serangga dan keracunan), ergonomi (tata
letak yang tidak baik, desain peralatan yang tidak sesuai, radiasi
(paparan sinar X atau sinar UV) dan psikologis (stress).
vi. Infrastruktur, peralatan/material yang berada di dalam area kerja.

6
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

vii. Bahaya ini dapat ditentukan dengan melihat apa saja yang dapat
mencelakai personil atau menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.
viii. Identifikasi bahaya juga dilakukan terhadap perubahan/ pengem-
bangan yang ada di PT. BINA BUANA RAYA baik terhadap aktivitas
maupun terhadap alat, segala perubahan yang terjadi akan
dikendalikan melalui dokumen terdokumentasi.
ix. Modifikasi terhadap sistem manajemen K3 termasuk perubahan
yang bersifat sementara dan dampaknya terhadap proses dan aktivitas.
x. Bahaya dan resiko yang timbul dari peraturan baru atau perubahan
peraturan yang terkait dengan lingkup sistem manajemen K3,
dimasukkan dalam identifikasi bahaya dengan memasukkan peraturan
perundangan ke dalam HIRAC.
xi. Perancangan area kerja, proses, instalasi, permesinan/peralatan,
prosedur operasi dan pekerjaan dalam organisasi termasuk penyesuaian
terhadap manusia.
xii. Dalam melakukan identifikasi bahaya didokumentasikan dengan
menggunakan formulir Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko dan
Pengendalian Resiko.
 Penilaian Resiko
i. Setelah semua bahaya dapat diidentifikasi selanjutnya dilakukan
assesment resiko yang dapat timbul dari tiap bahaya itu dengan
memperhatikan keparahan resiko, kemungkinan terjadi, pengendalian
resiko dan kesadaran resiko.
ii. Penilaian resiko dilakukan berdasarkan kriteria penilaian resiko.
iii. Apabila pengendalian bahaya hasil penilaian resiko tersebut
membutuhkan investasi yang cukup besar maka pelaksanaan
pengendalian tersebut dimasukkan dalam objective, tujuan dan program
(OTP) diajukan oleh Tim Unit Pelaksana K3 dan disetujui oleh
Penanggung Jawab K3.

7
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

iv. Bila ada aturan yang mengatur, maka bahaya akan di kendalikan
sesuai dengan aturan tersebut.
v. Penyampaian hasil identifikasi bahaya, penilaian resiko dan
pengendalian resiko kepada Penanggung Jawab K3 untuk mendapatkan
persetujuan.
- Penanggung Jawab K3
 Mengevaluasi hasil identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko
yang telah dilakukan oleh Tim Unit Pelaksana K3.
 Bertanggung jawab dalam pemantauan tindakan pengendalian resiko
agar dilaksanakan sesuai dengan ketentuan.
 Melakukan tinjauan tindakan pengendalian resiko untuk menilai apakah
tindakan pengendalian yang ada sudah efektif. Jika ternyata belum maka
perlu ditentukan bentuk tindakan pengendalian yang baru.
 Jika terjadi kecelakaan harus dilakukan proses review untuk melihat
pengendalian yang sudah ditetapkan dan atau menambahkan kegiatan
tersebut sebagai bahan untuk dilakukan HIRAC.

Gambar-1.Diagram alur pengendalian Resiko K3

8
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

Formulir Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko Bahaya.

JENIS/TYPE
No. IDENTIFIKASI BAHAYA DAMPAK/RESIKO PENGENDALIAN RESIKO K3
PEKERJAAN

-1 -2 -3 -4 -5

I. SURVEY LAPANGAN :

1 Survey Jaringan Irigasi Pekerja Jatuh ke Sungai Hanyut Prosedur Tanggap Darurat Kecelakaan
Alat Terguling Metode Pekerjaan yang tepat
Tebing Longsor Lingkungan Tercemar Sosialisasi Masyarakat
Binatang Buas Digigit Pemakaian APD : Safety shoes, masker debu, obat-
obatan, rompi safety, jas hujan, safety belt (bila
diperlukan)
Kecelakaan Lalu Lintas Terjatuh Kegiatan pemberian desinfektan
Luka - luka dan patah
Terpapar Virus Corona Demam Tinggi Penerapaan Protokol Kesehatan 5 M :
Kehilangan Indra Mencuci Tangan, Memakai Masker, Menjaga Jarak,
Perasa dan Indra Menjauhi Kerumunan dan Mobilisasi
Penciuman

2 Survey Hidrologi Pekerja Jatuh ke Sungai Hanyut Prosedur Tanggap Darurat Kecelakaan
Alat Terguling Metode Pekerjaan yang tepat
Tebing Longsor Lingkungan Tercemar Sosialisasi Masyarakat
Binatang Buas Digigit Pemakaian APD : Safety shoes, masker debu, obat-
obatan, rompi safety, jas hujan, safety belt (bila
diperlukan)
Terpapar Virus Corona Demam Tinggi Penerapaan Protokol Kesehatan 5 M :
Kehilangan Indra Mencuci Tangan, Memakai Masker, Menjaga Jarak,
Perasa dan Indra Menjauhi Kerumunan dan Mobilisasi
Penciuman
3 Survey Sosial Ekonomi Kecelakaan Lalu Lintas Terjatuh Prosedur Tanggap Darurat Kecelakaan
Luka - luka dan patah Metode Pekerjaan yang tepat
Terpapar Virus Corona Demam Tinggi Penerapaan Protokol Kesehatan 5 M :
Kehilangan Indra Mencuci Tangan, Memakai Masker, Menjaga Jarak,
Perasa dan Indra Menjauhi Kerumunan dan Mobilisasi
Penciuman

4 Survey Tebing Longsor Lingkungan Tercemar Sosialisasi Masyarakat


Geologi/Mekanika Tanah Alat Terguling Prosedur Tanggap Darurat Kecelakaan
Kecelakaan Alat Survey Luka - luka dan patah Pemakaian APD : Safety shoes, masker debu, obat-
obatan, rompi safety, jas hujan, safety belt (bila
diperlukan)
Terpapar Virus Corona Demam Tinggi Penerapaan Protokol Kesehatan 5 M :
Kehilangan Indra Mencuci Tangan, Memakai Masker, Menjaga Jarak,
9
Perasa dan Indra Menjauhi Kerumunan dan Mobilisasi
Penciuman
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

JENIS/TYPE
No. IDENTIFIKASI BAHAYA DAMPAK/RESIKO PENGENDALIAN RESIKO K3
PEKERJAAN

-1 -2 -3 -4 -5

II. PEKERJAAN ANALISA, PERENCANAAN & PELAPORAN :

JENIS/TYPE
IDENTIFIKASI BAHAYA DAMPAK/RESIKO PENGENDALIAN RESIKO K3
PEKERJAAN

Lantai disiram air supaya debu tak berterbangan di


Flu
ANALISA udara
1 Debu
PERENCANAAN Iritasi Mata Pemasangan local exhauster
APD : tutup hidung atau masker
Gangguan
Kebisingan Menghilangkan transmisi kebisingan terhadap pekerja
PENYUSUNAN Pendengaran
2
LAPORAN Menghilangkan kebisingan dari sumber suara
APD : ear plugs dan ear muffs
standar pencahayaan ruangan yang dipakai untuk
Pencahayaan Gangguan Penglihatan melakukan pekerjaan yang memerlukan ketelitian
adalah 500 – 1000 Lux
Terjatuh, terpeleset, kejatuhan Luka - Luka APD : Pelindung pendengaran, Pelindung Pernafasan
benda, terantuk (Masker), Pelindung Tangan, Peralatan Pemadam
Patah
Terpapar Virus Corona Demam Tinggi Penerapaan Protokol Kesehatan 5 M :
Kehilangan Indra Mencuci Tangan, Memakai Masker, Menjaga Jarak,
Perasa dan Indra Menjauhi Kerumunan dan Mobilisasi
Penciuman

II.2 Pemenuhan Perundang-undangan dan Persyaratan Lainnya


 Tujuan

10
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

Prosedur ini memberikan pedoman dalam identifikasi perundang-undangan


dan persyaratan lain tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
 Ruang Lingkup
Prosedur ini berlaku bagi pelaksanaan identifikasi perundang-undangan dan
persyaratan yang relevan untuk dijadikan sebagai acuan dalam penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3).
 Uraian Umum
- Perundang-undangan dan persyaratan lain yang dimaksud di sini mencakup :
 Peraturan Pemerintah.
 Persyaratan Pelanggan.
 Persyaratan Lainnya.
- Hasil identifikasi perundang-undangan dan persyaratan lain dijadikan sebagai
acuan dalam menyusun tujuan dan program keselamatan dan kesehatan kerja.
- Identifikasi perundang-undangan dan persyaratan lain dievaluasi dan di up-
date sekurang-kurangnya satu tahun sekali, kecuali yang ditentukan oleh
pelanggan.
- Setiap perubahan perundang-undangan dan persyaratan lain dikendalikan
sesuai dengan revisi yang terbaru.
- Sumber-sumber untuk identifikasi perundang-undangan dan persyaratan lain
antara lain :
 Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Departemen Kesehatan.
 Persyaratan lain yang relevan.
 Prosedur
- Penanggung Jawab K3
 Memilih dan menetapkan perundang-undangan dan persyaratan lain yang
relevan untuk dijadikan acuan dalam pelaksanaan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). Bila diperlukan dapat berkoordinasi
dengan Unit Pelaksana terkait.

11
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

 Mendistribusikan hasil penetapan perundang-undangan dan persyaratan lain


beserta lampirannya ke bagian terkait berdasarkan ketentuan pada prosedur
pengendalian dokumen.
 Menjelaskan keterkaitan dan hubungan perundang-undangan dan persyaratan
lain yang telah diidentifikasi dengan bahaya dengan menggunakan formulir
Identifikasi Perundang-Undangan dan persyaratan lainnya.
 Mengendalikan perundang-undangan dan persyaratan lain yang berlaku.
Melakukan evaluasi terhadap hasil identifikasi perundang-undangan dan
persyaratan lain yang telah ditetapkan minimal setiap 1 (satu) tahun sekali atau
setiap waktu bila diperlukan.
 Memperbaharui perundang-undangan dan persyaratan lain, jika terdapat
perubahan, perkembangan/penambahan berdasarkan hasil up-date.

12
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

Formulir Identifikasi Perundang-undangan dan persyaratan lainnya.

No Metode Pelaksanaan Peraturan Perundang-undangan

A. Survey Lapangan
1 Survey Topografi Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2 Survey Hidrologi Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
3 Survey Sosial Ekonomi Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri
4 Survey Geologi/Mekanika Tanah Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Tenaga Kerja (SKB) No.
168/KPTS/1971 dan No. 207/Kab/B.Ch/1971 tentang Higiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum
Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan dan Pengawasan Ketenaga- kerjaan,
Penyusunan Perencanaan Dan Departemen Tenaga Kerja dan Koperasi No. Kep. 20/DJPPK/ VI/2005, tentang
B.
Analisa Petunjuk Teknis Untuk Pelaksanaan Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di
Tempat Kerja
Undang-undang Nomor 32 tahun 2009, tentang Perlindungan danPengelolaan
Lingkungan Hidup
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86/2002, tentang Pedoman,
Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup & Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup
Sistem Manajemen Lingkungan Standar ISO 14001:2004
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman
SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan
Umum No. Kept. 174/MEN/1989, dan No. 104/KPTS/ 1986 tentang K3 Pada Tempat
Kegiatan Konstruksi
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per. 01/MEN/1980 tentangKeselamatan
dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Per. 02/Men/ 1980 tentang
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03/Men/1998 tentang Tata Cara Pelaporan
Dan Pemeriksaan Kecelakaan
Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan,
Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-186/Men/1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran Di Tempat Kerja
Peraturan Menteri Tanaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.13/MEN/X/2011
Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik dan Faktor Kimia di Tempat Kerja
Peraturan Menteri No.18 Tahun 2020 tentang pengendalian transportasi dalam rangka
pencegahan penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19)

13
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

II.3 Sasaran dan Program Pengawasan


A. Sasaran K3
a. Zero Accident
i. Tidak ada kecelakaan kerja yang berdampak korban jiwa/cacat tetap
(0%)
ii. Kehilangan Jam Kerja akibat Kecelakaan kerja maksimal 1 %
iii. Kehilangan jam kerja akibat sakit maksimal 5 %
b. Pemenuhan Undang-undang dan Peraturan SMK3
c. Pemahaman dan Kesadaran K3 Seluruh Karyawan
i. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) 95%
ii. Laporan kerja K3 minimal 1 kali dalam 3 bulan

B. Program K3
- Mengidentifikasi dan membuat analisa Bahaya dan Resiko setiap pekerjaan.
- Mengidentifikasi dan membuat analisa Bahaya dan Resiko setiap pekerjaan.
- Mengawasi setiap pekerjaan beresiko tinggi dengan dikeluarkannya Surat
Ijin
- Kerja
- Melakukan Safety Patroli dan Inspeksi terhadap Lokasi Kerja, Metode dan
- Peralatan Kerja.
- Membuat metode pengamanan dan pengawasan terhadap alat selama bekerja,
- Penyediaan alat dan pendukung keselamatan kerja (rambu-rambu,
APD, Pemadam kebakaran, P3K).
- Membatasi kerja lembur
- Pemeriksaan kesehatan setiap pekerja beresiko tinggi ( secara periodik )
- Menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai kebutuhan
- Meningkatkan kedisiplinan terhadap pemakaian APD melalui inspeksi
- Mensosialisasikan Perundang-undangan dan Peraturan K3
- Memberikan training/pelatihan internal yang berhubungan dengan

14
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

III.DUKUNGAN KESELAMATAN KONSTURKSI


III.1 Kompentensi
Pelaksanaan K3 sangat tergantung dari rasa tanggung jawab manajemen dan
petugas terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta kerjasama dalam
pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang jelas.
Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada petugas, bimbingan dan latihan
serta penegakan disiplin.

Ahli K3 Konstruksi secara spesifik harus mempersiapkan data informasi


pelaksanaan K3 disemua tempat kerja, merumuskan permasalahan serta menganalisis
penyebab timbulnya masalah bersama petugas-petugas, sehingga dapat dilaksanakan
dengan baik. Selanjutnya memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program, untuk
menilai sejauh mana program yang dilaksanakan telah berhsil. Kalau masih terdapat
kekurangan, maka perlu diidentifikasi penyimpangannya serta dicari pemecahannya.

 Tugas Dan Fungsi Organisasi/Unit Pelaksana K3


a. Tugas pokok :
- Memberi rekomendasi dan pertimbangan kepada Penanggung
Jawab K3 mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan K3.
- Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk
pelaksanaan dan prosedur K3.
b. Fungsi :
- Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta
permasalahan yang berhubungan dengan K3.
- Membantu Penanggung Jawab K3 mengadakan dan meningkatkan
upaya promosi K3, pelatihan dan penelitian K3.
- Pengawasan terhadap pelaksanaan program K3.
- Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan
korektif.

15
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

- Memberi nasehat tentang manajemen K3 di tempat kerja, kontrol


bahaya, mengeluarkan peraturan dan inisiatif pencegahan.
- Investigasi dan melaporkan kecelakaan, dan merekomendasikan
sesuai kegiatannya.
- Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan baru,
pembangunan gedung dan prosesnya

Tabel. Daftar Personel K3 Desain Rehabilitasi Syphon D.I Serayu


No Jabatan Jumlah Personil Nama Personil Sertifikat

1 Ahli K3 Konstruksi 1 Agus Bonaji,ST. Ahli Muda K3 Konstruksi

III.2 Biaya
Biaya Penerapan SMKK adalah termasuk dalam rangka dilaksanakan pekerjaan dan/atau
pengendalian pekerjaan diluar biaya remunerasi tenaga ahli.

IV.OPERASI KESELAMATAN KONSTRUKSI


IV.1 Struktur Organisasi Pengawasan Pekerjaan Konstruksi
 Organisasi K3
PT. BINA BUANA RAYA akan menyediakan Petugas K3, sesuai dengan
struktur organisasi K3 sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut ini :

16
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN

Dewan
Komisaris

Pengguna Direktur
Jasa Utama

Direktur Teknis
dan Operasional
Marketing
Officer Manajer Keuangan
dan Administrasi

Project
Ketua Tim
Staf Manager Staf
Teknik Administrasi

Tenaga Ahli Tenaga Ahli Tenaga Ahli Tenaga Ahli Tenaga Ahli

Asisten Asisten Asisten Asisten Asisten


Tenaga Ahli Tenaga Ahli Tenaga Ahli Tenaga Ahli Tenaga Ahli

Tenaga Tenaga Tenaga Tenaga Tenaga


Pendukung Pendukung Pendukung Pendukung Pendukung

KETERANGAN :
GARIS
KOORDINASI

GARIS PERINTAH

Gambar-2.Struktur Organisasi PT. Bina Buana Raya


 Mekanisme Kerja
- Ketua organisasi atau Penanggung Jawab K3 memimpin dan
mengkoordinasikan kegiatan organisasi atau unit pelaksana K3.
- Ketua Unit Pelaksana K3 memimpin dan mengkoordinasikan tugas-
tugas untuk unit- unit petugas dan melaksanakan keputusan organisasi
atau unit pelaksana K3.
- Ketua Unit Pelaksana K3 mengikuti rapat organisasi dan melakukan
pembahasan atas persoalan yang diajukan dalam rapat, serta
melaksanakan tugas-tugas yang diberikan organisasi.

17
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, organisasi atau unit
pelaksana K3 mengumpulkan data dan informasi mengenai pelaksanaan K3.
Sumber data antara lain dari bagian personalia meliputi angka sakit, tidak hadir
tanpa keterangan, angka kecelakaan, catatan lama sakit dan perawatan rumah
sakit, khususnya yang berkaitan dengan akibat kecelakaan kerja. Dan sumber
yang lain bisa dari tempat pengobatan antara lain jumlah kunjungan, P3K dan
tindakan medik kerena kecelakaan, rujukan ke rumah sakit bila perlu
pengobatan lanjutan dan lama perawatan serta lama berobat. Dari bagian
teknik bisa didapat data kerusakan akibat kecelakaan dan biaya perbaikan.

IV.2 Pengelolaan Keselematan Konstruksi


1. Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian
 Setiap orang yang melakukan pekerjaan yang dapat berpengaruh pada K3 harus
kompeten berbasis pada pendidikan, pelatihan atau pengalaman yang sesuai, dan
menyimpan bukti rekamannya.
 Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan yang terkait dengan risiko K3 dan SMK3.
 Organisasi menetapkan, menjalankan dan memelihara prosedur agar pekerja sadar
akan : konsekuensi K3, peran dan tanggung jawab, potensi konsekuensi bila melanggar.
 Prosedur pelatihan harus mempertimbangkan perbedaan tingkatan :
- tanggung jawab,
- kecakapan,
- kemampuan bahasa dan baca tulis
- risiko

18
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

2. Komunikasi, Partisipasi dan Konsultasi


 Komunikasi
Menetapkan, menjalankan dan memelihara prosedur mengenai :
- Komunikasi internal antara berbagai tingkatan dan fungsi dalam organisasi,
- Komunikasi dengan kontraktor dan pengunjung,
- Penerimaan, dokumentasi dan tanggapan terhadap komunikasi terkait
dari pihak eksternal yang terkait.
 Partisipasi dan Konsultasi
- Menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur yang mencakup :
a. Keterlibatan pekerja dalam :
i. Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko
ii. Penyelidikan insiden
iii.Pengembangan dan tinjauan ulang kebijakan dan tujuan K3
iv. Konsultasi tentang perubahan yang berpengaruh terhadap K3
v. Perwakilan masalah K3
b. Konsultasi dengan pihak berwenang mengenai perubahan K3
yang berpengaruh bagi perusahaan

19
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

- Memastikan pihak yang berkepentingan dikonsultasikan mengenai masalah


K3 yang terkait.
3. Dokumentasi
Dokumentasi SMK3 mencakup :
 Kebijakan K3 dan Tujuan K3
 Ruang lingkup SMK3
 Elemen SMK3, interaksinya serta referensi terhadap dokumen terkait
 Dokumen, termasuk :
- rekaman yang menjadi persyaratan standar
- rekaman bukti perencanaan, operasi dan pengendalian proses yang
berhubungan dengan risiko K3
Bentuk formulir daftar dokumen dapat dilihat pada lampiran

4. Pengendalian Dokumen
Dokumen yang menjadi persyaratan untuk K3 harus terkendali. Menetapkan, menerapkan
dan memelihara prosedur mengenai :

 Pengesahan dokumen sebelum diterbitkan,


 Tinjauan ulang, up-dating dan pengesahan ulang,
 Identifikasi perubahan dokumen dan revisi terbaru,
 Versi yang relevan tersedia ditempatnya,

20
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

 Kejelasan dan kemudahan identifikasi dokumen,


 Dokumen eksternal untuk perencanaan dan operasi terkait SMK3 dapat diidentifikasi
dan distribusinya terkendali,
 Pencegahan penggunaan dokumen usang yang tidak terpakai dan identifikasi
dokumen usang yang disimpan untuk tujuan tertentu.
Bentuk formulir pengendalian dokumen dapat dilihat pada lampiran.

5. Pengendalian Operasional
Unit Pelaksana K3 menetapkan jenis operasional dan aktivitas yang berhubungan dengan
potensi bahaya yang telah diidentifikasi, yang tindakan pengendaliannya dilakukan untuk
mengelola risiko K3 yang ada, termasuk didalamnya manajemen perubahan
Unit Pelaksana K3 harus menerapkan dan memelihara :
 Pengendalian operasional dan mengintegrasikannya ke dalam SMK3,
 Kendali terhadap pembelian barang, peralatan dan jasa,
 Kendali terhadap kontraktor dan pengunjung ke tempat kerja,
 Prosedur terdokumentasi, yang mencakup situasi bila ketiadaan prosedur ini
menyebabkan penyimpangan terhadap kebijakan dan tujuan K3,
 Kriteria operasi yang ditetapkan, dimana ketiadaan kriteria ini menyebabkan
penyimpangan terhadap kebijakan dan tujuan K3, meliputi :
- Cara kerja aman (Safe working Practices),
- Prosedur operasi aman,
- Pengadaan dan pembelian,
- Keselamatan kontraktor (terkait : pekerjaan kasar, bersinggungan
langsung dgn pekerjaan, kadang kurang peduli terhadap keselamatan).
6. Kesiagaan dan Tanggap Darurat
 Tujuan
Prosedur ini memberikan pedoman dalam menghadapi keadaan
darurat, menyelamatkan tenaga kerja, asset perusahaan dan lingkungan kerja.
 Ruang Lingkup

21
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

Prosedur ini berlaku bagi pelaksanaan kesiagaan dan ketanggapan


darurat penanganan kebakaran, penanganan kecelakaan kerja atau darurat medis
(PPPK).
 Uraian Umum
- Keadaan darurat adalah suatu kondisi dimana terjadi kebakaran, kecelakaan
kerja, darurat medis dan kejadian lain yang memerlukan penanganan segera
dan terpadu.
- Kebakaran adalah kobaran api yang membesar yang tidak terkendali
yang dapat menimbulkan kerugian pada manusia, barang dan lingkungan.
- Darurat medis adalah situasi yang mengancam jiwa seseorang dan perlu
penanganan yang serius. Pada umumnya keadaan ini disebabkan karena
keletihan, pingsan, sakit, keracunan dan lain-lain.
- Emergency plan harus disiapkan untuk kondisi darurat yang mungkin terjadi
dan mencakup :
 Identifikasi potensial kecelakaan dan kejadian darurat
 Identifikasi personel yang melakukan penanggulangan selama kejadian
darurat.
 Kewajiban semua personel selama kejadian darurat.
 Tanggung jawab, wewenang dan tugas-tugas personel dengan tanggung
jawab khusus selama kejadian darurat (seperti pemadaman kebakaran,
P3K dan sebagainya).
 Proses evakuasi.
 Identifikasi dan lokasi material berbahaya dan tindakan darurat yang
dipersyaratkan.
 Hubungan dengan jasa pihak eksternal terkait dengan kejadian darurat.
Komunikasi dengan badan pemerintah.
 Komunikasi dengan publik.
 Pengamanan catatan dan perlatan penting.

22
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

 Informasi yang dibutuhkan selama kejadian darurat seperti denah lokasi


perusahaan/proyek, data material berbahaya, instruksi kerja dan nomor
telepon penting.
- Peralatan darurat untuk penanggulangan jika terjadi kondisi darurat
yang harus ada dilokasi kerja (bila dapat diterapkan) harus disesuaikan
dengan aktivitas potensi kondisi darurat, diuji kelayakannya dalam waktu
yang terancana diantaranya :
 Sistem alarm
 Lampu dan tenaga listrik darurat Peralatan pemadam kebakaran Fasilitas
komunikasi
 Tempat perlindungan
 Hydrant
 Stasiun pencuci mata
 Alat perlolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
- Setiap lokasi kegiatan kerja perusahaan harus menentukan tempat yang aman
(assembly point) yang berfungsi sebagai tempat berkumpul selama kegiatan
evakuasi.
7. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
 Umum
Suatu kecelakaan kerja dapat saja terjadi menimpa tenaga kerja atau orang
sekitarnya pada saat melaksanakan pekerjaan dan tindakan pertama adalah
memberikan pertolongan sesegera mungkin sebelum penderita mendapat
perawatan medis lebih lanjut dari ahlinya (rumah sakit, poliklinik).
Dari sisi peraturan keselamatan kerja, hal tersebut merupakan hak setiap tenaga
kerja untuk mendapatkan pertolongan pertama bila terjadi kecelakaan kerja
dan oleh sebab itu maka pihak perusahaan menyediakan obat-obatan untuk
pertolongan pertama tersebut dalam kotak P3K pada setiap alat.
Disamping itu perlu ada suatu pelatihan khusus dalam menangani kecelakaan
kerja tersebut, sehingga pada saat terjadi kecelakaan telah dapat dilakukan
pertolongan pertama dengan benar dan baik.

23
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

 Maksud dan tujuan


Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) diselenggarakan untuk
memberikan pertolongan permulaan yang diperlukan sebelum penderita dibawa
ke Rumah Sakit/Poliklinik terdekat. Pertolongan pertama ini memegang peranan
yang penting, karena tanpa pertolongan pertama yang baik, korban mungkin
tidak akan tertolong lagi kalau harus menunggu pengangkutan ke rumah sakit.
Maksud dan tujuan meliputi :
- Mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya kematian, jika bahaya
tersebut sudah ada, seperti pada korban yang shock, terjadi pendarahan yang
luar biasa atau pada korban yang pingsan,
- Mencegah bahaya cacat, baik cacat rohani ataupun cacat jasmani,
- Mencegah infeksi, artinya berusaha supaya infeksi tidak bertambah parah
yang disebabkan perbuatan-perbuatan atau pertolongan yang salah,
- Meringankan rasa sakit.
 Pedoman umum untuk penolong
- Menilai situasi
 Memperhatikan apa yang terjadi secara cepat dan tenang :
i. Apakah korban pingsan, henti jantung atau henti nafas,
ii. Apakah korban mengalami pendarahan atau luka,
iii. Apakah korban mengalami patah tulang.
iv. Apakah korban mengalami rasa sangat sakit yang berlebihan,
v. Apakah korban mengalami luka bakar.
 Memperhatikan apakah ada bahaya tambahan yang mengancam korban atau
penolong.
 Harus selalu ingat jangan terlalu berani mengambil resiko, perhatikan
keselamatan diri penolong.
- Mengamankan tempat kejadian dengan :
 Melindungi korban dari bahaya,
 Jika perlu meminta orang lain untuk membantu atau laporkan kepada
 bagian terkait (Rescue Team Perusahaan).

24
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

- Memberi pertolongan
Rencanakan dan lakukan pertolongan berdasarkan tujuan P3K sebagai
berikut :

i. Menciptakan lingkungan yang aman,


ii. Menciptakan lingkungan yang aman,
iii. Mencegah kondisi korban bertambah buruk,
iv. Mempercepat kesembuhan,
v. Melindungi korban yang tidak sadar,
vi. Menenangkan korban/penderita yang terluka,
vii. Mempertahankan daya tahan tubuh korban menunggu pertolongan
yang lebih tepat dapat diberikan
- Jika pertolongan pertama telah dilakukan, maka segera angkut korban tapi
jangan terburu-buru atau serahkan pertolongan selanjutnya kepada yang
lebih ahli atau bagian yang bertugas menangani kecelakaan atau kirim ke
Dokter atau rumah sakit terdekat
 Jenis kecelakaan
 Kecelakaan yang dapat membawa maut Coma (collapse)
i. Gejala–gejalanya :
a. Keluar keringat dingin,
b. Pucat,
c. Denyut nadi lemah,
d. Telinga berdengking,
e. Mual,
f. Mata berkunang – kunang,
ii. Cara pertolongannya :
a. Tidurkan penderita terlentang dengan kepala agak
direndahkan,
b. Longgarkan pakaiannya,
c. Usahakan agar penderita dapat bernafas dengan udara segar,
d. Kalau ada beri selimut agar badannya menjadi hangat,

25
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

e. Selanjutnya kirimkan ke Dokter atau rumah sakit terdekat.


 Shock (gugat)
Hal ini disebabkan oleh suatu keadaan yang timbul karena jumlah darah yang
beredar dalam pembuluh darah sangat berkurang yang dapat disebabkan oleh
: Pendarahan keluar atau ke dalam dan Luka bakar yang luas yang
menyebabkan banyak cairan/serum darah yang keluar.
i. Tanda-tandanya :
a. Nadi berdenyut cepat, lebih 100 kali/menit kemudian melemah,
lambat dan menghilang,
b. Pernafasan dangkal dan tidak teratur,
c. Bila keadaan tambah lanjut penderita jadi pingsan,
d. Penderita pucat dan dingin,
e. Penderita merasa mual, lemas, mata berkunang,
f. Pandangan hampa dan tidak bercahaya.
ii. Pertolongan :
g. Baringkan penderita ditempat yang udaranya segar dan kepala
lebih rendah dari kaki,
h. Bersihkan mulut dan hidungnya dari sumbatan,
i. Hentikan pendarahan bila ada,
j. Longgarkan pakaian penderita,
k. Kalau ada berikan selimut agar penderita menjadi hangat,
l. Selanjutnya kirimkan ke Dokter atau rumah sakit terdekat\
m. Jangan memberi minum,
 Pingsan
Fungsi otak terganggu sehingga penderita tidak sadar.
i. Gejala :
a. Penderita tidak sadar, tidak ada reaksi terhadap rangsangan,
b. Penderita berbaring dan tidak bergerak,
c. Pernafasan dan denyut nadi dapat diraba
 Pertolongan :
a. Baringkan penderita di tempat teduh dan segar,

26
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

b. Apabila mukanya merah, kepalanya ditinggikan, dan apabila pucat


baringkan tanpa alas kepala,
c. Pakaiannya dilonggarkan,
d. Penderita jangan ditinggalkan seorang diri dan perlu dijaga,
e. Tenangkan bila gelisah,
f. Kalau ada, berikan selimut agar badannya menjadi hangat,
g. Selanjutnya kirimkan ke Dokter atau rumah sakit terdekat.
 Pendarahan
i. Dilihat dari sudut keluarnya darah, pendarahan ada 2 macam yaitu :
a. Pendarahan ke luar,
b. Pendarahan ke dalam.
ii. Dilihat dari sudut macamnya pembuluh darah yang putus, pendarahan ada
3 macam yaitu :
a. Pendarahan pembuluh nadi (arterial),
b. Pendarahan pembuluh balik (vena),
c. Pendarahan pembuluh rambut (capiler).
d. Untuk memberikan pertolongan terhadap penderita yang
mengalami pendarahan dapat dilakukan dengan bermacam-
macam cara diantaranya :
 Cara pertama :
 Penderita didudukan atau ditidurkan tergantung dari
hebatnya pendarahan,
 Bagian tubuh yang mengalami luka ditinggikan,
 Hentikan pendarahan dengan menekan anggota bagian diatas
luka,
 Bersihkan luka dari kotoran yang ada,
 Letakkan diatas luka, sepotong kain kasa steril berlipat dan tekan
sampai darah berhenti keluar, kemudian pasang pembalut tekan
(plester).
 Untuk pendarahan yang hebat ditangan atau kaki dapat
digunakan cara torniquet (torniket, penarat darah).

27
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

Torniket adalah balutan yang menjepit sehingga aliran daerah di


bawahnya terhenti sama sekali
 Perhatikan bila menggunakan penarat darah :
 Tiap 10 menit harus dikendorkan dengan memutar kayunya,
 Memasang penarat darah antara luka dan jantung,
 Penderita yang dikorniket harus segera dibawa ke rumah sakit
untuk pertolongan lebih lanjut dan harus mendapat prioritas
pertama,
 Harus dicatat jam berapa penarat darah dipasang dan dibuka,
 Cara torniket ini hanya dianjurkan bagi mereka yang sudah
menguasai.
 Luka-Luka
Luka adalah adanya jaringan kulit yang terputus atau rusak oleh
suatu sebab. Menurut sebabnya dapat dikenal bermacam-
macam luka yaitu sebagai berikut :
 Luka memar kena pukul,
 Luka gores,
 Luka tusuk,
 Luka potong,
 Luka bacok,
 Luka robek,
 Luka tembak,
 Luka bakar.
iii. Memberikan pertolongan kepada penderita yang mengalami luka pada
dasarnya adalah :
 Menghentikan pendarahan,
 Mencegah infeksi,
 Mencegah kerusakan lebih lanjut,
 Menggunakan cara yang memudahkan/ mempercepat
penyembuhan.

28
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

iv. Cara memberikan pertolongan pertama penderita yang mengalami


luka adalah sebagai berikut :
a. Luka di kepala :

 Tidurkan penderita terlentang tanpa alas kepala jika disertai


pingsan,
 Oleskan obat merah dengan lidi kapas,
 Tutup dengan kasa steril dan perban,
 Segera bawa penderita ke Dokter atau rumah sakit terdekat.
b. Luka di dada terbuka tembus paru-paru

 Tidurkan penderita setengah duduk,


 Rawat lukanya seperti merawat luka biasa,
 Berilah plester atau pembalut penekan supaya udara tidak masuk,
 Segera bawa penderita ke Dokter atau rumah sakit terdekat.
c. Luka di perut melintang

 Tidurkan pederita ¼ duduk,


 Tutup lukanya dengan kasa steril,
 Balutlah lukanya dengan kain segitiga,
 Jangan memberi makanan/minuman kepada penderita,
 Segera bawa penderita ke Dokter atau rumah sakit terdekat.

29
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

d. Luka perut membujur

 Tidurkan penderita terlentang,


 Selanjutnya lakukan seperti member pertolongan pada luka perut
melintang.
e. Luka bakar
Dilihat dari berat tidaknya, luka bakar dapat dibagi dalam beberapa
tingkat :
1. Luka bakar tingkat I (Erythema)
 Warna luka kemerah-merahan,
 Yang terbakar hanya lapisan atas dari kulit ari,
 Penderita merasakan sakit, dan luka bengkak. Cara memberikan
pertolongan :
 Hapuskan kekuatan dari bahan yang membakar,
 Berikan obat livertran zalf atau bio-placentan/obat luka bakar,
 Tutup luka bakar dengan menggunakan kasa steril,
 Balut dengan cara longgar-longgar,
 Berikan banyak minum kepada penderita,
 Jaga agar penderita jangan sampai kedinginan.
2. Luka bakar tingkat II (Bullosa)
Luka bakar tingkat II mempunyai tanda-tanda sebagai berikut :

 Kulit melepuh,
 Pembakaran sampai kulit ari,
 Terdapat gelembung-gelembung berisi cairan. Cara memberikan
pertolongan :
 Tutup luka dengan menggunakan kasa steril,
 Berikan banyak minum kepada penderita,
 Jaga agar penderita tidak sampai kedinginan,

30
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

 Bawa penderita ke rumah sakit.


3. Luka Bakar Tingkat III (Escarotica) :
Luka bakar tingkat III mempunyai tanda-tanda sebagai berikut :
 Pembakaran sampai pada kulit Jangat,
 Warna luka hitam keputih-putihan.
Cara memberikan pertolongan adalah seperti memberikan
pertolongan pertama pada penderita luka bakar tingkat II.
4. Luka bakar tingkat IV (Carnisasio)
Luka bakar tingkat IV mempunyai tanda-tanda sebagai berikut :
 Pembakaran sampai pada jaringan ikat atau lebih,
 Kulit ari dan kulit jangat telah terbakar.
Cara memberikan pertolongan kepada penderita luka bakar
tingkat IV sama seperti memberikan pertolongan pada penderita
luka bakar tingkat II atau tingkat III.
 Patah tulang
Pertolongan pertama pada penderita yang mengalami patah tulang
adalah merupakan salah satu pertolongan yang sangat penting,
karena dengan memberikan pertolongan pertama berarti
berusaha untuk mencegah penderita dari kehilangan salah satu
anggota badan.
Dilihat dari jenisnya patah tulang terdiri dari :
1. Patah tulang terbuka
Artinya : tulang yang patah menonjol keluar yang langsung
berhubungan dengan udara (ada luka diluar).
2. Patah tulang tertutup
Dalam hal ini artinya : tulang yang patah, ujungnya masih
tertutup (tidak berhubungan dengan udara luar).
3. Gejala–gejala patah tulang :
a. Penderita tidak dapat menggerakan bagian badan yang patah,
b. Tempat tulang yang patah amat sakit dan akan terasa lebih
sakit bila tempat yang patah tersentuh atau bila digerakkan,

31
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

c. Bentuk bagian badan itu berlainan dari biasanya,


d. Disekitar tempat yang patah bengkak dan warnanya kebiru–
biruan,
e. Pada patah tulang terbuka, kulit dan daging robek, dan ujung
tulang yang patah menjorok keluar.
4. Cara memberikan pertolongan pada penderita yang mengalami
patah tulang :
a. Pakaian yang menutupi patah tulang tertutup tidak perlu
dibuka, sedangkan patah tulang terbuka, pakaian harus
dibuka (dirobekkan) agar dapat dibalut,
b. Luka ditutup dengan kasa steril,
c. Pada patah tulang terbuka hentikan pendarahan dengan
pembalut,
d. Kerjakan pembalutan yang memenuhi syarat,
e. Anggota badan yang patah ditinggikan,
f. Segera bawa ke rumah sakit.
5. Cara–cara pembidaian :
a. Bidai harus kedua sendi dari tulang yang patah,
b. Tidak boleh terlalu keras atau terlalu kendor ikatannya, c)
Bidai dialasi agar jangan menambah perasaan sakit,
c. Ikatan harus cukup jumlahnya dimulai dari atas dan dari
bawah bagian yang patah,
d. Sediakan dulu perlengkapan secukupnya sebelum
melakukan pembidaian.
 Patah tulang paha

Dibutuhkan 2 buah bidai :

32
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

- Satu bidai yang meliputi dari tumit sampai bagian atas paha,
- Satu bidai yang lainnya sampai pinggang,
- Ikat kedua bidai dengan menggunakan mitella.
 Patah tulang betis

- Dibutuhkan 2 buah bidai yang dapat meliputi/menutup dari tumit


sampai paha,
- Ikat kedua bidai dengan menggunakan muttela
 Patah tulang lengan atas

- Sediakan bidai yang dapat meliputi tulang belikat sampai jari–jari,


- Tangan digendong dengan siku pembalut (mittela)
 Patah tulang lengan bawah

- Sediakan bidai yang meliputi sendi siku sampai jari–jari


- Ikatkan bidai itu pada bagian atas dan bawah luka,
- Gendong lengan dengan siku pembalut (mittela)

33
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

 Patah tulang selangkang

- Beri ransel perban dengan bagian yang diberi alas,


- Atau ikatkedualengannya dipunggung,
- Atau diberi pembalut penunjang tinggi (mittela tinggi)
 Patah tulang rusuk

- Beri pembalut plester menurut panjangnya rusuk,


- Plester harus meliputi tulang dada sampai tulang punggung
 Patah tulang belakang

a. Bila ada luka


- Tidurkan penderita terlungkup,
- Rawatlah luka terlebih dahulu,
- Di bawah dada serta di bawah kaki diberi alas,
- Bawa penderita ke rumah sakit.

b. Bila tidak luka


- Tidurkan penderita terlentang,
- Di bawah pinggang diberi alas atau bantal
 Pemakaian obat-obat PPPK
a. Mercurochroom

34
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

Penggunaan : Untuk anti septik (anti infeksi) pada luka-luka dalam.


Cara penggunaan : Untuk mengobati luka-luka yang tidak dalam, lecet-
lecet. Luka/lecet yang kotor dibersihkan dahulu, lalu
diolesi mercurochroom, jika luka-lukanya tidak berair
biarkan dalam keadaan terbuka saja, tidak usah
dibalut.

b. Sulfanilamid powder steril


Penggunaan : Sebagai anti septik (anti infeksi) untuk luka-
luka
dalam.
Cara penggunaan : Taburkan sulfanilamid powder steril pada luka-luka
terutama luka dalam, lalu ditutup dengan kain steril
16 x 16 dan dibalut atau diplester.
c. Larutan Rivanol
Penggunaan : Sebagai anti septik (anti infeksi)
Cara penggunaan : Mengobati luka-luka yang kotor dengan jalan
mengompres.
Gunakan kasa steril 16 x 16, basahi dengan larutan
rivanol dan kompreskan diatas luka, lalu dibalut.
d. Levetraan Zalf
Penggunaan : Untuk mengobati luka bakar.
Cara penggunaan : Oleskan levetraan zalf diatas luka bakar, tutup
dengan
kain steril 16 x 16, kemudian luka dibalut atau
diplestet.

V.EVALUASI KINERJA PENERAPAN SMKK


1. Pengukuran dan Pemantauan Kinerja
Organisasi Unit Pelaksana K3 akan menetapkan, menjalankan dan memelihara prosedur
untuk memantau dan mengukur kinerja K3 secara teratur. Prosedur tersebut mencakup:

35
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

 Pengukuran secara kualitatif dan kuantitatif,


 Pemantauan tingkat pencapaian tujuan K3 organisasi unit pelaksana,
 Pemantauan efektivitas tindakan pengendalian,
 Pengukuran kinerja yang proaktif,
 Pengukuran kinerja yang reaktif,
 Pencatatan data dan hasil pemantauan & pengukuran.
 Bentuk formulir prosedur pengukuran dan pemantauan kinerja dapat dilihat di
lampiran.

2. Evaluasi Kepatuhan
Organisasi Unit Pelaksana K3 akan menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur
evaluasi pemenuhan terhadap peraturan perundangan yang berlaku secara teratur dan
menyimpan rekaman evaluasinya.
Organisasi Unit Pelaksana K3 juga akan mengevaluasi pemenuhan terhadap persyaratan
lain yang diikutinya dan menyimpan rekaman evaluasinya.

3. Penyelidikan Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan Pencegahan


 Penyelidikan Insiden
Menetapkan, menerapkan, dan memelihara prosedur mengenai pencatatan,
penyelidikan dan analisa insiden. Tujuannya adalah :
- Menentukan penyebab terjadinya insiden
- Mengidentifikasi upaya tindakan pencegahan
- Mengidentifikasi upaya tindakan perbaikan
- Mengidentifikasi upaya peningkatan berkelanjutan
- Mengkomunikasikan hasil penyelidikan
Hasil penyelidikan insiden didokumentasikan dan dipeliharaan
 Ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan
Menetapkan, menerapkan, dan memelihara prosedur mengenai penanganan
ketidaksesuaian dan upaya tindakan perbaikan dan pencegahan. Prosedur
mencakup persyaratan :

36
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

- Identifikasi dan perbaikan ketidaksesuaian dan tindakan untuk mengurangi


konsekuensinya terhadap K3
- Penyelidikan ketidaksesuaian, menentukan penyebab dan tindakan perbaikan
untuk mencegah terulang kembali
- Evaluasi kebutuhan untuk mencegah terjadinya ketidaksesuaian dan
menerapkan tindakan untuk menghindari terjadinya ketidaksesuaian tersebut.
- Pencatatan dan komunikasi hasil upaya perbaikan dan pencegahan
- Tinjauan ulang terhadap efektivitas tindakan perbaikan dan pencegahan yang
dilakukan
Apabila melalui tindakan perbaikan dan pencegahan teridentifikasi potensi
bahaya yang baru/berubah atau memerlukan perubahan bentuk pengendalian
maka prosedur harus mempersyaratkan pelaksanaan penilaian risiko sebelum
usulan pengendalian diimplementasikan.
Setiap perubahan yang terjadi akibat tindakan perbaikan dan pencegahan harus
didokumentasikan.
4. Pengendalian Rekaman
Menetapkan dan memelihara rekaman untuk menunjukkan pemenuhan terhadap
persyaratan SMK3.
Menetapkan, menjalankan dan memelihara prosedur mengenai identifikasi, penyimpanan,
perlindungan, masa berlaku, dan pembuangan rekaman.
Rekaman K3 harus :
 Dapat dibaca
 Dapat diidentifikasi
 Dapat ditelusur

5. Audit Internal
Organisasi harus memastikan bahwa audit internal SMK3 dilakukan pada interval waktu
tertentu.
Tujuannya adalah :
 Menentukan apakah SMK3 :
- Sesuai dengan perencanaan manajemen K3, termasuk persyaratan standar lainnya,

37
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

- Telah diterapkan dan dipelihara,


- Efektif dalam mencapai kebijakan dan tujuan organisasi.
 Memberikan informasi mengenai hasil audit kepada manajemen perusahaan.
Program audit harus direncanakan, ditetapkan, diterapkan dan dipelihara oleh organisasi
Unit Pelaksana. Program audit disusun berdasarkan hasil penilaian risiko dan hasil audit
sebelumnya.
 Menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur audit yang mengatur mengenai :
- Tanggung jawab
- Kompetensi
- Ketentuan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit
- Pelaporan hasil audit
- Pemeliharaan rekaman
- Penetapan kriteria audit, ruang lingkup, frekuensi dan metode
- Pemilihan auditor dan pelaksanaan audit harus memastikan proses audit objektif
dan tidak memihak.

6. Tinjauan Manajemen
Manajemen puncak akan meninjau sistem manajemen K3 pada interval yang terencana, untuk
menjamin kecocokan sistem, kelayakan dan efektifitas. Peninjauan ini mencakup penilaian
peluang untuk peningkatan dan kebutuhan perubahan sistem manajemen K3, termasuk
kebijakan K3 dan sasaran K3. Catatan tinjauan manajemen akan dipelihara.
Masukkan bagi tinjauan ulang manajemen harus mencakup :
 Hasil audit internal dan evaluasi pemenuhan terhadap regulasi dan persyaratan lain yang
diikuti organisasi Unit Pelaksana
 Hasil kegiatan partisipasi dan konsultasi
 Komunikasi yang terkait dengan pihak eksternal, termasuk keluhan
 Kinerja K3
 Perkembangan pencapaian tujuan K3
 Status penyelidikan kecelakaan, tindakan perbaikan dan pencegahan
 Perkembangan tindak lanjut dari hasil tinjauan ulang sebelumnya
 Perubahan keadaan, termasuk perkembangan hukum dan persyaratan lain yang terkait K3

38
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

 Rekomendasi tindakan perbaikan.

VI.PENCEGAHAN COVID 19
Skema Protokol Pencegahan Covid-19 Dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
1. Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan COVID-19
a) Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa wajib membentuk Satgas Pencegahan COVID-19 yang
menjadi bagian dari Unit Keselamatan Konstruksi;

b) Satgas Pencegahan COVID-19 sebagaimana dimaksud pada huruf a dibentuk oleh


Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek tersebut;

c) Satgas Pencegahan COVID-19 sebagaimana dimaksud pada huruf a berjumlah paling


sedikit 5 (lima) orang yang terdiri atas :

1) 1 (satu) Ketua merangkap anggota; dan


2) 4 (empat) Anggota yang mewakili Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa.
d) Satgas Pencegahan COVID-19 memiliki tugas, tanggung jawab dan kewenangan untuk
melakukan:

1) sosialisasi;
2) pembelajaran (edukasi);
3) promosi teknik;
4) metode/pelaksanaan pencegahan COVID-19 di lapangan;
5) berkoordinasi dengan Satgas Penanggulangan COVID-19 Kementerian PUPR
melakukan Identifikasi Potensi Bahaya COVID-19 di lapangan;
6) pemeriksaan kesehatan terkait potensi terinfeksi COVID-19 kepada semua pekerja
dan tamu proyek;
7) pemantauan kondisi kesehatan pekerja dan pengendalian mobilisasi/demobilisasi
pekerja;
8) pemberian vitamin dan nutrisi tambahanguna peningkatan imunitas pekerja;
9) pengadaan Fasilitas Kesehatan di lapangan; dan
10) melaporkan kepada PPK dalam hal telah ditemukan pekerja yang positif dan/atau
berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan merekomendasikan dilakukan
penghentian kegiatan sementara.

2. Identifikasi Potensi Bahaya COVID-19 di lapangan.

39
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

a) Satgas Pencegahan COVID-19 berkoordinasi dengan Satgas Penanggulangan COVID-19


Kementerian PUPR untuk menentukan:

1) Identifikasi potensi risiko lokasi proyek terhadap pusat sebaran penyebaran


COVID-19 di daerah yang bersangkutan;
2) Kesesuaian fasilitas kesehatan di lapangan dengan protokol penanganan COVID-19
yang dikeluarkan oleh Pemerintah; dan
3) Tindak lanjut terhadap Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
b) Dalam hal Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut teridentifikasi:

1) Memiliki risiko tinggi akibat lokasi proyek berada di pusat sebaran;


2) Telah ditemukan pekerja yang positif dan/atau berstatus Pasien Dalam Pengawasan
(PDP); atau
3) Pimpinan Kementerian/Lembaga/Instansi/Kepala Daerah telah mengeluarkan
peraturan untuk menghentikan kegiatan sementara akibat keadaan kahar.
Maka Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut dapat diberhentikan sementara akibat
Keadaaan Kahar;
c) Penghentian Penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana di maksud huruf b di atas
dilakukan sesuai ketentuan pada Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Instruksi Menteri ini.

d) Dalam hal Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut karena sifat dan urgensinya tetap
harus dilaksanakan sebagai bagian dari penanganan dampak sosial dan ekonomi dari
COVID-19, maka Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut dapat diteruskan dengan
ketentuan:

1) Mendapatkan persetujuan dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;


dan
2) Melaksanakan protokol pencegahan COVID-19 dengan disiplin tinggi dan
dilaporkan secara berkala oleh Satgas Pencegahan COVID-19.

3. Penyediaan Fasilitas Kesehatan di Lapangan


a) Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan ruang klinik kesehatan di
lapangan yang dilengkapi dengan sarana kesehatan yang memadai, antara lain tabung
oksigen, pengukur suhu badan nir-sentuh (thermoscan), pengukur tekanan darah, obat-
obatan, dan petugas medis;

40
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

b) Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib memiliki kerjasama operasional perlindungan


kesehatan dan pencegahan COVID-19 dengan rumah sakit dan/atau pusat kesehatan
masyarakat terdekat untuk tindakan kahar (emergency);

c) Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan fasilitas tambahan antara lain:
pencuci tangan (air, sabun dan hand sanitizer), tisu, masker di kantor dan lapangan bagi
seluruh pekerja dan tamu; dan

d) Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan vaksin, vitamin dan nutrisi
tambahan guna peningkatan imunitas pekerja.

4. Pelaksanaan Pencegahan COVID-19 di lapangan


a. Satgas Pencegahan COVID-19 memasang poster (flyers) baik digital maupun fisik
tentang himbauan/anjuran pencegahan COVID-19 untuk disebarluaskan atau dipasang di
tempat-tempat strategis di lokasi proyek;
b) Satgas Pencegahan COVID-19 bersama petugas medis harus menyampaikan penjelasan,
anjuran, kampanye, promosi teknik pencegahan COVID-19 dalam setiap kegiatan
penyuluhan K3 pagi hari (safety morning talk);

c) Petugas medis bersama para Satuan Pengaman (Security Staff) melaksanakan pengukuran
suhu tubuh kepada seluruh pekerja, dan karyawan setiap pagi, siang, dan sore;

d) Satgas Pencegahan COVID-19 melarang orang (seluruh pekerja dan tamu) yang
terindikasi memiliki suhu tubuh ≥ 38 (tiga puluh delapan) derajat celcius datang ke lokasi
pekerjaan;

e) Apabila ditemukan pekerja di lapangan sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP)


COVID-19, pekerjaan harus diberhentikan sementara oleh Pengguna Jasa dan/atau
Penyedia Jasa paling sedikit 14 (empat belas) hari kerja.

f) Petugas Medis dibantu Satuan Pengaman (Security Staff) melakukan evakuasi dan
penyemprotan disinfektan pada seluruh tempat, fasilitas dan peralatan kerja; dan

g) Penghentian sementara dilakukan hingga proses evakuasi dan penyemprotan disinfektan,


serta pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan isolasi tenaga kerja yang pernah melakukan
kontak fisik dengan tenaga kerja yang terpapar telah selesai

Meklanisme Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Dalam
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

41
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

42

Anda mungkin juga menyukai