MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Tasawuf pada
semester lima, dengan dosen pengampu
Dr. H. Aceng Kosasih, M.Ag. dan Mokh. Iman Firmansyah, S.Pd.I., M.Ag.
Disusun oleh:
IPAI B
BANDUNG
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam yang
telah memberikan kepada kami semua nikmat baik itu nikmat Islam, nikmat iman,
nikmat sehat rohani maupun jasmani, karena berkat karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpah
kepada junjungan besar, penyempurna sekaligus penutup para nabi dan rasul,
Muhammad Saw. dan kepada para sahabat, tabi’ut tabi’in dan pada kita semua
selaku ummatnya.
Makalah ini disusun berdasarkan tugas yang di emban-kan kepada kami
untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Pengantar Tasawuf dengan
dosen pengampu mata kuliah yaitu Bapak Dr. H. Aceng Kosasih, M.Ag. dan
Mokh. Iman Firmansyah, S.Pd.I., M.Ag., makalah yang kami buat berjudul
“Tasawuf di Indonesia”.
Dalam makalah ini terdapat bahasan tentang bagaimana sejarah
munculnya tasawuf di Indonesia, lalu siapa sajakah tokoh-tokoh yang
membawanya, serta tarekat-tarekat apa saja yang berkembang di Indonesia.
Saya sangat menyadari bahwa dalam pembuatan dan penyusunan makalah
ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran
dari rekan - rekan semua, sehingga bisa menjadi lebih baik dalam pembuatan
makalah yang selanjutnya. Atas segala kekurangan dan kesalahan dalam
penyusunan makalah ini, saya sampaikan permohonan maaf dan semoga makalah
ini bermanfaat untuk kita semua. Aamiin.
Bandung, Desember 2015
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan Makalah ...................................................................................... 1
D. Sistematika Penulisan Makalah .............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
A. Sejarah Munculnya Tasawuf di Indonesia .............................................................. 3
B. Tokoh-Tokoh Tasawuf di Indonesia ....................................................................... 4
1. Syaikh Hamzah Fansuri ...................................................................................... 4
2. Syaikh Syamsuddin As-Sumatrani...................................................................... 5
3. Syaikh Abdur Rauf Singkili ................................................................................ 6
4. Syaikh Burhanuddin Ulakkan ............................................................................. 6
5. Syaikh Nuruddin Ar-Raniri................................................................................. 7
6. Syaikh Yusuf Tajul Khalwati .............................................................................. 9
C. Beberapa Tarekat-Tarekat yang Berkembang di Indonesia .................................... 9
1. Tarekat Qadiriah ............................................................................................... 10
2. Tarekat Naqsyabandiah ..................................................................................... 11
3. Tarekat Rifaiah.................................................................................................. 11
4. Tarekat Shiddiqiyyah ........................................................................................ 12
5. Tarekat Idrisiah ................................................................................................. 13
6. Tarekat Syadziliyyah......................................................................................... 14
7. Tarekat Syattariyah ........................................................................................... 14
8. Tarekat Tijaniyyah ............................................................................................ 15
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 16
A. Simpulan ............................................................................................................... 16
B. Saran ..................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu sebagai berikut:
1
2
Indonesia. Selanjutnya, yang terakhir pada bab III sebagai penutup berisi
simpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
Dr. Alwi Shihab, M.A. dalam Ilmu Tasawuf (Amin, 2002: 324)
mengungkapkan, Islam sufistik adalah Islam yang pertama hadir di Indonesia.
Pendapat mayoritas peneliti pun mengakui bahwa berkat kontribusi tokoh-tokoh
tasawuf, sangat berjasa, hingga bisa mengembangkan Islam di kawasan Asia
Tenggara. Islam lebih mudah tersebar oleh kaum sufi karena sikap kaum sufi yang
lebih kompromis dan penuh kasih sayang.
3
4
Selain dari dua faktor tersebut, perniagaan menjadi cara yang dilakukan
untuk penyebaran agama Islam di Indonesia, karena orang-orang terdahulu ahli
dalam menjalankan siasat dan mendapatkan relasi-relasi baru. Bagi mereka
berniaga itu adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebarnya ajaran Islam
yang suci yang telah dipusakai dari Nabi Muhammad saw., dan dari Allah swt.,
tegak dan tersebarnya ajaran keislaman adalah tanggung jawab atas setiap insan
Islam yang benar-benar mengerti akan ajaran agama yang dianutnya itu.
(Abdullah, 1980: 31)
Paham Ibnu Arabi mengenai wahdah al-wujud dianut oleh beliau. Beliau
juga dikenal sebagai penyair pertama yang memperkenalkan syair ke dalam sastra
Melayu. Riwayat hidup dan pengembaraannya bisa diketahui melalui syair-
syairnya yang merupakan syair-syair Melayu yang tertua. Selain itu menjadi
5
penyair dan ulama tasawuf, beliau juga ialah seorang cendekiawan dan
budayawan pada abad XVI sampai awal abad XVII. (Amin, 2002: 335).
Syaikh Abdur Rauf (w. 1415 M) telah boleh memakai Khirqah, yaitu
sebagai pertandaan telah lulus dalam pengujian secara suluk. Beliau telah diberi
selendang berwarna putih oleh gurunya. Bahwa beliau telah dilantik sebagai
Khalifah Mursyid dalam orde Tarekat Syathariyah, yang berati beliau boleh untuk
membai’at orang lain. Syaikh Abdur Rauf memiliki banyak murid salah satunya
yaitu Burhanuddin Ulakkan. (Abdullah, 1980: 50)
agama Budha. Kemudian Pono mengikuti ayahnya pindah ke Sintuk pada taun
1029 H atau 1559 M. Kemudian berpindah pula ke Ulakkan, dari Ulakkan dia
melanjutkan perjalanan di Aceh sehingga dia bertemu dengan Syaikh Abdur Rauf
ulama yang sedang tenar pada saat itu. Beliau wafat pada 10 Shafar 1111 H.
(Abdullah, 1980: 53)
Sultan Iskandar Tsani. Ar-Raniri pula dikenal sebagai seorang ulama yang
memiliki keilmuan yang amat sangat luas, sehingga memiliki pengaruh besar
dalam pengembangan Islam di wilayah Nusantara, dan merupakan ulama penulis
produktif (Amin, 2002: 340-341).
Keempat, tentang wujudiyyah. Inti paham ini berpusat pada wahdah al-
wujud yang disalahartikan kaum wujudiyyah dengan arti kemanunggalan Allah
dengan Alam. Menurutnya, pendapat Hamzah Al-Fansuri tentang wahdah al-
wujud dapat membawa kepada kekafiran.
Kelima¸ tentang hubungan syariat dan hakikat. Pemisahan antara syariat dan
hakikat merupakan sesuatu yang tidak benar. Kelihatannya Ar-Raniri sangat
menekankan syariat sebagai landasan esensi dalam tasawuf (hakikat). Untuk
menguatkan argumentasinyaa, ia mengajukan pendapat pemuka sufi, di antaranya
9
adalah Syaikh Abdullah Al-Aydrusi yang menyatakan bahwa jalan menuju Allah
hanya melalui syariat yang merupakan pokok Islam.
1. Tarekat Qadiriah
Tarekat Qadiriah, didirikan oleh Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Nama
lengkapnya Muhiddin Abu Muhammad Abdul Qadir ibn Abi Salih Zangi Dost al-
Jailani (470-561 H). Dalam mengembangkan ajarannya, syaikh Abdul Qadir al-
Jailani memimpin suatu madrasah di Bagdad, yang didirikan pada tahun 521 H
hingga ia wafat.
Ajaran dasar yang ditetapkan dalam tarekatnya adalah aqidah yang benar,
seperti aqidah para salaf saleh yang mengamalkan Alquran dan sunnah Rasulullah
saw., dengan sungguh-sungguh, sehingga ia mendapat petunjuk dalam menapaki
jalan (thariq) yang menyampaikan ke hadirat Allah Ta’ala. Murid dituntut untuk
11
2. Tarekat Naqsyabandiah
Tarekat ini didirikan oleh Muhammad ibn Muhammad Bahauddin al-
Uwaisi al-Bukhari Naqsabandi. Tarekat ini bersumber dari Abu Ya’kub Yusuf al-
Hamadi. Ajaran-ajaran al-Hamadi disebarluaskan oleh Abdul Khaliq Gudjwani,
salah seorang murid sekaligus khalifahnya. Cara pengajaran yang dilakukan
olehnya disebut tariqatikhwajagan (cara guru).
3. Tarekat Rifaiah
Tarekat Rifaiah didirikan oleh Ahmad ibn Ali Abul Abbas ar-Rifai (500-
578 H) berpusat di Irak pada abad ke 6 H. Ia seorang sufi besar yang saleh, ahli
hukum Islam. Ia hidup sejaman dengan syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Ajaran
12
dasar tarekat Rifaiah ada tiga, yaitu tidak memina sesuatu, tidak menolak, dan
tidak menunggu.
Selain itu, tarekat ini juga mempunyai ciri berupa dzikir yang nyaring dan
lantang. Jika para darwis Rifaiah berdzikir, mereka berdzikir dengan suara yang
sangat keras dan meraung-raung. Karena itu, mereka dikenal dengan sebutan
“darwis yang meraung”. Kadang-kadang mereka disebut juga “darwis yang
menangis” karena suara-suara ganjil yang mereka hasilkan ketika berdzikir.
Dalam Rifaiah zuhud merupakan suatu maqam dari berbagai tingkatan maqam
yang disunnahkan. Zuhud merupakan langkah pertama yang harus ditempuh oleh
siapa pun yang ingin berjalan menuju Tuhan. Orang yang belum menguasai
kezuhudan, tidak akan benar untuk melakukan langkah tasawuf berikutnya.
(Pengantar Ilmu Tasawuf, 2005:. 91) Adapun, ajaran lain yang diberikan yakni
mengenai makrifat dan cinta Ilahi. Makrifat adalah menyaksikan kehadiran dalam
makna kedekatan Tuhan disertai ilmu yakin dan tersingkapnya hakikat realitas
secara benar-benar yakin. Cinta mengantarkan pada kerinnduan dan makrifat
mengantar pada kefanaan atau ketiadaan diri.
4. Tarekat Shiddiqiyyah
Tarekat Shiddiqiyah adalah tarekat lokal yang muncul di Jawa Timur
setelah kemerdekaan. Tarekat ini didirikan oleh Kiai Mukhtar Mu’thi dari Ploso,
Jombang, Jawa Timur. Sebelumnya, ia sudah belajar berbagai tarekat dan dikenal
luas sebagai ahli pengobatan batin. Ia mengaku bahwa ajaran tarekat Shiddiqiyyah
ini berdasarkan ajaran yang diterimanya pada pertengahan tahun 1950-an dari
seseorang yang bernama Syuaib Jamal dari Banten, Syuaib Jamal merupakan ahli
waris spiritual Syaikh Yusuf al-Makasari. (Ilmu Tasawuf, 2012: 320) Tarekat
13
5. Tarekat Idrisiah
Tarekat ini diberi nama Idrisiah, dinisbatkan kepada Idris, ayah dari
Ahmad ibn Idris, dan juga dinamai tarekat Muhammadiyah, dinisbatkan kepada
Nabi Muhammad. Ini untuk menunjukkan bahwa tarekat ini ingin menjalankan
tarekat sesuai dengan apa yang dijalankan Nabi Muhammad saw., atau ingin
mencapai persatuan dengan roh Nabi Muhammad saw., melalui dzikir.
Ahmad ibn Idris berasal dari keluarga yang saleh. Tarekat Idrisiah
menurut pendiriannya bertujuan mengamalkan praktek tasawuf yang berdasarkan
Alquran dan sunnah Rasulullah saw., serta amalan para sahabat yang bersumber
pada sunnah Nabi. Tarekat ini tidak mengajarkan wirid-wirid tertentu dan dzikir-
dzikir tertentu seperti yang biasa diajarkan tarekat lain, dan tidak mengharuskan
pengikut tarekatnya untuk beruzlah dari masyarakat ramai. Uzlah ditentang karena
dianggap hanya bermanfaat bagi pengembangan diri secara individu, tidak sesuai
dengan cita-cita tertinggi Islam, yaitu persatuan umat Islam yang harus
diusahakan bersama-sama. Demikian pula, tarekat Idrisiah ini tidak menyetujui
dengan adanya praktek pengkultusan wali dan ziarah ke kuburan wali untuk
memohon pertolongan.
Aspek batin dan aspek lahir dari Islam sangat diperhatikan. Tarekat ini
tidak mengenal ajaran seperti ittihad, hulul, wahdatul wujud dan ajaran yang ingin
dicapai oleh tarekat ini bukan persatuan secara mistik dengan Tuhan, tetapi hanya
persatuan dengan Roh Nabi saw., melalui perenungan dan dzikir.
6. Tarekat Syadziliyyah
Tarekat Syadziliyyah adalah aliran tarekat yang dinisbahkan kepada
pendirianya yaitu Abu Hasan Ali Asy-Syadzili (593-656 H). Beliau mempunyai
nama lengkap Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar Abu Hasan Asy-Syadzilli,
beliau adalah seorang sufi Sunni yang berasal dari kota Syadziliyyah, Tunisia.
Secara umum, tarekat ini dipengaruhi oleh ajaran dan pemikiran Imam Al-
Ghazali. Tarekat ini pula mempunyai silsilah sampai kepada Hasan putra Ali bin
Abi Thalib dari Nabi Saw. (Amin, 2012: 310).
Tarekat ini berkembang pesat, antara lain di Tunisia, Mesir, Aljazair, Sudan,
Syiria, Semenanjung Arab, dan Indonesia (khususnya di wilayah Jawa Timur dan
Jawa Tengah) (Amin, 2012: 310).
Tarekat ini terkenal dengan variasnya hizbnya. Hizb ialah bacaan wirid
tertentu yang dibaca oleh para pengikut tarekat dengan tujuan taqarrub kepada
Allah. Inti ajaran dari tarekat ini terbagi menjadi lima hal, sebagai berikut.
7. Tarekat Syattariyah
Tareka Syattariyah adalah tarekat yang didirikan oleh Syaikh Abdullah
Syattar (w. 890 H/148 M) di India. Beliau adalah seorang ulama yang masih
memiliki hubungan kekeluargaan dengan As-Suhrawardi, ulama sufi pendiri
tarekat As-Suhrawardiyyah. Beliau menetap di Mandu, sebuah desa di India
bagian tenah, dan mendirikan khanaqah pertama bagi para penganut tarekatnya.
Beliau menulis kita berjudul Latha’if Al-Gha’ibiyyah, di mana isi tarekat tersebut
mengenai prinsip-prinsip dasar ajaran tarekat Syattariyyah dan disebut sebagai
cara tercepat dengan maqam ma’rifah (Amin, 2012: 311).
15
Amalan praktis tarekat ini antara lain ditekankan pada dzikir, baiat, dan
talkin. Secara keseluruhan ada tujuh kalimat dzikir yang harus diucapkan oleh
seorang calon murid dalam tahap talkin dzikir, yaitu la ilaha illallah, ya Allah, ya
Huwa, ya Haqq, ya Hayy, ya Qayyum, dan ya Qadhar (Amin, 2012: 311).
8. Tarekat Tijaniyyah
Tarekat ini didirikan oleh Abu Al-Abbas Ahmad bin Muhammad bin
Mukhtar At-Tijani (1150-1230 H/1737-1815 M). seorang ulama Aljazair yang
lahir di Ain Madi, Al-jazair Selatan dan meniggal di Fez, Maroko pada usia 80
tahun (Amin, 2012: 315).
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pembahasan di atas penyusun memberikan simpulan yang dimasukan
pada beberapa point, yaitu sebagai berikut:
16
17
B. Saran
Dalam Islam semua sudah diatur sesuai dengan hukum yang Allah
berikan, kitapun telah diberi petunjuk berupa Alquran dan Sunnah yang
dicontohkan langsung oleh Rasulullah saw., segala apa yang telah kita dapatkan
haruselah melalui pemikiran panjang diawal.
DAFTAR PUSTAKA
18