Anda di halaman 1dari 13

Tugas Mandiri Dosen Pengampu :

Dr. Abu Bakar, M.Pd

SEJARAH PERKEMBANGAN PERBANDINGAN


ILMU AGAMA DI INDONESIA

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mandiri pada


Mata Kuliah “Ilmu Perbandingan Agama”

Disusun Oleh:
AULYA RAHMA SUCI
12030226140

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt atas rahmat-Nya sehingga
penulisan makalah yang berjudul “Sejarah Perkembangan Perbandingan Ilmu Agama
di Indonesia” ini dapat terselesaikan dengan efektif efesien. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada Nabi besar Muhammad Saw, yang senantiasa kita harapkan
syafa’atnya di akhirat kelak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dosen
Pengampu mata kuliah Ilmu Perbandingan Agama yakni Bapak Dr. Abu Bakar, M.Pd
g yang telah memberikan masukan arahan hingga terselesaikannya makalah ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan Mahasiswa yang
telah memberikan dukungan partisipasinya dalam penulisan makalah ini.

Penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis harapkan kritik saran yang membangun dari para pembaca guna
memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya. Akhir kata, semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca.

Pekanbaru, 02 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................2
A. Latar Belakang...........................................................................................................2
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3
A. Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia..............................................................3
B. Fase-fase perkembangan Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia...................7
BAB III PENUTUP..............................................................................................................10
A. Kesimpulan...............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehdiupan masyarakat.
Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia, pancasila: “Ketuhanan Yang
Maha Esa”. Sejumlah agama di Indoensia berpengaruh secara kolektif terhadap
politik, ekonomi dan budaya. Ditahun 2000, kira-kira 86,1% dari 240.271.522
penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam 8,7% Protestan, 3% Katolik, 1,8% Hindu,
dan 0,4% kepercayaan lainnya.

Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa “tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan


untuk memilih dan mempraktikan kepercayaannya” dan “menjamin semuanya akan
kebebasan untuk menyembah, menurut agama atau kepercayaannya”. Pemerintah
bagaimanapum secara resmi hanya mengakui enam agama, yakni Islam, Protestan,
Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu.

Dengan banyaknya agama maupun aliran kepercayaan yang ada di Indonesia,


konflik antar agama sering kali tidak terelakkan. Lebih dari itu, kepemimpinan politis
Indonesia memainkan peranan penting dalam hubungan antar kelompok maupun
golongan. Program transmigrasi secara tidak langsung telah menyebabkan sejumlah
konflik di wilayah timur Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keberadaan Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia?
2. Apa saja Fase-fase perkembangan Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia


Keberadaan Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia erat hubungannya
dengan berdirinya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) pada tahun 1960. Pada awal
berdirinya, IAIN dibagi menjadi dua: di Yogyakarta dan Jakarta. Di Yogyakarta
terdiri dari dua fakultas yaitu Syari’ah dan Ushuluddin, begitu pun di Jakarta terdiri
dari dua fakultas yaitu Tarbiyah dan Adab. Rektor yang memimpin IAIN saat itu
ialah Prof. R.H.A. Sunaryo yang berkantor di Yogyakarta. Ada pula yang menjabat
Dekan Fakultas Syari’ah adalah Prof. T.M Hasbi Ash-Shiddiewi, Dekan Fakultas
Ushuluddin adallah Muhtar Yahya, Dekan Fakultas Tarbiyah adalah Prof. H.
Muhammad Yunus, dan Dekan Fakultas Adab adalah Prof. H. Bustami Abdul Gani.

Pada Fakultas Ushuluddin saat itu disediakan tiga jurusan, yaitu: jurusan
Filsafat, jurusan Dakwah dan jurusa Perbandingan Agama. Agar penyelenggaraan
perkuliahan jurusan Perbandingan Agama bisa terlaksana, maka pada saat itu Dekan
Fakultas Ushuluddin meminta agar kurikulum Perbandingan Agama disusun. Maka
tersusunlah kurikulum Perbandingan Agama itu dengan mata kuliahnya terdiri dari
Ilmu Perbandingan Agama, Sosiologi Agama, Filsafat Agama, Psikologi Agama,
Kristologi, Dogmatika Kristen, Sejarah Gereja, Tafsir Injil, Orientalisme dan
Kebatinan, di samping Tafsir, Hadits, Fiqh, Ilmu Kalam, dan Aliran-aliran Modern
Dalam Islam. Setelah tersusun kurikulum dan mata kuliahnya, langkah selanjutnya
adalah mencari mahasiswanya. Ternyata saat itu hanya ada satu mahasiswi yang
masuk pada jurusan Perbandingan Agama yaitu Yusnina Hanim, untuk itu masih

3
butuh satu mahasiswa lagi agar bisa dimulai perkuliahan. Ternyata mendapatkan satu
mahasiswa lagi yang bernama Habibullah. Kedua orang itulah yang merupkaan murid
yang paling pertama di Jurusan Perbandingan Agama. Kuliah Ilmu Perbandingan
Agama pun akhirnya dimulai pada tahun 1961.1

Pada tahun 1961 yang ditandai dengan dimulainya perkuliahan kelas Ilmu
Perbandingan Agama inilah dipandang sebagainwaktu lahirnya Ilmu Perbandingan
Agama di Indonesia. Jadi, Ilmu Perbandingan Agama lahir setahun setelah berdirinya
IAIN di Indonesia tahun 1960.2

Dibukanya Jurusan Perbandingan Agama di IAIN sebenarnya dilatarbelakangi


oleh satu kenyataan bahwa keadaan Ilmu Agama, khususnya, agama Islam di
Indonesia saat itu sangat lemah. Untuk meningkatkan perkembangan ilmu agama itu
salah satunya adalah dengan membuka kelas Ilmu Perkembangan Agama, oleh karena
bahwa Ilmu Perbandingan Agama itu salah satu cara memahami agama. Dekan
demikianm dibukanya kelas Ilmu Perbandingan Agama di IAIN dapat meningkatkan
kajian ilmu yang dijumpai saat itu dalam kajian ilmu agama khususnya agama Islam
bisa diidentifikasi kepada sebab-sebab praktis dan sebab-sebab fundamental. Menurut
H.A Mukti Ali sebab-sebab itu adalah;3

Sebab-sebab praktis:

1. Kekurangan bacaan ilmuah. Perlu diterangkan bahwa buku-buku Islam yang


di impor ke Indonesia adalah dari Mesir, Libanon, dan Irak serta Pakistan dan
Indoa. Sejak perang pasifik antara tahun 40an hingga sekarang, impor kitab-
kitab agama Islam terhenti. Jadi, hampir setengah abad tidak ada impor kitab-
kitab agama Islam yang berbahasa Arab, dan sebagian kecil yang berbagasa
Inggris.
1
H.A Mukti Alim Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia, hlm. 17
2
H.A Mukti Ali, “Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia”. (selanjutnya disebut “Ilmu Perbandingan
Agama di Indonesia”), dalam Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia (Beberapa Permasalahan), INIS,
Jilid, VII, 1990. hlm. 3
3
Ibid. hlm. 35

4
2. Kekurangan kegiatan penelitian ilmiah, menyebabkan kurang majunya kajian
agama.
3. Kekurangan diskusi akademis.
4. Masih rendahnya penguasaan bahasa asing diantara sebagian besar mahasiswa
dan dosen, sementara relatif hanya sedikit buku-buku ilmu agama Indonesia
yang pembahasannya secara analitis.

Sebab-sebab yang bersifat fundamental:

1. Arus bahwa mistik dalam kehidupan agama di Indonesia. Sebagaimana yang


diketahui, bahwa Islam yang bercorak tasawuflah yang pertama datang ke
Indonesia. Hal ini memberikan warna dalam kehidupan agama di Indonesia.
Kehidupan agama yang bercirak tasawuf ini lebih menekankan kepada
amaliah daripada pemikiran.
2. Pemikiran ulama-ulama Indonesia dalam Islam lebih banyak ditekankan
dalam bidang fiqh dengan pendekatan secara normatif. Telah diketahui setelah
Terusan Suez dibuka, hubungan antara Indoensia dengan Negara Arab
semakin berkembang. Jema’ah haji di Indonesia semakin meningkat, bahkan
sebagian menetap di Tanah Suci, baik untuk belajar maupun lainnya.
Timbullah masyarakat Jawi di Mekkah. Sebaliknya, oranag-orang Arab,
terutama dari Hadramaut, datang ke Indonesia untuk mengadu nasib. Akibat
dari hubungan ini, pemikiran fiqh masuk ke Indonesia. Dengan demikian dua
kecenderungan berebut pengaruh di Indonesia, yaitu penghayatan agama
secara tasawuf dan pendekatan agama sevara fiwh yang normatif. Sudang
barang tentu pendekatan yang normatif ini berpusat di sekitar fiqh, adalah
jauh berbeda dengan pendekatan secara ilmiah terhadap agama pada
umumnya.
3. Sudah barang tentu terhadap kedua pemikiran itu, timbullan reaksi di
kalangan pemikir-pemikir Indonesia, seperti Prof. Dr. Harun Nasution, Guru
Besar Filsafat Islam di IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Ia menentang

5
kehidupan agama yang bersifat mistis dan pendekatan agama secara normatif
yang terpusat kepada fiqh. Oleh karena itu ia mengarang buku-buku dalam
bidang ilmu kalam dan filsafat.
4. Timbulnya semangat yang begitu hebat di Indonesia, tertama setelah
terjadinya pemberontakan komunis pada tahun 1965. Pemberontakan komunis
yang terjadi pada tahun 1948 dan diulangi pada tahun 1965, menyadarkan
umat Islam bahwa berdakwah di indonesia harus lebih ditingkatkan.
5. Yang menyebabkan ilmu perbandingan agama kurang berkembang di
Indonesia adalah salah sangkat bahwa ilmu ini datang dari Barat. Oleh karena
itu orang-orang Islam melihatnya dengnan curiga.
Padahal yang harus diketahui, yang meletakkan dasar-dasar ilmu
perbandingan agama inin adalah Ali bin Hazm (994-1064 M) dengan kitabnya
al-Fasl fi al-Milal wa al-Ahwa wa al-Nihal, atau Muhammad Abd al-Karim
al-Syahrastani (1071-1153) dengan kitabnya al-Milal wa al-Nihal. Jadi,
pemikir-pemikir Muslimlah yang meletakkan dasar-dasar ilmu perbandingan
agama. Namun sayang ilmu itu tidak berkembang di masyarakat Islam.
6. Peserta kuliah perbandingan agama kurang menguasai ilmu-ilmu bantu
perbandingan agama, seperti sejarah, sosiologi, antropologi, arkeologi, yaitu
ilmu-ilmu yang dapat membantu orang untuk memahami fenomena berbagai
agama. Selain dari kekurangan tersebut, perserta jurusan Ilmu Perbandingan
Agama ini kurang memahami bahasa asing. Memang sangat ideal apabila
orang yang ingin mempelajari ilmu perbandingan agama itu juga memahami
bahasa asli dari kitab suci dan ajaran agama-agama yang akan dipelajarinya.
Oleh karena itu, bagi orang yang mengikuti pelajaran Ilmu Perbandingan
Agama, paling sedikit selain menguasai bahasa Arab, supaya dapat
memahami Islam dari sumber aslinya, juga diharapkan untuk dapat menguasai
bahasa-bahasa modern, khususnya Inggris, hingga dengan demikian dapat
membaca buku-buku yang ditulis dalam bahasa asing. Ini persyaratan paling
minimal tentang kemampuan bahasa.

6
Sejarah munculnya Ilmu Perbandingan Agama atau disebut juga dengan Studi Agama
ini, awalnya muncul dari Max Muller yang mencoba melawan kekolotan ilmu agama
di Inggris. Max Muller merupakan seorang profesor dengan nama lengkap Friedrich
Max Muller lahir pada tahun 1823 dan wafat pada tahun 1900. Ia mendatangi Inggris
pertama kali pada saat muda dengan tujuan belajar tulisan-tulisan kuno dari kitab
Weda-India. Sejak saat itulah ia betah di Inggris samppai menikah dengan gadis
Inggris yang pada akhirnya juga mendapatkan posisi penting di Oxford University.
Max mengajukan teori tentang bagaimana jika ilmu agama dijadikan suatu studi
ilmiah. Ide Max itu membuat masyarakat Inggris marah karena sudah terbiasa dengan
karya Charles Darwin the Orgins of Species (1859) yang merupakan perdebatan
sengit sains dan agama. Lalu bagaimana cara Max Muller meyakinkan pendengar
dengan cara memberikan argumentasi bahwa studi ilmiah tentang agama dapat
memberikan kontribusi kepada agama secara mendalam sekaligus terhadap ilmu itu
sendiri. Ia juga mengutip puisi Johan Wolfgang “He who know one, knows none”

Di Indonesia, mayoritas dari kita mengenal studi ilmiah hanya dilingkungan kampus
atau perguruan tinggi saja, namun jauh sebelu 1961 (pertama kali dibukanya studi
agama atau ilmu perbandingan agama) di Nusantara, sesungguhnya telah ada pada
akhir abad ke-19 yaitu dengan nama gerakan Teosofi Hindia-Belanda.

B. Fase-fase perkembangan Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia

Gerakan Teosofi Hinda-Belanda (Indonesia)

Fase pertama yaitu gerakan yang didirikan di kota New York, Amerika
Serikat, pada tahun 1875 oleh 16 orang termasuk Henry Steel Olcoot dan William
Quan Judge. Helma Pertovna Blavatsky (1831-1891) sebagai inisiator yang
merupakan bangsawan keturunan Rusia. Teosofi dalam pandangan Blavatsky
menyebutnya dengan Geneology of Gods (silsilah dewa-dewa). Secara bahasa yaitu
“Theos” yang artinya Tuhan dan “shopia” yang artinya Kebijaksanaan. Akan tetapi
kata Theos disini lebih merujuk kepada “seorang dewa” dalam bahasa Yunani.

7
Garakan ini pertama kali didirikan di Kota Pekalongan, Jawa Tengan (8 tahun setelah
Teosofi berdiri di Amerika Serikat : 1883) dengan nama The Pekalongan
Theosophical Society. Masuk ke Indonesia akhir abad ke-19 antara tahun 1881 atau
1883.

Gerakan ini mulai tersebar luas dibawah pimpinan Presiden Annie Bessant atau
banyak orang menyebutnya sebagai Presiden Gerakan Teosofi termasyhur. Ia
merupakan penyebab meluasnya gerakan teosofi termasuk ke Indonesia (Hindia-
Belanda). Yang membawanya masuk ke Indonesia yaitu Baron Van Tengnagel
(Bangsawan asal Belanda). Tujuan dari organisasi ini adalah:

1. Kepercayaan, jenis kelamin atau warna


2. Memajukan pelajaran membanding-bandingkan agama, Filsafat dan Ilmu
pengetahuan. Dalam sumber yang disebutkan mempelajari agama-agama
kuno dan modern, filsafat dan sains.
3. Menyelidiki hukum-hukum alam yang belum dapat dijelaskan dan kekuatan-
kekuatan di dalam diri manusia yang masih terpendam

Fase Sarjana Muslim

Fase kedua yaitu Studi PA (Perbandingan Agama) yang dilakukan oleh


sarjana muslim di Indonesia. Karya-karya dari sarjana tersebut bahkan menjadi materi
wajib dibeberapa sekolah Islam. Ada dua sarjana muslim yang paling menonjol di era
ini, yaitu Muhammad Yunus dengan karyanya al-Adyan, dan Zainal Arifin Abbas
dengan bukunya Perkembangan Fikiran Terhadap Agama (2 jilid). Kedua karya
tersebut menggunakan pendekatan teologis dan historical

Fase ketiga yaitu, ketika studi PA didirikan diperguruan tinggi Islam, disini
lagi-lagi peran sarjana muslim atau akademisi. Didirikan secara formal di PTAIN
Yogyakarta pada 1961 oleh Prof. Mukti Ali, akademisi alumnus McGill University of
Kanada, magister dalam bidang Islamic Studies dan memperoleh Doktor di

8
Universitas Karachi Pakistan dalam bidang Sejarah Islam. Karena perjuangannya, ia
dijuluki dengan “Bapak Perbandingan Agama”.

Alasan mendirikan Studi Agama di PTAIN ialah sebagai usaha dalam


mengontrol ataupun menjadi solusi penting ditengah kemajemukan agama dan
budaya di Indonesia, sehingga harus mempunyai disipplin ilmu yang jelas.

Fase keempat yaitu fase agama di era reformasi. Fase ini ditandai dengan dua
peristiwa;

1. Perubahan nama, dari Perbandingan Agama menjadi Studi Agama-Agama di


beberapa perguruan tinggi islam.
2. Seiring perkembangan kehidupan sosial, yang lebih kompleks diawal abad ke-
21, studi agama diharapkan dapat merespond perihal-perihal agama secara
kompherensif dan mempertahankan relevansirasnya sebagai studi ilmiah.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah munculnya Ilmu Perbandingan Agama atau disebut juga dengan Studi
Agama ini, awalnya muncul dari Max Muller yang mencoba melawan kekolotan
ilmu agama di Inggris. Max Muller merupakan seorang profesor dengan nama
lengkap Friedrich Max Muller lahir pada tahun 1823 dan wafat pada tahun 1900.
Ia mendatangi Inggris pertama kali pada saat muda dengan tujuan belajar tulisan-
tulisan kuno dari kitab Weda-India. Sejak saat itulah ia betah di Inggris samppai
menikah dengan gadis Inggris yang pada akhirnya juga mendapatkan posisi
penting di Oxford University. Max mengajukan teori tentang bagaimana jika ilmu
agama dijadikan suatu studi ilmiah. Ide Max itu membuat masyarakat Inggris
marah karena sudah terbiasa dengan karya Charles Darwin the Orgins of Species
(1859) yang merupakan perdebatan sengit sains dan agama. Lalu bagaimana cara
Max Muller meyakinkan pendengar dengan cara memberikan argumentasi bahwa
studi ilmiah tentang agama dapat memberikan kontribusi kepada agama secara
mendalam sekaligus terhadap ilmu itu sendiri. Ia juga mengutip puisi Johan
Wolfgang “He who know one, knows none”

Ada beberapa fase dalam perkembangan Ilmu Perbandingan Agama di


Indonesia

1. Fase Gerakan Teosofi Hindia-Belanda


2. Fase Sarjana Muslim
3. Fase studi PA didirikan diperguruan tinggi Islam
4. Fase Agama di Era Reformasi.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.researchgate.net/publication/
362745556_Fase_Perkembangan_Studi_Agama_di_Indonesia

https://fatihsaputro.wordpress.com/fakta-fakta-unik/sejarah-dan-perkembangan-agama-di-
indonesia/

Bahaf, Muhammad Afif. Ilmu Perbandingan Agama. 2015. Putri Kartika Banjarsari,
Semarang.

Ahmadi, Abu, Sejarah Agama.

11

Anda mungkin juga menyukai