Anda di halaman 1dari 17

Mata Kuliah Dosen Pembimbing

Perbandingan Agama Hamdiani, M.Pd

“ILMU PERBANDINGAN AGAMA DI INDONESIA”

Oleh:
Kelompok 4
Elfa Nursifa 19.12.4734
Muhammad Fauzi 19.12.4813
Putri Sinta Noraisyah 19.12.4893
M. Ali Zainal Abidin 19.12.4777

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
MARTAPURA
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang,
serta puji dan syukur Alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kami selaku
kelompok 4 dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Perbandingan Agama
berupa makalah yang berjudul ”Perbandingan Agama Di Indonesia” dengan
tepat waktu.
Dan tentunya kami juga mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak
Hamdiani, M.Pd selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Perbandingan
Agama.
Pastinya kami menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari banyak
kekurangan dan kelemahannya, baik dalam hal pengetikkan maupun keseluruhan
isinya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami.
Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk makalah
ini. Semoga makalah ini dapat memberikan banyak manfaat khususnya bagi kami
dan umumnya bagi pembaca.

Martapura, 5 November 2021


Penyusun,

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia .......................... 3
B. Perkembangan Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia .............. 4
C. Dialog Keberagamaan di Indonesia .............................................. 7
D. Metode Perbandingan Agama ....................................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 12
B. Saran .............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah bangsa yang majamuk secara etnis, bahasa,
budaya, dan agama. Khusus menyangkut aspek agama, di dalam
masyarakat Indonesia terdapat berbagai macam agama yang di akui
keberadaannya secara sah oleh pemerintah dan dipeluk oleh penduduk
Indonesia, yaitu Islam, Kristen, Katholik, Protestan, Hindu, Budha dan
Kong Hu Cu.
Dengan adanya kemajemukan agama ini, hubungan harmonis
antarumat yang berbeda-beda ini sangat penting untuk dilestarikan demi
terjaganya persatuan dan kesatauan bangsa. Salah satunya dengan adanya
disiplin ilmu Perbandingan Agama yang menjadi dialog antar agama, agar
antar agama dapat terhindar dari jebakan saling menyalahkan. Selain itu,
hanya melalui Ilmu Perbandingan Agama inilah dapat diharapkan
terjadinya dialog yang kreatif sehingga tercipta keharmonisan antar umat
beragama di Indonesia.
Ilmu Perbandingan Agama akan selalu berada dalam gerak
ketegangan antara dialog dan dakwah. Dengan menyadari hal ini maka
keharmonisan dapat dibangun secara kreatif, tanpa perlu mengapus salah
satu dari dua arah. Karena itu pembinaan terhadap kerukunan hidup
“Enam Agama dalam satu rumah” akan tetap terjaga.

1
B. Rumusan Masalah
1. Sejarah Ilmu Perbandingan Agama Di Indonesia
2. Perkembangan Ilmu Perbandingan Agama Di Indonesia
3. Dialog Keberegamaan Di Indonesia
4. Metode Perbandingan Agama Di Indonesia
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Sejarah Perbandingan Agama
2. Mengetahui Perkembangan Ilmu Perbandingan Agama Di Indonesia
3. Mengetahui Dialog Keberegamaan Di Indonesia
4. Mengetahui Metode Perbandingan Agama Di Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Ilmu Perbandingan Agama Di Indonesia
Sebenarnya Ilmuan Muslim telah menyusun metode-metode
tentang aliran dan sekte-sekte keberagamaan yang menjadi pondasi
keilmuan Ilmu Perbandingan Agama. Terbukti dengan adanya karya-karya
para ilmuan tersebut. Pada akhir abad ke-19 ilmu perbandingan Agama ini
semakin meluas pada wilayah kajiannya. Dengan kata lain ilmu
perbandingan Agama mengalami perkembangan pada sisi epistomologi,
ontologi dan aksiologi ilmu pengetahuan. Para ilmuan perbandingan
Agama menganggap perlu adanya kejelasan bagaimana ilmu perbandingan
Agama dipahami. Mereka menganggap perlunya memberikan arti tentang
perbandingan Agama sebagaimana dikutip Mukri Ali 1 , Ilmu yang
membandingkan asal-usul, struktur dan ciri-ciri dari berbagai agama
dunia, dengan maksud untuk menentukan persamaan-persamaan dan
perbedaannya yang sebenarnya, sejauh mana hubungan antara suatu
agama dengan agama yang lain.
Di Indonesia Ilmu Perbandingan Agama mulai diajarkan di
Fakultas Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta pada tahun 1961, atau satu tahun setelah berdirinya IAIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pada tahun 1964 terbitlah buku pertama
tentang Ilmu Perbandingan Agama yang ditulis oleh Dr. A. Mukti Ali
dengan judul Ilmu Perbandingan Agama (Sebuah Pembahasan tentang
Methodos dan Sistema). Setelah seperempat abad lamanya belum terbit
lagi buku Ilmu Perbandingan Agama yang membahas tentang metode dan
sistema. Baru pada tahun 1986 terbitlah buku Ilmu Perbandingan Agama
yang membahas tentang metode dan sistema yang dikarang oleh
pengarang yang sama (Dr. A. Mukti Ali) dengan judul Ilmu Perbandingan
Agama di Indonesia.

1 H.A. Mukti Ali, Ilmu perbandingn Agama di Indonesia (Bandung: Mizan.1993), Cetakan IV. Hlm.13

3
Memang selama seperempat abad itu telah terbit beberapa
karangan yang membahas tentang perbandingan agama, tetapi kalau
dibaca secara sekasama tampaklah bahwa uraian-uraiannya masih
berbersifat apologis dan kurang ilmiah. Lebih tepat beberapa karangan
tersebut disebut sebagai karangan teologis atau Ilmu Kalam. Sebab
biasanya dalam karangan tersebut agama-agama selain Islam diteropong
atau dinilai dari agama Islam.
B. Perkembangan Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia
Ilmu perbandingan agama di Indonesia, dapat ditelusuri
perkembangannya melalui tiga periode;
1. Priode pertama adalah generasi sebelum era A. Mukti Ali, seperti
Ilyas Ya’kub, Prof. Dr. Ahmad Syalaby, dan Prof. Mahmud Yunus.
Pemahaman mereka terhadap Perbandingan agama boleh dikatakan
masih sangat terbatas. Perbandingan Agama dipahami hanya sebagai
alat dakwah danmengajarkan agama-agama lain adalah untuk
kepentingan pembuktian keunggulan agama Islam, demikian juga
halnya dengan buku-buku yang ditulis. Saat itu Perbandingan Agama
sebagai ilmu yang mempunyai metode, sistem, sejarah dan obyek
pembahasan sendiri tampaknya belum dikenal.
Dengan pendekatan seperti itu, kecenderungan mengadakan
perbandingan antara azas terunggul yang dimilikinya dengan azas
terlemah dari agama lain tak dapat dihindari. Oleh karena itu generasi
pertama ini dapat dikategorikan dalam kelompok apologetik. Bahkan
menurut Kautzar Azhari Noer, MA stap pengajar Perbandingan Agama
IAIN Jakarta, bisa disebut sebagai propagandis.Implikasinya, dialog
yang berkembang pada era ini terjadi pada tataran teologisdan mereka
cenderung saling menyalahkan, saling menuduh dan saling mengecam.
Masing-masing agama mengklaim bahwa dirinyalah yang paling benar
dan berusaha mengajak penganut agama lain agarmengkonversikan
keyakinannya. Sehingga dialog yang berlangsung pun tidak

4
propesional. Meskipun demikian, apa yang telah disumbangkan oleh
mereka bukan tak ada artinya.
2. Periode kedua adalah generasi A. Mukti Ali. Buku karangan A. Mukti
Ali Ilmu Perbandingan Agama, Sebuah Pembahasan Tentang Metodos
dan Sistema (1965). Dapat dijadikan sebagai momentum
berkembangnya orientasi baru dalam dialog antar agama. Mukti Ali
menguraikan sejarah pertumbuhan Ilmu Perbandingan Agama,
Metodologi Studi Agama-agama, masaalah Orientalisme dan
Oksidentalisme, serta manfaat Ilmu Perbandingan Agama, sejak saat
ini Perbandingan Agama sebagai Ilmu mulai dikenal dan
dikembangkan secara sungguh-sungguh. Selain itu pada priode ini juga
mulai dikenal sejumlah metode dan pedekatan dalam studi agama-
agama. Dikenalnya sejumlah pendekatan dan metode dalam studi
agama-agama itu tentu saja membawah implikasi positif bagi
keberlangsungan dialog antar agama di Indonesia. Dialog yang
berlangsung pada priode ini tidak lagi berisi salah pengertian dan
kecaman antara penganut beragama tetapi justru menumbuhkan upaya
saling pengertian dan menggalang toleransi antar umat beragama.
Apalagi dengan semakin populernya pendekatan histories
Fenomenologis, kesadaran akan pentingnya prinsif agree in
disagreement semakin menguat
3. Periode ketiga adalah era dimana dialog antar umat beragama
diarahkan untuk memecahkan masaalah- masalah yang dihadapi secara
bersama-sama oleh berbagai penganut agama. Meminjam istilah
Mudji Sutrisno era ini dapat dikatakan sebagai periode “ Dialog Antar
Agama dalam Pigura Humanisasi”. Maksudnya, dialog dalam periode
ini berisi pembicaraan mengenai tema-tema sentral problem
kemanusiaan universal, seperti kemiskinan, keterbelakangan,
kependudukan, lingkungan hidup, hak asasi manusia, bahkan masaalah
buruh. Model seperti ini berkembang dikalangan lembaga-lembaga
swadaya masyrakat (LSM) yang dilandasi oleh kesadaran manusia

5
bahwa tantangan yang dihadapi oleh agama adalah tantangan yang
dihadapi pula oleh manusia. Berarti jika agama berurusan dengan
pengertian dakwah dan perbaikan nasib manusia dalam segala
aspeknya, maka hal yang sama juga ingin dicapai oleh manusia lepas
dari apakah ia beragama ataupun tidak sesuai tujuan yang hendak
dicapai yaitu “ keselamatan” penganutnya bagi setiap agama 2.
Secara garis besar dapatlah disimpulkan bahwa Ilmu Perbandingan
Agama di Indonesia kurang berkembang dengan baik. Adapun sebab-
sebabnya antara lain sebagai berikut:
a. Kekurangan bacaan ilmiah.
b. Kekurangan kegiatan penelitiansecara ilmiah.
c. Kekurangan diskusi akademis.
d. Masih rendahnya penguasaan bahasa asing dari sebagian besar para
mahasiswa dan dosen, padahal hanya sedikit buku Ilmu Perbandingan
Agama yang ditulis dalam bahasa Indonesia yang membahas secara
analitis.
Di samping itu ada bebrapa sebab yang bersifat fundamental, yaitu:
Pertama, pemikiran ulama di Indonesia tentang Islam lebih banyak
menekankan bidang fikih yang bersifat normatif.
Kedua, setelah pemberontakan PKI, Isalam di Indonesia lebih
banyak menekankan semangat dakwah, sehingga ilmu yang ditekankan
ialah Ilmu Dakwah atau Missiologi.
Ketiga, karena Ilmu Perbandingan Agama lahir dari Barat
sehingga menyebabkan salah sangka dan curiga di kalangan umat Islam.
Keempat, para peserta kuliah Ilmu Perbandingan Agama kurang
menguasai ilmu-ilmu bantu (Sejarah, Sosiologi, Antropologi, Arkeologi,
dll. Di samping itu mereka kurang menguasai bahasa asing3.

2 Bahrul Hayat, Mengelola Kemajemukan Umat Beragama, (Jakarta: PT. Saadah Cipta,
2012) Hlm.188
3 Ali, A. Mukti, Ilmu Perbandingan Agama (Sebuah Pembahasan Tentang Mehodos dan

Sistema), (Yogyakarta. 1975) Hlm. 17-21

6
Di samping itu Ilmu Perbandingan Agama kurang berkembang di
Indonesia karena kurang dana, minimnya pertemuan ilmiah, dan
kurang informasi tentang Ilmu Perbandingan Agama baik mengenai
isinya maupun manfaatnya bagi kerukunan hidup beragama maupun
untuk integrasi bangsa Indonesia.
C. Dialog Keberagamaan di Indonesia
1. Pengertian Dialog Keberagamaan di Indonesia
Menurut A.Mukti Ali yang di maksud dengan dialog antar umat
beragama adalah pertemuan hati dan pikiran antar pemeluk berbagai
agama. Dialog adalah komunikasi antara orang-orang yang percaya
pada tingkat agama. Dialog merupakan jalan bersama untuk mencapai
kebenaran dan kerjasama dalam proyek-proyek yang menyangkut
kepentingan bersama. Ia merupakan perjumpaan antara pemeluk
agama tanpa merasa rendah dan merasa tinggi, dan tanpa agama atau
tujuan yang dirahasiakan4.
Dialog antar agama merupakan konsep perdamaian yang bagus,
yang bisa dilakukan dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia. Hal
ini karena dalam dialog antar agama tersebut, antar umat beragama
dituntut untuk bisa saling memahami dan menghormati keyakinannya
masing-masing. Melalui dialog antar agama itulah antar penganut
agama bisa saling memahami dan menghormati ajaran dan keyakinan
agama lain.
Dialog antar agama dilakukan oleh orang-orang dari agama yang
berbeda yang bekerjasama dan berinteraksi untuk dapat menciptakan
pemahaman yang sama dan saling menghormati. Dialog ini diadakan
dalam konteks individual, kelompok dan institusional. Dilakukan
antartetangga, di sekolah dan di tempat kerja. Bisa dilakukan formal
maupun informal.

4 M. Khoiril Anwar, DIALOG ANTAR UMAT BERAGAMA DI INDONESIA PERSPEKTIF

A.MUKTI ALI, Jurnal Dakwah, Vol. 19, No. 1, 2018

7
2. Tujuan Dialog Keberagamaan di Indonesia
Dialog antar umat beragama sangat perlu untuk diketahui dan
dilaksanakan karena Indonesia merupakan negara dengan banyak
agama, budaya, suku, ras maupun bahasa. Perbededaan dalam hal
beragama salalu menghiasi kehidupan sehari-sehari. Tujuan dialog
adalah untuk membangun pemahaman dan saling pengertian, bukan
untuk meraih suatu kemenangan 5, dan untuk mempelajari perubahan
dan perkembangan persepsi serta pengertian tentang realitas dan
berbuat menurut apa yang sesungguhnya
3. Manfaat Dialog Keberagamaan di Indonesia
Problem paling mendasar era dewasa ini adalah kenyataan
pluralisme yang tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan sosial-kultur
masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, berkaitan dengan
berkembangnya wacana pluralisme agama, berkembanglah suatu
paham teologia religionum, suatu paham yang menekankan pada
pentingnya dewasa ini untuk berteologi dalam konteks agama-agama.
Berteologi dalam konteks agama-agama diperluhkan untuk
menumbuhkan sikap luhur budi dan toleran terhadap teologi atau
kepercayaan yang berbeda, dalam upaya menumbuhkan sikap welas
asih antar sesama diperluhkan juga kedewasaan dalam hal beragama,
agar dapat meminimalisir isu-isu konflik yang berkembang dan juga
menjamin stabilitas sosial ke arah yang damai dan toleran. pemahaman
tentang dialog dewasa ini sangat diibutuhkan dalam membangun
kerjasama dan kepercayaan antar pemeluk agama, sehingga dapat
bersama-sama membangun kehidupan sosial yang ideal, yakni
kehidupan yang damai, gotong royong dan hormat-menghormati.
Dialog dalam pengertian Mukti Ali tidak ditekankan pada tujuan saling
menjatuhkan mengklaim siapa yang paling benar, melainkan bentuk

5 Moh Khoirul Fatih, DIALOG DAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA DALAM

PEMIKIRAN A. MUKTI ALI, Jurnal Religi Vol. 13, No. 1, 2017. Hal. 52

8
perjumpaan teologi yang bersahabat berdasarkan nilai-nilai
perdamaian yang diajarkan dalam setiap agama 6.

D. Metode Perbandingan Agama


Sebagai suatu ilmu, perbandingan agama pasti mengandung
metode atau pendekatan yang berguna untuk memperoleh data atau
informasi guna memudahkan pemahaman.

7
Menurut Jumhurul Umami metode yang digunakan dalam
penelitian agama yaitu:

a. Metode Relevan
Penelitian agama adalah penelitian tentang agama dalam
arti ajaran, belief (sistem kepercayaan) atau sebagai fenomena
budaya dan agama dalam arti keberagamaan, perilaku
beragama atau sebagai fenomena sosial. Karena itu diperlukan
teori ilmiah yang relevan untuk penelitian agama.
b. Metode Teologis
Istilah teologi lahir dalam tradisi Kristen. Secara harfiah
teologi berasal dari bahasa Yunani, theos dan logos yang
berarti ilmu ketuhanan. Pendekatan teologi dalam studi agama
adalah pendekatan iman untuk merumuskan kehendak tuhan
berupa wahyu yang disampaikan kepada Nabi-Nya agar
kehendak tuhan itu dapat dipahami secara dinamis dalam
konteks ruang dan waktu. Pendekatan ini disebut juga
pendekatan normatif. Secara umum metode teologis dalam
studi agama bersifat normatif idealistic.8
c. Metode Sosiologis

6 Ibid. Hal 50
7 Ahmad Choiron, Perbandingan Agma (Kajian Agama-Agama dalam Perspektif
Komparatif), Kudus: STAIN KUDUS, 2009, hal.17
8 Ibid. Hal 18

9
Pendekatan ini menggunakan logika-logika dan teori
sosiologi baik teori klasik maupun modern untuk
menggambarkan fenomena sosial keagamaan serta pengaruh
suatu fenomena terhadap lain. Menurut Keith A. Robert ada
tiga pokok yang dipelajari oleh peneliti agama dengan metode
sosiologis yaitu: Kelompok-kelompok dan lembaga
keagamaan, perilaku individu dalam kelompok-kelompok
tersebut, dan konflik antar kelompok agama. 9
d. Metode Antropologi
Antropologi itu mengkaji tentang manusia serta
budayanya.10 Metode ini dilakukan dengan cara menggali data
tidak hanya digunakan untuk meneliti masyarakat primitif
melainkan juga masyarakat yang kompleks dan maju.
Menganalisa simbolisme dalam agama dan mitos, serta
mencooba mengembangkan metode baru yang lebih tepat
untuk studi agama dan mitos. Khususnya tentang kebiasaannya,
peribadatan, dan kepercayaan dalam hubungan-hubungan
sosial.11
e. Metode Psikologis
Metode tersebut berusaha untuk memahami ketidaksadaran
dan prosesnya.12 Psikologi agama ialah cabang psikologi yang
menyelidiki sebab dan ciri psikologis dari sikap-sikap
beragama atau pengalaman religious dan berbagai fenomena
dalam individu yang muncul dari atau penyertai sikap dan
pengalaman tersebut.

9
Ibid, hal 19
10
Depag RI, Perbandingan Agama 1, Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1983, 1983, hal. 1
11
Ahmad Choiron, Op.Cit., hal.20
12 Mukti Ali, Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia, Bandung: Mizan, 1994, hal. 77

10
Metode ini dilakukan dengan mempelajari motif-motif dan
tanggapan-tanggapan, reaksi-reaksi dari psike manusia,
pengalaman dalam berkomunikasi. 13
f. Metode Sejarah
Metode ini berusaha untuk menelusuri asal-usul dan
pertumbuhan pemikiran atau ide-ide dan lembaga-lembaga
agama melalui periode-periode perkembangan sejarah tertentu,
serta memahami peranan kekuatan-kekuatan yang diperlihatkan
oleh agama dalam periode tersebut. 14
Bahan dalam kajian ini biasannya mempergunakan bahan primer
dan sekunder, baik yang bersifat literer (filologis) atau non literer
(arkeologis).

Bila gejala keagamaaan terjadi dimasa lampau dan peneliti


berminat mengetahuinya, maka peneliti dapat melakukan penelitian
sejarah yakni melakukan rekonstruksi terhadap fenomena masa lampau
baik gejala kegamaan yang terkait dengan masalah politik, social, ekonomi
dan budaya. Apabila sejarah tersebut belum terlalu lama berlalu sehingga
masih banyak saksi hidup, maka untuk merekonstruksinya peneliti dapat
melakukan wawancara mendalam dengan pelaku sejarah dan saksi hidup.
Juga dapat melakukan telaah kepustakaan, seperti Koran, majalah, arsip,
dokumen-dokumen pribadi dan lain sebagainya. 15

13
Ahmad Choiron, Loc cit.
14
Depag RI, Perbandingan Agama 1, Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1983, hal. 7
15 Mukti Ali, Op.Cit., hal. 77

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada akhir abad ke-19 ilmu perbandingan Agama ini semakin meluas pada
wilayah kajiannya. Dengan kata lain ilmu perbandingan Agama mengalami
perkembangan pada sisi epistomologi, ontologi dan aksiologi ilmu pengetahuan.

Di Indonesia Ilmu Perbandingan Agama mulai diajarkan di Fakultas


Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada
tahun 1961, atau satu tahun setelah berdirinya IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Pada tahun 1964 terbitlah buku pertama tentang Ilmu Perbandingan Agama yang
ditulis oleh Dr. A. Mukti Ali dengan judul Ilmu Perbandingan Agama (Sebuah
Pembahasan tentang Methodos dan Sistema). Setelah seperempat abad lamanya
belum terbit lagi buku Ilmu Perbandingan Agama yang membahas tentang metode
dan sistema. Baru pada tahun 1986 terbitlah buku Ilmu Perbandingan Agama
yang membahas tentang metode dan sistema yang dikarang oleh pengarang yang
sama (Dr. A. Mukti Ali) dengan judul Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia.

Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia kurang berkembang dengan baik.


Adapun sebab-sebabnya antara lain sebagai berikut:

a) Kekurangan bacaan ilmiah.


b) Kekurangan kegiatan penelitian secara ilmiah.
c) Kekurangan diskusi akademis.
d) Masih rendahnya penguasaan bahasa asing dari sebagian besar para
mahasiswa dan dosen, padahal hanya sedikit buku Ilmu Perbandingan
Agama yang ditulis dalam bahasa Indonesia yang membahas secara
analitis.
Di samping itu ada bebrapa sebab yang bersifat fundamental, yaitu:

Pertama, pemikiran ulama di Indonesia tentang Islam lebih banyak


menekankan bidang fikih yang bersifat normatif.

12
Kedua, setelah pemberontakan PKI, Islam di Indonesia lebih banyak
menekankan semangat dakwah, sehingga ilmu yang ditekankan ialah Ilmu
Dakwah atau Misiologi.

Ketiga, karena Ilmu Perbandingan Agama lahir dari Barat sehingga


menyebabkan salah sangka dan curiga di kalangan umat Islam.

Keempat, para peserta kuliah Ilmu Perbandingan Agama kurang


menguasai ilmu-ilmu bantu (Sejarah, Sosiologi, Antropologi, Arkeologi, dll. Di
samping itu mereka kurang menguasai bahasa asing.

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini tetapi, kenyataan masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
penulis harapkan untuk perbaikan ke depannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ali Mukti H.A, Ilmu perbandingn Agama di Indonesia (Bandung: Mizan.1993)

Hayat Bahrul, Mengelola Kemajemukan Umat Beragama, (Jakarta: PT. Saadah


Cipta, 2012)

Ali, A. Mukti, Ilmu Perbandingan Agama (Sebuah Pembahasan Tentang


Mehodos dan Sistema), (Yogyakarta. 1975)

Anwar Khoiril M., DIALOG ANTAR UMAT BERAGAMA DI INDONESIA


PERSPEKTIF A.MUKTI ALI, Jurnal Dakwah, Vol. 19, No. 1, 2018

Fatih Khoirul Moh, DIALOG DAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI


INDONESIA DALAM PEMIKIRAN A. MUKTI ALI, Jurnal Religi Vol. 13,
No. 1, 2017.

14

Anda mungkin juga menyukai